KONSEP
HALUSINASI
PRESENTED BY : KELOMPOK 1. 2B1. ALFREDO RICKY RAWA 2. LIDIA HAWA GALLU
3. MARTEN MATI MARABI 4. SELVINA BELA RADE 5. THERESIA ADANG MASI 6. YUSTINA WETU
ETIOLOGI HALUSINASI
FAKTOR
PREDISPOSISI
FAKTOR
PRESIPITASI
Faktor Predisposisi
Perkembangan klien yang terganggu misalnya kurangnya mengontrol emosi dan keharmonisan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.
1. Faktor
perkembangan
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungan sejak bayi sehingga akan merasa disingkirkan, kesepian, tidak percaya pada lingkungannya, konflik sosial budaya, kegagalan, dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2. Faktor
Sosiokultural
5. Faktor Genetik dan Pola Asuh
3. Biokimia
4. Faktor psikologis
Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia dan metytranferase sehingga terjadi ketidaksembangan asetil kolin dan dopamin.
Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada penyelah gunaan zat adaptif. Klien
lebih memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
Penelitian menunjukan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia . Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangatberpengaruh pada penyakit ini.
Faktor Presipitasi
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
1. Dimensi Fisik
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi. Halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan.
Klien tidak sanggup menentang sehingga klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
2. Dimensi Emosional
5. Dimensi Spiritual 3. Dimensi
Intelektual
4. Dimensi Sosial
Klien dengan halusinasi mengalami penurunan fungsi ego. Awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,namun menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.
Klien mengalami gangguan interaksi sosial di dalam fase awal dan comforting menganggap bahwa bersosialisasi nyata sangat membahayakan. Klien halusinasi lebih asyik dengan halusinasinya seolah-olah itu tempat untuk bersosialisasi.
Klien halusinasi dalam spiritual mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah. Klien halusinasi dalam setiap bangun merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya.
RENTANG RESPON HALUSINASI
Respon Adaptif
Adalah Respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah dan akan dapat memecahkan masalah tersebut.
Adapun respon adaptif yakni :
1) Pikiran Logis merupakan pandangan yang mengarah pada kenyataan yang dapat diterima akal.
2) Persepsi Akurat merupakan pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
3) Emosi Konsisten dengan Pengalaman merupakan perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
4) Perilaku Sosial dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
5) Hubungan Sosial merupakan proses suatu interaksi dengan orang lain dalam pergaulan ditengah masyarakat dan lingkungan.
keterangan
Respon Psikososial
Adapun respon psikososial yakni:
1) Pikiran terkadang menyimpang berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
2) Ilusi merupakan pemikiran atau penilaian yang salah tentang penerapan yang benar- benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan dengan kurang pengalaman berupa reaksi emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain, baik dalam berkomunikasi maupun berhubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya.
Respon Maladaptif
Respon maladaptif merupakan respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.
Adapun respon maladaptif yakni:
1) Kelainan pikiran (waham) merupakan keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan keyakinan sosial.
2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap rangsangan.
3) Kerusakan proses emosi merupakan ketidakmampuan mengontrol emosi seperti menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagiaan, dan kedekatan.
4) Perilaku tidak terorganisir merupakan ketidakteraturan perilaku berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang di timbulkan.
5) Isolasi sosial merupakan kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. (Stuart, 2017).
JENIS-JENIS HALUSINASI
1. Pendengaran (audotorik) 2. Penglihatan (visual)
3. Penghirup (olfaktori)
4. Pengecap (gustatorik)
5. Perabaan (taktil)
Pendengaran (audotorik)
KARAKTERISTIK :
Mendengar suara-suara atau
kebisingan, paling sering suara orang, suara berbentuk kebisingan yang
kurang keras sampai kata- kata yang jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai percakapan lengkapantara dua orang atau lebih. Pikiran yang didengar klien dimana klien disuruh untuk melakukan sesuatu yang
kadang-kadang membahayakan.
Penglihatan (visual)
KARAKTERISTIK :
Stimulus visual dalam
bentuk kelihatan cahaya, gambaran geometris,
gambaran kartun,
bayangan yang rumit dan kompleks. Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti
melihat monster.
Penghirup (olfaktori)
KARAKTERISTIK :
Menghirup bau-bauan tertentu
seperti bau darah, bau urin, atau bau feses, umumnya bau- bauan yang
tidak menyenangkan. Halusinasi
penghidu sering akibat dari stroke,
tumor, kejang atau dimensia.
Pengecap (gustatorik)
KARAKTERISTIK :
• Sering meludah,
• muntah,
• merasa mengecap rasa
sesuatu seperti darah,
urin atau feses.
Perabaan (taktil)
KARAKTERISTIK :
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang
dari tanah, benda mati atau
orang lain.
TANDA DAN GEJALA HALUSINASI
Data subyektif :
Pasien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan.
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap.
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya.
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat hantu atau monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau itu menyenangkan.
6) Merasakan rasa seperti darah, urin atau feses
7) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
Data Obyektif
1) Bicara atau tertawa sendiri 2) Marah-marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga ke arah tertentu 4) Menutup telinga.
5) Menunjuk-nunjuk ke arah tertentu.
6) Ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas.
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau- bauan tertentu.
8) Menutup hidung, Sering meludah, Muntah.
9) Menggaruk-garuk permukaan kulit
TAHAPAN / FASE-FASE HALUSINASI
Tahap I : Comforting :
Halusinasi bersifat menenangkan, tingkat ansietas pasien sedang. Pada tahap ini halusinasi secara umum menyenangkan.
Karakteristik :
Ditandai dengan adanya perasaan bersalah dalam diri pasien dan timbul perasaan takut.
Pada tahap ini pasien mencoba menenangkan pikiran untuk mengurangi ansietas. Individu mengetahui bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).
Perilaku yang Teramati:
• Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai
• Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
• Respon verbal yang lambat
• Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikan.
Tahap II : Condemning
Halusinasi bersifat menyalahkan, pasien mengalami ansietas tingkat berat dan halusinasi bersifat menjijikkan untuk pasien.
Karakteristik :
pengalaman sensori yang dialmi pasien bersifat menjijikkan dan menakutkan, pasien yang mengalami halusinasi mulai merasa kehilangan kendali, pasien berusaha untuk menjauhkan dirinya dari sumber yang dipersepsikan, pasien merasa malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik).
Perilaku yang teramati :
• Peningkatan kerja susunan sarapotonom yang menunjukkan timbulnya ansietas seperti peningkatan nadi, TD dan pernafasan.
• Kemampuan kosentrasi menyempit.
• Dipenuhi dengan pengalaman sensori, mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.
Tahap III : Controlling
Pada tahap ini halusinasi mulai mengendalikan perilaku pasien, pasien berada pada tingkat ansietas berat. Pengalaman sensori menjadi menguasai pasien.
Karakteristik :
Pasien yang berhalusinasi pada tahap ini menyerah untuk melawan pengalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika pengalaman tersebut berakhir ( Psikotik )
Perilaku yang teramati:
• Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya dari pada menolak.
• Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
• Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik, gejala fisik dari ansietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidakmampuan mengikuti petunjuk.
Tahap IV :
Halusinasi pada saat ini, sudah sangat menaklukkan dan tingkat ansietas berada pada tingkat panik.
Secara umum halusinasi menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.
Karakteristik :
Pengalaman sensori menakutkan jika individu tidak mengikuti perintah halusinasinya. Halusinasi bisa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi (psikotik).
Perilaku yang teramati :
• Perilaku menyerang - teror seperti panik.
• Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
• Amuk, agitasi dan menarik diri.
• Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang komplek .
• Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.
PENATALAKSANAAN HALUSINASI
1. Penatalaksanaan Medis
Menurut Muhith, (2015). Penatalaksanaan klien skizofrenia yang mengalami halusinasi adalah dengan pemberian obat-obatan dan tindakan antara lain :
a. Psikofarmakologis, obat yang lazim digunakan pada gejala halusinasi pendengaran yang merupakan gejala psikosis pada klien skizofrenia adalah obat anti psikosis. Adapun kelompok yang umum digunakan adalah :
b. Terapi kejang listrik
Terapi kejang listrik adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang grandmall secara
artificial dengan melewatkan aliran listrik melalui electrode yang dipasang pada satu atau dua temples, terapi kejang listrik dapat diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi dosis terapi kejang listrik 4-5 joule/detik.
Pelatalaksanaan Keperawatan
Menurut Ilham (2017) penerapan Strategi pelaksanaan keperawatan yang dilakukan :
a. Melatih klien mengontrol halusinasi :
1)Strategi Pelaksanaan 1 : menghardik halusinasi
2)Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur 3)Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain 4)Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal.
b. Tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk klien tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan klien dalam mengontrol halusinasi.
1) Strategi Pelaksanaan 1 keluarga : mengenal masalah dalam merawat klien halusinasi dan melatih mengontrol halusinasi klien dengan menghardik.
2) Strategi Pelaksanaan 2 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi dengan enam benar minum obat.
3) Strategi Pelaksanaan 3 keluarga : melatih keluarga merawat klien halusinasi dengan bercakap-cakap dan melakukan kegiatan.
4) Strategi Pelaksanaan 4 keluarga : melatih keluarag memanfaatkan fasilitas kesehatan untuk follow up klien halusinasi.
Lanjt…
c. psikoterapi dan rehabilitasi
Menurut Pusdiklatnakes (2012) Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena klien kembali ke masyarakat, selain itu terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya klien tidak mengasingkan diri karena dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama, seperti terapi modalitas yang terdiri dari : Terapi aktivitas Meliputi : terapi musik, terapi seni, terapi menari, terapi relaksasi, terapi sosial, terapi kelompok , terapi lingkungan.
JIKA
JIWAMU MASIH NORMAL
SILAHKAN