ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP
KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG
KARYA ILMIAH AKHIR NERS
Disusun Oleh: NURMA GUPITA, S. Kep
A31701028
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP
KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG
KARYA ILMIAH NERS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners
Disusun Oleh: NURMA GUPITA, S. Kep
A31701028
STASE KEPERAWATAN JIWA
PROGRAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan karunia, taufik serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis akhir yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Terhadap Kemampuan
Mengontrol Halusinasi: Menghardik Di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.
Adapun keberhasilan dalam penyusunan karya tulis akhir ini tidak terlepas
dari dukungan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Hj. Herniyatun, S. Kp. M. Kep. Sp Mat., selaku Ketua STIKes
Muhammadiyah Gombong.
2. Dadi Santoso, M. Kep, selaku Ketua Program Studi Profesi Ners
Keperawatan.
3. Tri Sumarsih, M. Kep, selaku Pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan arahannya dalam pembuatan karya tulis ini.
4. Perawat dan staf RSJ Prof Dr Soerojo Magelang terutama Wisma Arimbi
yang memberikan informasi demi kelancaran pembuatan karya tulis ini.
5. Ayahanda Slamet Widodo dan Ibunda Karti serta Mbak dan Mas tercinta,
yang memberikan dukungan moral maupun materiil serta semangat tiada
henti selama penulis mengerjakan Karya Ilmiah ini.
6. Teman seperjuangan yang selalu memotivasi dan memberi semangat.
Akhirnya karya tulis ini dapat terselesaikan. Apabila terdapat kekeliruan,
kekurangan, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran sebagai
perbaikan demi kelancaran dan keberhasilan. Semoga karya tulis ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Gombong, 06 Juni 2018
Program Studi Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KIA-N, Juli 2018
Nurma Gupita, S. Kep1) Tri Sumarsih, S. Kep. Ns., MNS2) Ns. Abdul Jalil, M. Kep. Sp. Kep., J3)
ABSTRAK
ANALISIS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN TERHADAP
KEMAMPUAN MENGHARDIK TUTUP TELINGA DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG
Latar Belakang: Gangguan Persepsi Sensori halusinasi merupakan respon panca indera yang dialami oleh seseorang tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami oleh orang lain. Menghardik merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan menolak halusinasi yang muncul.
Tujuan: untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran dalam perubahan tanda dan gejala serta kemampuan pasien dalam menghardik di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang.
Metode: deskriptif melalui pendekatan studi kasus menggunakan teknik analisa data dengan cara observasi dan dokumentasi keperawatan.
Hasil: setelah dilakukan asuhan keperawatan pada P1, P2 dan P3 terjadi penurunan tanda dan gejala P1 secara Subjektif 66,7% dan objektif 16,7%. P2 secara subjektif 66,7% dan objektif 33,3%, P3 secara subjektif 33,4% dan objektif 50%. Sedangkan untuk peningkatan kemampuan P1 27,8%, P2 33,4% dan P3 25%.
Rekomendasi: terapi menghardik dengan menutup telinga direkomendasikan untuk diterapkan pada pasien halusinasi dengar dalam mengontrol halusinasinya.
Kata Kunci: gangguan persepsi sensori: halusinasi dan menghardik.
NERS NURSING STUDY PROGRAM STIKes Muhammadiyah Gombong Scientific Work Final, July 2018
Nurma Gupita, S. Kep 1) Tri Sumarsih, S. Kep. Ns., MNS 2) Ns. Abdul Jalil, M. Kep. Sp. Kep., J3)
ABSTRACT
ANALYSIS OF NURSING CARE ON THE PATIENTS WITH SENSORY PERCEPTION DISORDERS: HALLUCINATIONS OF HEARING
ON THE ABILITY TO REBUKE THE EARPLUGS AT THE GUESTHOUSE ARIMBI RSJ
PROF DR SOEROJO MAGELANG
Background: interference of sensory perception: hallucinations is a response to faculty perception whose experienced by someone without excitement or stimulus from the outside and not experienced by others. Rebuke is one attempt to control hallucinations by rejecting hallucinations appear.
Purpose: to analyze nursing care in patient with Sensory Perception Disorders: Hallucinations perceptual perception in the change of signs and symptoms and the ability of patient to rebuke At Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
Method: descriptive case study approach using data analysis techniques by means of observation and nursing documentation.
Result: after nursing care on P1, P2 dan P3 a decrease of P1 sign and symptom 66,7% and objective 16,7%. P2 subjectively 66,7% and objectively 33,3%. P3 subjectively 33,4% and objectively 50%. While for the alteration ability P1 27,8%, P2 33,4% and P3 25%.
Recommend: to rebuke therapy can be done by reading dhikr therapy to control hallucination experienced.
Keywords: sensory perception disorders: hallucinations, rebuke.
1) Student Ners Profession of Muhammadiyah Health Science Institude of Gombong.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAS iii
HALAMAN BEBAS PLAGIARISME iv
HALAMAN PERSETUJUAN v
HALAMAN PENGESAHAN vi
KATA PENGANTAR vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xii
DAFTAR LAMPIRAN xiii
BAB 1 PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan 6
C. Manfaat 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9
A. Konsep Medis Skizofrenia 9
B. Konsep Dasar Halusinasi 17
C. Asuhan Keperawatan Berdasar Teori 23
D. Pohon Masalah 28
BAB III METODE STUDI KASUS 29
A. Jenis atau Desain Karya Tulis Akhir 29
B. Subjek Studi Kasus 29
C. Fokus Studi Kasus 30
D. Definisi Operasional 30
E. Instrumen Studi Kasus 31
F. Metode Pengumpulan Data 31
G. Lokasi dan Waktu Studi Kasus 32
H. Analisa Data dan Penyajian Data 32
I. Etika Studi Kasus 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 35
A. Profil Lahan Praktik 34
B. Ringkasan Proses Asuhan Keperawatan 36 C. Hasil Penerapan Tindakan Keperawatan 45
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sumber Pathway gangguan persepsi sensori:
halusinasi pendengaran 14
Tabel 2.2 Rentang respon halusinasi 20
Tabel 2.3 Standar Keperawatan Jiwa (SAK) pada pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi 24 Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Pasien Halusinasi
di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
Bulan April 2018 44
Tabel 4.2 Analisa Masalah Keperawatan Pasien Halusinasi
di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang 45 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Halusinasi
Pendengaran Sebelum dan Sesudah Menghardik Tutup
Telinga pada Pasien 1 di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang 48
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah Menghardik Tutup
Telinga pada Pasien 2 di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang 49
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tanda dan Gejala Halusinasi Pendengaran Sebelum dan Sesudah Menghardik Tutup
Telinga pada Pasien 3 di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang 50
Tabel 4.6 Analisis Evaluasi Kemampuan Pasien 1 dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma Arimbi RSJ Dr Soerojo Magelang Bulan April 2018 51 Tabel 4.7 Analisis Evaluasi Kemampuan Pasien 2 dalam Mengontrol
Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma Arimbi RSJ Dr Soerojo Magelang Bulan April 2018 52 Tabel 4.8 Analisis Evaluasi Kemampuan P3 dalam Mengontrol
Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma Arimbi RSJ Dr Soerojo Magelang Bulan April 2018 53 Tabel 5.1 Kesimpulan Tanda dan Gejala Sebelum dan Sesudah
Menghardik Tutup Telinga Pasien Halusinasi Dengar
di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang (n=3) 54 Tabel 5.2 Kesimpulan Evaluasi Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi Pendengaran: Menghardik Tutup Telinga di Wisma
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Lembar Konsultasi
Lampiran 2 : Asuhan Keperawatan Kelolaan Pasien Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi (P1, P2 dan P3)
Lampiran 3 : Lembar Observasi Tanda dan Gejala serta Kemampuan Pasien
Lampiran 4 : Jurnal Penelitian
Lampiran 5 : Informed Concent
Lampiran 6 : SPO Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi SP1 Pasien
Lampiran 7 : Strategi Pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut World Health Organization (2017) pada umumnya gangguan
mental yang terjadi adalah gangguan kecemasan dan gangguan depresi.
