• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran

N/A
N/A
titi riyanti

Academic year: 2024

Membagikan "Laporan Pendahuluan Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi Pendengaran"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHU LUAN

GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN

Oleh:

TITI RIYANTI NIM. 21011

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SISMADI JURUSAN KEPERAWATAN PRODI D-III

JAKARTA

(2)

2024

(3)

penyakit diare, dengan kata lain peningkatan frekuensi buang air besar dengan atau tanpa muntah, demam dan nyeri perut. Peningkatan frekuensi buang air besar didefinisikan oleh tiga atau lebih buang air besar encer dalam 24 jam atau setidaknya 200 g fases per hari (Sattar & Singh, 2022).

Gastroenteritis merujuk pada radang lambung atau usus dan termasuk penyakit yang dapat menular, diare sering muncul secara mendadak dengan atau tanpa muntah. Diare biasanya berlangsung selama 5-7 hari dan sebagian besar berhenti dalam 2 minggu, sedangkan muntah biasanya berlangsung selama 1-2 hari dan sebagian besar berhenti dalam 3 hari (Lugg, 2014).

2. Etiologi

Faktor-faktor penyebab gastroenteritis anatara lain:

a. Faktor Infeksi menurut Mardalena (2018) serta Diyono dan Mulyanti (2016).

1) Infeksi Virus

8

(4)

a) Rotravirus merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi dan disertai dengan muntah yang timbul sepanjang tahun, dengan demam dan muntah sebagai gejala.

b) Enterovirus, biasa muncul pada musim panas.

c) Adenovirus, timbul sepanjang tahun dengan gejala muncul pada saluran pencernaan atau pernapasan.

d) Norwalk, muncul sebagai epidemik dan dapat sembuh sendiri dalam 24-48 jam.

2) Infeksi bakteri

a) Shigella merupakan penyebab paling tinggi bagi balita dan muncul selama 1 musim dengan puncak Juli-September yang ditandai dengan muntah tapi tidak menonjol.

b) Salmonella, dengan penderita paling tinggi oleh bayi dibawah 1 tahun yang membutuhkan masa inkubasi 6-40 jam, dengan lama 2-5 hari. Tanda dari infeksi ini yaitu demam, terjadi mukoid, muntah tapi tidak menonjol dan fases yang berdarah dan organisme yang dapat ditemukan di dalam fases selama berbulan-bulan lamanya.

c) Escherichia coli, biasa terlihat sangat sakit saat didetita oleh bayi karena menembus mukosa sehingga fases berdarah.

d) Campylobacter,biasa ditandai dengan kram pada abdomen yang hebat, dehidrasi, muntah serta fases yang berdarah dan tercampur oleh mukus.

(5)

e) Yersinia Enterecolitica biasa disebut kembaran apendiksitis dengan diare selama 1-2 minggu dan nyeri pada abdomen.

3) Infeksi parasit, biasa disebabkan oleh cacing acsaris, trichius, oxyuris.

4) Infeksi protozoa, biasa disebabkan oleh entamoeba histolitika, giardia, lamblia, trichomonas.

5) Jamur dengan candida albicans sebagai penyebab utama.

b. Faktor non-infeksi dengan malabsorsi sebagai salah satu faktor gastroenteritis. Intoleransi laktosa menjadi penyebab non-infeksi yang paling sering terjadi pada bayi dan anak.

c. Faktor makanan atau keracunan makanan yang didefinisikan sebagai penyakit yang terjadi dalam 24 jam setelah makan. Sebagian besar disebabkan oleh toksin bakteri yang telah terbentuk oleh makanan itu sendiri.

d. Faktor kerusakan struktual pada mukosa usus menyebabkan gangguan absorpsi cairan, demikian pula eksudi ke dalam lumen usus yang merupakan mekanisme penyakit inflamasi usus kronik dan invasi kuman pathogen sehingga menimbulkan diare.

e. Faktor imunologik, karena tubuh mengalami defisiensi Ig A yang menyebabkan tidak mampunya tubuh mengatasi infeksi dan investasi parasit dalam usus.

f. Faktor psikologis berupa takut dan cemas.

(6)

3. Anatomi Fisiologi

Gambar 2.1 Anatomi Fisiologi Pencernaan Sumber: Mardalena, 2018

Tubuh manusia terdapat sel-sel yang membutuhkan nutrisi seperti protein, lemak, mineral, vitamin, air serta karbohidrat. Dalam proses mencerna makanan dari awal masuk sampai bisa diserap tubuh ada sistem yang berperan penting dalam tubuh adalah sistem pencernaan. Sistem pencernaan ini terdiri dari beberapa organ yang mempunyai tugas dan fungsi masing-masing. Sistem pencernaan atau sering disebut sistem gastrointestinal (GI) adalah tempat masuknya makanan, cairan, vitamin. Karbohidrat dan lemak kemudian diserap di dalam usus (Azizah, et.al, 2021)

Anatomi pada system pencernaan terdiri dari mulut samoai anus.

Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut (Azizah, et.al, 2021):

a. Menerima makanan

b. Memecah makanan menjadi zat gizi c. Menyerap zat gizi kedalam darah

d. Membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna

(7)

Berikut penjelasan anatomi sistem pencernaan dari mulut sampai anus, sebagai berikut (Azizah,et.al, 2021):

a. Mulut

Mulut adalah bagian organ dari sistem pencernaan yang pertama sebagai tempat masuknya makanan dan minuman. Mulut dilapisi oleh membran mukosa seperti epitilium skuamosa yang berisikan kelenjar sekresi mucus. Pada mulut terdapat palatum yang membentuk langit- langit mulut seperti palatum durum (langit mulut keras) yang terletak dibagian anterior, palatum molle (langit lunak) yang terdapat di posterior. Selain itu di dalam mulut juga terdapat uvula yang merupakan suatu otot yang melengkung dan menutupi membrane mukosa dan berada pada ujung palatum molle.

b. Tenggorokan atau Faring

Organ ini berfungsi menghubungkan antara mulut dengan kerongkongan. Di dalam faring terdapat tonsil atau biasa disebut amandel. Amandel merupakan kelenjar limfe yang mengandung kelenjar limfosit dan bertujuan untuk melindungi tubuh dari infeksi.

