• Tidak ada hasil yang ditemukan

ppt Kristologi Konsili2

N/A
N/A
Margareta Tias

Academic year: 2024

Membagikan " ppt Kristologi Konsili2"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

B. A. Rukiyanto, S.J.

(2)

Pokok bahasan

Yesus menjadi yang diwartakan

Masalah Soteriologis

Arianisme – Konsili Nicea

Yesus Kristus sungguh Allah

Konsili Kalsedon

Yesus Kristus sungguh Manusia

(3)
(4)

Yesus menjadi yang diwartakan

Dengan pengalaman Paska, Yesus yang tadinya pewarta Kerajaan Allah, kini menjadi yang

diwartakan. Yesus dilihat sebagai

pengejawantahan pribadi dari Kerajaan Allah itu sendiri.

Maka sekarang Yesus menjadi sembahan dan junjungan umat, menjadi alamat doa-doa dan pujian dalam liturgi.

Pewartaan dan liturgi mendahului refleksi doktriner tentang Yesus Kristus yang mulai disebut sebagai “Kyrios” (Tuhan) jemaat.

(5)

Namun masih panjang jalannya bagi jemaat untuk sampai pada pengakuan doktriner “Yesus Kristus sungguh Allah.”

Setelah kebangkitan, para murid melanjutkan

pewartaan-Nya akan Kerajaan Allah yang menjadi nyata dalam peristiwa Yesus. Lama kelamaan,

mereka berpisah dari Yudaisme, dan langsung berhadapan dengan budaya kuat kawasan Laut Tengah, yaitu budaya hellenis (Yunani).

Perjumpaan dengan budaya hellenis yang berbeda dari pikiran alkitabiah Yahudi memunculkan

banyak pertanyaan kritis; muncul tafsiran dan ajaran baru yang sering membingungkan umat.

(6)

Maka muncul proses refleksi tentang pokok- pokok iman Kristini dengan menggunakan menggunakan pemikirian hellenis sebagai bagian usaha mewartakan Kabar Gembira dalam kultur baru. Ini disebut

“perkembangan ajaran” dalam Tradisi Gereja

(7)
(8)

Masalah Soteriologis

Masalah yang direfleksikan dalam konteks keselamatan atau pengilahian manusia:

bagaimana menjelaskan bahwa berkat karya Yesus Kristus dan Roh-Nya manusia sungguh diselamatkan, diilahikan secara total?

Bila manusia sungguh-sungguh diilahikan oleh Kristus dan Roh-Nya, Penyelamat itu harus ilahi.

Bila yang diilahikan adalah seluruh kenyataan manusiawi, Penyelamat itu harus manusia

seutuhnya.

Masalah ini menjadi diskusi sepanjang sejarah.

(9)

Maka masalah soteriologis bergeser dari fungsi Yesus dalam karya keselamatan ke siapa Yesus dalam diri-Nya sendiri.

Fungsi penyelamatan memang tidak bisa lepas dari “siapa” Penyelamat itu.

Namun pemikiran yang terlalu ontologis (fokus pada siapa itu Yesus dan Roh Kudus dalam

dirinya) mengandung resiko melupakan fungsi atau karya ilahi bagi manusia.

Refleksi selanjutnya: kalau yang dikenal manusia adalah jatidiri Allah sebagaimana terwahyu

dalam Kristus dan Roh-Nya (Allah bagi kita), bagaimana jatidiri Allah dalam dirinya sendiri?

(10)

Tradisi Kristiani menjawab dalam perjalanan

refleksinya: Allah dalam diri-Nya sendiri adalah sama dengan Allah yang mewahyukan Diri dan menyelamatkan manusia.

Tindakan pewahyuan dan penyelamatan Allah muncul dari kebebasan ilahi yang penuh cinta, sehingga tindakan pewahyuan tidak

mengurangi misteri hidup ilahi dan hati Allah.

Pertanyaan selanjutnya: bila Sang Penyelamat sungguh-sungguh ilahi, bagaimana ini

diterangkan dalam konteks monoteisme?

Bagaimana mengimani keilahian Kristus dan mempertahankan keesaan Allah? Seberapa ilahikah Yesus Kristus itu?

(11)

Perkembangan Dogma

(12)

Perkembangan Dogma

Para apologet (pembela iman) abad II dan III berusaha memperlihatkan kepada orang

Yunani yang terpelajar bahwa Allah yang mereka imani dan wartakan adalah Allah yang dicari dan dirindukan oleh filsafat Yunani.