Diperkirakan 4,4% dari populasi global menderita gangguan depresi dan
3,6% gangguan kecemasan. Jumlah penderita depresi meningkat lebih dari
18% antara tahun 2005 dan 2015. Depresi merupakan penyebab terbesar
kecacatan di seluruh dunia. Lebih dari 80% penyakit dialami orang-orang
yang tinggal di negara yang berpenghasilan rendah dan menengah (WHO,
2017).
Gangguan jiwa dapat terjadi pada siapa saja dan kapan saja. Hasil
analisis dari WHO sekitar 450 juta orang menderita gangguan jiwa
termasuk skizofrenia. Skizofrenia menjadi gangguan jiwa paling dominan
dibanding gangguan jiwa lainnya. Penderita gangguan jiwa sepertiga
tinggal di negara berkembang, 8 dari 10 orang yang menderita skizofrenia
tidak mendapatkan penanganan medis. Gejala skizofrenia muncul pada
usia 15-25 tahun lebih banyak ditemukan pada laki-laki dibanding
perempuan (Ashturkar & Dixit, 2013).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013
prevalensi gangguan jiwa berat (psikosis/skizofrenia) pada penduduk
Indonesia 1,7 per mil. Prevalensi gangguan jiwa tertinggi di Indonesia ke 2
terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (27,8%), diikuti Aceh (27,6%)
(Riskesdas, 2013). Berdasarkan data tersebut terlihat jelas jumlah
penduduk Indonesia mengalami peningkatan gangguan mental emosional
serta gangguan jiwa berat, salah satunya adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa yang sering
ditunjukan oleh adanya gejala positif, diantaranya adalah halusinasi.
Gangguan persepsi sensori (halusinasi) merupakan salah satu masalah
merasakan sensasi berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan tanpa stimulus yang nyata (Keliat, 2012).
Halusinasi adalah salah satu gangguan jiwa dimana pasien mengalami
perubahan persepsi sensori, merasakan sensasi palsu berupa suara,
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penghiduan (Damaiyanti, 2012).
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang
nyata artinya pasien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (Trimelia, 2011). Dapat disimpulkan
bahwa halusinasi merupakan respon persepsi panca indera yang dialami
oleh seseorang tanpa rangsangan atau stimulus dari luar dan tidak dialami
oleh orang lain. Kasus yang paling banyak di Rumah Sakit Jiwa adalah
pasien dengan skizofrenia, 70% mengalami halusinasi dan 30%
mengalami waham. Sedangkan pasien yang mengalami waham, 35%
mengalami halusinasi (Hawari, 2014).
Menurut Yosep (2011), jenis-jenis halusinasi meliputi halusinasi
pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi penciuman, halusinasi
pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi kinesthetik, halusinasi seksual
dan halusinasi visceral. Sedangkan jenis halusinasi yang sering dialami
oleh seseorang adalah halusinasi pendengaran dan penglihatan (Aristina,
2013). Halusinasi pendengaran berupa bunyi mendering atau suara bising
yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai sebuah
kata atau kalimat yang bermakna, dan biasanya suara tersebut ditujukan
kepada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar atau berdebat
dengan suara tersebut. Sedangkan halusinasi penglihatan, seseorang
melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan yang kemudian dapat
menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan
(Yosep, 2011).
Penanganan atau perawatan intensif perlu diberikan agar pasien
skizofrenia dengan halusinasi tidak melakukan tindakan yang dapat
membahayakan dirinya sendiri, orang lain dan lingkungan. Terjadinya
3
lingkungan sosialnya, hanyut dengan kesendirian halusinasinya, sehingga
seseorang akan semakin jauh dari hubungan sosial dengan lingkungan
sekitarnya. Selain itu, seseorang yang mengalami halusinasi khususnya
halusinasi pendengaran, bisa bertengkar atau berbicara dengan suara-suara
yang dia dengar, bisa juga berbicara keras seperti menjawab pertanyaan
seseorang, kemudian dapat berakibat melukai diri sendiri maupun orang
lain.
Halusinasi dapat mempengaruhi perilaku seseorang yang mengalami
halusinasi. Respon pasien akibat terjadinya halusinasi dapat berupa curiga,
ketakutan, perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak
diri, kurang perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak
dapat membedakan keadaan nyata atau tidak nyata. Yang dapat
ditimbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi adalah kehilangan
kontrolnya. Pasien akan mengalami panik dan perilakunya akan
dikendalikan oleh halusinasi. Pada situasi ini pasien dapat melakukan
bunuh diri (suicide), membunuh orang lain (homicide) bahkan merusak
lingkungan. Untuk memperkecil kemungkinan terjadinya hal tersebut
maka diperlukan penanganan yang tepat.
Penanganan halusinasi sama dengan penanganan skizofrenia pada
umumnya. Di rumah sakit, penanganan halusinasi dapat berupa intervensi
biologis, intervensi psikologis, maupun intervensi sosiokultural. Pada
gejala-gejala yang timbul akibat halusinasi dapat diberikan obat-obatan
psikotik berupa neuroleptic sebagai bentuk intervensi biologis,
teknik-teknik perilaku sebagai bentuk intervensi psikologis, serta terapi
perubahan lingkungan dan melibatkan keluarga dalam perawatan sebagai
bentuk intervensi sosiokultural.
Menangani atau mengontrol pasien halusinasi bisa dilakukan ke
pasien langsung (individu), keluarga maupun kelompok (TAK).
Menangani atau mengontrol halusinasi yang dilakukan ke pasien langsung
(individu) dapat dilakukan dengan empat cara, yaitu menghardik
terjadwal, mengkonsumsi obat secara teratur (Keliat, 2012). Menghardik
merupakan salah satu upaya untuk mengendalikan halusinasi dengan
menolak halusinasi yang muncul. Penelitian yang dilakukan oleh
Anggraini (2013) tentang “Pengaruh Menghardik terhadap Penurunan
Tingkat Halusinasi Dengar pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr. Amino Gondohutomo” menunjukkan bahwa terdapat pengaruh menghardik baik menghardik dengan menutup telinga maupun tanpa menutup telinga
terhadap tingkat halusinasi dengar.
Pasien dengan halusinasi pendengaran mengalami gangguan status
mental atau dengan kata lain pasien mengalami defisit kognitif khususnya
dalam hal konsentrasi. Sehingga perlu dilakukan suatu upaya untuk
memutus halusinasi dengan alternatif menghardik menutup telinga.
Diharapkan dengan menghardik menutup telinga, pasien dapat lebih fokus
pada menghardik. Upaya dalam menangani atau mengontrol pasien
halusinasi dengan menghardik telah dilakukan sehari-hari oleh perawat di
Wisma Arimbi dalam rangka upaya memutus halusinasi. Akan tetapi
penerapan tindakan untuk menganalisa penurunan tanda dan gejala serta
peningkatan kemampuan pasien dalam menghardik belum pernah
dilakukan di Wisma Arimbi.
