• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG - Elib Repository"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP

KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Disusun Oleh: NURMA GUPITA, S. Kep

A31701028

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP

KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

KARYA ILMIAH NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Disusun Oleh: NURMA GUPITA, S. Kep

A31701028

STASE KEPERAWATAN JIWA

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan karunia, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Terhadap Kemampuan

Mengontrol Halusinasi: Menghardik Di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.

Adapun keberhasilan dalam penyusunan karya tulis akhir ini tidak terlepas

dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Hj. Herniyatun, S. Kp. M. Kep. Sp Mat., selaku Ketua STIKes

Muhammadiyah Gombong.

2. Dadi Santoso, M. Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi Ners

Keperawatan.

3. Tri Sumarsih, M. Kep, selaku Pembimbing yang telah memberikan

bimbingan dan arahannya dalam pembuatan karya tulis ini.

4. Perawat dan staf RSJ Prof Dr Soerojo Magelang terutama Wisma Arimbi

yang memberikan informasi demi kelancaran pembuatan karya tulis ini.

5. Ayahanda Slamet Widodo dan Ibunda Karti serta Mbak dan Mas tercinta,

yang memberikan dukungan moral maupun materiil serta semangat tiada

henti selama penulis mengerjakan Karya Ilmiah ini.

6. Teman seperjuangan yang selalu memotivasi dan memberi semangat.

Akhirnya karya tulis ini dapat terselesaikan. Apabila terdapat kekeliruan,

kekurangan, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai

perbaikan demi kelancaran dan keberhasilan. Semoga karya tulis ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Gombong, 06 Juni 2018

(8)
(9)

Program Studi Profesi Ners

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KIA-N, Juli 2018

Nurma Gupita, S. Kep1) Tri Sumarsih, S. Kep. Ns., MNS2) Ns. Abdul Jalil, M. Kep. Sp. Kep., J3)

ABSTRAK

ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP

KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

Latar Belakang: Gangguan Persepsi Sensori halusinasi merupakan respon panca indera yang dialami oleh seseorang tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Menghardik merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan menolak halusinasi yang muncul.

Tujuan: untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dalam perubahan tanda dan gejala serta kemampuan pasien dalam menghardik di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.

Metode: deskriptif melalui pendekatan studi kasus menggunakan teknik analisa data dengan cara observasi dan dokumentasi keperawatan.

Hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan pada P1, P2 dan P3 terjadi penurunan tanda dan gejala P1 secara Subjektif 66,7% dan objektif 16,7%. P2 secara subjektif 66,7% dan objektif 33,3%, P3 secara subjektif 33,4% dan objektif 50%. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan P1 27,8%, P2 33,4% dan P3 25%.

Rekomendasi: terapi menghardik dengan menutup telinga direkomendasikan untuk diterapkan pada pasien halusinasi dengar dalam mengontrol halusinasinya.

Kata Kunci: gangguan persepsi sensori: halusinasi dan menghardik.

(10)

NERS NURSING STUDY PROGRAM STIKes Muhammadiyah Gombong Scientific Work Final, July 2018

Nurma Gupita, S. Kep 1) Tri Sumarsih, S. Kep. Ns., MNS 2) Ns. Abdul Jalil, M. Kep. Sp. Kep., J3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF NURSING CARE ON THE PATIENTS WITH SENSORY PERCEPTION DISORDERS: HALLUCINATIONS OF HEARING

ON THE ABILITY TO REBUKE THE EARPLUGS AT THE GUESTHOUSE ARIMBI RSJ

PROF DR SOEROJO MAGELANG

Background: interference of sensory perception: hallucinations is a response to faculty perception whose experienced by someone without excitement or stimulus from the outside and not experienced by others. Rebuke is one attempt to control hallucinations by rejecting hallucinations appear.

Purpose: to analyze nursing care in patient with Sensory Perception Disorders: Hallucinations perceptual perception in the change of signs and symptoms and the ability of patient to rebuke At Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang.

Method: descriptive case study approach using data analysis techniques by means of observation and nursing documentation.

Result: after nursing care on P1, P2 dan P3 a decrease of P1 sign and symptom 66,7% and objective 16,7%. P2 subjectively 66,7% and objectively 33,3%. P3 subjectively 33,4% and objectively 50%. While for the alteration ability P1 27,8%, P2 33,4% and P3 25%.

Recommend: to rebuke therapy can be done by reading dhikr therapy to control hallucination experienced.

Keywords: sensory perception disorders: hallucinations, rebuke.

1) Student Ners Profession of Muhammadiyah Health Science Institude of Gombong.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAS iii

HALAMAN BEBAS PLAGIARISME iv

HALAMAN PERSETUJUAN v

HALAMAN PENGESAHAN vi

KATA PENGANTAR vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viii

ABSTRAK ix

ABSTRACT x

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR LAMPIRAN xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1

B. Tujuan 6

C. Manfaat 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9

A. Konsep Medis Skizofrenia 9

B. Konsep Dasar Halusinasi 17

C. Asuhan Keperawatan Berdasar Teori 23

D. Pohon Masalah 28

BAB III METODE STUDI KASUS 29

A. Jenis atau Desain Karya Tulis Akhir 29

B. Subjek Studi Kasus 29

C. Fokus Studi Kasus 30

D. Definisi Operasional 30

E. Instrumen Studi Kasus 31

F. Metode Pengumpulan Data 31

G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus 32

H. Analisa Data dan Penyajian Data 32

I. Etika Studi Kasus 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35

A. Profil Lahan Praktik 34

B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan 36 C. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan 45

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sumber Pathway gangguan persepsi sensori:

halusinasi pendengaran 14

Tabel 2.2 Rentang respon halusinasi 20

Tabel 2.3 Standar Keperawatan Jiwa (SAK) pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi 24 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Halusinasi

di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang

Bulan April 2018 44

Tabel 4.2 Analisa Masalah Keperawatan Pasien Halusinasi

di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang 45 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Halusinasi

Pendengaran Sebelum dan Sesudah Menghardik Tutup

Telinga pada Pasien 1 di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang 48

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah Menghardik Tutup

Telinga pada Pasien 2 di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang 49

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah Menghardik Tutup

Telinga pada Pasien 3 di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang 50

Tabel 4.6 Analisis Evaluasi Kemampuan Pasien 1 dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma Arimbi RSJ Dr Soerojo Magelang Bulan April 2018 51 Tabel 4.7 Analisis Evaluasi Kemampuan Pasien 2 dalam Mengontrol

Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma Arimbi RSJ Dr Soerojo Magelang Bulan April 2018 52 Tabel 4.8 Analisis Evaluasi Kemampuan P3 dalam Mengontrol

Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma Arimbi RSJ Dr Soerojo Magelang Bulan April 2018 53 Tabel 5.1 Kesimpulan Tanda dan Gejala Sebelum dan Sesudah

Menghardik Tutup Telinga Pasien Halusinasi Dengar

di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang (n=3) 54 Tabel 5.2 Kesimpulan Evaluasi Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi

Lampiran 2 : Asuhan Keperawatan Kelolaan Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (P1, P2 dan P3)

Lampiran 3 : Lembar Observasi Tanda dan Gejala serta Kemampuan Pasien

Lampiran 4 : Jurnal Penelitian

Lampiran 5 : Informed Concent

Lampiran 6 : SPO Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi SP1 Pasien

Lampiran 7 : Strategi Pelaksanaan

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan

mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.

Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan

3,6% gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari

18% antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar

kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit dialami orang-orang

yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO,

2017).

Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil

analisis dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa

termasuk skizofrenia. Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan

dibanding gangguan jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga

tinggal di negara berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia

tidak mendapatkan penanganan medis. Gejala skizofrenia muncul pada

usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding

perempuan (Ashturkar & Dixit, 2013).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013

prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) pada penduduk

Indonesia 1,7 per mil. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia ke 2

terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (27,8%), diikuti Aceh (27,6%)

(Riskesdas, 2013). Berdasarkan data tersebut terlihat jelas jumlah

penduduk Indonesia mengalami peningkatan gangguan mental emosional

serta gangguan jiwa berat, salah satunya adalah skizofrenia.

Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering

ditunjukan oleh adanya gejala positif, diantaranya adalah halusinasi.

Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah

(15)

merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau

penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliat, 2012).

Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami

perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara,

penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Damaiyanti, 2012).

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang

nyata artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa

stimulus atau rangsangan dari luar (Trimelia, 2011). Dapat disimpulkan

bahwa halusinasi merupakan respon persepsi panca indera yang dialami

oleh seseorang tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami

oleh orang lain. Kasus yang paling banyak di Rumah Sakit Jiwa adalah

pasien dengan skizofrenia, 70% mengalami halusinasi dan 30%

mengalami waham. Sedangkan pasien yang mengalami waham, 35%

mengalami halusinasi (Hawari, 2014).

Menurut Yosep (2011), jenis-jenis halusinasi meliputi halusinasi

pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, halusinasi

pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi kinesthetik, halusinasi seksual

dan halusinasi visceral. Sedangkan jenis halusinasi yang sering dialami

oleh seseorang adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan (Aristina,

2013). Halusinasi pendengaran berupa bunyi mendering atau suara bising

yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah

kata atau kalimat yang bermakna, dan biasanya suara tersebut ditujukan

kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat

dengan suara tersebut. Sedangkan halusinasi penglihatan, seseorang

melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang kemudian dapat

menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan

(Yosep, 2011).

Penanganan atau perawatan intensif perlu diberikan agar pasien

skizofrenia dengan halusinasi tidak melakukan tindakan yang dapat

membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Terjadinya

(16)

3

lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian halusinasinya, sehingga

seseorang akan semakin jauh dari hubungan sosial dengan lingkungan

sekitarnya. Selain itu, seseorang yang mengalami halusinasi khususnya

halusinasi pendengaran, bisa bertengkar atau berbicara dengan suara-suara

yang dia dengar, bisa juga berbicara keras seperti menjawab pertanyaan

seseorang, kemudian dapat berakibat melukai diri sendiri maupun orang

lain.

Halusinasi dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang mengalami

halusinasi. Respon pasien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga,

ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak

diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak

dapat membedakan keadaan nyata atau tidak nyata. Yang dapat

ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan

kontrolnya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya akan

dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan

bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide) bahkan merusak

lingkungan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal tersebut

maka diperlukan penanganan yang tepat.

Penanganan halusinasi sama dengan penanganan skizofrenia pada

umumnya. Di rumah sakit, penanganan halusinasi dapat berupa intervensi

biologis, intervensi psikologis, maupun intervensi sosiokultural. Pada

gejala-gejala yang timbul akibat halusinasi dapat diberikan obat-obatan

psikotik berupa neuroleptic sebagai bentuk intervensi biologis,

teknik-teknik perilaku sebagai bentuk intervensi psikologis, serta terapi

perubahan lingkungan dan melibatkan keluarga dalam perawatan sebagai

bentuk intervensi sosiokultural.

Menangani atau mengontrol pasien halusinasi bisa dilakukan ke

pasien langsung (individu), keluarga maupun kelompok (TAK).

Menangani atau mengontrol halusinasi yang dilakukan ke pasien langsung

(individu) dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu menghardik

(17)

terjadwal, mengkonsumsi obat secara teratur (Keliat, 2012). Menghardik

merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan

menolak halusinasi yang muncul. Penelitian yang dilakukan oleh

Anggraini (2013) tentang “Pengaruh Menghardik terhadap Penurunan

Tingkat Halusinasi Dengar pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh menghardik baik menghardik dengan menutup telinga maupun tanpa menutup telinga

terhadap tingkat halusinasi dengar.

Pasien dengan halusinasi pendengaran mengalami gangguan status

mental atau dengan kata lain pasien mengalami defisit kognitif khususnya

dalam hal konsentrasi. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya untuk

memutus halusinasi dengan alternatif menghardik menutup telinga.

Diharapkan dengan menghardik menutup telinga, pasien dapat lebih fokus

pada menghardik. Upaya dalam menangani atau mengontrol pasien

halusinasi dengan menghardik telah dilakukan sehari-hari oleh perawat di

Wisma Arimbi dalam rangka upaya memutus halusinasi. Akan tetapi

penerapan tindakan untuk menganalisa penurunan tanda dan gejala serta

peningkatan kemampuan pasien dalam menghardik belum pernah

dilakukan di Wisma Arimbi.

Halusinasi juga memerlukan suatu strategi manajemen gejala seperti

perawatan diri sendiri (self care) untuk mengatasi gejala halusinasi.

Sebuah studi di Taiwan oleh Tsai & Ku (2009) tentang self care symptom

management, menemukan bahwa self care manajemen gejala skizofrenia

pada halusinasi pendengaran dibagi dalam 3 kategori, yaitu fisiologis,

kognitif dan perilaku (behavioral). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

strategi fisiologis yang banyak digunakan adalah tidur dan mendengarkan

musik. Strategi kognitif yang sering digunakan adalah mengabaikan suara

halusinasi, dan strategi manajemen yang terkait perubahan perilaku yang

paling sering digunakan adalah menutup telinga. Menutup telinga

ditemukan sebagai strategi yang efektif untuk mengatasi halusinasi

(18)

5

barat. Peneliti juga menemukan bahwa menonton televisi adalah

pendekatan yang paling umum di budaya barat, sedangkan pasien dengan

skizofrenia dalam budaya Cina lebih cenderung menggunakan metode

yang lebih pasif, seperti mengabaikan halusinasi pendengaran, sebagai

pilihan utama.

Sebuah studi fenomenologi di kota Cimahi Jawa Barat (Suryani, 2013)

menunjukkan bahwa pencegahan halusinasi dapat dilakukan dengan

pendekatan spiritual dan menggunakan koping yang konstruktif serta

menghindari kesendirian. Di dalam penelitian ini didapatkan bahwa

beberapa responden yang mengalami halusinasi menggunakan cara untuk

mencegah halusinasi yang mereka alami dengan sholat, banyak teman,

curhat, jangan banyak pikiran, rajin beribadah, konsultasi dengan tenaga

kesehatan dan puasa. Dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan bahwa

dalam merawat penderita dengan halusinasi untuk melakukan pemutusan

halusinasi tidak cukup dengan mengajarkan pasien untuk mengatakan “stop saya tidak mau dengar” seperti yang selama ini diajarkan oleh perawat hampir di semua rumah sakit di Indonesia. Peneliti mengatakan

hal terpenting adalah bagaimna cara mencegah halusinasi tersebut yaitu

dengan melatih penderita untuk mengenali situasi dan kondisi yang

mencetuskan halusinasi tersebut.