Faring terletak pada rongga mulut bagian belakang dan rongga hidung.

Arteri yang mendarahi faring disebut dengan arteri fasialis.

c. Kerongkongan atau Esofagus

Kerongkongan merupakan tabumg berotot yang merupakan tempat dilewatinya makanan dari mulut ke dalam lambung.

Kerongkongan memiliki panjang antara 2,5 cm dengan lebar 2 cm.

(8)

kerongkongan terletak pada medium toraks, didepan kolum vertebrata yang berada sekitar dibelakang trakea dan jantung. Kerongongan pada bagian atas berhubungan dengan faring sedangkan bagian bawah dengan diafragma. Gerak peristaltik yang terjadi dalam kerongkongan seperti memutar, menyempit, melebar, bergelombang dan meremas sehingga makanan bisa masuk sampai ke lambung. Kerongkongan terdiri dari 3 bagian, diantaranya yaitu : bagian atas terdiri dari otot rangka, bagian tengah terdiri dari otot rangka dan otot halus, sedangkan bagian bawah terdiri dari otot halus.

d. Lambung

Lambung adalah saluran pencernaan yang berotot dan berongga dengan bentuk seperti huruf J yang terletak pada epigastrik, umbilikal dan hipokondriak kiri rongga abdomen. Ukuran lambung ditentukan dari jumlah makanan yang ada di lambung sekitar 1,5 L atau lebih.

Lambung dibagi menjadi 3 bagian seperti kardiak yang merupakan bagian lambung pertama sebagai tempat masuknya makanan dari kerongkongan, fundus yang merupakan bagian tengah dengan tujuan menampung makanan dan proses pencernaan dan polirus yang merupakan bagaian terakhir dari penampungan makanan dan jalan keluar makanan ke usus halus.

e. Usus Halus

Bagian ini terletak diantara lambung dengan usus besar. Panjang usus halus antara 5 M, yang dikelilingi dengan usus besar. Usus halus

(9)

terdiri dari 3 bagian seperti usus 12 jari (duodenum) dengan panjang sekitar 25 cm dan mengelilingi kepala pankreas serta bertugas mengrimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengirimkan makanan melalui sfingter pilorus, usus kosong (jejenum) yang terletak pada bagian tengah usus dengan panjang 2 cm dan terdapat jonjot atau villi serta membrane mukus, dilanjutkan dengan ileum yang merupakan tempat perkumpulan akhir dengan panjang 3 cm dan mempunyai katup ileosekal yang berfungsi untuk mencegah regurgitasi dan mencegah terjadinya proses aliran balik dari ileum ke sekum.

f. Usus Besar

Usus besar merupakan lanjutan dari usus halus yang mempunyai umbai cacing yang sering disebut dengan appendix. Usus besar mempunyai panjang 13 m, dari sekum ke fossa iliaka kanan sampai dengan rektum dan saluran anus di pelvis. Lebar lumen usus besar sekitar 6,5 cm yang lebih besar dari usus halus. Usus besar terdiri dari sekum yang merupakan pangkal usus besar dan merupakan tempat buntu pada bagian ujungnya dan memiliki panjang 8-9 cm, kolon asenden yang berupa garis melengkung tajam membentuk kolom transversum dan kolon yang keatas dari sekum menuju kejati, kolon transversum yang melintang pada bagian duodenum dan lambung yang menuju area limpa, kolom desenden merupakan kolon yang akan membentuk kolon sigmoid dengan bentuk kebawah pada rongga abdomen, kolom sigmoid yaitu kolon yang berbentuk huruf S dan

(10)

menuju kebawah, rektum yang merupakan bagaian dari kolon yang melenar dengan panjang 13 cm serta dilanjutkan dengan anus yang merupakan bagian ujung rektum dan berbatasan dengan kolon sigmoid dan saluran anus.

4. Klasifikasi

Gastroenteritis menyebabkan diare dan sebagian besar adalah diare akut (Dominguez & Wars, 2022). Seseorang dapat dikatakan diare menurut Mardalena (2018), apabila:

a. Bayi dan anak dengan buang air besar > 3 kali perhari b. Neonatus bila buang air besar > 4 kali sehari

c. Dewasa dengan buang air besar > 7 kali sehari.

Mardalena (2018), juga menuturkan diare memiliki klasifikasi sendiri, seperti:

a. Diare cair akut yang ditandai keluarnya tinja encer dan mungkin ada darah di dalamnya. Kondisi ini umumnya berakhir < 14 hari

b. Disentri atau diare akut, bila ada darah dalam fases, frekuensi BAB sering dan kualitas fases sedikit

c. Diare persisten yang dimulai dari diare akut dan berakhir dalam ≥ 14 hari.

Dominguez dan Wars (2022), juga menuturkan bahwa penderita diare memiliki risiko untuk terkena dehidrasi, maka berdasarkan Rachmawati (2022), derajat dehidrasi digolongkan berdasarkan beberapa golongan, yaitu:

(11)

a. Dehidrasi berdasarkann kehilangan Berat Badan (BB):

1) Dehidrasi ringan, digambarkan dengan kehilangan 5% dari BB sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 2,5% diberikan cairan 25% ml/kg BB

2) Dehidrasi sedang, berupa kehilangan cairan 5%-10% dari BB sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 7,5% ml/kg BB

3) Dehidrasi berat, dengan kehilangan > 10% BB sebelum sakit dengan perhitungan rata-rata 12,5% dan harus diberi cairan pengganti 1255 ml/kg BB.

b. Dehidrasi berdasarkan presentase kehilangan air dari BB, yaitu:

Tabel 2.1

Derajat Dehidrasi Kehilangan Air

No. Derajat Dehidrasi Dewasa Bayi dan Anak

1. Dehidrasi ringan 4% dari BB 5% dari BB

2. Dehidrasi sedang 6% dari BB 10% dari BB

3. Dehidrasi berat 8% dari BB 15% dari BB

Sumber: Rachmawati, 2022

c. Dehidrasi berdasarkan skor WHO, terbagi menjadi:

Tabel 2.2

Derajat Dehidrasi Dengan Skor WHO Komponen Yang

Dinilai

Skor

A B C

Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, apatis, ngantuk

Mengigau, koma atau syok

Mata Biasa Cekung Sangat cekung

Turgor Baik Kurang Jelek

Mulut Biasa Kering Sangat kering

Sumber: Rachmawati, 2022

(12)

Kriteria:

1) <2 tanda di kolom B dan C = tanpa dehidrasi 2) >2 tanda di kolom B = dehidrasi ringan-sedang 3) ≥2 tanda di kolom C = dehidrasi berat

d. Dehidrasi berdasarkan tanda klinis, seperti:

Tabel 2.3

Derajat Dehidrasi Bedasar Tanda Klinis

No. Derajat

dehidrasi Ringan Sedang Berat

1. Defisit cairan 3-5% 6-8% >10%

2. Hemodinamik Takikardia,

nadi lemah Takikardia, nadi lemah, volume kolaps, hipotensi orostatik

Takikardia, nadi tidak taraba, akral dingin, sianosis

3. Jaringan Lidah

kering, turgor turun

Lidah keriput, turgor kurang

Antonia, turgor buruk

4. Urin Pekat Jumlah turun Oliguria

5. Kesadaran Mengantuk Apatis Koma

Sumber: Rachmawati, 2022

e. Dehidrasi berdasarkan berat jenis plasma (BJ normal 1.025), yaitu:

1) Dehidrasi berat dengan BJ Plasma 1.032-1.040 2) Dehidrasi sedang dengan BJ Plasma 1.028-1.032 3) Dehidrasi ringan dengan BJ Plasma 1.025-1.028 5. Patofisiologi

Gastroenteritis menurut Mardalena (2018), disebabkan oleh masuknya virus, bakteri dan parasit yang kemudian menyebabkan terjadinya infeksi pada sel-sel serta memproduksi Enterotoksin atau Cytotoksin dimana akan merusak sel dan melekat pada dinding usus.

Penularan gastroenteritis biasa melalui fekal dan juga makanan atau

(13)

minuman yang terkontaminasi yang biasa disebut gangguan osmotic atau mekanisme dasar penyebab gastroenteritis timbul. Makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus yang kemudian akan menyebabkan diare jika isi dalam rongga usus berlebihan. Selain itu muncul juga gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat, serta gangguan motilitas usus berupa hiperistaltik yang berarti berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan dan air hingga terjadi diare dan hipoperistaltik yang mengakibatkan bakteri tumbuh berlebih dan memunculkan diare.

Dasarnya makanan atau fases bergerak sepanjang usus dengan bantuan gerakan paristaltik dan segmentasi usus. Namun pada kasus gastroenteritis, mikroorganisme yang masuk kedalam usus dan berkembang biak dapat meningkatkan gerakan paristaltik di usus. Kemudian usus akan kehilangan cairan dan elektrolit maka terjadilah dehidrasi. Pada gastroenteritis dehidrasi menjadi komplikasi yang sering terjadi. Dehidrasi ini dapat mengganggu keseimbangan asam basa berupa asidosis metabolik dan hipokalemian, serta gangguan gizi, hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.

(14)

6. Pathway

Bagan 2.2

Pathway Gastroenteritis

Sumber: Muttaqin 2011, TIM POKJA DPP SDKI PPNI 2017

(15)

7. Manifestasi Klinis

Mardalena (2018), Diyono dan Mulyanti (2016), menuturkan manifestasi klinis gastroenteritis antara lain :

a. Nyeri perut dan ulu hati

b. Mual, kadang diikuti dengan muntah c. Nafsu makan berkurang

d. Perut kembung

e. Rasa panas di dada dan perut

f. Regurgitasi (keluar cairan dari lambung secara tiba-tiba) g. Diare

h. Demam i. Lemah

j. Fontanel cekung.

k. Dehidrasi : turgor buruk, kulit kering, lidah pecah-pecah l. Berat badan menurun

m. Selaput lendir pucat n. Peristaltik usus menigkat o. Anus kadang lecet p. Takikardi

q. Ketidakseimbangan antara masukan dan keluaran r. Peningkatan serum natrium

s. Urine pekat

t. Perilaku tidak konsentrasi

(16)

8. Pemeriksaan Penunjang

Mardalena (2018), menyampaikan pemeriksaan laboratorium pada gastroenteritis meliputi :

a. Pemeriksaan Tinja

1) Makroskopis dan mikroskopis

2) pH dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, bila diduga intoleransi gula.

3) Bila diperlukan, lakukan pemeriksaan biakan dan uji resistensi.

b. Pemeriksaan Darah

1) pH darah (Natrium, Kalium, Kalsium dan Fosfor) dalam serum untuk menentukan keseimbangan asam basa.

2) Kadar ureum dan kreatinin untuk menhetahui faal ginjal.

c. Intubasi Duodenum

Untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kualitatif dan kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

9. Komplikasi

Komplikasi dari gastroenteritis menurut Mardalena (2018), yaitu:

a. Dehidrasi

b. Rentan hipovolemi c. Kejang

d. Bakterimia e. Malnutrisi f. Hipogikemia

(17)

g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.

10. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis menurut Mardalena (2018), pada penderita gastroenteritis yaitu:

a. Pemberian cairan untuk mengganti cairan yang hilang

b. Dietetik yaitu pemberian makanan dan minuman khusus pada penderita dengan tujuan penyembuhan dan menjaga kesehatan. Adapun hal yang perlu diperhatikan seperti:

1) Memberi ASI (pada anak usia 0-2 tahun)

2) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.

c. Monitor dan koreksi input dan ouput elektrolit d. Pemberian obat-obatan, seperti:

1) Antibiotik

2) Koreksi asidosis metabolik 3) Berikan obat anti mual

Dalam melakukan pemantauan intake dan output cairan pada anak dengan dehidrasi, Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr.

Soetomo (2022), menuturkan bagaimana cara untuk menghitung balance cairan.

Tabel 2.4 Balance Cairan

Sumber: Instalasi Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSUD Dr. Soetomo, 2022.