Halusinasi juga memerlukan suatu strategi manajemen gejala seperti
perawatan diri sendiri (self care) untuk mengatasi gejala halusinasi.
Sebuah studi di Taiwan oleh Tsai & Ku (2009) tentang self care symptom
management, menemukan bahwa self care manajemen gejala skizofrenia
pada halusinasi pendengaran dibagi dalam 3 kategori, yaitu fisiologis,
kognitif dan perilaku (behavioral). Hasil penelitian menunjukkan bahwa
strategi fisiologis yang banyak digunakan adalah tidur dan mendengarkan
musik. Strategi kognitif yang sering digunakan adalah mengabaikan suara
halusinasi, dan strategi manajemen yang terkait perubahan perilaku yang
paling sering digunakan adalah menutup telinga. Menutup telinga
ditemukan sebagai strategi yang efektif untuk mengatasi halusinasi
5
barat. Peneliti juga menemukan bahwa menonton televisi adalah
pendekatan yang paling umum di budaya barat, sedangkan pasien dengan
skizofrenia dalam budaya Cina lebih cenderung menggunakan metode
yang lebih pasif, seperti mengabaikan halusinasi pendengaran, sebagai
pilihan utama.
Sebuah studi fenomenologi di kota Cimahi Jawa Barat (Suryani, 2013)
menunjukkan bahwa pencegahan halusinasi dapat dilakukan dengan
pendekatan spiritual dan menggunakan koping yang konstruktif serta
menghindari kesendirian. Di dalam penelitian ini didapatkan bahwa
beberapa responden yang mengalami halusinasi menggunakan cara untuk
mencegah halusinasi yang mereka alami dengan sholat, banyak teman,
curhat, jangan banyak pikiran, rajin beribadah, konsultasi dengan tenaga
kesehatan dan puasa. Dalam penelitian ini, peneliti mengungkapkan bahwa
dalam merawat penderita dengan halusinasi untuk melakukan pemutusan
halusinasi tidak cukup dengan mengajarkan pasien untuk mengatakan “stop saya tidak mau dengar” seperti yang selama ini diajarkan oleh perawat hampir di semua rumah sakit di Indonesia. Peneliti mengatakan
hal terpenting adalah bagaimna cara mencegah halusinasi tersebut yaitu
dengan melatih penderita untuk mengenali situasi dan kondisi yang
mencetuskan halusinasi tersebut.
Menangani pasien halusinasi yang dilakukan ke kelompok adalah
dengan cara Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) khususnya Stimulasi
Persepsi. Terapi Aktifitas Kelompok: Stimulasi Persepsi adalah terapi
yang menggunakan aktifitas sebagai stimulus dan terkait dengan
pengalaman atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok (Keliat,
2012) yang bertujuan agar pasien dapat mempersepsikan stimulus yang
dipaparkan kepadanya dengan tepat, dapat menyelesaikan masalah yang
timbul dari stimulus yang dialami dan dapat membantu pasien mengenali
halusinasi serta pasien mampu mengontrol gangguan halusinasi yang ia
terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya”, menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) stimulasi persepsi Sesi ke 1-3 terhadap
kemampuan mengendalikan halusinasi dengan p=0,002.
RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang merupakan salah satu RSJ yang
terakreditasi A, dan berada di Kabupaten Magelang bagian utara yang
beralamat di Jalan Jenderal Ahmad Yani 169. Wisma Arimbi merupakan
salah satu wisma atau ruangan khusus wanita di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang yang mempunyai visi “menjadi ruang pelayanan keperawatan yang unggul untuk membantu tercapainya kesembuhan”. Data yang
penulis peroleh pada bulan Maret , didapatkan data bahwa selama sebulan
± 11 pasien halusinasi, dengan halusinasi penglihatan dan pendengaran
yang sering terjadi. Selain pasien halusinasi juga terdapat pasien dengan
waham, HDR (Harga Diri Rendah) dan RPK (Resiko Perilaku Kekerasan).
Pasien yang mengalami halusinasi di Wisma Arimbi di rawat inap selama
± 28 hari (nilai ideal 6-9 hari). Penulis melakukan asuhan keperawatan
kepada tiga pasien yang mengalami halusinasi (P1, P2 dan P3), dan
penulis juga mengajarkan terapi untuk mengontrol halusinasi: menghardik
yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam
mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menulis karya ilmiah akhir yang berjudul “Analisis Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran terhadap
Kemampuan Pasien Dalam Mengontrol Halusinasi: Menghardik di Wisma
Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang”.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum karya ilmiah ini adalah untuk menganalisis asuhan
keperawatan pada pasien (P1, P2 dan P3) dengan gangguan persepsi
7
halusinasi: menghardik di Wisma Arimbi RSJ Prof. Dr. Soerojo
Magelang.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memaparkan hasil pengkajian dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.
b. Mampu memaparkan hasil analisa data dengan gangguan persepsi
sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.
c. Mampu memaparkan hasil intervensi keperawatan dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.
d. Mampu memaparkan hasil implementasi keperawatan dengan
gangguan persepsi sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.
e. Mampu memaparkan hasil evaluasi P1, P2 dan P3.
f. Mampu memaparkan hasil analisis inovasi keperawatan sebelum
dan sesudah dilakukan tindakan keperawatan dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pada pasien P1, P2 dan P3.
C. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Hasil karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi oleh
pendidik maupun mahasiswa dalam bidang keilmuan terutama
mengenai Analisis Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan
Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Terdahap Kemampuan Klien
Dalam Mengontrol Halusinasi: Menghardik di Wisma Arimbi RSJ
Prof. Dr. Soerojo Magelang.
2. Manfaat Aplikatif
a. Penulis
Diselesaikannya karya ilmiah ini, diharapkan penulis dapat
mengaplikasikan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan yang
didapatkan dari pengalaman nyata dalam memberikan asuhan
keperawatan pada pasien dengan gangguan persepsi sensori:
keperawatan, serta dapat meningkatkan wawasan dan keterampilan
tentang karya ilmiah, khususnya yang berhubungan dengan asuhan
keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensor: halusinasi
pendengaran. Penulis juga dapat memperdalam pengetahuan
tentang asuhan keperawatan yang telah dilakukannya.
b. Rumah Sakit
Hasil tugas akhir/asuhan keperawatan ini dapat dijadikan
sebagai salah satu bahan acuan dalam menentukan kebijakan
operasional Rumah Sakit agar mutu pelayanan keperawatan dapat
ditingkatkan.
c. Pasien
Dapat memaksimalkan kemampuannya untuk dapat
mengendalikan jiwanya sehingga dapat sembuh dari gangguan
jiwa.
d. Perawat
Perawat dapat lebih inovatif dalam menerapkan tindakan untuk
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, Karina. 2013. Pengaruh Menghardik terhadap Penurunan Tingkat
Halusinasi Dengar pada Pasien Skizofrenia di RSJD Dr.
Aminogonduhutomo Semarang.
Arikunto. 2013. ProsedurPenelitian: Suatu Pendekatan Praktik. EdisiRevisi 8. Jakarta: RinekaCipta.
Aristina. 2013. Proses Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Ashturkar & Dixit. 2013. Proses Asuhan Keperawatan. Jakarta: mediaCipta.
Damaiyanti, M. Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.
Damayanti, Rafina. 2014. Efektifitas Terapi Musik Klasik terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi pada Pasien Halusinasi Dengar di RSJ Tampan Provinsi Riau.
Danardi. 2010. Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit Jiwa.
http://persi.co.id/pada versi/news/artikel.php.3.id
Dermawan & Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dharma. 2011. Metodelogi Penelitian Keperawatan: Panduan melaksanakan Dan Menerapakan Hasil Penelitian . Jakarta. Trans Info Media.