Menangani pasien halusinasi yang dilakukan ke kelompok adalah

dengan cara Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) khususnya Stimulasi

Persepsi. Terapi Aktifitas Kelompok: Stimulasi Persepsi adalah terapi

yang menggunakan aktifitas sebagai stimulus dan terkait dengan

pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat,

2012) yang bertujuan agar pasien dapat mempersepsikan stimulus yang

dipaparkan kepadanya dengan tepat, dapat menyelesaikan masalah yang

timbul dari stimulus yang dialami dan dapat membantu pasien mengenali

halusinasi serta pasien mampu mengontrol gangguan halusinasi yang ia

(19)

terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi Sesi ke 1-3 terhadap

kemampuan mengendalikan halusinasi dengan p=0,002.

RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang merupakan salah satu RSJ yang

terakreditasi A, dan berada di Kabupaten Magelang bagian utara yang

beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani 169. Wisma Arimbi merupakan

salah satu wisma atau ruangan khusus wanita di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang yang mempunyai visi “menjadi ruang pelayanan keperawatan yang unggul untuk membantu tercapainya kesembuhan”. Data yang

penulis peroleh pada bulan Maret , didapatkan data bahwa selama sebulan

± 11 pasien halusinasi, dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran

yang sering terjadi. Selain pasien halusinasi juga terdapat pasien dengan

waham, HDR (Harga Diri Rendah) dan RPK (Resiko Perilaku Kekerasan).

Pasien yang mengalami halusinasi di Wisma Arimbi di rawat inap selama

± 28 hari (nilai ideal 6-9 hari). Penulis melakukan asuhan keperawatan

kepada tiga pasien yang mengalami halusinasi (P1, P2 dan P3), dan

penulis juga mengajarkan terapi untuk mengontrol halusinasi: menghardik

yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah akhir yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran terhadap

Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi: Menghardik di Wisma

Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis asuhan

keperawatan pada pasien (P1, P2 dan P3) dengan gangguan persepsi

(20)

7

halusinasi: menghardik di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo

Magelang.

2. Tujuan Khusus

a. Mampu memaparkan hasil pengkajian dengan gangguan persepsi

sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.

b. Mampu memaparkan hasil analisa data dengan gangguan persepsi

sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.

c. Mampu memaparkan hasil intervensi keperawatan dengan

gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.

d. Mampu memaparkan hasil implementasi keperawatan dengan

gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.

e. Mampu memaparkan hasil evaluasi P1, P2 dan P3.

f. Mampu memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan sebelum

dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan dengan gangguan

persepsi sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.

C. Manfaat

1. Manfaat Keilmuan

Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh

pendidik maupun mahasiswa dalam bidang keilmuan terutama

mengenai Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan

Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Terdahap Kemampuan Klien

Dalam Mengontrol Halusinasi: Menghardik di Wisma Arimbi RSJ

Prof. Dr. Soerojo Magelang.

2. Manfaat Aplikatif

a. Penulis

Diselesaikannya karya ilmiah ini, diharapkan penulis dapat

mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan yang

didapatkan dari pengalaman nyata dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori:

(21)

keperawatan, serta dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan

tentang karya ilmiah, khususnya yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensor: halusinasi

pendengaran. Penulis juga dapat memperdalam pengetahuan

tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukannya.

b. Rumah Sakit

Hasil tugas akhir/asuhan keperawatan ini dapat dijadikan

sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan kebijakan

operasional Rumah Sakit agar mutu pelayanan keperawatan dapat

ditingkatkan.

c. Pasien

Dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat

mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan

jiwa.

d. Perawat

Perawat dapat lebih inovatif dalam menerapkan tindakan untuk

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraini, Karina. 2013. Pengaruh Menghardik terhadap Penurunan Tingkat

Halusinasi Dengar pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr.

Aminogonduhutomo Semarang.

Arikunto. 2013. ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan Praktik. EdisiRevisi 8. Jakarta: RinekaCipta.

Aristina. 2013. Proses Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Ashturkar & Dixit. 2013. Proses Asuhan Keperawatan. Jakarta: mediaCipta.

Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Damayanti, Rafina. 2014. Efektifitas Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi pada Pasien Halusinasi Dengar di RSJ Tampan Provinsi Riau.

Danardi. 2010. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit Jiwa.

http://persi.co.id/pada versi/news/artikel.php.3.id

Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja

Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Dharma. 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan: Panduan melaksanakan Dan Menerapakan Hasil Penelitian . Jakarta. Trans Info Media.

Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika

Djunaedi & Yitnamurtri. 2012. Psikoterapi Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer.

Ellina, Agusta Dian. 2013. Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sesi 1-3 terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya.

Haryanto. 2013. Analisis Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Hawari. 2014. Psikopat, Paranodi dan Gangguan Kepribadian. Jakarta: FKUI.

Hidayat. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: EGC.

Husain. 2008. Gangguan Kesehatan Jiwa. Diperoleh tanggal 20 Mei 2018 dari

(23)

Husada Mahakam Samarinda. Diperoleh pada 20 Mei 2018 pada

http://72.14.235.104./search

Lilik. 2011. Pengaruh Menghardik pada Pasien Halusinasi Dengar. Bandung: Refika Media.

Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. EGC : Jakarta.

Notoatmojo. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta

Noviandi. 2008. Deskripsi Perubahan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Klien Dengan Terapi Individu di Ruang MPKP RSJ Magelang. Diperoleh 20 Mei 2018 dari: http://skripsistikers.wordpress.com.

Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Riskesdas. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Diakses tanggal 20 Mei 2018.

Stuart, Gail, W. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Cetakan I. Jakarta: EGC.

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi Cetakan I. Jakarta: Trans Info Medika.

Townsend. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Vedbeck. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Wahid. 2013. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

WHO. 2017. The World Health Report:mentalhealth.www.who.int/mental_health. Diperoleh tanggal 20 Mei 2018.

Wijayanti, Ni Made. 2011. Terapi Okupasi Aktifitas Waktu Luang terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di RSJ Provinsi Bali.

Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama

(24)
(25)
(26)

ASUHAN KEPERAWATAN P1 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI WISMA

ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG

Disusun oleh:

NURMA GUPITA A31701028

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(27)

a. Pasien

Nama : P1

Usia : 21 tahun

Alamat : Jawa Tengah

Pendidikan: SD

Pekerjaan : -

Status : belum menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

No. RM : 00138330

Dx medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga)

b. Penanggung jawab

Nama : Tn. M

Usia : 50 tahun

Alamat : Jawa Tengah

Pendidikan: SMA

Pekerjaan : wirausaha

Agama : Islam

Suku : Jawa

Hubungan : ayah kandung

2. Alasan masuk

Pasien dibawa ke RSJ oleh ayahnya setelah putus obat selama

kurang lebih 2 hari kemudian muncul gejala tak bisa tidur 2 hari,

bicara sendiri, tertawa sendiri dan sering keluyuran. Sebelumnya

pasien pernah dirawat di RSJ, sehingga ayahnya segera

(28)

3. Faktor predisposisi

Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.