Titik tolak: iman monoteistik.

(13)

Ajaran sesat

Monarkianisme dinamis: Yesus manusia biasa, Allah melengkapi dengan kekuatan (dunamis) istimewa

Monarkianisme modalis: Yesus adalah cara Allah menyatakan diri; Bapa, Putera, Roh Kudus adalah cara penampakan (prosopon: topeng) yang berbeda dari Allah yang sama

Arianisme: Logos berada pada Allah, sifat Allah,

tetapi tidak abadi (dari ketiadaan), ciptaan pertama dan paling utama. Logos menjadi manusia,

menggantikan jiwa manusiawi Yesus. Selama hidup, Yesus menyempurnakan diri hingga dinamakan

Allah.

(14)

Konsili-konsili

Melawan Arius, diadakan konsili di Nicea (325):

Yesus, Putera Allah tunggal, lahir dari Bapa

sebelum segala abad, Allah dari Allah, terang dari terang, Allah benar dari Allah benar, dilahirkan bukan dijadikan, sehakikat dengan Bapa.

Konsili Konstantinopel I (381): mengakui keilahian Roh Kudus (melawan Pneumatochoi yang

menyangkal keilahian RK): Roh Kudus, Tuhan

yang menghidupkan, berasal dari Bapa, yang serta Bapa dan Putera disembah dan dimuliakan,

bersabda melalui perantaraan para nabi

(15)

Konsili Efesus (431): Maria sebagai Teotokos, bukan Kristotokos

Konsili Kalsedon: Yesus sungguh Allah, sungguh manusia

Konsili Konstantinopel II (553): Allah satu kodrat tiga pribadi

Sinode Toledo (589): menambahkan Filioque – Roh Kudus berasal dari Bapa dan Putera (Yoh 14:26, 16:15, 16:7 >< 14:6-7, 15:26).

(16)

Konsili Konstantinopel III (681): Yesus 2 kodrat 1 pribadi - dua kehendak dalam satu pribadi Yesus Kristus, keduanya tak tercampur, tak berubah, tak terbagi, tak terpisah. Kehendak manusia

dalam segalanya selalu mengikuti kehendak ilahi dalam Kristus. Berkat persatuan hypostasis,

kehendak manusia itu tidak dirusakkan.

Mat 26: 39, 42, Mrk 14:36; Luk 22:42 kehendak manusiawi menyesuaikan dengan kehendak ilahi

Ibr 4:15 Yesus tidak berdosa

(17)

Konsili Nicea dan Konstantinopel tidak

berusaha menyelami rahasia (hakekat) Allah (lain dengan Arius yang mau menyelaminya dari sudut filsafat).

Dengan menetapkan dogma Trinitas, Gereja bermaksud menunjukkan bahwa Allah

sendirilah yang menemui kita dalam Yesus Kristus, dan bahwa dalam Roh Kudus, Allah sendiri hadir di dalam Gereja.

(18)
(19)

Arianisme – Konsili Nicea

Arius (+336), imam Iskandaria, memberi

pemecahan: Yesus itu makhluk yang bersifat

ilahi, semacam makhluk tengah antara manusia dan Allah; lebih tinggi dari manusia dan lebih rendah dari Allah; dijadikan oleh Allah, ada sebelum adanya waktu, mendahului segala ciptaan.

Yesus inilah yang menderita sengsara, wafat dan dibangkitkan dari alam maut, sementara Allah terlalu sempurna untuk mengalaminya.

Maka Allah tetap esa, sementara Yesus bersifat ilahi.

(20)

Ajaran itu disebut Arianisme, termasuk ajaran sesat (bidaah), dikutuk dalam Konsili

Ekumenis di Nicea (325)

Konsili ini diundang oleh Kaisar Konstantinus dan merumuskan Syahadat Nicea: “Aku

percaya akan Yesus Kristus, Putra tunggal Bapa, berasal dari hakekat Bapa, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar, dilahirkan, bukan dijadikan, sehakekat dengan Bapa.”

Sehakekat dengan Bapa (homoousios to Patri) – mengungkapkan iman alkitabiah di tengah alam pikiran hellenis.