Direja, A.H.S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika
Djunaedi & Yitnamurtri. 2012. Psikoterapi Gangguan Jiwa. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer.
Ellina, Agusta Dian. 2013. Pengaruh Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sesi 1-3 terhadap Kemampuan Mengendalikan Halusinasi pada Pasien Skizofrenia di RSJ Menur Surabaya.
Haryanto. 2013. Analisis Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Hawari. 2014. Psikopat, Paranodi dan Gangguan Kepribadian. Jakarta: FKUI.
Hidayat. 2008. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: EGC.
Husain. 2008. Gangguan Kesehatan Jiwa. Diperoleh tanggal 20 Mei 2018 dari
Husada Mahakam Samarinda. Diperoleh pada 20 Mei 2018 pada
http://72.14.235.104./search
Lilik. 2011. Pengaruh Menghardik pada Pasien Halusinasi Dengar. Bandung: Refika Media.
Maramis. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. EGC : Jakarta.
Notoatmojo. 2013. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta
Noviandi. 2008. Deskripsi Perubahan Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Klien Dengan Terapi Individu di Ruang MPKP RSJ Magelang. Diperoleh 20 Mei 2018 dari: http://skripsistikers.wordpress.com.
Nursalam. 2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Riskesdas. 2013. Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar. Diakses tanggal 20 Mei 2018.
Stuart, Gail, W. 2009. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Cetakan I. Jakarta: EGC.
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi Cetakan I. Jakarta: Trans Info Medika.
Townsend. 2011. Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Vedbeck. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Wahid. 2013. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
WHO. 2017. The World Health Report:mentalhealth.www.who.int/mental_health. Diperoleh tanggal 20 Mei 2018.
Wijayanti, Ni Made. 2011. Terapi Okupasi Aktifitas Waktu Luang terhadap Perubahan Gejala Halusinasi Pendengaran pada Pasien Skizofrenia di RSJ Provinsi Bali.
Yosep. 2011. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : Refika Aditama
ASUHAN KEPERAWATAN P1 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI DI WISMA
ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO MAGELANG
Disusun oleh:
NURMA GUPITA A31701028
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
a. Pasien
Nama : P1
Usia : 21 tahun
Alamat : Jawa Tengah
Pendidikan: SD
Pekerjaan : -
Status : belum menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 00138330
Dx medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga)
b. Penanggung jawab
Nama : Tn. M
Usia : 50 tahun
Alamat : Jawa Tengah
Pendidikan: SMA
Pekerjaan : wirausaha
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hubungan : ayah kandung
2. Alasan masuk
Pasien dibawa ke RSJ oleh ayahnya setelah putus obat selama
kurang lebih 2 hari kemudian muncul gejala tak bisa tidur 2 hari,
bicara sendiri, tertawa sendiri dan sering keluyuran. Sebelumnya
pasien pernah dirawat di RSJ, sehingga ayahnya segera
3. Faktor predisposisi
Pasien pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu.
Pengobatan lancar sampai pada akhirnya sempat terputus selama 2
hari. Adaptasi di masyarakat kurang berhasil karena pasien tidak
pernah mengikuti kegiatan, pasien merasa tidak nyaman jika
berada di tengah masyarakat. Pasien belum pernah melakukan atau
mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik, seksual,
penolakan dari lingkungan, maupun kekerasan dalam keluarga
termasuk tindakan kriminal. Ada riwayat keluarga dengan
gangguan jiwa yaitu ibu kandungnya selama kurang lebih 3 tahun
dengan gejala yang nampak yaitu diam. Riwayat berobat di RSJ.
Pasien tidak tinggal bersama ibunya sehingga tidak terjalin
hubungan yang baik dengan ibunya. Pasien mengatakan pernah
memiliki teman dekat yang sering pergi bersama (bernama Dwi),
namun pasien merasa Dwi tidak pernah mengungkapkan isi
perasaannya kepada pasien, sehingga pasien merasa jauh dan saat
ini berharap masih bisa dekat seperti dulu lagi yang sempat berjanji
akan selalu bersama, meskipun saat ini tidak pernah ada
komunikasi diantara keduanya.
4. Pengkajian fisik
a. Keadaan umum : pasien tampak bingung
b. Vital sign : TD 110/80 mmHg, Nadi 76x/menit,
RR 20x/menit dan suhu 365 C.
c. TB dan BB : 155 cm dan 46 kg
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: klien
: ibu kandung dengan gangguan jiwa
: tinggal dalam 1 rumah
: menikah
: garis keturunan
: bercerai
Dalam keluarga tidak ada hambatan komunikasi antara pasien
dengan ayahnya ataupun kakaknya. Komunikasi baik meskipun
terkadang pasien diam saja. Pengambil keputusan dalam
keluarga yaitu ayahnya. Pasien diasuh dan dibesarkan oleh
ayahnya. Karena ibu mengalami gangguan jiwa. Pasien
b. Hubungan sosial
Menurut pasien orang yang berarti dalam hidupnya adalah
ayahnya. Tempat dimana pasien mangadu, meminta bantuan
dan sokongan. Walaupun pasien memiliki teman dekat yang
bisa diajak curhat (Dwi). Pasien tidak pernah mengikuti
kegiatan apapun dalam kelompok masyarakat.
Masalah keperawatan yang muncul: Menarik Diri (Isolasi
Sosial).
c. Spiritual (keyakinan dan ibadah)
1) Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan jika sakit yang dialaminya jika menurut
budaya dan agama yaitu merupakan ujian, namun dalam
masyarakat sakit jiwa seperti ini memalukan.
2) Kegiatan ibadah
Pasien melakukan ibadah rutin di rumah, saat dikaji pasien
sedang berhalangan untuk melakukan ibadah, pasien hanya
berdoa kepada Allah.
6. Status mental
a. Penampilan
Rambut pasien tampak tidak rapi, pakaian tampak kurang
rapi dimana kancing baju kurang tepat. Walaupun pemilihan
pakaian yang dikenakan sudah tepat. Pasien berpakaian wajar
seperti teman lainnya. Pasien tidak pernah menyisir rambutnya
dan merapikan pakaiannya.
Masalah keperawatan: Defisit perawatan diri (berpakaian dan
berdandan).
b. Pembicaraan
d. Alam perasaan
Pasien terkadang tampak gembira namun seketika pasien
tampak sedih. Pasien sesekali menujukkan ekspresi wajah
seperti mengkhawatirkan sesuatu yang tak pasti.
e. Afek
Afek tumpul dimana pasien akan bereaksi bila ada stimulus
emosi yang kuat.
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata pasien mudah beralih selama diajak interaksi.
g. Persepsi
Pasien mengatakan mendengar suara-suara (laki-laki
bernama Dwi) yang mengajaknya bercakap-cakap. Suara itu
muncul pada pagi dan malam saat pasien melamun sendirian.
Pasien mengatakan senang jika mendengar suara itu dan pasien
mengikuti adanya suara tersebut.
Masalah keperawatan: Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi).
h. Proses pikir
Saat interaksi tampak pembicaraan pasien tidak ada
hubungan antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dan
pasien tidak menyadari akan hal tersebut (kehilangan asosiasi).
i. Isi pikir
Pasien mengatakan bahwa sebenarnya dirinya ingin
mengetahui bagaimana perasaan Dwi padanya. Pikiran tersebut
yang selalu muncul walaupun pasien berusaha untuk tidak
j. Tingkat kesadaran
Pasien sering mengatakan bingung saat ditanya oleh
perawat. Tampak saat interaksi pasien beberapa kali
mengatakan bingung terhadap pertanyaan yang diajukan oleh
perawatan.
k. Memori
Saat ditanya mengenai hari dan tanggal saat ini mampu
menjawab. Pasien juga mampu menjawab saat ditanya topik
TAK hari kemarin. Pasien mengatakan tidak ingat dengan
kejadian yang terjadi di rumah beberapa bula lalu.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian pasien mudah beralih dari satu obyek ke obyek
lain, pasien tampak tidak mampu menjelaskan kembali apa
yang disampaiakan oleh perawat (tak mampu konsentrasi).
Serta tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan.
m. Kemampuan penilaian
Pasien tidak mampu mengambil keputusan, perlu bantuan
saat mengambil keputusan. Tampak pada saat interaksi dan
pasien ditanya akan memasukan pakaian yang telah dilipat ke
dalam almari atau loker namun pasien bingung untuk memilih,
pasien dapat memutuskan setelah mendapat penjelasan. Dari
adanya hal tersebut jelas pasien mengalami gangguan
kemampuan penilaian bermakna.
n. Daya tilik diri
Pasien tidak menyadari gejala penyakit (adanya perubahan
fisik dan emosi) namun pasien merasa harus minum obat untuk
mencapai kesembuhan.
7. Kebutuhan pasien pulang
a. Pasien makan 3x dalam sehari menggunakan lauk dan sayur.
shampoo. Memotong kuku dengan motivasi.
d. Pasien mampu mengambil, memilih dan mengenakan pakaian.
Pakaian tampak kurang rapi. Ganti pakaian 1x sehari.
e. Pasien istirahat terkadang dengan tidur siang, tidur malam
hingga jam 5 pagi. Sikat gigi sebelum tidur dan bangun tidur,
merapikan tempat tidur setiap setelah bangun tidur.
f. Penggunaan obat
(1) P.O Risperidone 3 mg /12 jam
(2) P.O Trihexyphenydyl 2 mg /12 jam
(3) P.O Clozapine 25 mg /24 jam
g. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mempunyai sistem pendukung yaitu kedua orang
tuanya dan perawat yang terlihat berperan dalam pemenuhan
ADL nya serta pengawasan minum obat.
h. Kegiatan di dalam rumah
Pasien mampu membantu menyajikan makanan. Mampu
merapikan tempat tidur, menyapu dan mengepel serta mengatur
pakaiannya sendiri.
i. Kegiatan di luar rumah
Pasien belum mampu untuk melakukan kegiatan di luar
rumah kecuali saat mengikuti jalan santai pagi hari bersama
temannya.
8. Mekanisme koping
a. Mekanisme adaptif : pasien mampu berbicara dengan
b. Koping maladaptif : pasien tampak menghindar
(terkadang) saat disinggung mengenai beberapa hal yang tidak
ingin ia bicarakan.
9. Aspek medis
a. Diagnosa medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga)
b. Terapi :
P.O Risperidone 3 mg /12 jam
P.O Trihexyphenydyl 2 mg /12 jam
P.O Clozapine 25 mg /24 jam
DS: Pasien mengatakan
mendengar suara-suara
yang mengajaknya
bercakap-cakap (Dwi),
pasien mengatakan senang
jika suara itu muncul pada
muncul 2x pada malam hari
dan pagi setelah bangun
tidur.
DO: pasien tampak bicara
sendiri, kadang tertawa
sendiri, pasien tampak
sesekali memalingkan muka
ke arah telinga saat diajak
interaksi seolah mendengar
Gangguan Persepsi
bereaksi jika ada stimulus
yang kuat. Kontak mata
mudah beralih dan pasien
tampak bingung. Pasien
tampak lesu dan gelisah.
Pasien tampak gembira
namun seketika pasien
tampak sedih.
2 Selasa,
17 april
2018
09.45
DS: pasien mengatakan
ayahnya adalah sosok yang
berarti dalam hidupnya.
Pasien mengatakan saat di
temannya berkumpul santai
di ruangan, konsentrasi
tampak mudah beralih saat
interaksi maupun kegiatan
kelompok seperti TAK.
Menarik Diri: Isolasi
DS: pasien mengatakan
tidak pernah menyisir
rambutnya.
DO: Rambut pasien tampak
tidak rapi, pakaian tampak
kurang rapi dimana kancing
baju kurang tepat.
Walaupun pemilihan
pakaian yang dikenakan
sudah tepat. Pasien tidak
Defisit Perawatan
Diri: Berpakaian dan
pernah menyisir rambutnya
dan merapikan pakaiannya.
C. Diagnosa keperawatan
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi
2. Menarik Diri: Isolasi Sosial
3. Defisit Perawatan Diri: Berpakaian dan Berdandan
D. Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SP)
1 Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x pertemuan, masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1. Dapat membina hubungan saling percaya.
2. Dapat mengidentifikasi isi
halusinasi, waktu
3. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan cara:
a. Menghardik b. Berbincang-bincang c. Melakukan aktivitas d. Minum obat teratur
SP1Pasien
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Bantu klien dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP2 Pasien
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P).
2. Bantu klien
cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
1. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P, SP2 P dan SP3 P).
1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien. 2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi.
3. Menjelaskan cara
merawat klien dengan halusinasi.
SP2Keluarga
1. Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat klien dengan halusinasi.
2. Melatih keluarga
E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Selasa, 17
jenis halusinasi (isi,
frekuensi, waktu
halusinasinya muncul saat pasien
sedang melamun sendirian.
Suara laki-laki (Dwi) yang tidak
jelas entah mengajak pasien
pergi kemana. Muncul 2x dalam
sehari pada malam hari dan saat
pagi setelah bangun tidur. Pasien
mengatakan senang dengan
adanya suara tersebut. Pasien
mengatakan mampu menghardik
suara tersebut.
O: Pasien terlihat mampu
menghardik. Pasien tampak lebih
tenang, wajah berseri, masih
sesekali mengalihkan fokus dan
bicara sendiri, kontak mata
mudah beralih.
A: halusinasi teratasi dengan
SP1 P (mengenal dan
mengontrol halusinasi dengan
menghardik).
P: latih cara kontrol halusinasi
dengan teratur minum obat
(prinsip 5 benar minum obat)!
Rabu, 18
S: pasien mengatakan semalam
masih mendengar suara-suara
dan ia mencoba memutus
dengan cara menghardik. Pasien
mengatakan belum hafal dengan
5 benar minum obat (dosis,
waktu dan obat).
O: pasien tampak minum obat
halusinasi dengan teratur minum
obat (prinsip 5 benar minum
obat)!
P: latih ulang cara kontrol
halusinasi dengan teratur minum
obat (prinsip 5 benar minum
dosis obat yang ia minum. Pasien
mengatakan masih bingung untuk
menghafal jenis obat dan
dosisnya.
O: pasien tampak terdiam saat
ditanya nama dan dosis obatnya.
Pasien dibantu perawat dalam
menyebutkan nama dan dosisnya.
Pasien dibantu perawat dalam
menyiapkan obat yang akan
diminumnya.
A: halusinasi belum teratasi
dengan SP2 (teratur minum
obat).
P: latih ulang cara kontrol
halusinasi dengan teratur minum
obat (prinsip 5 benar minum
ASUHAN KEPERAWATAN P2 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO
MAGELANG
Disusun oleh:
NURMA GUPITA
A31701028
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
a. Identitas pasien
Nama : P2
Usia : 31 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Tidak Bekerja (Irt)
Pendidikan : SMP
Status : cerai
Suku Bangsa : Jawa
Alamat : Jawa Tengah
No. Rm : 00161387
Diagnosa Medis : F32.2 (Episode Depresi Berat Tanpa Gejala Psikotik)
b. Identitas Penaggung Jawab
Nama : Ny. D
Usia : 30 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMK
Alamat : Jawa Tengah
Hubungan : Anak Pertama
2. Alasan masuk
Pasien diantar oleh keluarganya ke poli RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada tanggal 5 april 2018 dengan alasan kurang lebih enam bulan ini Ny. P banyak diam, bicara seperlunya, suka bicara sendiri. Keluarga mengatakan klien perilakunya aneh semenjak bercerai dengan suaminya.
3. Faktor predisposisi
4. Pengkajian fisik
1. Keadaan umum : wanita kesan lebih tua dari usianya, perawatan diri
kurang.
2. Vital sign: TD 160/92mmHg, Nadi 82x/menit, suhu 36˚c, RR
18x/menit.
3. TB: 145cm BB 54kg.
5. Pengkajian psikososial
a. Genogram
Keterangan:
: perempuan : meninggal
: laki-laki
:pasien
b. Identitas diri
Pasien adalah seorang wanita usia 31 tahun. c. Peran
Pasien sebagai single parent untuk kedua anaknya. d. Ideal diri
Pasien mengatakan berharap bisa mejadi ibu yang baik untuk kedua anaknya. Pasien berharap keluarganya dan masyarakat bisa menerimanya sebagai orang yang sehat jiwa. Pasien berharap sakitnya bisa sembuh dan bisa menjalankan akivitas sehari-hari.
e. Harga diri
Pasien mengatakan merasa tidak berguna karena tidak memiliki pekerjaan dan dicerai oleh suaminya.
7. Hubungan sosial
Pasien mengatakan berhubungan baik dengan anak dan kakaknya. Tetapi pasien mengatakan jarang berhubungan dengan orang lain dan suka menyendiri. Pasien juga mengatakan tidak mengikuti kegiatan apapun dimasyarakat. Pasien mengatakan tidak suka berinteraksi dengan orang lain.
8. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan bahwa sakitnya yang dialami sekarang merupakan ujian dari Allah SWT dan klien yakin setelah ujiannya selesai maka sakitnya akan sembuh.
b. Kegiatan ibadah
9. Status mental
a. Penampilan umum : terlihat rambutnya tidak pernah disisir dan
hanya diikat.
b. Pembicaraan : lambat, volume suara lirih, flat of idea.
c. Aktivitas motorik : terlihat lambat, banyak duduk dan seing
mengantuk, mondar-mandir dari kamar ke ruang depan.
d. Alam perasaan : pasien mengatakan sedih karena ditinggal
suaminya, khawatir tidak ada yang menjemputnya.
e. Afek : Tumpul, klien hanya berinteraksi saat ada stimulus yang
kuat.
f. Interaksi selama wawancara: tidak kooperatif, tidak ada kontak mata,
pembicaraan mudah beralih, klien berbicara saat hanya diberi
pertanyaan, pembicaraan tidak jelas.
g. Persepsi : Pasien mengatakan mendengar suara laki-laki yang
memanggilnya tetapi tidak tahu suara siapa, suara itu muncul saat
malam hari saat sedang sendirian, suara itu muncul kadang-kadang.
Gejala yang tampak adalah klien sering melamun dan berbicara
sendiri.
h. Proses fikir : pasien mengatakan saat sedang menonton TV
maka di TV tersebut sedang tidak menyiarkan dirinya, saat klien
melihat orang yang sedang berbincang juga klien mengatakan bahwa
orang tersebut sedang tidak membicarakan dirinya.
i. Tingkat kesadaran: pasien mengatakan bahwa dirinya sedang dirawat
di RSJ magelang.
j. Memori : pasien mengatakan bahwa dirinya tidak
mengetahui nama-nama dari teman satu wisma.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung: Pasien tidak mampu menjawab
ketika diberi soal 2+5, pasien menjawab 7.
l. Kemampuan penilaian : Ketika pasien dihadapkan pada 2 kondisi
saat cuaca sedang panas dan tubuhnya sangat berkeringat, saat itu pula
tidak perlu penanganan khusus.
10.Kebutuhan persiapan pulang
a. Makan
Pasien mengatakan bisa makan sendiri tanpa bantuan orang lain. Klien mengatakan menghabiskan porsi makan yang disediakan, makan 3x/hari. Bisa mencuci alat makan yang sudah digunakan.
b. BAB dan BAK
Pasien mengatakan BAB dan BAK dikamar mandi dan menyiramnya. c. Mandi
Pasien mengatakan sehari mandi 2x dengan manggunakan alat mandi, klien mengatakan sikat gigi setiap mandi dan shampoan seminggu 2x. d. Berpakaian
Pasien mengatakan sehari ganti baju 1x, memilih dan memakai sendiri, pasien terlihat rapi dalam berpakaian kancing terpasang.
11.Istirahat dan tidur
Pasien mengatakan susah untuk tidur siang, tidur malam kadang puas kadang tidak. Sebelum tidur jarang gosok gigi, dan jarang merapikan tempat tidur.
12.Penggunaan obat
Pasien mengatakan dirumah tidak mengkonsumsi obat. Pasien mengatakan bisa minum obat menggunakan air dan minum obat sesuai waktu yang ditentukan.
13.Pemeliharaan kesehatan
14.Kegiatan didalam rumah
Pasien mampu untuk mengolah makanan, merapikan rumah, mengatur pakaian sendiri.
15.Kegiatan di luar rumah
Pasien mengatakan belum mampu untuk belanja sehari-hari, mampu untuk melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, pasien mengatakan belum mampu untuk menggunakan kendaraan pribadi dan kendaraan umum sendirian, pasien mengatakan tidak suka melakukan kegiatan di luar rumah.
16.Mekanisme koping
Pasien mengatakan ketika ada masalah lebih suka dipendam sendirian dan lebih baik diam daripada harus menceritakan pada orang lain.
17.Aspek Penilaian
a. Diagnosa medis : F32.2 (Episode depresif berat tanpa gejala
psikotik).
b. Terapi medis yang diberikan : Abilify 10mg/24jam (sore jam
15.00) dan Furosemide 20mg/6jam.
B. Analisa data
No Tgl/jam Data fokus Diagnosa
keperawatan Paraf
1 17.4.18
11.30
Ds: pasien mengatakan mendengar suara-suara
lelaki yang memanggilnya dan sesekali
mengajaknya bercakap-cakap. Pasien mengatakan
merasa senang dengan halusinasinya. Pasien
mengatakan mendengar suara saat sedang sendirian
pada malam hari, pasien mengatakan sesekali
mengikuti sumber suara.
Do: pasien tampak bicara dan tertawa sendiri,
pasien tampak serig menyendiri, pasien tampak
sesekali memalingkan muka ke arah sumber suara,
pasien mondar-mandir, afek tumpul, pembicaraan
Gangguan persepsi
mengatakan tidak mengikuti kegiatan apapun
dimasyarakat, pasien mengatakan tidak suka
berinteraksi dengan orang lain
Do: afek tumpul, tidak ada kontak mata, pasien
berbicara saat hanya diberi pertanyaan.
3 17.4.18
09.00
Ds: pasien mengatakan merasa tidak berguna
karena tidak memiliki pekerjaan dan dicerai oleh
suaminya.
Do: pembicaraan lambat, volume suara lirih
dan pasien lebih banyak duduk dengan mengantuk.
Gangguan konsep
diri: harga diri rendah
Diagnosa keperawatan
1. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Menarik diri: isolasi sosial
C.Rencana keperawatan
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SP)
1 Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ... x
pertemuan, masalah gangguan sensori persepsi: halusinasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
4. Dapat membina hubungan saling percaya.
5. Dapat mengidentifikasi isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, situasi/penyebab yang menimbulkan halusinasi, dan perasaan/respon pasien saat terjadi halusinasi.
6. Dapat mendemonstrasikan cara mengontrol halusinasi dengan cara:
e. Menghardik f. Berbincang-bincang g. Melakukan aktivitas h. Minum obat teratur
SP1 Pasien
6. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
7. Bantu klien mengidentifikasi sumber halusinasi
8. Sebutkan cara mengontrol
halusinasi (menghardik,
bercakap-cakap, melakukan aktivitas, dan minum obat). 9. Bantu klien mempraktekkan
latihan cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik. 10. Anjurkan klien memasukkan cara
mengontrol halusinasi dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP2 Pasien
3. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P).
4. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol minum obat secara teratur.
5. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan meminum obat ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP3 Pasien
4. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P dan SP2 P).
5. Bantu klien mempraktekkan
latihan cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-cakap.
6. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP4 Pasien
4. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P, SP2 P dan SP3 P). 5. Bantu klien mempraktekkan
latihan cara mengontrol
halusinasi dengan melakukan aktivitas.
kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi, tanda dan gejala halusinasi, serta proses terjadinya halusinasi.
6. Menjelaskan cara merawat klien dengan halusinasi.
SP2Keluarga
3. Melatih keluarga mempraktikkan cara merawat klien dengan halusinasi.
D.Implementasi dan evaluasi
Tgl/jam No
DX Implementasi Evaluasi Paraf
17.4.18
S: Pasien mengatakan halusinasinya adalah halusinasi
dengar. Pasien mengatakan ada seseorang yang
memanggilnya, suara itu munculnya kadang-kadang
saat malam hari, pasien merasa cemas dan yang
dilakukan adalah menjawab penggilan tersebut
O: Klien belum mampu melakukan mengontrol
haluasinasi dengan menghardik. Klien mampu
menyebutkan isi, frekuensi, waktu, faktor pencetus,
respon dan perasaan. Klien masih bicara sendiri.
A: halusinasi belum teratasi dengan SP1.
P: Latih ulang cara mengontrol halusinasi dengan
dalam jadwal kegiatan
harian.
S: Pasien mengatakan semalam medengar suara-suara
tapi tidak tahu suara siapa, suara itu muncul
kadang-kadang dan waktu sendirian, psien mengatakan takut
lalu pergi agar suara tersebut tidak terdengar lagi
O: Pasien belum mampu menghardik. Pasien
pandangannya kosong. Tidak kooperatif. Selalu
melamun. Sering bicara sendiri.
A: halusinasi belum teratasi dengan SP1
(menghardik).
P: Latih kembali cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik!
membisikkan akan menjemputnya, pasien
mengatakan senang dengan suara tersebut. Suara itu
muncul satu kali responnya menunggu pak de nya
diruangan depan
O:
Pasien belum mampu menghardik
Pasien sudah mampu mengenah halusinasi
A: halusinasi teratasi dengan SP1 (menghardik).
P: Latih cara kontrol halusinasi dengan minum obat
ASUHAN KEPERAWATAN P3 DENGAN MASALAH KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI
DI WISMA ARIMBI RSJ PROF DR SOEROJO
MAGELANG
Disusun oleh:
NURMA GUPITA
A31701028
PROGRAM PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
1. Identitas
a. Pasien
Nama : P3
Usia : 50 tahun
Alamat : Kebumen
Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT
Status : belum menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
No. RM : 026451
Dx medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga) b. Penanggung Jawab
Nama : Ny. M
Usia : 65 tahun
Alamat : Kebumen
Pendidikan : SD
Pekerjaan : wirausaha
Agama : Islam
Suku : Jawa
Hubungan : Ibu kandung
2. Alasan masuk
3. Faktor Predisposisi
Pasien mengatakan dirawat di RSJ sudah 4x ini, terakhir dirawat 1 tahun yang lalu. Pasien mengatakan tidak pernah mengalami aniaya fisik, pasien mengatakan mempunyai cita-cita menjadi guru agama.
4. Faktor Presipitasi
Pasien mengeluhkan putus obat sejak beberapa bulan yang lalu karena ekonomi.
5. Pengkajian Fisik
a. Keadaan Umum : pasien terlihat diam dan mengantuk
b. Tanda-tanda vital : TD 110/90 mmHg, Nadi 82x/menit, RR
20x/menit dan Suhu 360 C.
c. BB dan TB : 45 kg dan 147 cm
Pasien tidak memiliki keluhan fisik yang berhubungan dengan kesehatan.
6. Pengkajian psikososial
a. Genogram
Keterangan:
: Laki-laki
: garis keturunan
Sistem pendukung keluarga: komunikasi yang terjalin dalam keluarga berjalan dengan baik tanpa ada hambatan. Pengambil keputusan dalam setiap masalah yaitu ibu kandungnya. Selama sakit di rumah, pasien dirawat/diasuh oleh ibu kandung dan adik perempuannya.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri : pasien mengatakan bersyukur atas karunia
Tuhan dalam wujud bentuk tubuh yang sempurna dan pasien
menyukainya.
2) Identitas diri : pasien menyadari dirinya seorang
perempuan berusia 50 tahun dan belum menikah. Penampilan
sudah terlihat selayaknya perempuan usia 50 tahun. Rambut
sebahu acak-acakan, hidung mancung dan bulu mata lentik.
3) Peran : Ny. S berperan sebagai anak di rumah,
karena belum menikah dan masih tinggal bersama ibunya.
Ketika dirawat di wisma arimbi, pasien mengikuti kegiatan
dengan baik seperti menyiapkan makan, mencuci alat makan,
menyapu, mengepel dan menyetrika.
4) Ideal diri : pasien mengatakan ingin cepat pulang dan
bekerja kembali seperti sebelum sakit.
5) Harga diri : pasien mengatakn iasa saja dan tidak
merasa malu dengan kondisi saat ini.
c. Hubungan Sosial
tampak duduk bersama teman-temannya, walaupun lebih terlihat diam hingga mengantuk.
d. Spiritual (keyakinan dan ibadah)
Pasien mengatakan beragama islam, shalat 5 waktu, tetapi sejak di RSJ pasien jarang shalat. Pasien yakin dengan berdoa dirinya akan segera sembuh kemudian pulang ke rumah. Pasien mengatakan sakit yang dialaminya merupakan ujian, namun dalam masyarakat sakit jiwa seperti ini dianggap memalukan.