Pengobatan lancar sampai pada akhirnya sempat terputus selama 2

hari. Adaptasi di masyarakat kurang berhasil karena pasien tidak

pernah mengikuti kegiatan, pasien merasa tidak nyaman jika

berada di tengah masyarakat. Pasien belum pernah melakukan atau

mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,

penolakan dari lingkungan, maupun kekerasan dalam keluarga

termasuk tindakan kriminal. Ada riwayat keluarga dengan

gangguan jiwa yaitu ibu kandungnya selama kurang lebih 3 tahun

dengan gejala yang nampak yaitu diam. Riwayat berobat di RSJ.

Pasien tidak tinggal bersama ibunya sehingga tidak terjalin

hubungan yang baik dengan ibunya. Pasien mengatakan pernah

memiliki teman dekat yang sering pergi bersama (bernama Dwi),

namun pasien merasa Dwi tidak pernah mengungkapkan isi

perasaannya kepada pasien, sehingga pasien merasa jauh dan saat

ini berharap masih bisa dekat seperti dulu lagi yang sempat berjanji

akan selalu bersama, meskipun saat ini tidak pernah ada

komunikasi diantara keduanya.

4. Pengkajian fisik

a. Keadaan umum : pasien tampak bingung

b. Vital sign : TD 110/80 mmHg, Nadi 76x/menit,

RR 20x/menit dan suhu 365 C.

c. TB dan BB : 155 cm dan 46 kg

(29)

Keterangan:

: Laki-laki

: Perempuan

: klien

: ibu kandung dengan gangguan jiwa

: tinggal dalam 1 rumah

: menikah

: garis keturunan

: bercerai

Dalam keluarga tidak ada hambatan komunikasi antara pasien

dengan ayahnya ataupun kakaknya. Komunikasi baik meskipun

terkadang pasien diam saja. Pengambil keputusan dalam

keluarga yaitu ayahnya. Pasien diasuh dan dibesarkan oleh

ayahnya. Karena ibu mengalami gangguan jiwa. Pasien

(30)

b. Hubungan sosial

Menurut pasien orang yang berarti dalam hidupnya adalah

ayahnya. Tempat dimana pasien mangadu, meminta bantuan

dan sokongan. Walaupun pasien memiliki teman dekat yang

bisa diajak curhat (Dwi). Pasien tidak pernah mengikuti

kegiatan apapun dalam kelompok masyarakat.

Masalah keperawatan yang muncul: Menarik Diri (Isolasi

Sosial).

c. Spiritual (keyakinan dan ibadah)

1) Nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan jika sakit yang dialaminya jika menurut

budaya dan agama yaitu merupakan ujian, namun dalam

masyarakat sakit jiwa seperti ini memalukan.

2) Kegiatan ibadah

Pasien melakukan ibadah rutin di rumah, saat dikaji pasien

sedang berhalangan untuk melakukan ibadah, pasien hanya

berdoa kepada Allah.

6. Status mental

a. Penampilan

Rambut pasien tampak tidak rapi, pakaian tampak kurang

rapi dimana kancing baju kurang tepat. Walaupun pemilihan

pakaian yang dikenakan sudah tepat. Pasien berpakaian wajar

seperti teman lainnya. Pasien tidak pernah menyisir rambutnya

dan merapikan pakaiannya.

Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri (berpakaian dan

berdandan).

b. Pembicaraan

(31)

d. Alam perasaan

Pasien terkadang tampak gembira namun seketika pasien

tampak sedih. Pasien sesekali menujukkan ekspresi wajah

seperti mengkhawatirkan sesuatu yang tak pasti.

e. Afek

Afek tumpul dimana pasien akan bereaksi bila ada stimulus

emosi yang kuat.

f. Interaksi selama wawancara

Kontak mata pasien mudah beralih selama diajak interaksi.

g. Persepsi

Pasien mengatakan mendengar suara-suara (laki-laki

bernama Dwi) yang mengajaknya bercakap-cakap. Suara itu

muncul pada pagi dan malam saat pasien melamun sendirian.

Pasien mengatakan senang jika mendengar suara itu dan pasien

mengikuti adanya suara tersebut.

Masalah keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi).

h. Proses pikir

Saat interaksi tampak pembicaraan pasien tidak ada

hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan

pasien tidak menyadari akan hal tersebut (kehilangan asosiasi).

i. Isi pikir

Pasien mengatakan bahwa sebenarnya dirinya ingin

mengetahui bagaimana perasaan Dwi padanya. Pikiran tersebut

yang selalu muncul walaupun pasien berusaha untuk tidak

(32)

j. Tingkat kesadaran

Pasien sering mengatakan bingung saat ditanya oleh

perawat. Tampak saat interaksi pasien beberapa kali

mengatakan bingung terhadap pertanyaan yang diajukan oleh

perawatan.

k. Memori

Saat ditanya mengenai hari dan tanggal saat ini mampu

menjawab. Pasien juga mampu menjawab saat ditanya topik

TAK hari kemarin. Pasien mengatakan tidak ingat dengan

kejadian yang terjadi di rumah beberapa bula lalu.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Perhatian pasien mudah beralih dari satu obyek ke obyek

lain, pasien tampak tidak mampu menjelaskan kembali apa

yang disampaiakan oleh perawat (tak mampu konsentrasi).

Serta tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan.

m. Kemampuan penilaian

Pasien tidak mampu mengambil keputusan, perlu bantuan

saat mengambil keputusan. Tampak pada saat interaksi dan

pasien ditanya akan memasukan pakaian yang telah dilipat ke

dalam almari atau loker namun pasien bingung untuk memilih,

pasien dapat memutuskan setelah mendapat penjelasan. Dari

adanya hal tersebut jelas pasien mengalami gangguan

kemampuan penilaian bermakna.

n. Daya tilik diri

Pasien tidak menyadari gejala penyakit (adanya perubahan

fisik dan emosi) namun pasien merasa harus minum obat untuk

mencapai kesembuhan.

7. Kebutuhan pasien pulang

a. Pasien makan 3x dalam sehari menggunakan lauk dan sayur.

(33)

shampoo. Memotong kuku dengan motivasi.

d. Pasien mampu mengambil, memilih dan mengenakan pakaian.

Pakaian tampak kurang rapi. Ganti pakaian 1x sehari.

e. Pasien istirahat terkadang dengan tidur siang, tidur malam

hingga jam 5 pagi. Sikat gigi sebelum tidur dan bangun tidur,

merapikan tempat tidur setiap setelah bangun tidur.

f. Penggunaan obat

(1) P.O Risperidone 3 mg /12 jam

(2) P.O Trihexyphenydyl 2 mg /12 jam

(3) P.O Clozapine 25 mg /24 jam

g. Pemeliharaan kesehatan

Pasien mempunyai sistem pendukung yaitu kedua orang

tuanya dan perawat yang terlihat berperan dalam pemenuhan

ADL nya serta pengawasan minum obat.

h. Kegiatan di dalam rumah

Pasien mampu membantu menyajikan makanan. Mampu

merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel serta mengatur

pakaiannya sendiri.

i. Kegiatan di luar rumah

Pasien belum mampu untuk melakukan kegiatan di luar

rumah kecuali saat mengikuti jalan santai pagi hari bersama

temannya.