Balan

(18)

a. Cairan masuk

1) Cairan masuk yang dapat dilihat, yaitu:

a) Oral = minuman dan makanan b) Enternal = NGT, obat oral c) Parenteral = IV line (infus)

2) Injeksi cairan yang tidak terlihat biasa disebut metabolisme air yang dapat diketahui melalui perhitungan usia, seperti:

a) 1-4 tahun = 8 cc/kgBB/hari b) 5-7 tahun = 8-8,5 cc/kgBB/hari c) 8-11 tahun = 6-7 cc/kgBB/hari d) 12-14 tahun = 5-6 cc/kgBB/hari e) 14 keatas =2000cc/kg/hari b. Cairan keluar

1) Cairan keluar yang dapat dilihat, yaitu:

a) BAB = fases ±100 ml/hari b) Urine = > 0,5 – 1 ml/kgBB/jam c) NGT = residu, gastric cooling d) Muntah

e) Drain

2) Cairan keluar yang tidak dapat dilihat berupa Insenible Water Loss (IWL), yaitu kehilangan cairan melalui paru-paru dan kulit, dengan standar kehilangan sebesar:

a) Neonatus = 30 ml/kgBB/hari b) Bayi = 50-60 ml/kgBB/hari

(19)

c) 1-12 tahun = (30-Usia anak dalam tahun)xBB/kg d) 12-18 tahun = 20 ml/kgBB/hari

e) Jika ada kenaikan suhu tubuh maka perhitungan IWL = (15cc X kgBB)+(suhu – 36,8°C)

3) Anak mengompol, dapat hitung kebutuhan urin dengan (urine = 0,5 cc – 1 cc/kgBB/hari).

Oktiawati dan Julianti (2019), menuturkan bahwa penanganan gastroenteritis dengan diare sehingga mengakibatkan dehidrasi, dibedakan berdasarkan jenis dehidrasinya, yaitu:

a. Tanpa dehidrasi = lakukan rencana terapi A, setelah rehidrasi nasihati ibu untuk penanganan dirumah dan kapan harus kembali segera, lalu lakukan kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik

b. Dehidrasi ringan / sedang = lakukan rencana terapi B, setelah rehidrasi nasihati ibu untuk penanganan dirumah dan kapan harus kembali segera, lalu lakukan kunjungan ulang dalam waktu 5 hari jika tidak membaik

c. Dehidrasi berat = lakukan rencana terapi C

Berikut adalah rencana terapi pemberian cairan tambahan untuk diare dan melanjutkan pemberian makan / ASI.

a. Rencana terapi A (penanganan diare dirumah)

1) Beri cairan tambahan sebanyak anak mau, seperti ASI dan jika anak tidak memperoleh ASI maka berikan cairan makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang dan oralit setiap anak buang air besar

(20)

dengan 50-100 ml untuk umur 1 tahun serta 100-200 ml untuk 1-5 tahum

2) Beri tablet Zinc selama 10 hari 3) Lanjutkan pemberian makan

4) Beri tau orangtua kapan harus kembali b. Rencana terapi B (penanganan dengan oralit)

1) Berikan oralit sesuai anjuran selama periode 3 jam pertama dengan berat badan (kg) x 75 ml

Tabel 2.5

Pemberian Oralit Sesuai Takaran

Umur ≤ 4 bulan 4- < 12

bulan 1 - < 2 tahun 2 - < 5 tahun Berat Badan (kg) < 6 6 - 10 10 - < 12 12-19

Jumlah (ml) 200-400 400-700 700-900 900-1400

Sumber: Oktiawati dan Julianti, 2019

2) Setelah 3 jam maka ulangi penilaian klasifikasi dehidrasi, pilih rencana terapi yang sesuai, lakukan pemberian makan

3) Jika ibu memaksa pulang sebelum pengobatan selesai maka lakukan hal berikut:

a) Tunjukkan cara menyiapkan cairan oralit dirumah b) Tunjukkan berapa banyak oralit yang harus diberikan c) Beri oralit yang cukup untuk memenuhi rehidrasi

d) Jelaskan 4 aturan perawatan diare dirumah dengan rencana terapi A

(21)

c. Rencana terapi C

1) Beri cairan intravena secepatnya dengan 100 ml/kg Ringger Laktat (RL) atau NaCl dengan pembagian sebagai berikut:

Tabel 2.6

Pemberian Cairan Intravena Pada Dehidrasi

Umur Pemberian pertama

(30 ml/kg) Selanjutnya

(70ml/kg)

>12 bulan 1 jam 5 jam

1-5 tahun 30 menit 2,5 jam

Sumber: Oktiawati dan Julianti, 2019

Setalah itu periksa anak setiap 15-30 menit. Jika nadi tidak teraba beri tetesan lebih cepat, berikan oralit (5 ml/kgBB/jam) segera setelah anak mau minum dan periksa kembali sesudah 3-6 jam.

2) Lakukan rehidrasi dengan oralit melalui pipa orogastrik atau mulut (20 ml/kg/jam selama 6 jam dengan total 120 ml/kg/jam)

3) Jika setelah 3 jam keadaan rehidrasi tidak membaik, maka rujuk anak untuk pengobatan intravena

4) Setelah 6 jam, periksa kembali anak dan lakukan intervensi sesuai rencana

5) Berikan tablet Zinc untuk semua penderita diare sesuai dengan dosis yang sudah ditentukan (1 tablet = 20 mg) dan pemberian selama 10 hari. Dosis tablet Zinc yaitu:

a) < 6 bulan = 0,5 tablet/hari b) ≥ 6 bulan = 1 tablet/hari.

(22)

B. Asuhan Keperawatan dengan Gastroenteritis

Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi dengan klien dan lingkungan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian dalam merawat dirinya (Pemerintah Republik Indonesia, UU No. 38, Tahun 2014).