(21)

Yang disangkal: pernah ada saatnya bahwa Kristus tidak ada, Dia tidak ada sebelum

dikandung, Putra Allah berbeda hakekat dari Allah, Ia diciptakan.

Dari sisi ini persoalan diselesaikan, namun di sisi lain membuka persoalan dan perdebatan baru.

(22)
(23)

Yesus Kristus sungguh Allah

Konsili Nicea merumuskan eksplisit iman Gereja akan keallahan Kristus yang penuh.

Pengakuan ini menentukan jatuh bangunnya iman bahwa Allah yang mahatinggi telah

berkenan masuk sejarah dan dunia manusia serta bersedia menjadi bagian di dalamnya.

Dalam peristiwa Yesus Kristus, Allah tidak sekedar mempengaruhi atau campur tangan dalam dunia, melainkan berkenan

mengenakan keterbatasan selaku pelaku sejarah. Inilah yang sulit dicerna Arius

dengan solusinya tentang makhluk tengah.

(24)

Dengan menggunakan pendekatan kristologi dari bawah, para murid dihadapkan pada

pengalaman akan alternatif yang hanya bisa berasal dari Allah sendiri. Hanya Allah yang bisa membere pembebasan sebagaimana

dimaklumkan Kristus: pembebasan dosa dan keikutsertaan dalam hidup ilahi (manusia

baru).

(25)
(26)

Konsili Kalsedon

Pengakuan resmi Gereja akan keallahan Kristus menimbulkan persoalan baru karena kekaburan istilah homoousios.

Kalau Yesus sehakekat dengan Allah, bagaimana menerangkannya supaya tidak menyalahi

keesaan Allah. Apanya pada Allah yang hanya satu? Apanya yang pada Allah ada tiga?

Bagaimana hubungan kemanusiaan dan

keallahan Kristus dirumuskan: berdiri sendiri- sendiri, keallahan menelan kemanusiaan,

kemanusiaan Yesus pura-pura?

(27)

Jawaban permasalahan

Muncul aliran-aliran untuk memecahkan masalah itu dengan menekankan kesatuan dalam diri

Kristus, dengan resiko mengaburkan perbedaan hakiki antara keallahan dan kemanusiaan-Nya

Doketisme: mengajarkan bahwa kemanusiaan Yesus hanya pura-pura.

Appolinarisme: Yesus tidak mempunyai jiwa

manusia, karena peran dan kedudukan jiwa-Nya diambilalih oleh Sabda Allah, sehingga

kemanusiaan Yesus ditelan oleh keallahan-Nya – Yesus hanya mempunyai 1kodrat.

(28)

Aliran lain menekankan perbedaan antara 2 kodrat, dan menegaskan kemandirian baik dari keallahan maupun kemanusiaan dalam diri Kristus, dengan resiko mengabaikan

kesatuan dalam diri Yesus dan seakan-akan menjadikan-Nya mempunyai “dua keakuan.”

Nestorianisme: mengajarkan bahwa

keallahan dan kemanusiaan dalam diri Yesus begitu otonom sehingga menjadi 2 pribadi yang berbeda. Konsekuensi: Maria boleh disebut Bunda Yesus, tetapi bukan Bunda Allah.

(29)

Konsili Efesus

Bidaah Nestorianisme disanggah di dalam

Konsili Efesus (431) yang menegaskan bahwa Maria adalah bunda Allah, bukan sekedar

Bunda Yesus. Maka disiratkan bahwa dalam diri Yesus hanya ada satu pribadi.

Soal berikutnya: dalam diri Yesus, apa yang boleh disebut “satu” dan apa yang disebut

“dua”?

Dalam perjalanan refleksi, muncul istilah:

hypostasis (pribadi)-Nya satu, sedangkan ousia/physis (kodrat)-Nya dua.

(30)

Melawan bidaah monofisitisme yang

mengajarkan hanya ada satu kodrat dalam diri Yesus (yaitu kodrat ilahi), Konsili

Kalsedon (451) menegaskan bahwa dua

kodrat dalam pribadi Kristus itu tidak rancu atau berubah, tidak terpecah atau terpisah satu dari yang lain.

Rumusan: Yesus sungguh Allah sungguh manusia.

Kesatuan dalam pribadi Yesus itu tidak

menghapus perbedaan antara 2 kodrat itu.

Dalam diri manusia sejati Yesus dari Nazaret tampaklah Allah sejati.

(31)
(32)

Yesus Kristus sungguh manusia

Rumusan konsili Kalsedon masih meninggalkan soal: bagaimana kodrat keallahan dan

kemanusiaan itu terjalin (terkoordinasi) dalam diri Yesus.

Apakah Yesus pernah mengalami pertumbuhan pengetahuan dan kesadaran sebagaimana

lazimnya manusia? Bagaimana bisa didamaikan dengan kemahatahuan-Nya sebagai pribadi

ilahi? Apakah Yesus bisa berdosa karena Dia manusia yang mempunyai kebebasan sepenuh- penuhnya?

(33)

Sampai sekarang orang masih bergulat

dengan konsekuensi serius rumusan konsili Kalsedon.

Dulu penghayatan umat cenderung

monofisistik, terlalu menekankan bahwa Yesus itu Allah, maka semuanya pasti beres dan

dapat dijalankan-Nya), sekarang orang menekankan kemanusiaan-Nya dan tidak peduli akan keallahan-Nya.

Orang lupa bahwa dalam segala hal Yesus

sama dan solider dengan kita manusia, tetapi Dia menawarkan kemanusiaan alternatif yang tidak tunduk pada dosa (Ibr 4:15, 5:8).

(34)
(35)

Misteri Allah Tritunggal

Ajaran Trinitas merupakan inti iman kristiani.

Meskipun kata ‘TRINITAS’ tidak ada dalam Alkitab, tetapi para bapa Gereja mula-mula merumuskannya dengan dasar Alkitabiah.

Istilah pertama kali digunakan oleh

Theophilus dari Antiokhia di Gereja Timur

dalam bahasa Yunani triados dan Tertulianus dari Gereja Barat dengan istilah bahasa Latin trinitas.

(36)

Ini dilakukan dalam usaha untuk menjelaskan tentang fakta yang terdapat dalam Alkitab

mengenai Allah yang Esa yang disebut Bapa, yang memiliki Sabda yang disebut Putera dan Roh yang disebut Roh Kudus yang bersifat

kekal. Dan juga untuk menerangkan

hubungan Sabda Allah dan Roh Allah itu dengan Allah Yang Esa itu sendiri.

Titik pangkal rujukan tentang Allah

Tritunggal adalah iman yang diakui waktu orang dibaptis atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus (Mat 28:19).

(37)

Pengakuan iman (syahadat) bersama dengan rumus pembaptisan trinitaris merupakan

rangkuman seluruh iman kristiani.

Dalam ekaristi, selalu diawali: “Semoga

rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah (Bapa) dan persekutuan Roh Kudus

besertamu” (2Kor 13:13).

Diperlukan waktu lama (sampai abad IV)

untuk mendapatkan rumusan Trinitas dalam Teologi Sistematik.

(38)

Abad I: Paham Allah dalam PB

Dalam PB tidak ada ajaran tentang Allah Trinitas, karena memang PB tidak bermaksud

menyampaikan ajaran tertentu, melainkan

memaklumkan Kerajaan Allah yang menyingsing dengan dan dalam diri Yesus Kristus.

Namun akar-akar ajaran Trinitas dapat

ditemukan di dalam Kitab Suci, khususnya PB.

Allah PB: Allah yang Esa (monoteisme) –

kepercayaan ketat agama Yahudi, berlawanan

dengan politeisme bangsa-bangsa lain yang tidak mengenal YHWH. Monoteisme dianut orang

Kristiani dan Yahudi, meski pemahaman berbeda.

(39)

Selain percaya akan Allah (YHWH), Allah Abraham, Allah Ishak, dan Yakub, orang kristiani juga percaya akan Yesus Kristus.

Perkembangan iman akan Yesus Sang Kristus inilah yang diandaikan oleh iman akan Allah Tritunggal.

Berkat terjadinya peristiwa-Yesus dalam sejarah umat manusia, kita diperkenalkan dengan misteri Trinitas.

Pendorong utama bagi iman pasca-paskah akan Yesus Kristus: kepercayaan akan kebangkitan-Nya berkat penampakan-penampakan, berakar pada pewartaan Yesus pra-paskah.

Hanya dalam rangka iman akan Allah, Sang Bapa, maka iman akan Yesus memperoleh bobot: Yesus yang bangkit dikenal sebagai Anak Allah (Rom 1:4).