8. Mekanisme koping

a. Mekanisme adaptif : pasien mampu berbicara dengan

(34)

b. Koping maladaptif : pasien tampak menghindar

(terkadang) saat disinggung mengenai beberapa hal yang tidak

ingin ia bicarakan.

9. Aspek medis

a. Diagnosa medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga)

b. Terapi :

P.O Risperidone 3 mg /12 jam

P.O Trihexyphenydyl 2 mg /12 jam

P.O Clozapine 25 mg /24 jam

DS: Pasien mengatakan

mendengar suara-suara

yang mengajaknya

bercakap-cakap (Dwi),

pasien mengatakan senang

jika suara itu muncul pada

muncul 2x pada malam hari

dan pagi setelah bangun

tidur.

DO: pasien tampak bicara

sendiri, kadang tertawa

sendiri, pasien tampak

sesekali memalingkan muka

ke arah telinga saat diajak

interaksi seolah mendengar

Gangguan Persepsi

(35)

bereaksi jika ada stimulus

yang kuat. Kontak mata

mudah beralih dan pasien

tampak bingung. Pasien

tampak lesu dan gelisah.

Pasien tampak gembira

namun seketika pasien

tampak sedih.

2 Selasa,

17 april

2018

09.45

DS: pasien mengatakan

ayahnya adalah sosok yang

berarti dalam hidupnya.

Pasien mengatakan saat di

temannya berkumpul santai

di ruangan, konsentrasi

tampak mudah beralih saat

interaksi maupun kegiatan

kelompok seperti TAK.

Menarik Diri: Isolasi

DS: pasien mengatakan

tidak pernah menyisir

rambutnya.

DO: Rambut pasien tampak

tidak rapi, pakaian tampak

kurang rapi dimana kancing

baju kurang tepat.

Walaupun pemilihan

pakaian yang dikenakan

sudah tepat. Pasien tidak

Defisit Perawatan

Diri: Berpakaian dan

(36)

pernah menyisir rambutnya

dan merapikan pakaiannya.

C. Diagnosa keperawatan

1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

2. Menarik Diri: Isolasi Sosial

3. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian dan Berdandan

D. Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SP)

1 Gangguan

Sensori Persepsi: Halusinasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x pertemuan, masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1. Dapat membina hubungan saling percaya.

2. Dapat mengidentifikasi isi

halusinasi, waktu

3. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan cara:

a. Menghardik b. Berbincang-bincang c. Melakukan aktivitas d. Minum obat teratur

SP1Pasien

1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

2. Bantu klien dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP2 Pasien

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P).

2. Bantu klien

(37)

cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P, SP2 P dan SP3 P).

1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien. 2. Memberikan pendidikan

kesehatan tentang

pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi.

3. Menjelaskan cara

merawat klien dengan halusinasi.

SP2Keluarga

1. Melatih keluarga

mempraktikkan cara

merawat klien dengan halusinasi.

2. Melatih keluarga

(38)

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf

Selasa, 17

jenis halusinasi (isi,

frekuensi, waktu

halusinasinya muncul saat pasien

sedang melamun sendirian.

Suara laki-laki (Dwi) yang tidak

jelas entah mengajak pasien

pergi kemana. Muncul 2x dalam

sehari pada malam hari dan saat

pagi setelah bangun tidur. Pasien

mengatakan senang dengan

adanya suara tersebut. Pasien

mengatakan mampu menghardik

suara tersebut.

O: Pasien terlihat mampu

menghardik. Pasien tampak lebih

tenang, wajah berseri, masih

sesekali mengalihkan fokus dan

bicara sendiri, kontak mata

mudah beralih.

A: halusinasi teratasi dengan

SP1 P (mengenal dan

mengontrol halusinasi dengan

menghardik).

P: latih cara kontrol halusinasi

dengan teratur minum obat

(prinsip 5 benar minum obat)!

Rabu, 18

S: pasien mengatakan semalam

masih mendengar suara-suara

dan ia mencoba memutus

dengan cara menghardik. Pasien

mengatakan belum hafal dengan

5 benar minum obat (dosis,

waktu dan obat).

O: pasien tampak minum obat

(39)

halusinasi dengan teratur minum

obat (prinsip 5 benar minum

obat)!

P: latih ulang cara kontrol

halusinasi dengan teratur minum

obat (prinsip 5 benar minum

dosis obat yang ia minum. Pasien

mengatakan masih bingung untuk

menghafal jenis obat dan

dosisnya.

O: pasien tampak terdiam saat

ditanya nama dan dosis obatnya.

Pasien dibantu perawat dalam

menyebutkan nama dan dosisnya.

Pasien dibantu perawat dalam

menyiapkan obat yang akan

diminumnya.

A: halusinasi belum teratasi

dengan SP2 (teratur minum

obat).

P: latih ulang cara kontrol

halusinasi dengan teratur minum

obat (prinsip 5 benar minum

(40)

ASUHAN KEPERAWATAN P2 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO

MAGELANG

Disusun oleh:

NURMA GUPITA

A31701028

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(41)

a. Identitas pasien

Nama : P2

Usia : 31 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : Tidak Bekerja (Irt)

Pendidikan : SMP

Status : cerai

Suku Bangsa : Jawa

Alamat : Jawa Tengah

No. Rm : 00161387

Diagnosa Medis : F32.2 (Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik)

b. Identitas Penaggung Jawab

Nama : Ny. D

Usia : 30 Tahun

Agama : Islam

Pekerjaan : IRT

Pendidikan : SMK

Alamat : Jawa Tengah

Hubungan : Anak Pertama

2. Alasan masuk

Pasien diantar oleh keluarganya ke poli RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal 5 april 2018 dengan alasan kurang lebih enam bulan ini Ny. P banyak diam, bicara seperlunya, suka bicara sendiri. Keluarga mengatakan klien perilakunya aneh semenjak bercerai dengan suaminya.

3. Faktor predisposisi

(42)

4. Pengkajian fisik

1. Keadaan umum : wanita kesan lebih tua dari usianya, perawatan diri

kurang.

2. Vital sign: TD 160/92mmHg, Nadi 82x/menit, suhu 36˚c, RR

18x/menit.

3. TB: 145cm BB 54kg.

5. Pengkajian psikososial

a. Genogram

Keterangan:

: perempuan : meninggal

: laki-laki

:pasien

(43)

b. Identitas diri

Pasien adalah seorang wanita usia 31 tahun. c. Peran

Pasien sebagai single parent untuk kedua anaknya. d. Ideal diri

Pasien mengatakan berharap bisa mejadi ibu yang baik untuk kedua anaknya. Pasien berharap keluarganya dan masyarakat bisa menerimanya sebagai orang yang sehat jiwa. Pasien berharap sakitnya bisa sembuh dan bisa menjalankan akivitas sehari-hari.

e. Harga diri

Pasien mengatakan merasa tidak berguna karena tidak memiliki pekerjaan dan dicerai oleh suaminya.