1. Pengkajian Keperawatan

Pengkajian keperawatan menjadi dasar utama dalam proses keperawatan yang nantinya akan membantu untuk penentuan masalah keperawatan dan kebutuhan pada pasien. Menurut Mardalena (2018), ada beberapa data yang harus dikaji pada lansia gastroenteritis dengan dehidrasi, yaitu:

a. Identitas pasien

b. Riwayat keperawatan yang terdiri dari:

1) Awal serangan: gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia, diare 2) Keluhan utama: fases cair, muntah, bila kehilangan banyak air dan

elektrolit terjadi gejala dehidrasi, berat badan menurun dan pada bayi biasa muncul tanda ubun-ubun tampak cekung, tonus dan turgor kulit berkurang, selaput lendir mulut dan bibir kering, frekuensi BAB lebih dari 4 kali dengan konsistensi encer.

c. Riwayat kesehatan masa lalu, berupa penyakit yang pernah diderita oleh pasien dan riwayat imunisasi yang telah diberikan

d. Riwayat psikososial keluarga e. Kebutuhan dasar

(23)

1) Pola elmininasi: akan mengalami perubahan yaitu BAB >4 kali sehari dengan konsistensi encer dan BAK sedikit atau jarang 2) Pola nutrisi: diawali dengan mual,muntah, anoreksia, sehingga

terjadi penurunan BB

3) Pola tidur dan istirahat akan terganggu karena adanya distensi abdomen yang akan menimbulkan rasa tidak nyaman

4) Pola hygine: kebiasaan mandi setiap harinya

5) Aktivitas: akan terganggu karena kondisi tubuh yang lemah dan adanya nyeri akibat distensi abdomen.

f. Keadaan umum: tampak lemah, kesadaran compos mentis sampai koma, suhu tubuh tinggi, nadi cepat dan lemah, pernapasan agak cepat g. Pemeriksaan sistematik, terdiri dari:

1) Inspeksi: mata cekung, ubun-ubun besar atau cekung, selaput lendir, mulut dan bibir akan kering, BB menurun, anus kemerahan

2) Perkusi: distensi abdomen

3) Palpasi: turgor kulit kurang elastis 4) Auskultasi: terdengarnya bising usus

h. Pemeriksaan penunjang seperti pada tinja, darah lengkap dan duodenum intubation yang berguna untuk mengetahui penyebab secara kuantitatif dan kualitatif.

(24)

2.Diagnosa Keperawatan

Tahap kedua pada proses dokumentasi keperawatan adalah diagnosa yang merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman atau respon individu, keluarga atau komunitas kepada masalah kesehatan, risiko masalah kesehatan atau proses kehidupan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017). Pada anak dengan gastroenteritis Muttaqin (2011) dan Tim Pokja SDKI DPP PNNI (2017) menyatakan diagnosa yang sering muncul, yaitu:

Tabel 2.7

Konsep Diagnosa Keperawatan Gastroenteritis

No Diagnosa Keperawatan Penyebab Kondisi Klinis Terkait 1 Diare (D.0020)

Definisi: pengeluaran fases yang sering, lunak dan tidak berbentuk Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif: - Objektif:

a) Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam b) Fases lembek atau

cair

Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif:

a) Urgency b) Nyeri/kram

abdomen Objektif:

a) Frekuensi peristaltik meningkat

b) Bising usus

hiperaktif

Fisiologis a) Inflamasi

gastrointestinal b) Iritasi

gastrointestinal c) Proses infeksi d) Malabsorpsi Psikologis a) Kecemasan

b) Tingkat stress tinggi Situasional

a) Terpapar kontaminan b) Terpapar toksin c) Penyalahgunaan

laksatif

d) Penyalahgunaan zat e) Program pengobatan f) Perubahan air dan

makanan g) Bakteri pada air

a) Kanker kolon b) Diverticulitis c) Iritasi usus d) Chorn’s disease e) Ulkus peptikum f) Gastritis g) Spasme kolon h) Colitis ulseratif i) Hipertiroidisme j) Demam typoid k) Malaria l) Sigelosis m) Kolera n) Disentri o) Hepatitis

2. Nyeri akut (D.0077) Definisi: pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan

a) Agen pencedera fisiologis (mis.

Inflamasi, iskemia, neoplasma)

b) Agen pencedera

a) Kondisi pembedahan b) Cedera traumatis c) Infeksi

d) Sindrom coroner

(25)

kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.

Gejala Dan Tanda Mayor :

Subjektif:

a) Mengeluh nyeri Objektif:

a) Tampak meringis b) Bersikap protektif

(mis. Waspada, menghindari posisi nyeri)

c) Gelisah

d) Frekuensi nadi meningkat

e) Sulit tidur

Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif: - Objektif:

a) Tekanan darah meningkat

b) Pola napas berubah

c) Nafsu makan

berubah

d) Proses berpikir terganggu

e) Menarik diri f) Berfokus pada diri

sendiri g) Diaphoresis

kimiawi (mis.

Terbakar, bahan kimia iritan)

c) Agen pencedera fisik

(mis. Abses,

amputasi, terbakar, terpotong,

mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)

akut e) Glaucoma

3. Nausea (D.0076) Definisi: perasaan tidak nyaman pada bagian belakang tenggorok atau lambung yang dapat mengakibatkan muntah.

Gejala dan Tanda Mayor:

Subjektif:

a) Mengeluh mual b) Merasa ingin

muntah

c) Tidak berminat makan

a) Gangguan

biokimiawi (mis.

uremia, ketosidosis diabetik)

b) Gangguan pada esophagus

c) Distensi lambung d) Iritasi lambung e) Gangguan pancreas f) Peregangan kapsul

limpa

g) Tumor terlokalisasi (mis. neuroma akustik, tumor otak

primer atau

sekunder, metastasis

a) Meningitis b) Labirinitis c) Uremia d) Ketoasidosis

diabetik e) Ulkus peptikum f) Penyakit esophagus g) Tumor

intraabdomen h) Penyakit meniere i) Neuroma akustik j) Tumor otak k) Kanker l) Glaucoma

(26)

Objektif: -

Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif:

a) Merasa asam

dimulut

b) Sensasi panas / dingin

c) Sering menelan Objektif:

a) Saliva meningkat b) Pucat

c) Diaphoresis d) Takikardia e) Pupil dilatasi

tulang di dasar tengkorak)

h) Peningkatan tekanan intraabdominal (mis.

keganasan intraabdomen) i) Peningkatan tekanan

intracranial

j) Peningkatan tekanan intraorbital (mis.

glukoma)

k) Mabuk perjalanan l) Kehamilan m) Aroma tidak sedap n) Rasa makanan /

minuman yang tidak enak

o) Stimulus

penglihatan tidak menyenangkan p) Faktor psikologis

(mis. kecemasan, ketakutan, stress)

q) Efek agen

farmakologis r) Efek toksin 4 Hipovolemia (D.0023)

Definisi: penurunan

volume cairan

intravaskuler, interstisial dan/ intraseluler

Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif: - Objektif:

a) Frekuensi nadi meningkat

b) Nadi teraba lemah c) Tekanan darah

menurun

d) Tekanan nadi menyempit

e) Turgor kulit menurun

f) Membran mukosa kering

g) Volume urin

menurun h) Hematokrit

meningkat

Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif:

a) Kehilangan cairan aktif

b) Kegagalan

mekanisme regulasi c) Peningkatan

permeabilitas kapiler

d) Kekurangan intake cairan

e) Evaporasi

a) Penyakit addison b) Trauma / perdarahan c) Luka bakar

d) AIDS

e) Penyakit crohn f) Muntah g) Diare

h) Kolitis ulseratif i) Hipoalbuminemia

(27)

a) Merasa lemah b) Mengeluh haus Objektif:

a) Pengisian vena menurun

b) Status mental berubah

c) Suhu tubuh

meningkat

d) Konsentrasi urin meningkat

e) Berat badan turun tiba-tiba

5 Hipertermia (D.0130) Definisi: suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.

Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif: - Objektif:

a) Suhu tubuh normal diatas nilai normal Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif: - Objektif:

a) Kulit merah b) Kejang c) Takikardi d) Takipnea

e) Kulit terasa hangat

a) Dehidrasi

b) Terpapar lingkungan panas

c) Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)

d) Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan e) Peningkatan laju

metabolism f) Respon trauma g) Aktivitas berlebihan h) Penggunaan

incubator

a) Proses infeksi b) Hipertiroid c) Stroke d) Dehidrasi e) Trauma f) Prematuritas

6 Defisit nutrisi (D.0019) Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif: - Objektif:

a) Berat badan menurun minimal

10% dibawah

rentang ideal Gejala dan Tanda Minor :

Subjektif:

a) Cepat kenyang

a) Ketidakmampuan menelan makanan b) Ketidakmampuan mencerna makanan c) Ketidakmampuan

mengabsorbsi nutrien d) Peningkatan

kebutuhan metabolism

e) Faktor ekonomi (mis. Finansial tidak mencukupi)

f) Faktor psikologis (mis. Stress, keenganan untuk makan)

a) Stroke b) Parkinson c) Mobius syndrome d) Cerebral palsy e) Cleft lip f) Cleft palate g) Amytropic

lateral sclerosis h) Kerusakan

neuromuscular i) Luka bakar j) Infeksi k) AIDS

l) Penyakit Crhon’s m) Enterokolitis n) Fluorosis kistik.

(28)

setelah makan b) Kramnyeri abdomen

c) Nafsu makan

menurun Objektif:

a) Bising usus

hiperaktif

b) Otot pengunyah kemah

c) Otot menelah lemah d) Membrane mukosa

pucat e) Sariawan

f) Serum albumin turun

g) Rambut rontok berlebihan

h) Diare

7 Ansietas (D.0080) Definisi: kondisi emosi dan pengetahuan subjektif individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu melakukan

tindakan untuk

menghadapi ancaman Gejala dan Tanda Mayor :

Subjektif

a) Merasa bingung b) Merasa khawatir

akibat kondisi yang dihadapi

c) Sulit berkonsentrasi Objektif

a) Tampak gelisah b) Tampak tegang c) Sulit tidur

Tanda dan Gejala Minor :

Subjektif

a) Mengeluh pusing b) Anoreksia c) Palpitasi

d) Merasa tidak berdaya

Objektif

a) Frekuensi napas

a) Krisis situasional b) Kebutuhan tidak

terpenuhi

c) Krisis maturasional d) Krisis situasional e) Ancaman terhadap

kematian f) Kekhawatiran

menghadapi kegagalan

g) Disfungsi system keluarga

h) Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

i) Faktor keturunan (tempramen teragitasi sejak lahir)

j) Penyalahgunaan zat k) Terpapar bahaya

lingkungan

l) Kurang terpapar informasi

a) Penyakit kronis progresif

b) Penyakit akut c) Hospitalisasi d) Rencana operasi e) Kondisi diagnosis

penyakit belum jelas f) Penyakit neurologis g) Tahap tumbuh

kembang

(29)

meningkat

b) Frekuensi nadi meningkat

c) Tekanan darah meningkat

d) Diaphoresis e) Tremor

f) Muka tampak pucat g) Suara bergetar h) Kontak mata buruk i) Sering berkemih j) Berorientasi pada

masa lalu

8 Defisit Pengetahuan (D.0111)

Gejala Dan Tanda Mayor :

Subjektif

a) Menanyakan

masalah yang

dihadapi Objektif

a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran

b) Menunjukkan presepsi yang keliru terhadao masalah Gejala Dan Tanda Minor :

Subjektif: - Objektif:

a) Menjalani

pemeriksaan yang tidak tepat

b) Menunjukkan perilaku berlebihan (mis. apatis, bermusuhan, agitasi, hysteria)

a) Keretasan kognitif b) Gangguan fungsi

kognitif

c) Kekeliruan terpapar informasi

d) Kurang terpapar informasi

e) Kurang minat dalam belajar

f) Kurang mampu mengingat

g) Ketidaktahuan menemukan sumber informasi

Diagnosis ini di spesifikkan berdasarkan topic tertentu.

9 Risiko Gangguan

Integritas Kulit/Jaringan (D.0139)

Definisi: berisiko mengalami kerusakan kulit (dermis dan/

epidermis) atau jaringan (membrane mukosa, kornea, fasia, otot,

1) Perubahan sirkulasi 2) Perubahan status

nutrisi 3) Kekurangan/

kelebihan volume cairan

4) Penurunan mobilitas 5) Bahan kimia iritatif 6) Suhu lingkungan

yang ekstrem

a) Imobilisasi

b) Gagal jantung kongestif

c) Gagal ginjal d) Diabetes mellitus e) Imunodefisiensi

(mis. AIDS) f) Katerisasi jantung

(30)

tendon, tulang, kartilago, kapsul sendi dan/

ligament.

7) Faktor mekanis 8) Terapi radiasi 9) Kelembapan 10) Proses penuaan 11) Neuropati perifer 12) Perubahan

pigmentasi

13) Perubahan hormonal 14) Penekanan pada

tonjolan tulang Kurang terpapar informasi tentang upaya

mempertahankan/

melindungi integritas jaringan.

Sumber : Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).

Dari diagnosa yang sudah ditegakkan, maka akan terbentuk intervensi yang akan dilakukan, beberapa intervensi yang dapat dilakukan pada anak dengan gastroenteritis, yaitu:

Tabel 2.8

Konsep Intervensi Keperawatan Gastroenteritis

No. Diagnosa

Keperawatan SLKI SIKI

1. Diare (D.0020) Elminasi Fekal (L.04033)

Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan eliminasi fekal membaik

Kriteria hasil:

1) Kontrol pengeluaran fases meningkat

2) Urgency menurun

Manajemen Diare (I.03101) Observasi

1) Identifikasi penyebab diare

2) Identifikasi riwayat pemberian makanan 3) Identifikasi gejala

invaginasi (mis. tangisan keras, kepucatan pada bayi)

(31)

3) Nyeri abdomen menurun 4) Kram abdomen

5) Konsistensi fases membaik 6) Frekuensi defekasi membaik 7) Peristaltik usus membaik

4) Monitor warna, volume, frekuensi dan konsistensi tinja

5) Monitor tanda dan gejala hipovolemia

6) Monitor iritasi dan ulserasi kulit didaerah perineal

7) Monitor jumlah

pengeluaran diare

8) Monitor keamanan penyiapan makanan Terapuetik

1) Berikan asupan cairan oral 2) Pasang jalur intravena 3) Berikan cairan intravena

(mis. ringer asetat, ringer laktat), jika perlu

4) Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit 5) Ambil sampel fases untuk

kultur, jika perlu Edukasi

1) Anjurkan makan porsi kecil dan sering secara bertahap

2) Anjurkan melanjutkan pemberian ASI

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian obat antimotilitas (mis.

loperamide, difenoksilat) 2) Kolaborasi pemberian

obat

antispasmodic/spasmolitik (mis. papaverin, ekstak belladonna, mebeverine) 3) Kolaborasi pemberian

obat pengeras fases (mis.

atapulgit, smektit, kaolin- pektin)

2. Nyeri akut

(D.0077) Tingkat Nyeri (L.08066) Manajemen Nyeri (I.08238) Tujuan: setelah dilakukan

intervensi keperawatan diharapkan tingkat nyeri menurun Kriteria hasil:

1) Kemampuan menuntaskan aktivitas meningkat

2) Keluhan nyeri menurun 3) Meringis menurun

Observasi

1) Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri

2) Identifikasi skala nyeri 3) Identifikasi respons nyeri

non verbal

4) Identifikasi faktor yang

(32)

4) Sikap protektif menurun 5) Gelisah menurun 6) Kesulitan tidur menurun 7) Menarik diri menurun 8) Perineum terasa tertekan

menurun

9) Ketegangan otot menurun 10) Muntah menurun

11) Mual menurun

12) Frekuensi nadi membaik 13) Tekanan darah membaik 14) Nafsu makan membaik 15) Pola tidur membaik

memperberat dan

memperingan nyeri 5) Identifikasi pengetahuan

dan keyakinan tentang nyeri

6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap respons nyeri

7) Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup

8) Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan

9) Monitor efek samping analgetik

Terapeutik

1) Berikan terapi

nonfarmakologi untuk menguramgi rasa nyeri 2) Kontrol lingkungan yang

memperberat rasa nyeri 3) Fasilitas istirahat dan tidur 4) Pertimbangankan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

Edukasi

1) Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri 2) Jelaskan strategi

meredakan nyeri

3) Anjurkan monitor nyeri secara mandiri

4) Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat

5) Ajarkan teknik

nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu 3. Nausea

(D.0076) Tingkat Nausea (L.08065) Manajemen mual (I.03117) Tujuan: setelah dilakukan

intervensi keperawatan diharapakan tingkat nausea menurun

Kriteria hasil:

1) Nafsu makan meningkat 2) Keluhan mual menurun 3) Perasaan ingin muntah

Observasi

1) Identifikasi pengalaman mual

2) Identifikasi isyarat nonverbal

ketidaknyamanan

3) Identifikasi dampak mual terhadap kualitas hidup 4) Identifikasi faktor

(33)

menurun

4) Perasaan asam dimulut menurun

5) Sensasi panas menurun 6) Sensasi dingin menurun 7) Frekuensi menelan menurun 8) Diaphoresis menurun 9) Jumlah saliva menurun 10) Pucat membaik

penyebab mual

5) Identifikasi antiemetic untuk mencegah mual 6) Monitor mual

7) Monitor asupan nutrisi dan kalori

Terapeutik

1) Kendalikan faktor lingkungan penyebab mual

2) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab mual 3) Berikan makanan dalam

jumlah kecil dan menarik 4) Berikan makanan dingin,

cairan bening, tidak berbau dan tidak berwarna, jika perlu Edukasi

1) Anjurkan istirahat dan tidur cukup

2) Anjurkan sering

membersihkan mulut, kecuali jika merangsang mual

3) Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu Manajemen Muntah (I.03118) Observasi

1) Identifikasi karateristik muntah

2) Periksa volume muntah 3) Identifikasi riwayat diet 4) Identifikasi faktor

penyebab muntah

5) Identifikasi kerusakan esophagus dan faring postrerior jika muntah terlalu lama

6) Monitor efek manajemen

muntah secara

menyeluruh

7) Monitor keseimbangan cairan dan elektrolit Terapeutik

1) Kontrol faktor lingkungan penyebab muntah

(34)

2) Kurangi atau hilangkan keadaan penyebab muntah 3) Atur posisi untuk

mencegah aspirasi

4) Pertahankan kepatenan jalan napas

5) Bersihkan mulut dan hidung

6) Berikan dukungan fisik saat muntah

7) Berikan kenyamanan selama muntah

8) Berikan cairan yang tidal mendukung karbonasi minimal 30 menit sebelum muntah

Edukasi

1) Anjurkan membawa kantong plastic untuk menampung muntah 2) Anjurkan memperbanyak

istirahat

3) Ajarkan penggunaan teknik nonfarmakologi untuk mengelola muntah Kolabrasi

1) Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu 4. Hipovolemia

(D.0023) Status Cairan (L.03028)

Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan status cairan membaik Kriteria hasil:

1) Kekuatan nadi meningkat 2) Turgor kulit meningkat 3) Output urine meningkat 4) Perasaan lemah menurun 5) Keluhan haus menurun 6) Frekuensi nadi membaik 7) Tekanan darah membaik 8) Tekanan nadi membaik 9) Kadar Hb membaik 10) Kadar Ht membaik 11) Berat badan membaik 12) Intake cairan membaik 13) Suhu tubuh membaik

Manajemen Hipovolemia (I.03116)

Observasi

1) Periksa tanda dan gejala hipovolemia

2) Monitor intake dan ouput cairan

Terapeutik

1) Hitung kebutuhan cairan 2) Berikan posisi modilifed

trendelenburg

3) Berikan asupan cairan oral Edukasi

1) Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral

2) Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis.

NaCl, RL)

(35)

2) Kolaborasi pemberian cairan IV hipotonis (mis.

glukosa 2,5%, NaCl 0,4%) 3) Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.

albumin, plasmanate) 5. Hipertermia

(D.0130) Termogulasi (L.14134) Manajemen Hipertermia (I.15506)

Tujuan: setelah dilakukan intervensi keperawatan diharapkan termogulasi membaik Kriteria hasil:

1) Kulit merah menurun 2) Kejang menurun 3) Akrosianosis menurun 4) Konsumsi oksigen menurun 5) Pucat menurun

6) Suhu tubuh membaik 7) Suhu kulit membaik 8) Pengisian kapiler membaik 9) Tekanan darah membaik

Observasi

1) Identifikasi penyebab hipertermia

2) Monitor suhu tubuh 3) Monitor kadar elektrolit 4) Monitor haluaran urine 5) Monitor komplikasi akibat

hipertermia Terapeutik

1) Sediakan lingkungan yang dingin

2) Longgarkan

lingkunganyang dingin 3) Basahi dan kipasi

permukaan tubuh 4) Berikan cairan oral 5) Ganti linen setiap hari

atau lebih sering jika mengalami hyperhidrosis 6) Lakukan pendinginan

eksternal

7) Berikan pemberian antipiretik atau aspirin Edukasi

1) Ajurkan tirah baring Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian Cairan dan elektrolit intravena, jika perlu 6. Defisit nutrisi

(D.0019) Status Nutrisi (L.03030) Manajemen Nutrisi (I.03119) Tujuan: setelah dilakukan

intervensi keperawatan diharapkan status nutrisi membaik Kriteria hasil:

1) Porsi makan yang dihabiskan meningkat

keinginan untuk

meningkatkan nutrisi meningkat

2) Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat Pengetahuan

Observasi

1) Identifikasi status nutrisi 2) Indentifikasi alergi dan

intoleransi makanan 3) Identifikasi makanan yang

disukai

4) Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis natrium 5) Identifikasi perlunya

penggunaan selang nasogatrik

6) Monitor asupan makanan 7) Monitor berat badan

(36)

tentang pilihan minuman yang sehat meningkat 3) Pengetahuan tentang standar

asupan nutrisi yang tepat meningkat

4) Penyiapan dan penyimpanan makanan yang aman meningkat

5) Penyiapan dan penyimpanan minuman yang aman meningkat

6) Sikap terhadap makanan/

minuman sesuai dengan tujuan kesehatan meningkat 7) Nyeri abdomen menurun

Diare menurun 8) Berat badan membaik 9) Indeks Masa Tubuh membaik 10) Frekuensi makan membaik

Bising usus membaik 11) Membrane mukosa membaik

8) Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Terapeutik

1) Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis.

Piramida makanan 2) Sajikan makanan secara

menarik dan suhu yang tepat

3) Berikan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein

4) Berikan suplemen makanan, jika perlu Edukasi

1) Anjurkan posisi duduk, jika mampu

2) Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi

1) Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan, jika perlu

2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan jenis nutrient yang dibutuhkan, jika perlu

7. Ansietas (D.00

Tingkat Ansietas (L.09093) Terapi Relaksasi (I.09326) Tujuan: setelah dilakukan

intervensi keperawatan diharapkan tingkat ansietas menurun

Kriteria Hasil:

1) Konsentrasi membaik 2) Pola tidur membaik 3) Perilaku gelisah menurun 4) Verbalisasi kebingungan

menurun

5) Verbalisasi khawatir akibat kondisi yang dihadapi menurun

6) Perilaku tegang menurun

Observasi

1) Identifikasi penurunan

tingkat energi,

ketidakmampuan

berkonsentrasi, atau gejala lain yang menganggu kemampuan kognitif 2) Identifikasi teknik

relaksasi yang mampu digunakan

3) Monitor respons terhadap teknik relaksasi

Terapeutik

1) Gunakan pakaian longgar 2) Gunakan nada suara

lembut dengan irama lambat dan berirama Edukasi

1) Jelaskan tujuan, manfaat, batasan dan jenis relaksasi yang tersedia

Referensi

Dokumen terkait

J Dengan Diagnosa Masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran Di Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara , Disusun sebagai persyaratan dalam menyelesaikan

Dapat menembangkan pengetahuan, ilmu dan teori yang dimiliki penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan m gangguan persepsi sensori :

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA Nn.Z DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DI RUANG SEMBADRA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.. Nama Penulis

Penulis mampu menganalisa pada klien dengan gangguan persepsi. sensori :

Dapat menjadi bahan evaluasi dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap pasien jiwa terutama dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran.

Pada laporan kasus ini penulis melakukan pengkajian pada klien dengan gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran pada skizofrenia simplek, pada gangguan

ii PERSETUJUAN PEMBIMBING KARYA ILMIAH AKHIR NERS KIAN PENERAPAN TERAPI MUSIK KLASIK MOZART PADA PASIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI HALUSINASI PENDENGARAN

Pelaksanaan terapi musik klasik mozart pada kedua pasien dengan masalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran di Wisma Bima RSJ Grahasi dapat dilaksanakan secara rinci