(40)

YHWH, Allah para leluhur, sejak sekarang

disebut “Bapa Tuhan kita Yesus Kristus” (Rm 15:6; 2Kor 11:31; Ef 1:3).

Kristus yang dibangkitkan oleh Allah Bapa

diyakini sebagai Juru Selamat yang bersatu tak terpisahkan dengan Bapa, dan dengan cara itu menjadi gambar Allah (2Kor 4:4; Kol 1:15).

Dalam diri Yesus, Logos ilahi (Sabda, Allah Putera) yang sejak semula bersama-sama

dengan Allah, telah menjadi manusia. Maka Ia pra-ada, sudah ada sebelum di bumi (Yoh 1:1-18;

Flp 2:5-11; Rom 8:32; 2Kor 8:9).

Yoh 10:30, 14:28 mengungkapkan iman bahwa dalam manusia Yesus, kita bertemu dengan Allah sendiri.

(41)

Pemahaman akan Kristus ditentukan juga Roh Kudus, sebagai nilai pengalaman lain di samping Bapa.

Paulus: Kristus yang mulia dan Roh yang berkarya dalam jemaat bertindih tepat, meskipun tidak

seluruhnya sama. Roh hanya dapat didekati melalui Kristus, dan Kristus hanya dapat didekati melalui Roh. Maka roh Kudus tidak dapat disamakan

dengan Bapa atau pun Putera.

Roh Kudus adalah kehadiran Allah dalam manusia dan Gereja untuk meneruskan karya penebusan Kristus. Ia diutus Kristus sbg “Penolong lain” (Yoh 14:16)

Orang dalam kuasa dosa dan maut dimerdekakan oleh Roh yang memberi hidup (Rm 8:1-2), dan umat dipersatukan dalam pengakuan akan Ketuhanan

Yesus (1Kor 12:3) dan dalam doa (Gal 4:6).

(42)

Pengakuan akan Kristus yang sedang berkembang dalam Gereja perdana diendapkan dalam

pemahaman akan penebusan dan pembaptisan.

Eksistensi baru orang yang dibaptis ditentukan oleh Kristus dan Roh Kudus, Bapa juga terlibat dalam proses pemulihan sebagai Inisiator karya

keselamatan (1Kor 6:11) – ucapan berkah trinitaris (1Kor 13:13).

Ef 4:4-6 – kita percaya akan satu Allah, bukan tiga.

Mat 28:19 – perintah membaptis bukan

dimaksudkan tiga nama, tapi satu (Yun: bentuk tunggal onoma).

Pengakuan Allah yang satu membuat Paulus juga mengakui Tuhan yang satu (1Kor 8:6; Gal 3:20;

1Tim 2:5) dan Roh yang satu (1Kor 12:11-13)

(43)

Pengutusan Roh Kudus, oleh Bapa atas nama Putera dan oleh Putera "dari Bapa " (Yoh

15:26), mewahyukan bahwa Ia bersama

mereka adalah Allah yang Esa dan sama. Ia

"disembah dan dimuliakan bersama Bapa dan Putera ".

"Roh Kudus berasal dari Bapa sebagai asal pertama dan karena la tanpa jarak waktu

memberikan (daya menjadi asal juga) kepada Putera, maka Roh berasal dari Bapa bersama Putera" (Agustinus, Trin. 15,26,47).

(44)

Simpulan

(45)

Simpulan

Trinitas merupakan misteri

Kita hanya bisa mendekati melalui simbol dan bahasa yang terbatas.

Lebih penting adalah menghayati kehadiran- Nya yang mencintai dan menyelamatkan.

Referensi

Dokumen terkait

YANG MENYATAKAN DIRI: SEBAGAI OKNUM PENCIPTA ( ALLAH BAPA), OKNUM PENYELAMAT (YESUS KRISTUS), DAN OKNUM PEMBAHARU ( DALAM ROH KUDUS). GAMBARAN TENTANG ALLAH PERLU DISAMPAIKAN

Allah Bapa, Sumber Kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan

Allah Bapa, Sumber kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan

Allah Bapa, Sumber Kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan

Allah Bapa, Sumber Kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan

Allah Bapa, Sumber Kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan mengokohkan

Allah Bapa, Sumber Kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan

Allah Bapa, Sumber kasih Karunia yang telah memanggil kamu dalam Tuhan Yesus Kristus kepada kemuliaan-Nya yang kekal akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan dan