7. Hubungan sosial

Pasien mengatakan berhubungan baik dengan anak dan kakaknya. Tetapi pasien mengatakan jarang berhubungan dengan orang lain dan suka menyendiri. Pasien juga mengatakan tidak mengikuti kegiatan apapun dimasyarakat. Pasien mengatakan tidak suka berinteraksi dengan orang lain.

8. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan

Pasien mengatakan bahwa sakitnya yang dialami sekarang merupakan ujian dari Allah SWT dan klien yakin setelah ujiannya selesai maka sakitnya akan sembuh.

b. Kegiatan ibadah

(44)

9. Status mental

a. Penampilan umum : terlihat rambutnya tidak pernah disisir dan

hanya diikat.

b. Pembicaraan : lambat, volume suara lirih, flat of idea.

c. Aktivitas motorik : terlihat lambat, banyak duduk dan seing

mengantuk, mondar-mandir dari kamar ke ruang depan.

d. Alam perasaan : pasien mengatakan sedih karena ditinggal

suaminya, khawatir tidak ada yang menjemputnya.

e. Afek : Tumpul, klien hanya berinteraksi saat ada stimulus yang

kuat.

f. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, tidak ada kontak mata,

pembicaraan mudah beralih, klien berbicara saat hanya diberi

pertanyaan, pembicaraan tidak jelas.

g. Persepsi : Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki yang

memanggilnya tetapi tidak tahu suara siapa, suara itu muncul saat

malam hari saat sedang sendirian, suara itu muncul kadang-kadang.

Gejala yang tampak adalah klien sering melamun dan berbicara

sendiri.

h. Proses fikir : pasien mengatakan saat sedang menonton TV

maka di TV tersebut sedang tidak menyiarkan dirinya, saat klien

melihat orang yang sedang berbincang juga klien mengatakan bahwa

orang tersebut sedang tidak membicarakan dirinya.

i. Tingkat kesadaran: pasien mengatakan bahwa dirinya sedang dirawat

di RSJ magelang.

j. Memori : pasien mengatakan bahwa dirinya tidak

mengetahui nama-nama dari teman satu wisma.

k. Tingkat konsentrasi dan berhitung: Pasien tidak mampu menjawab

ketika diberi soal 2+5, pasien menjawab 7.

l. Kemampuan penilaian : Ketika pasien dihadapkan pada 2 kondisi

saat cuaca sedang panas dan tubuhnya sangat berkeringat, saat itu pula

(45)

tidak perlu penanganan khusus.

10.Kebutuhan persiapan pulang

a. Makan

Pasien mengatakan bisa makan sendiri tanpa bantuan orang lain. Klien mengatakan menghabiskan porsi makan yang disediakan, makan 3x/hari. Bisa mencuci alat makan yang sudah digunakan.

b. BAB dan BAK

Pasien mengatakan BAB dan BAK dikamar mandi dan menyiramnya. c. Mandi

Pasien mengatakan sehari mandi 2x dengan manggunakan alat mandi, klien mengatakan sikat gigi setiap mandi dan shampoan seminggu 2x. d. Berpakaian

Pasien mengatakan sehari ganti baju 1x, memilih dan memakai sendiri, pasien terlihat rapi dalam berpakaian kancing terpasang.

11.Istirahat dan tidur

Pasien mengatakan susah untuk tidur siang, tidur malam kadang puas kadang tidak. Sebelum tidur jarang gosok gigi, dan jarang merapikan tempat tidur.

12.Penggunaan obat

Pasien mengatakan dirumah tidak mengkonsumsi obat. Pasien mengatakan bisa minum obat menggunakan air dan minum obat sesuai waktu yang ditentukan.

13.Pemeliharaan kesehatan

(46)

14.Kegiatan didalam rumah

Pasien mampu untuk mengolah makanan, merapikan rumah, mengatur pakaian sendiri.

15.Kegiatan di luar rumah

Pasien mengatakan belum mampu untuk belanja sehari-hari, mampu untuk melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, pasien mengatakan belum mampu untuk menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum sendirian, pasien mengatakan tidak suka melakukan kegiatan di luar rumah.

16.Mekanisme koping

Pasien mengatakan ketika ada masalah lebih suka dipendam sendirian dan lebih baik diam daripada harus menceritakan pada orang lain.

17.Aspek Penilaian

a. Diagnosa medis : F32.2 (Episode depresif berat tanpa gejala

psikotik).

b. Terapi medis yang diberikan : Abilify 10mg/24jam (sore jam

15.00) dan Furosemide 20mg/6jam.

B. Analisa data

No Tgl/jam Data fokus Diagnosa

keperawatan Paraf

1 17.4.18

11.30

Ds: pasien mengatakan mendengar suara-suara

lelaki yang memanggilnya dan sesekali

mengajaknya bercakap-cakap. Pasien mengatakan

merasa senang dengan halusinasinya. Pasien

mengatakan mendengar suara saat sedang sendirian

pada malam hari, pasien mengatakan sesekali

mengikuti sumber suara.

Do: pasien tampak bicara dan tertawa sendiri,

pasien tampak serig menyendiri, pasien tampak

sesekali memalingkan muka ke arah sumber suara,

pasien mondar-mandir, afek tumpul, pembicaraan

Gangguan persepsi

(47)

mengatakan tidak mengikuti kegiatan apapun

dimasyarakat, pasien mengatakan tidak suka

berinteraksi dengan orang lain

Do: afek tumpul, tidak ada kontak mata, pasien

berbicara saat hanya diberi pertanyaan.

3 17.4.18

09.00

Ds: pasien mengatakan merasa tidak berguna

karena tidak memiliki pekerjaan dan dicerai oleh

suaminya.

Do: pembicaraan lambat, volume suara lirih

dan pasien lebih banyak duduk dengan mengantuk.

Gangguan konsep

diri: harga diri rendah

Diagnosa keperawatan

1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi

2. Menarik diri: isolasi sosial

(48)

C.Rencana keperawatan

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SP)

1 Gangguan

Sensori Persepsi: Halusinasi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama ... x

pertemuan, masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:

4. Dapat membina hubungan saling percaya.

5. Dapat mengidentifikasi isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi/penyebab yang menimbulkan halusinasi, dan perasaan/respon pasien saat terjadi halusinasi.

6. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan cara:

e. Menghardik f. Berbincang-bincang g. Melakukan aktivitas h. Minum obat teratur

SP1 Pasien

6. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

7. Bantu klien mengidentifikasi sumber halusinasi

8. Sebutkan cara mengontrol

halusinasi (menghardik,

bercakap-cakap, melakukan aktivitas, dan minum obat). 9. Bantu klien mempraktekkan

latihan cara mengontrol

halusinasi dengan menghardik. 10. Anjurkan klien memasukkan cara

mengontrol halusinasi dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP2 Pasien

3. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P).

4. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol minum obat secara teratur.

5. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan meminum obat ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP3 Pasien

4. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P dan SP2 P).

5. Bantu klien mempraktekkan

latihan cara mengontrol

halusinasi dengan cara bercakap-cakap.

6. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP4 Pasien

4. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P, SP2 P dan SP3 P). 5. Bantu klien mempraktekkan

latihan cara mengontrol

halusinasi dengan melakukan aktivitas.

(49)

kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi.

6. Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi.

SP2Keluarga

3. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan halusinasi.

(50)

D.Implementasi dan evaluasi

Tgl/jam No

DX Implementasi Evaluasi Paraf

17.4.18

S: Pasien mengatakan halusinasinya adalah halusinasi

dengar. Pasien mengatakan ada seseorang yang

memanggilnya, suara itu munculnya kadang-kadang

saat malam hari, pasien merasa cemas dan yang

dilakukan adalah menjawab penggilan tersebut

O: Klien belum mampu melakukan mengontrol

haluasinasi dengan menghardik. Klien mampu

menyebutkan isi, frekuensi, waktu, faktor pencetus,

respon dan perasaan. Klien masih bicara sendiri.

A: halusinasi belum teratasi dengan SP1.

P: Latih ulang cara mengontrol halusinasi dengan

dalam jadwal kegiatan

harian.

S: Pasien mengatakan semalam medengar suara-suara

tapi tidak tahu suara siapa, suara itu muncul

kadang-kadang dan waktu sendirian, psien mengatakan takut

lalu pergi agar suara tersebut tidak terdengar lagi

O: Pasien belum mampu menghardik. Pasien

pandangannya kosong. Tidak kooperatif. Selalu

melamun. Sering bicara sendiri.

A: halusinasi belum teratasi dengan SP1

(menghardik).

P: Latih kembali cara mengontrol halusinasi dengan

menghardik!

membisikkan akan menjemputnya, pasien

mengatakan senang dengan suara tersebut. Suara itu

muncul satu kali responnya menunggu pak de nya

diruangan depan

O:

Pasien belum mampu menghardik

Pasien sudah mampu mengenah halusinasi

(51)

A: halusinasi teratasi dengan SP1 (menghardik).

P: Latih cara kontrol halusinasi dengan minum obat

(52)

ASUHAN KEPERAWATAN P3 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO

MAGELANG

Disusun oleh:

NURMA GUPITA

A31701028

PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(53)

1. Identitas

a. Pasien

Nama : P3

Usia : 50 tahun

Alamat : Kebumen

Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT

Status : belum menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

No. RM : 026451

Dx medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga) b. Penanggung Jawab

Nama : Ny. M

Usia : 65 tahun

Alamat : Kebumen

Pendidikan : SD

Pekerjaan : wirausaha

Agama : Islam

Suku : Jawa

Hubungan : Ibu kandung

2. Alasan masuk

(54)

3. Faktor Predisposisi

Pasien mengatakan dirawat di RSJ sudah 4x ini, terakhir dirawat 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, pasien mengatakan mempunyai cita-cita menjadi guru agama.

4. Faktor Presipitasi

Pasien mengeluhkan putus obat sejak beberapa bulan yang lalu karena ekonomi.

5. Pengkajian Fisik

a. Keadaan Umum : pasien terlihat diam dan mengantuk

b. Tanda-tanda vital : TD 110/90 mmHg, Nadi 82x/menit, RR

20x/menit dan Suhu 360 C.

c. BB dan TB : 45 kg dan 147 cm

Pasien tidak memiliki keluhan fisik yang berhubungan dengan kesehatan.

6. Pengkajian psikososial

a. Genogram

Keterangan:

: Laki-laki

(55)

: garis keturunan

Sistem pendukung keluarga: komunikasi yang terjalin dalam keluarga berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Pengambil keputusan dalam setiap masalah yaitu ibu kandungnya. Selama sakit di rumah, pasien dirawat/diasuh oleh ibu kandung dan adik perempuannya.

b. Konsep diri

1) Gambaran diri : pasien mengatakan bersyukur atas karunia

Tuhan dalam wujud bentuk tubuh yang sempurna dan pasien

menyukainya.

2) Identitas diri : pasien menyadari dirinya seorang

perempuan berusia 50 tahun dan belum menikah. Penampilan

sudah terlihat selayaknya perempuan usia 50 tahun. Rambut

sebahu acak-acakan, hidung mancung dan bulu mata lentik.

3) Peran : Ny. S berperan sebagai anak di rumah,

karena belum menikah dan masih tinggal bersama ibunya.

Ketika dirawat di wisma arimbi, pasien mengikuti kegiatan

dengan baik seperti menyiapkan makan, mencuci alat makan,

menyapu, mengepel dan menyetrika.

4) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat pulang dan

bekerja kembali seperti sebelum sakit.

5) Harga diri : pasien mengatakn iasa saja dan tidak

merasa malu dengan kondisi saat ini.

c. Hubungan Sosial

(56)

tampak duduk bersama teman-temannya, walaupun lebih terlihat diam hingga mengantuk.

d. Spiritual (keyakinan dan ibadah)

Pasien mengatakan beragama islam, shalat 5 waktu, tetapi sejak di RSJ pasien jarang shalat. Pasien yakin dengan berdoa dirinya akan segera sembuh kemudian pulang ke rumah. Pasien mengatakan sakit yang dialaminya merupakan ujian, namun dalam masyarakat sakit jiwa seperti ini dianggap memalukan.

7. Status Mental

a. Penampilan

Rambut diikat, baju bersih dan sesuai. b. Pembicaraan

Lambat, inkoheren (bicara tidak fokus, muter-muter tetapi sampai pada tujuan).

c. Aktifitas motorik

Lesu, lemes, mengantuk, namun ketika menceritakan soal wahamnya, pasien tampak antusias.

d. Alam perasaan

Pasien mengatakan sedih karena keluarga belum mengunjunginya. e. Afek

Tumpul (awalnya pasien lesu, lemas, mengantuk, tetapi ketika

ditanya soal halusinasinya tentang suara yang memanggil “mama”,

pasien tampak lebih bersemangat untuk bercerita bahwa dirinya belum menikah namun sudah melahiran, pasien juga mengatakan hafal doa menikah

f. Interaksi selama wawancara

Kontak mata mudah beralih, mengantuk, namun ketika diberi rangsang stimulus wajahnya berespon positif dan segera melanjutkan cerita dengan serius.

g. Persepsi

Pendengaran. Pasien mendengar suara anak kecil yang

memanggilnya “mama”, suara itu muncul ketika pasien tidak bisa

tidur setiap saat. h. Proses pikir

(57)

mengatakan pernah memakai jas dokter dan mengoperasi pasien. j. Tingkat kesadaran

Pasien sadar jiwa sedang menjalani perawatan di RSJ Magelang, dan pasien ingat betul jika ibu kandungnya yang mengantarnya kesini.

k. Memori

Pasien tidak mengalami gangguan ingatan baik jangka pendek maupun panjang. Pasien mampu menjawab dengan benar saat ditanya topik TAK sebelumnya, pasien juga masih mengingat nama anggota keluarganya.

l. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Perhatian pasien mudah beralih dari satu obyek ke obyek lain, pasien tampak tidak mampu menjelaskan kembali apa yang disampaiakan oleh perawat (tak mampu konsentrasi). Serta tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan.

m. Kemampuan penilaian

Pasien mengalami gangguan penilaian ringan. Pasien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain). n. Daya tilik diri

Pasien mengatakan dirinya tidak mengingkari penyakit yang dideritanya karena pasien sadar sekarang sedang berada di RSJ untuk menjalani pengobatan.