7. Status Mental
a. Penampilan
Rambut diikat, baju bersih dan sesuai. b. Pembicaraan
Lambat, inkoheren (bicara tidak fokus, muter-muter tetapi sampai pada tujuan).
c. Aktifitas motorik
Lesu, lemes, mengantuk, namun ketika menceritakan soal wahamnya, pasien tampak antusias.
d. Alam perasaan
Pasien mengatakan sedih karena keluarga belum mengunjunginya. e. Afek
Tumpul (awalnya pasien lesu, lemas, mengantuk, tetapi ketika
ditanya soal halusinasinya tentang suara yang memanggil “mama”,
pasien tampak lebih bersemangat untuk bercerita bahwa dirinya belum menikah namun sudah melahiran, pasien juga mengatakan hafal doa menikah
f. Interaksi selama wawancara
Kontak mata mudah beralih, mengantuk, namun ketika diberi rangsang stimulus wajahnya berespon positif dan segera melanjutkan cerita dengan serius.
g. Persepsi
Pendengaran. Pasien mendengar suara anak kecil yang
memanggilnya “mama”, suara itu muncul ketika pasien tidak bisa
tidur setiap saat. h. Proses pikir
mengatakan pernah memakai jas dokter dan mengoperasi pasien. j. Tingkat kesadaran
Pasien sadar jiwa sedang menjalani perawatan di RSJ Magelang, dan pasien ingat betul jika ibu kandungnya yang mengantarnya kesini.
k. Memori
Pasien tidak mengalami gangguan ingatan baik jangka pendek maupun panjang. Pasien mampu menjawab dengan benar saat ditanya topik TAK sebelumnya, pasien juga masih mengingat nama anggota keluarganya.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Perhatian pasien mudah beralih dari satu obyek ke obyek lain, pasien tampak tidak mampu menjelaskan kembali apa yang disampaiakan oleh perawat (tak mampu konsentrasi). Serta tidak mampu menjawab beberapa pertanyaan.
m. Kemampuan penilaian
Pasien mengalami gangguan penilaian ringan. Pasien mampu mengambil keputusan sederhana dengan bantuan orang lain). n. Daya tilik diri
Pasien mengatakan dirinya tidak mengingkari penyakit yang dideritanya karena pasien sadar sekarang sedang berada di RSJ untuk menjalani pengobatan.
8. Persiapan pasien pulang
a. Makan
Pasien dapat menyiapkan alat makan sendiri, mampu mencuci piring, membersihkan meja makan, berdoa sebelum dan sesudah makan.
b. BAB dan BAK
c. Mandi
Pasien mampu secara mandiri mandi sehari 2x di kamar mandi, keramas dan gosok gigi mandiri.
d. Berpakaian dan berhias
Pasien mampu menggunakan pakaian secara mandiri sesuai dengan seragam ruangan dan menyisir rambut serta memakai minyak rambut dan lotion.
e. Istirahat dan tidur
Tidur siang ± 1 jam, tidur malam ± 7 jam. Kegiatan sebelum tidur: shalat, sikat gigi dan berdoa. Kegiatan setelah tidur: doa, membersihkan tempat tidur dan mandi.
f. Penggunaan obat
Pasien dapat minum obat yang disiapkan perawat secara mandiri. g. Pemeliharaan kesehatan
Pasien mengatakan akan minum obat secara rutin untuk mencegah kekambuhan dan cepat sembuh. Perawatan lebih lanjut didukung oleh keluarga sebagai sistem pendukung keluarga.
h. Kegiatan di dalam rumah
Pasien mampu membersihkan meja makan, mencuci piring dan menjaga kerapihan rumah.
i. Kegiatan di luar rumah
Pasien mampu menyapu halaman rumah dan berbelanja bersama keluarga.
9. Mekanisme Koping
a. Adaptif
Pasien mengatakan senang melakukan senam dan jalan pagi. b. Maladaptif
Pasien mengatakan jika mempunyai masalah, dia memilih untuk diam dibandingkan harus menceritakannya kepada orang lain.
10.Masalah dalam Psikososial dan Lingkungan
12.Aspek Medik
a. Diagnosa medis : F20.0 (Skizofrenia paranoid-Curiga)
b. Terapi : TFZ 2x5 mg /12 jam, THP 2x2 mg /12 jam
dan Clozapine 2x50 mg /12 jam.
B. ANALISA DATA
Ds: pasien mengatakan mendengar suara anak kecil yang memanggil-manggil dirinya “mama”, pasien mengatakan senang dengan suara tersebut, pasien mengatakan suara itu muncul saat ia sendirian tidak bisa tidur, namun pasien mengatakan hanya mendiamkan suara tersebut. Do: pasien tampak lebih banyak diam namun sesekali tertawa sendiri, tampak memalingkan muka ke arah telinga da sesekali menutup telinga.
Gangguan dan melahirkan. Pasien mengatakan hafal doa menikah dan bisa menulis arab karena dia guru agama.
Do: ekspresi wajah tampak tegang
1. Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran
2. Gangguan Isi Pikir: Waham
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Rencana Intervensi (SP)
1 Gangguan
Sensori Persepsi: Halusinasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x
pertemuan, masalah
gangguan sensori persepsi:
SP1Pasien
11. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
halusinasi dapat teratasi dengan kriteria hasil:
7. Dapat membina
hubungan saling
percaya.
8. Dapat mengidentifikasi isi halusinasi, waktu terjadinya halusinasi, k. Melakukan aktivitas l. Minum obat teratur
sumber halusinasi
13. Sebutkan cara mengontrol
halusinasi (menghardik,
bercakap-cakap, melakukan aktivitas, dan minum obat). 14. Bantu klien mempraktekkan
latihan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik. 15. Anjurkan klien memasukkan
cara mengontrol halusinasi dengan menghardik ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP2 Pasien
6. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P).
7. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol minum obat secara teratur.
8. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan meminum obat ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP3 Pasien
7. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P dan SP2 P). 8. Bantu klien mempraktekkan
latihan cara mengontrol
halusinasi dengan cara
bercakap-cakap.
9. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap ke dalam jadwal kegiatan harian.
SP4 Pasien
7. Evaluasi jadwal kegiatan harian klien (SP1 P, SP2 P dan SP3 P). 8. Bantu klien mempraktekkan latihan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas.
9. Anjurkan klien memasukkan cara mengontrol halusinasi dengan melakukan aktivitas ke dalam jadwal kegiatan harian. SP1Keluarga
7. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
8. Memberikan pendidikan
mempraktikkan cara merawat klien dengan halusinasi. 6. Melatih keluarga melakukan
cara mearwat langsung kepada klien.
jenis halusinasi (isi,
frekuensi, waktu didiamkan saja jika suara datang, pasien mudah beralih dan tidak fokus, pasien belum mampu menghardik. A: halusinasi teratasi dengan SP1 (menghardik). P: latih cara kontrol halusinasi dengan minum obat teratur (prinsip 5 benar obat). suara itu muncul pasien mencoba menghardik. O: kontak mata tidak fokus, masih mengantuk, terkadang melamun. A: halusinasi belum teratasi dengan SP2 minum obat.
pasien memasukkan masih mendengar suara memanggil “mama”, jika suara itu muncul pasien menghardik.
O: kontak mata mudah beralih, mengantuk, tiba-tiba tidur saat sedang diajak bicara, masih tampak melamun.
A: halusinasi teratasi dengan SP2 minum obat.
No Aspek Penilaian
1 Pasien dapat mengenal halusinasi (isi, jenis, frekuensi, waktu, faktor pencetus dan respon)
2 Pasien mampu menjelaskan definisi menghardik
3 Pasien mampu menjelaskan manfaat menghardik
4 Pasien mampu menjelaskan alat yang digunakan
5 Pasien mampu menjelaskan cara atau mendemonstrasikan
6 Pasien mampu menghardik sesuai dengan jadwal
No
1 Mendengar suara-suara
2 Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3 Mendengar suara yang menyuruhnya bercakap-cakap
4 Merasa takut dan senang dengan halusinasinya
5 Mengatakan sering mendengar sesuatu pada waktu tertentu saat sedang sendirian
6 Mengikuti sumber suara
7 Tampak bicara dan tertawa sendiri
8 Marah-marah tanpa sebab
9 Memalingkan muka ke arah telinga seperti mendengar sesuatu
10 Menutup telinga
11 Menunjuk ke arah sesuatu