8. Persiapan pasien pulang

a. Makan

Pasien dapat menyiapkan alat makan sendiri, mampu mencuci piring, membersihkan meja makan, berdoa sebelum dan sesudah makan.

b. BAB dan BAK

(58)

c. Mandi

Pasien mampu secara mandiri mandi sehari 2x di kamar mandi, keramas dan gosok gigi mandiri.

d. Berpakaian dan berhias

Pasien mampu menggunakan pakaian secara mandiri sesuai dengan seragam ruangan dan menyisir rambut serta memakai minyak rambut dan lotion.

e. Istirahat dan tidur

Tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam. Kegiatan sebelum tidur: shalat, sikat gigi dan berdoa. Kegiatan setelah tidur: doa, membersihkan tempat tidur dan mandi.

f. Penggunaan obat

Pasien dapat minum obat yang disiapkan perawat secara mandiri. g. Pemeliharaan kesehatan

Pasien mengatakan akan minum obat secara rutin untuk mencegah kekambuhan dan cepat sembuh. Perawatan lebih lanjut didukung oleh keluarga sebagai sistem pendukung keluarga.

h. Kegiatan di dalam rumah

Pasien mampu membersihkan meja makan, mencuci piring dan menjaga kerapihan rumah.

i. Kegiatan di luar rumah

Pasien mampu menyapu halaman rumah dan berbelanja bersama keluarga.

9. Mekanisme Koping

a. Adaptif

Pasien mengatakan senang melakukan senam dan jalan pagi. b. Maladaptif

Pasien mengatakan jika mempunyai masalah, dia memilih untuk diam dibandingkan harus menceritakannya kepada orang lain.

10.Masalah dalam Psikososial dan Lingkungan

(59)

12.Aspek Medik

a. Diagnosa medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga)

b. Terapi : TFZ 2x5 mg /12 jam, THP 2x2 mg /12 jam

dan Clozapine 2x50 mg /12 jam.

B. ANALISA DATA

Ds: pasien mengatakan mendengar suara anak kecil yang memanggil-manggil dirinya “mama”, pasien mengatakan senang dengan suara tersebut, pasien mengatakan suara itu muncul saat ia sendirian tidak bisa tidur, namun pasien mengatakan hanya mendiamkan suara tersebut. Do: pasien tampak lebih banyak diam namun sesekali tertawa sendiri, tampak memalingkan muka ke arah telinga da sesekali menutup telinga.

Gangguan dan melahirkan. Pasien mengatakan hafal doa menikah dan bisa menulis arab karena dia guru agama.

Do: ekspresi wajah tampak tegang

1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran

2. Gangguan Isi Pikir: Waham

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SP)

1 Gangguan

Sensori Persepsi: Halusinasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x

pertemuan, masalah

gangguan sensori persepsi:

SP1Pasien

11. Bina hubungan saling percaya dengan klien.

(60)

halusinasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:

7. Dapat membina

hubungan saling

percaya.

8. Dapat mengidentifikasi isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, k. Melakukan aktivitas l. Minum obat teratur

sumber halusinasi

13. Sebutkan cara mengontrol

halusinasi (menghardik,

bercakap-cakap, melakukan aktivitas, dan minum obat). 14. Bantu klien mempraktekkan

latihan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. 15. Anjurkan klien memasukkan

cara mengontrol halusinasi dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP2 Pasien

6. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P).

7. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol minum obat secara teratur.

8. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan meminum obat ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP3 Pasien

7. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P dan SP2 P). 8. Bantu klien mempraktekkan

latihan cara mengontrol

halusinasi dengan cara

bercakap-cakap.

9. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan harian.

SP4 Pasien

7. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P, SP2 P dan SP3 P). 8. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas.

9. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas ke dalam jadwal kegiatan harian. SP1Keluarga

7. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.

8. Memberikan pendidikan

(61)

mempraktikkan cara merawat klien dengan halusinasi. 6. Melatih keluarga melakukan

cara mearwat langsung kepada klien.

jenis halusinasi (isi,

frekuensi, waktu didiamkan saja jika suara datang, pasien mudah beralih dan tidak fokus, pasien belum mampu menghardik. A: halusinasi teratasi dengan SP1 (menghardik). P: latih cara kontrol halusinasi dengan minum obat teratur (prinsip 5 benar obat). suara itu muncul pasien mencoba menghardik. O: kontak mata tidak fokus, masih mengantuk, terkadang melamun. A: halusinasi belum teratasi dengan SP2 minum obat.

(62)

pasien memasukkan masih mendengar suara memanggil “mama”, jika suara itu muncul pasien menghardik.

O: kontak mata mudah beralih, mengantuk, tiba-tiba tidur saat sedang diajak bicara, masih tampak melamun.

A: halusinasi teratasi dengan SP2 minum obat.

(63)

No Aspek Penilaian

1 Pasien dapat mengenal halusinasi (isi, jenis, frekuensi, waktu, faktor pencetus dan respon)

2 Pasien mampu menjelaskan definisi menghardik

3 Pasien mampu menjelaskan manfaat menghardik

4 Pasien mampu menjelaskan alat yang digunakan

5 Pasien mampu menjelaskan cara atau mendemonstrasikan

6 Pasien mampu menghardik sesuai dengan jadwal

No

1 Mendengar suara-suara

2 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap

3 Mendengar suara yang menyuruhnya bercakap-cakap

4 Merasa takut dan senang dengan halusinasinya

5 Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian

6 Mengikuti sumber suara

7 Tampak bicara dan tertawa sendiri

8 Marah-marah tanpa sebab

9 Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu

10 Menutup telinga

11 Menunjuk ke arah sesuatu

Referensi

Dokumen terkait

Dapat menembangkan pengetahuan, ilmu dan teori yang dimiliki penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan m gangguan persepsi sensori :

Penulis mampu menganalisa pada klien dengan gangguan persepsi. sensori :

Pada diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran penulis melakukan tindakankeperawatan yang telah disusun, adapun tindakan yang telah dilakukan adalah SP

Mendapatkan gambaran untuk menerapkan asuhan keperawatan pada pasien ganguan jiwa sesuai dengan masalah utama gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di

Keperawatan pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi. pendengaran di Rumah Sakit Jiwa

Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi peneliti yang akan menangani pasien halusinasi dalam bidang keilmuan terutama mengenai Analisis

respon klien terhadap halusinasi perasaan pasien A: TUK 1 Teratasi P: Perawat : lanjutkan SP2 gangguan persepsi sensori : halusinasi Rabu 29 Mei 2019 3 mengontrol

Berdasarkan hasil penelitian pengaruh pemberian terapi warna ungu terhadap penurunan tingkat halusinasi pada pasien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi di