PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK
“ TEKNIK PENGOLAHAN PAKAN SUPLEMEN”
PERTEMUAN KE-14-15 DOSEN PENGAMPU :
Maria Kristina Sinabang,S.Pt., M.Si
FAKULTAS VOKASI LOGISTIK MILITER PRODI BUDIDAYA TERNAK
2024
A. Urea Molasses Blok
• Urea Molasses Blok (UMB) merupakan salah satu jenis pakan suplemen.
• Urea Molasses Blok (UMB) merupakan salah satu jenis pakan tambahan yang biasanya tersusun dari berbagai macam bahan pakan baik bahan pakan sumber protein dan NPN, bahan pakan sumber energy, bahan pakan sumber vitamin serta mineral.
• Bahan pakan yang sering digunakan antara lain bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, polar, calcium, garam dapur, urea, molasses dan lain sebagainya.
• UMB dapat diberikan khususnya untuk ternak ruminansia seperti sapi, kerbau domba, dan kambing.
• Bahan pakan yang telah diolah dan dibentuk menjadi blok yang dapat diberikan pada ternak sebagai suplemen, baik dalam pembentukan mikroba rumen maupun untuk memenuhi kekurangan nutrisi pada ransum dasar
1. Tujuan pembuatan UMB antara lain:
• Mengurangi defisiensi unsur mikro baik mineral, vitamin, asam amino.
• Meningkatkan efisiensi pencernaan pakan dalam lambung ternak ruminansia.
UMB sebagai pemacu pertumbuhan dan peningkatan populasi mikroba di dalam rumen. Urea dirombak oleh mikroba rumen menjadi amonia, kemudian digunakan untuk sintesa tubuh mikroba. Dan akhirnya mikroba berkembang secara optimal sehingga dapat mencerna serat kasar melalui proses pencernaan fermentatif. .
• Memperbaiki nilai gizi pakan.
2. Pembuatan UMB memiliki beberapa keuntungan, diantaranya:
• Penerapan teknologi tepat guna yang praktis dan mudah.
• Menggunakan peralatan sederhana,
• Menggunakan bahan – bahan yang sebagian besar tersedia di lingkungan mudah diperoleh, dan murah harganya,
• Mudah dibuat,
• Praktis cara pemberiannya.
3. Prinsip Pembuatan UMB
Pembuatan UMB pada prinsipnya adalah pembuatan pakan suplemen untuk ternak ruminansia dengan berbagai macam bahan pakan dalam bentuk padat dan kompak (blok)
Pembuatan UMB dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu:
• Pembuatan dengan cara panas, proses pembuatannya dilakukan dengan cara memanaskan/memasak bahan –bahan pakan yang digunakan pada suhu 100º – 120º C, selama 15 - 20 menit.
• Pembuatan dengan cara hangat, proses pembuatannya dilakukan dengan cara memanaskan/memasak bahan – bahan pakan yang digunakan pada suhu 40º - 50º C, selama 15 – 20 menit.
• Pembuatan dengan cara dingin, proses pembuatannya dilakukan dengan cara tanpa pemasakan/pemanasan. Bahan – bahan yang digunakan, setelah dicampur terus dicetak dan dikeringkan.
4. Pemilihan Bahan UMB
Pemilihan bahan pakan untuk pembuatan UMB perlu mempertimbangkan beberapa hal, antara lain:
1. Prioritaskan penggunaan bahan pakan yang tersedia di lingkungan sekitar, mudah diperoleh, jumlahnya banyak dan tersedia secara kontinyu.
2. Menggunakan bahan pakan yang harganya relatif murah. Menggunakan bahan pakan yang palatabel (disukai ternak).
3. Menggunakan bahan pakan yang memiliki kandungan nutrisi sesuai dengan standar.
Untuk dapat mengetahui kandungan nutrisi bahan pakan perlu dilakukan analisis proksimat, atau menggunakan standar kandungan nutrisi bahan pakan yang sudah ada.
4. Gunakan bahan pakan yang tidak bersaing dengan kebutuhan pangan 5. Gunakan bahan pakan yang tidak berkutu, tidak berjamur
6. Gunakan bahan pakan yang sudah dalam bentuk gilingan halus. Jika bahan pakan masih dalam bentuk bijian, atau bongkahan, perlu dilakukan penggilingan
5. Peralatan Pembuatan UMB
• Peralatan yang dimaksud diantaranya adalah alat penggiling bahan pakan, timbangan, alat pencampur, pemanas (kompos gas, listrik, minyak tanah, kayu bakar), peralatan Untuk mencetak UMB, pengering (oven atau dijemur) dan pengemas (Plastik transparan).
6. Proses pembuatan UMB
a) Proses Pembuatan UMB Secara Dingin
• Siapkan peralatan pembuatan UMB dan lakukan pemeriksaan kondisi peralatan dengan teliti. Pastikan semua peralatan sudah tersedia, dalam keadaan baik dan siap digunakan.
• Siapkan bahan – bahan yang akan digunakan, dan pastikan sudah melalui pemilihan dengan baik dan benar.
• Siapkan formula UMB.
• Penyusunan formula UMB pada dasarnya disesuaikan dengan ketersediaan bahan yang ada di lingkungan sekitar dengan mempertimbangkan faktor-faktor dalam pemilihan bahan pakan yang akan digunakan.
• Beberapa formula berikut dapat digunakan sebagai acuan dalam pembuatan UMB:
• Lakukan penimbangan bahan sesuai dengan formula dan tempatkan pada wadah tersendiri.
• Lakukan pencampuran bahan – bahan yang sudah ditimbang.
a. Mulailah dengan mencampur bahan yang berbentuk kering
b. Mulailah dengan mencampur bahan yang jumlahnya sedikit sampai bahan yang jumlahnya paling banyak.
c. Lakukan pencampuran bahan yang berbentuk kering sampai benar-benar merata (homogen)
d. Campurkan bahan cair (tetes) sedikit demi sedikit ke dalam campuran bahan yang kering, sambil diaduk sampai merata (homogen).
e. Jika perlu, ditambah air secukupnya sehingga campuran menjadi berbentuk gel (menggumpal) dan mudah dibentuk.
• Lakukan pencampuran bahan – bahan yang sudah ditimbang.
• Lakukan pencetakan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang dikehendaki
• Keluarkan UMB dari alat pencetak dan ditempatkan pada penampan yang sudah disiapkan sebelumnya.
• Lakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air dengan cara dijemur, atau menggunakan oven.
• UMB sudah jadi dan siap dikemas atau diberikan kepada ternak
b) Proses pembuatan UMB secara Hangat
• Siapkan peralatan pembuatan UMB dan lakukan pemeriksaan kondisi peralatan dengan teliti. Pastikan semua peralatan sudah tersedia, dalam keadaan baik dan siap digunakan.
• Siapkan bahan – bahan yang akan digunakan dalam pembuatan UMB, dan pastikan sudah dipilih dengan baik dan benar.
• Siapkan formula UMB.
• Lakukan penimbangan bahan sesuai dengan formula dan tempatkan pada wadah tersendiri.
• Lakukan pencampuran bahan – bahan yang sudah ditimbang.
a. Mulailah dengan mencampur bahan yang berbentuk kering
b. Mulailah dengan mencampur bahan yang jumlahnya sedikit sampai bahan yang jumlahnya paling banyak.
c. Lakukan pencampuran bahan yang berbentuk kering sampai benar-benar merata (homogen)
• Nyalakan sumber pemanas yang akan digunakan. Siapkan penggorengan atau panci di atas kompor/tungku.
• Tuangkan molasses yang sudah ditimbang ke dalam penggorengan atau panci untuk dipanaskan.
• Panaskan molasses sampai kira-kira suhu 50ºC sambil diaduk.
• Tuangkan campuran bahan ke dalam molasses yang sedang dipanaskan di atas kompor/tungku sedikit-demi sedikit sambil diaduk sampai merata (homogen).
• Tambahkan air bersih secukupnya dan tetap diaduk, sampai campuran berbentuk gel (menggumpal) dan mudah dibentuk.
• Angkat penggorengan atau panci dari atas kompor/tungku, dan campuran UMB didinginkan.
• Lakukan pencetakan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang dikehendaki.
• Keluarkan UMB dari alat pencetak, dan diletakkan pada penampan yang sudah disiapkan.
• Lakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air dengan cara dijemur atau menggunakan oven.
• UMB sudah jadi dan siap dikemas atau diberikan kepada ternak
c) Proses pembuatan UMB secara panas
• Siapkan peralatan pembuatan UMB dan lakukan pemeriksaan kondisi peralatan dengan teliti. Pastikan semua peralatan sudah tersedia, dalam keadaan baik dan siap
digunakan.
• Siapkan bahan pakan yang akan digunakan dalam pembuatan UMB, dan pastikan sudah dipilih dengan baik dan benar.
• Siapkan formula UMB.
• Lakukan penimbangan bahan sesuai dengan formula dan tempatkan pada wadah tersendiri.
• Lakukan pencampuran bahan – bahan yang sudah ditimbang.
a. Mulailah dengan mencampur bahan yang berbentuk kering
b. Mulailah dengan mencampur bahan yang jumlahnya sedikit sampai bahan yang jumlahnya paling banyak.
c. Lakukan pencampuran bahan yang berbentuk kering sampai benar-benar merata (homogen)
• Nyalakan sumber pemanas yang akan digunakan.
• Siapkan penggorengan atau panci di atas kompor/tungku
• Tuangkan molasses yang sudah ditimbang ke dalam penggorengan atau panci untuk dipanaskan.
• Panaskan molasses sampai kira-kira suhu 100ºC sambil diaduk.
• Tuangkan campuran bahan ke dalam molasses yang sedang dipanaskan sedikit- demi sedikit sambil diaduk sampai merata.
• Jika perlu, ditambah air bersih secukupnya dan tetap diaduk, sampai campuran menjadi berbentuk gel (menggumpal).
• Angkat penggorengan atau panci dari atas kompor/tungku, dan campuran UMB didinginkan.
• Lakukan pencetakan sesuai dengan ukuran dan bentuk yang dikehendaki
• Keluarkan UMB dari alat pencetak, dan diletakkan pada penampan yang sudah disiapkan.
• Lakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air dengan cara dijemur atau menggunakan oven.
• UMB sudah jadi dan siap dikemas atau diberikan kepada ternak
7. Pengemasan dan penyimpanan 1. Pengemasan UMB
o Siapkan peralatan dan bahan kemas.
o Pilih bahan kemas plastik sesuai dengan ukuran UMB, dan transparan agar UMB tetap dapat dikontrol dengan baik, tanpa harus membuka kemasan.
o Pilih bahan kemas plastik yang cukup tebal dan kuat agar tidak mudah rusak (robek).
o Pastikan bahan kemasan dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan.
o Masukkan UMB ke dalam plastik kemasan.
o Upayakan udara di dalam plastik kemasan dapat dikeluarkan dan segera diikat dengan karet gelang atau dengan pengikat lainnya.
o Kemasan UMB siap untuk disimpan atau didistribusikan.
2. Penyimpanan UMB
o Pada umumnya UMB dapat disimpan dan tetap dalam keadaan baik sampai 3 – 6 bulan.
o Siapkan ruangan /gudang penyimpanan dalam keadaan bersih dan terbebas dari hama seperti serangga, tikus, kucing, dan burung liar.
o Pastikan ruangan penyimpanan dalam kondisi yang sejuk, kering, tidak lembab, sirkulasi udara baik dan tidak terkena sinar matahari langsung.
o Lakukan penumpukan UMB dengan rapi.
Tumpukan sebaiknya tidak terlalu tinggi.
o Upayakan tumpukan tidak langsung menyentuh lantai gudang. Gunakan alas berupa pallet.
Jarak antara lantai dan tumpukan UMB sekitar 10 – 15 cm, agar tetap ada sirkulasi udara di antara tumpukan UMB dan lantai.
8. Penggunaan UMB untuk ternak
B. Suplemen Mineral
• Semua mahluk hidup memerlukan unsur mineral untuk proses kehidupan yang normal.
• Semua jaringan ternak dan makanan/pakan mengandung mineral dalam jumlah dan proporsi yang sangat beragam.
1. Tepung Tulang (Bone meal)
Metode Pengolahan special bone meal
• Prinsip pengolahan tulang ikan dalam menghasilkan special bone meal sebagai sumber mineral didasarkan pada prinsip umum pengolahan tulang menjadi tepung tulang, yaitu dengan cara menghilangkan semaksimal mungkin bagian bukan mineral atau bahan organik yang terkandung dalam limbah tersebut dan memutuskan ikatan antara protein non kolagenous, kolagen dan mineral.
• Langkah awal mengurangi komponen lemak dan protein adalah dengan cara pemanasan atau pemasakan dengan air. Waktu proses pemanasan sedang berlangsung, umumnya bahan akan mengalami pengurangan air, dan bersamaan dengan keluarnya air ikut pula terbawa komponen zat gizi lainnya.
• Protein pada produk ikan bersifat tidak stabil dan mempunyai sifat dapat terdenaturasi dengan berubahnya lingkungan.
• Pemanasan juga berakibat lemak akan mengalami “drip” (cairan yang merembes akibat pemanasan), hidrolisis dan autooksidasi bahwa pemasakan basah dengan menggunakan air atau uap akan menyebabkan lemak keluar dari jaringan sehingga adanya pengurangan lemak pada bahan yang diolah dengan perebusan diakibatkan oleh pencucian air.
Pengolahan Tepung Tulang Sapi BAHAN
1) Tulang
2) Larutan kapur 10 persen. Cara membuat 1 m3 larutan kapur 10 persen adalah sebagai berikut: 100 kg kapur dimasukkan ke dalam bak, kemudian ditambahkan air sampai volumenya menjadi 1 m3.
Campuran ini diaduk-aduk sampai kapurnya larut.
PERALATAN
1) Keranjang semprotan. Alat ini digunakan untuk meletakkan tulang yang dicuci dengan semprotan air.
Dasar wadah berlubang-lubang untuk meniriskan air.
2) Wadah perendaman. Wadah ini digunakan sebagai tempat merendam serpihan limbah . Untuk itu dapat digunakan bak semen, baskom plastik, atau ember plastik.
3) Mesin penggiling tulang. Alat ini digunakan untuk menggiling limbah padat hingga menjadi sepihan dengan ukuran 1-3 cm.
4) Wadah perebusan. Alat ini digunakan untuk merebus tulang. Drum bekas yang dipotong dua dapat digunakan untuk keperluan ini.
5) adah ekstraksi gelatin. Alat ini digunakan untuk merendam tulang pada suhu panas setelah direndam dengan larutan kapur. Wadah ini terbuat dari logam tahan karat, seperti aluminium dan stainless steel.
6) Wadah penguapan larutan gelatin. Wadah ini digunakan untuk penguapan larutan gelatin. Wadah ini terbuat dari logam tahan karat, seperti aluminium dan stainless steel. Bentuknya berupa bak dangkal dengan permukaan luas.
7) Tungku atau kompor
8) Cetakan. Cetakan terbuat dari plat aluminium atau stainless steel yang bersekat-sekat.
CARA PEMBUATAN
1. Pencucian. Tulang dimasukkan ke dalam ember atau bak dan diaduk-aduk, kemudian airnya dibuang. Hal ini dilakukan beberapa kali. Pencucian tulang dapat juga dilakukan penyemprotan air tekanan tinggi agar kotoran yang menempel kuat pada tulang terlepas. Potongan tulang ini kembali dicuci dengan semprotan air sampai bersih.
2. Pemotongan. Tulang dipotong-potong dengan kampak sehingga ukurannya menjadi 5-10 cm. Potongan tulang ini kembali dicuci dengan semprotan air sampai bersih.
3. Perebusan. Potongan yang telah bersih direbus di dalam air mendidih selama 4-5 jam. Kotoran yang mengambang dan buih dibuang. Setelah itu tulang ditiriskan, kemudian dijemur atau dikeringkan dengan alat pengering.
4. Penggilingan kasar. Tulang digiling kasar sehingga ukuran menjadi 1-3 cm.
Pengecilan ukuran ini dapat juga dilakukan dengan cara memukul tulang dengan palu.
5. Perendaman di dalam larutan kapur. Serpihan tulang direndam di dalam larutan kapur 10 persen. Setiap 1 kg tulang membutuhkan 1 liter larutan kapur. Lama perendaman adalah 4-5 minggu. Selama perendaman, dilakukan pengadukan sekali dua hari. Proses ini akan menyebabkan ossein yang terdapat pada tulang akan membengkak. Proses ini disebut juga proses membengkakkan ossein. Setelah itu, tulang dicuci dan disemprot dengan air sehingga kotoran dan kapur yang menempel pada tulang terbuang.
SEKIAN & TERIMA KASIH
PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK
“Pengolahan Pakan Aditif dan Pakan Suplemen”
PERTEMUAN KE-13 DOSEN PENGAMPU :
Maria Kristina Sinabang,S.Pt., M.Si
FAKULTAS VOKASI LOGISTIK MILITER PRODI BUDIDAYA TERNAK
2024
1. PENGERTIAN PAKAN ADITIF DAN PAKAN SUPLEMEN
• Feed Additive (FA) adalah satu macam bahan atau lebih dalam jumlah yang ditambahkan pada pakan hewan atau ternak dengan tujuan memenuhi kebutuhan khusus.
• Feed Sumplement (FS) yaitu satu atau lebih bahan zat nutrisi berupa mikro nutrisi yang ditambahkan pada pakan ternak, (bisa diberikan tersendiri), dengan tujuan mencukupi/melengkapi kebutuhan mikro nutrisi tertentu apabila ternak mengalami defisiensi atau mencegah defisiensi mikro nutrisi tersebut.
2. Pakan Aditif
Penggunaan FA untuk memenuhi kebutuhan khusus pada ternak, antara lain :
1. Pencegahan / pengobatan penyakit (AM,acidifier,antitoksin/toksin binder dan antilarva) 2. Penambah nafsu makan seperti : tetes tebu
3. Pengawet pakan/antioksidan
4. Mempermudah dalam pembuatan pakan
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi 6. Menurunkan FCR
7. Promotor pertumbuhan/produksi
8. Membuat warna kuning telur lebih menarik 9. Mengurangi bau kotoran
• Pakan additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi misalnya additive bahan konsentrat, additive bahan suplemen dan additive bahan premix.
• Fungsi feed additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral dan antibiotika dalam ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan, meningkatkan produksi daging maupun telur.
Pakan Suplemen
Fungsi Feed Supplemet :
1. Feed Supplement yang membantu meningkatkan konsumsi pakan
• Peningkatan konsumsi dapat dilakukan dengan memperbaiki tekstur pakan (pellet binders atau perekat pellet). Tekstur makanan untuk unggas yang paling baik adalah apabila berbentuk pellet.
• Pellet dapat meminimalisir kekurangan bentuk pakan yang lain. Bentuk amba (bulky) menyebabkan pakan sulit dikonsumsi dan cepat mengenyangkan. Bentuk mash (halus) menyebabkan pakan sulit dikonsumsi dan berdebu.
• Supaya penggunaan pakan tersebut dapat diminimalisir, tekstur makana tersebut perlu dirubah menjadi tekstur yang menyesuaian dengan bentuk paruh unggas, salah satunya dalam bentuk pellet.
2. Feed Supplemet yang membantu pencernaan
• Pencernaan dapat dioptimalkan dengan cara memberikan enzim. Pemberian enzim protease umumnya akan meningkatkan kecernaan protein. Pemberian enzim lipase akan meningkatkan kecernaan lemak dan pemberian enzim karbohidrase akan meningkatkan kecernaan karbohidrat.
3. Feed suplement untuk meningkatkan sisi komersial produk ernak.
• Salah satu contoh yang populer adalah penggunaan karotenoid. Karetenoid adalah pigmen berwarna kuning. Karotenoid dapat digunakan untuk pigmentasi ayam broiler dan kualitas kuning telur.
• Konsumen umumnya menyukai ayam broiler yang kulitnya berwarna kuning sehingga terlihat segar dan menarik perhatian. Beberapa contoh produk karotenoid adalah karotenoid sintesis, carophy yellow dan jagung kuning.
4. Feed suplement untuk meningkatkan metabolisme
• Salah satu feed supelement yang umum digunakan untuk meningkatkan metabolisme adalah estrogen. Estrogen menyebakan penimbunan lemak lebih banyak dan karkas yang diperoleh lebih empuk.
• Feed suplement lainnya adalah kasein dan yodium yang dapat mempercepat pertUMMBuhan bulu dan menurunkan kadar lemak. Hormon dapat mengatur siklus bertelur dan molting. Senyawa arsen dapat menstimulasi pertumbuhan.
Macam-Macam Feed Supplemet
1. Supplement Protein
• Protein supplement adalah bahan baku yang mengandung protein lebih dari 20%
protein atau protein ekuivalen. Bahan ini dapat diperoleh dari ternak, ikan, tanaman, mikroba, juga nitrogen bukan protein seperti urea, bluret dan produk ammonia.
2. Suplemen Asam Amino
• Pada ternak yang berproduksi memerlukan asam amino yang ebih tinggi untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Sehingga kualitas protein ransum lebih penting untuk ternak yang berproduksi.
3. Suplemen Vitamin
• Vitamin secara umum dapat dibagi atas 2 golongan yaitu: Vitamin yang larut dalam lemak; Vitamin A, Vitamin B, Vitamin E dan Vitamin K.
• Vitamin yang larut dalam lemak; Vitamin A, Vitamin B, Vitamin E dan Vitamin K.
Vitamin yang larut dalam air : Biotin, Cholin, Folacin (asam folat), inositol, niacin (asam nicotinat, nikotiamid), asam pantotenat (Vitamin B3), asam paramino benzoate (PABA), riboflavin (Vitamin B2), thiamin (Vitamin B1), vitamin B6 (pyridoxine, pyrodoxal, pyridoxiamin), vitamin B12 (cobalamin), dan vitamin C (asam askorbat).
3. Suplemen Mineral
• Mineral sangat penting untuk kelangsungan hidup ternak. Mineral esensial adalah mineral yang telah terbukti mempunyai peranan dalam metabolism tubuh. Pakan sumber mineral dibagi dalam tiga katagori yaitu:
a. Limbah rumah tangga, seperti tulang dan jaringan sendi dihasilkan dari pengolahan daging. Limbah ini sangat baik digunakan sebagai sumber Ca, dan beberapa trace mineral.
b. Mineral dari sumber alam, diperoleh dari alam dan diolah agar aman sebagai pakan. Contonya batu phosphat yang dihilangkan flourinenya, NaCl, KCl, batu dolomit dan CaCO3.
c. Sumber alam sintesis, Bahan tambah mineral sintetis diproduksi melalui proses kimia di laboratorium. Proses ini memungkinkan untuk menghasilkan mineral dengan kemurnian dan kualitas yang terkontrol. Berikut contoh bahan tambah mineral sintetis: Kalsium sulfat (CaSO4): Dibuat melalui reaksi kimia antara asam sulfat dan kalsium karbonat, digunakan sebagai pengatur keasaman dan sumber kalsium.Sodium klorida (NaCl): Dibuat melalui proses elektrolitik, digunakan sebagai penambah rasa dan sumber natrium. Zat besi (Fe): Dibuat melalui proses reduksi bijih besi, digunakan sebagai penguat warna dan sumber zat besi.
SEKIAN & TERIMA KASIH
PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK
“Pengolahan Pakan Konsentrat Ternak”
PERTEMUAN KE-12 DOSEN PENGAMPU :
Maria Kristina Sinabang,S.Pt., M.Si
FAKULTAS VOKASI LOGISTIK MILITER PRODI BUDIDAYA TERNAK
2024
1. Pengertian Konsentrat Ternak Potong
• Konsentrat adalah suatu bahan pakan yang dipergunakan bersama bahan pakan lain untuk meningkatkan keserasian gizi dari keseluruhan makanan dan dimaksudkan untuk disatukan dan dicampur sebagai pakan pelengkap.
• Konsentrat atau pakan penguat dapat disusun dari biji-bijian dan limbah hasil proses industri bahan pangan seperti jagung giling, tepung kedelai, menir, dedak, bekatul, bungkil kelapa, tetes dan umbi-umbian
• Peranan konsentrat adalah
1. untuk meningkatkan nilai nutrien yang rendah 2. meningkatkan daya cerna bahan kering ransum 3. pertambahan bobot badan
4. efisien dalam penggunaan ransum
DAMPAK NEGATIF KONSENTRAT
• Pemberian pakan konsentrat dalam jumlah yang besar mungkin kurang baik karena dapat menyebabkan pH dalam rumen menurun.
• Pemberian konsentrat secara berlebih akan menekan kerja buffer dalam rumen karena mastikasi berkurang akibatnya produksi saliva menurun dan meningkatkan produksi volatile fatty acid /VFA.
• Penurunan pH tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan dan aktivitas mikroba dalam rumen, yang berperan dalam proses pencernaan pakan dan selanjutnya akan mengakibatkan kecernaan pakan serta produktivitas ternak menurun.
• Derajat keasaman (pH) rumen yang normal berkisar antara 6,0-7,0. Pada kisaran pH ini, pertumbuhan mikroba rumen maksimal sehingga aktivitas fisiologisnya meningkat, terutama yang berhubungan dengan fermentasi rumen.
A. KONSENTRAT SUMBER PROTEIN
• proteinaseous concentrate adalah konsentrat yang mengandung protein tinggi dengan protein kasar lebih dari 2 persen, atau semua macam bahan pakan yang mengandung protein kasar
>20%.
• Penggunaan konsentrat protein terutama ditujukan untuk ternak muda, ternak tUMMBuh cepat dan ternak produksi tinggi. Berdasarkan sumbernya, bahan konsentrat protein berasal dari:
1. Limah dari ikan laut 2. hewan darat
3. tanaman
4. asam amino sintetik
Konsentrat dibedakan dua kelompok, yaitu konsentrat sumber enegi (carbonaseous concentrate) dan konsentrat sumber protein (proteinaseous concentrate).
• Carbonaseous concentrate merupakan konsentrat yang mengandung energi tinggi, protein rendah dengan protein kasar kurang dari 20 persen dan serat kasar 18 persen.
• Kegunaannya konsentrat sumber energi yaitu untuk menaikkan jumlah konsumsi energi
• Energi yang terkandung di dalam konsentrat energi terutama berasal dari karbohidrat yang mudah larut ataupun minyak dan lemak Bahan pakan yang tinggi kandungan energinya.
• Bahan Konsentrat Energi meliputi:
1. Berbagai macam bahan pakan butiran sebangsa padi termasuk hasil sampingnya.
2. Berbagai macam UMMBi
3. Berbagai macam tetes dan yang sejenis 4. Berbagai macam minyak dan lemak
• Pollard (Triticum aestivum) merupakan bahan pakan konsentrat untuk sapi perah yang banyak digunakan oleh peternak sebagai sumber energi dan protein. Selain itu menurut Arditya (2010), dalam 100% BK nilai gizi yang terdapat dalam pollard adalah 8,81% serat kasar, 5,1%
lemak kasar, 45,0% bahan ekstrak tanpa nitrogen dan 24,1% abu.
B. KONSENTRAT SUMBER ENERGI
Fungsi Konsentrat
• Konsentrat berfungsi sebagai pakan tambahan untuk melengkapi pakan dasar (pakan sumber serat/rumput)
A. Sebagai sumber protein B. Sebagai sumber energi C. Sebagai pakan pelengkap
• Untuk berfungsi optimal konsentrat harus tersusun dari: pakan sumber protein tinggi, pakan sumber energi tinggi serta pakan sumber vitamin dan mineral.
2. Proses Pengolahan Konsentrat Ternak Potong
1 Penentuan kandungan gizi /nutrisi
Kandungan gizi ideal untuk konsentrat ternak potong adalah :
• Kadar Air maksima : 12%
• Protein Kasar minimal : 12%
• Lemak Kasar maksimal : 6%
• SK maksimal: 12-17%
• Abu maksimal : 10%
• TDN minimal : 64%
2) Penentuan formula bahan penyusun
Yang perlu diperhatikan dalam penentuan Formulasi konsentrat adalah keseimbangan nutrisi, ketersediaan, kandungan nutrisi, harga, adanya faktor pembatas/zat racun/ anti nutrisi.
Note :
• Untuk konsentrat yang mempunyai nilai protein kurangg dari 20% dan serat kasar 18 % disebut dengan konsentrat sumber energi.
• konsentrat sebagai sumber protein biasanya mempunyai nilai protein lebih dari 20%.
2. Proses pencampuran bahan
• Pencampuran bahan dilakukan secara homogen agar ternak memperoleh kandungan gizi yang merata. Untuk itu semua bahan diupayakan berbentuk tepung sehingga memudahkan dalam pencampuran.
• Cara pencampuran sederhana menggunakan sekop (manual) adalah sebagai berikut:
1. Timbang semua bahan pakan yang diperlukan sesuai formula 2. Susun tumpukan bahan berbentuk pyramid dengan bahan yang
jumlahnya paling banyak ditebarkan terlebih dahulu diatas lantai, kemudian dilapisi dengan bahan yang jumlah lebih kecil.
3. Lakukan secara berurutan sampai semua bahan membentuk lapisan, secara berurutan dari yang paling banyak hingga yang paling sedikit jumlahnya.
4. Tumpukan bahan-bahan tersebut diaduk secara merata menggunakan sekop.
5. Lakukan pengamatan apakah bahan telah tercampur dengan baik.
6. Konsentrat siap untuk digunakan atau dikemas.
Pengemasan Konsentrat
• Prinsip pengemasan adalah bagaimana agar produk mudah ditangani, disimpan dan terhindar dari kerusakan sehingga setelah pencampuran selesai dilakukan konsentrat dimasukkan dalam karung dan disimpan dalam gudang. Upayakan ruangan dalam gudang tidak lembab dan sirkulasi udara baik.
SEKIAN & TERIMA KASIH
PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK
“Pengolahan Pakan Ternak secara Biologis”
PERTEMUAN KE-11 DOSEN PENGAMPU :
Maria Kristina Sinabang,S.Pt., M.Si
FAKULTAS VOKASI LOGISTIK MILITER PRODI BUDIDAYA TERNAK
2024
1. PENGOLAHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SECARA BIOLOGIS
• Pengolahan hijauan pakan ternak sangat perlu dilakukan untuk menjamin ketersediaan hijauan secara terus menerus, karena hijauan merupakan pakan utama bagi sapi. Hijauan segar lebih disukai oleh sapi dibandingkan dengan jerami. Oleh sebab itu perlu pengolahan hijauan dengan tetap mempertahankan kondisi segar hijauan.
• Pengolahan bahan pakan secara biologi dilakukan dengan enzim melalui bantuan mikrobia yang sesuai yang disebut proses fermentasi. Umumnya mikrobia yang digunakan adalah mikrobia selulolitik (untuk mendegradasi serat kasar), mikrobia yang dapat mendegradasi keratin (protein sulit dicerna), atau mikrobia yang mampu mengeliminasi zat antinutrisi (tannin, mimosin dan lainnya).
• Pengolahan hijauan pakan ternak secara biologis dilakukan secara fermentasi dengan tujuan untuk pengawetan dan dapat juga meningkatkan nilai nutrisi atau daya cerna dari hijauan tersebut.
• Silase merupakan salah satu bentuk pengolahan atau pengawetan hijauan dalam bentuk segar dengan kadar air berkisar antara 60%-70% yang disimpan dalam silo pada kondisi anaerob (hampa udara). Hijauan yang dapat dibuat silase berupa dedaunan, rumput dan legume. Selain dari pada hijauan, bahan yang dapat dibuat silase dapat berasal dari limbah pertanian, sayur-sayuran, limbah pasar.
• Ensilase adalah proses dalam pembuatan silase.
• Silo sebagai tempat penyimpanan silase dapat berupa tong plastic, drum bekas, atau yang terbuat dari baja.
2. METODA PENGOLAHAN PAKAN TERNAK SECARA BIOLOGIS
Prinsip dalam pembuatan silase:
1) menghentikan pernapasan dan penguapan sel-sel tanaman
2) mengubah karbohidrat menjadi asam laktat melalui proses fermentasi kedap udara (anaerob)
3) menahan aktivitas enzim dan bakteri pembusuk
4) mencapai dan mempercepat keadaan anaerob (memacu terciptanya kondisi anaerob dan suasana asam)
• Proses ensilase meliputi dua fase, yaitu fase aerobic dan fase anaerobic.
• Fase aerobic terjadi dengan adanya oksigen yang dimanfaatkan oleh tanaman untuk proses respirasi. Enzim tanaman dan mikroorganisme memanfaat oksigen dan mengoksidasi karbohidrat mudah larut menjadi karbondioksida dan panas.
• Fase anaerobic dimulai jika oksigen yang ada telah habis digunakan untuk respirasi.
Bakteri anaerobic dengan cepat berkembang dan proses fermentasi di mulai.
Mikroorganisme yang diharapkan tumbuh dengan cepat adalah bakteri lactobacillus yang menghasilkan asam laktat. Asam laktat menurunkan pH Silase.
• Untuk mendapatkan kondisi anaerob, maka dilakukan pencacahan pada bahan silase yang kemudian dipadatkan.
• Silo sebagai tempat penyimpanan silase harus tertutup rapat dan tidak boleh bocor.
• Bila oksigen telah habis terpakai, terjadi kondisi anaerob selama penyimpanan sehingga tidak memungkinkan tumbuh dan berkembangnya jamur. Bakteri pembusuk akan berkembang dengan pesat dan mengubah glukosa pada hijauan menjadi asam-asam organic.
• Meningkatnya keasaman pada proses silase ini dapat menghambat aktivitas bakteri pembusuk. Pada derajat keasaman pH 3.5 bakteri asam laktat tidak dapat pula bereaksi dan proses pembuatan silase telah selesai.
Metode dalam pembuatan silase antara lain:
1. Pelayuan : hijauan dilayukan untuk mengurangi kadar air, sehingga mencegah terjadinya pembusukan
2. Pemotongan : hijauan dipotong-potong dahulu dengan ukuran 3-5 cm. pemotongan ini bertujuan agar lebih mudah dalam pemadatan, sehingga terbentuk kondisi anaerob.
3. Pencampuran : hijauan dicampurkan dengan bahan-bahan tambahan (additive) terlebih dahulu secara merata sebelum dilakukan pemadatan. (cth : EM4, molases)
3. MANFAAT PENGOLAHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SECARA BIOLOGIS
1. Ekonomis
Pembuatan silase cukup sederhana, tidak membutuhkan peralatan yang mahal dan bahan yang digunakan cukup mudah didapatkan. Peralatan yang utama yang dibutuhkan berupa silo sebagai tempat penyimpanan silase. Pengadaan silo ini sesuai dengan tingkat kebutuhan.
2. Tahan lama (awet)
Selama dalam kondisi anaerob, maka silase ini masih bisa tersimpan lama dan dapat digunakan kemudian hari, pada saat kekurangan hijauan.
3. Peningkatan kualitas nutrisi.
Inovasi silase dapat meningkatkan kualitas pakan hijauan, terutama dengan penambahan bahan additive, dan juga memudahkan dalam pemberian ke ternak.
Beberapa bahan baku yang dapat digunakan dalam pembuatan silase, diantaranya terlihat pada gambar berikut ini :
• Silase bisa dibuat tanpa EM4, tetapi kualitasnya akan kurang baik. Penambahan EM4 (Effective Microorganism) ke dalam silase dapat membantu proses penyimpanan pakan ternak segar dan meningkatkan nafsu makan ternak.
• Berikut beberapa hal yang terjadi jika silase tidak menggunakan EM4:
1. Kandungan asam laktat akan berkurang, sehingga pH akan meningkat
2. Silase akan berbau busuk karena Kandungan amonia akan tinggi sehingga Kualitas silase akan buruk
3. Silase dibuat untuk memperpanjang masa simpan pakan hijauan dan menjaga nutrisinya
• Penggunaan teknologi EM4 dalam pembuatan silase ini tidak hanya mengoptimalkan kualitas pakan ternak, tapi juga membantu peternak dalam mengelola limbah pertanian.
• Proses fermentasi yang terjadi selama pembuatan silase menghasilkan pakan ternak yang kaya akan nutrisi dan mudah dicerna oleh ternak, sehingga dapat meningkatkan efisiensi pakan dan kesehatan ternak secara keseluruhan.
Teknik Pembuatan Silase 1. Penyiapan Silo
• Siapkan silo yang bisa di tutup dan kedap udara, artinya udara tidak bisa masuk maupun keluar dari dan ke dalam wadah tersebut. Wadah tersebut juga harus kedap rembesan cairan.
• Gentong plastik (biasanya berwarna biru) yang mempunyai tutup yang bisa dikunci dengan rapat, merupakan salah satu pilihan yang terbaik. Jika ingin membuat dalam jumlah yang banyak, maka cara yang termurah adalah dengan menggali tanah. Ukuran disesuaikan dengan kebutuhan. Kemudian menggunakan kantong plastik sehingga penutupannya bisa dilakukan agak rapat
4. LANGKAH-LANGKAH PEMBUATAN SILASE
Pembuatan Silase tanpa EM4
1. Ukuran pemotongan sebaiknya sekitar 5 cm.
2. Pemotongan dan pencacahan perlu di lakukan agar mudah di masukan dalam silo dan mengurangi terperangkapnya ruang udara di dalam silo serta memudahkan pemadatan. Jika hendak menggunakan bahan tambahan, maka taburkan bahan tambahan tersebut kemudian di aduk secara merata, sebelum di masukan dalam silo.
3. Masukan cacahan tersebut kedalam silo secara bertahap, lapis demi lapis. Saat memasukan bahan baku kedalam silo secara bertahap, lakukan penekanan atau pengepresan untuk setiap lapisan agar padat. Kenapa harus di padatkan, karena oksigen harus sebanyak mungkin di kurangi atau di hilangkan sama sekali dari ruang silo.
4. Lakukan penutupan dengan serapat mungkin sehingga tidak ada udara yang bisa masuk kedalam silo. Biarkan silo tertutup rapat serta di letakan pada ruang yang tidak terkena matahari atau kena hujan secara langsung, selama tiga minggu.
5. Setelah tiga minggu maka silase sudah siap di sajikan sebagai pakan ternak. Sedangkan untuk menilai kualitas hasil pembuatan silase ini bisa di lihat di Kriteria Silase yang baik, Silo yang tidak di buka dapat terus di simpan sampai jangka waktu yang sangat lama asalkan tidak kemasukan udara.
6. Pemberian pada ternak yang belum terbiasa makan silase, harus di berikan sedikit demi sedikit dicampur dengan hijauan yang biasa dimakan. Jika sudah terbiasa secara bertahap dapat seluruhnya diberi silase sesuai dengan kebutuhan.
Pembuatan Silase dengan EM4
Untuk membuat 1000 kg, bahan-bahan yang diperlukan meliputi 1 liter EM4, 0.5 kg gula merah (dilarutkan dalam 1 liter air), 100 liter air, dan 10% dedak halus dari total bahan.
Selain itu, bahan utama berupa 1000 kg rumput, jerami, atau limbah pertanian lainnya.
• Pembuatan silase dimulai dengan melarutkan EM4 dan gula merah yang telah dilarutkan ke dalam tong plastik berisi 100 liter air,
• kemudian aduk dan didiamkan selama 2 hari. Proses ini akan menghasilkan aroma nira atau wedang yang khas.
• Selanjutnya, bahan baku pakan yang telah dicincang dan dilayukan, ditaburi dedak, dan disemprotkan larutan EM4 sambil diaduk-aduk hingga merata dengan kadar air 30%.
• Setelah itu, bahan dimasukkan ke dalam wadah fermentasi, dipadatkan, dan ditutup rapat selama 5 hari untuk menghindari masuknya udara.
• Silase yang telah jadi dapat diberikan kepada ternak dengan dosis yang disesuaikan.
Untuk sapi, kerbau, dan kuda, dosisnya berkisar 5 – 10 kg/hari. Sedangkan untuk kambing dan domba, cukup 1 – 2 kg/hari
Kriteria Penilaian Kualitas Silase
Keberhasilan pembuatan silase tergantung pada tiga faktor utama yaitu : 1. Ada tidaknya serta jumlah populasi bakteri asam laktat
2. Sifat fisik dan kimia bahan hijauan yang digunakan 3. Keadaan lingkungan.
Untuk mengetahui kualitas silase diperlukan kriteria tertentu. Berapa sumber pustaka menjelaskan tentang kriteria penilaian silase sebagai pedoman menilai kualitas silase diantaranya :
SEKIAN & TERIMA KASIH
PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK
“Pengolahan Pakan Ternak secara Kimiawi”
PERTEMUAN KE-10 DOSEN PENGAMPU :
Maria Kristina Sinabang,S.Pt., M.Si
FAKULTAS VOKASI LOGISTIK MILITER PRODI BUDIDAYA TERNAK
2024
• Pengolahan kimia merupakan Upaya mengubah sifat pakan melalui penambahan bahan kimia. Pengolahan kimia dapat dilakukan dengan penambahan alkali dan penambahan asam.
• Pengolahan pakan hijauan secara kimiawi dilakukan pada pakan kasar (roughage) yang bertujuan untuk meningkatkan konsumsi dan kecernaan pakan.
• Perlakuan kimiawi bertujuan untuk pemecahan dinding sel hijauan yang umumnya mengandung khitin, selulosa dan hemiselulosa yang sulit dicerna sehingga mudah dicerna dan diproses oleh mikroba di dalam rumen (usus ternak).
• Pakan kasar sebagai contoh adalah jerami. Jerami merupakan limbah pertanian, hasil ikutan dari tanaman padi yang telah diambil hasil utamanya. Jerami padi merupakan salah satu potensi pakan ternak, karena akan mudah didapat terutama pada musim panen dan melimpah pada saat panen.
• Potensi jerami padi sebagai pakan ternak juga didukung oleh adanya kandungan nutrisi yang terkandung di dalamnya. Komposisi kimia jerami padi antara lain bahan kering 71.2%, protein kasar 3.9%, lemak kasar 1.8%, serat kasar 28.8%. BETN 37.1% dan TDN 40.2%.
1. PENGOLAHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SECARA KIMIAWI
• Namun jerami memiliki kandungan protein dan daya cerna yang rendah. Pada jerami terdapat kandungan lignin dan silica sehingga hal itu yang menyebabkan daya cerna ransum menjadi rendah.
• Pada jerami juga terdapat sellulosa dan hemisellulosa (gugus karbohidrat)
• Kecernaan serat pakan bukan hanya ditentukan oleh kandungan lignin tetapi juga ditentukan oleh ikatan lignin dengan gugus karbohidrat lainnya. Kadar serat yang tinggi dapat mengganggu kecernaan zat-zat lainnya, seehingga tingkat kecernaan menjadi turun
• Salah satu usaha untuk meningkatkan kualitas jerami padi dapat dilakukan dengan meningkatkan nilai cernanya melalui pemecahan ikatan kompleks lignoselulosa secara kimia.
• Amoniasi jerami merupakan salah satu bentuk pengolahan pakan hijauan secara kimiawi, karena dalam pengolahannya menambahkan bahan-bahan kimia (alkasi dan asam), dapat berupa NH3 dalam bentuk gas cair, NH4OH dalam bentuk larutan dan urea dalam bentuk padat ataupun bahan bahan alkali berupa NaOH, KOH, Ca(OH)2.
• Teknik amoniasi termasuk perlakuan alkali yang dapat meningkatkan daya cerna jerami padi. Urea dalam proses amoniasi berfungsi untuk melemah-kan ikatan lignoselulosa dan silika yang menjadi factor penyebab rendahnya daya cerna jerami padi.
2. PROSES KIMIAWI SELAMA PROSES AMONIASI
• Ada dua proses kimiawi penting yang terjadi secara berurutan selama pemeraman jerami padi dengan larutan urea (amoniasi).
• Pertama adalah proses ureolisis yaitu proses penguraian urea menjadi amonia oleh enzim urease yang diproduksi oleh bakteri ureolitik yang terdapat pada jerami padi.
• Kedua, amonia yang terbentuk mengubah komposisi dan struktur dinding sel jerami padi yang dapat melonggarkan atau membebaskan ikatan antara lignin dan selulose atau hemiselulose yaitu dengan memutus jembatan hidrogen antara lignin dan selulose atau hemiselulose.
• Kondisi ini akan mengubah fleksibilitas dinding sel jerami padi sehingga memudahkan penetrasi enzim yang dihasilkan oleh mikroba rumen dalam proses pencernaan jerami padi dalam rumen.
• Faktor utama yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses urea amoniasi adalah 1. faktor yang berpengaruh pada proses hidrolisis urea menjadi amonia dan
2. proses reaksi yang terjadi antara amonia dengan dinding sel jerami padi.
• Beberapa faktor dapat berpengaruh terhadap proses hidrolisis urea menjadi ammonia adalah
a. Ketersediaan air atau kelembaban
Kelembaban minimal dalam silo untuk terjadinya proses hidrolisis urea adalah 30 - 60 %.
Jika kelembaban kurang dari 30% proses hidrolisis urea akan berlangsung lambat sehingga akan memperlambat proses urea amoniasi, dan jika lebih dari 60% berarti terlalu banyak air yang digunakan, maka amonia yang terbentuk banyak yang terlarut dalam air dan biasanya mengendap di bagian bawah silo sehingga proses amoniasi menjadi tidak efektif dan tidak merata. Cara mengatasinya adalah jumlah air yang digunakan harus cukup. Dengan pertimbangan efisiensi jumlah penggunaan air, maka jumlah penggunaan air minimal 50% dan maksimal 100% berat jerami padi (perbandingan antara berat jerami padi dan air antara 2:1 sampai 1:1).
b. Suhu dan tekanan
Proses hidrolisis urea menjadi amonia berlangsung dengan baik pada kisaran suhu 30- 60˚C. Kecepatan hidrolisis tersebut akan berlipat atau turun dua kali lipat pada setiap peningkatan atau penurunan suhu sebesar 10˚ C. Hidrolisis urea dapat berlangsung dalam waktu sehari sampai seminggu pada suhu antara 20-45˚C dan proses tersebut berlangsung sangat lambat pada suhu 5
10˚C.
Pada proses reaksi antara amonia dengan dinding sel jerami padi secara prinsip semakin tinggi suhu dan tekanan maka proses amoniasi akan berlangsung semakin cepat dan baik. Suhu yang paling optimal untuk proses tersebut adalah berkisar antara 20-100˚C.
Jadi agar proses amoniasi dapat berlangsung dengan baik harus dilakukan dalam silo yang rapat dan di ruangan terbuka atau terkena sinar matahari langsung.
c. Ketersediaan enzim urease
• Urease adalah enzim yang berperan penting sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis urea menjadi amonia dan CO¬2.
• Enzim urease pada jerami padi sebenarnya hampir tidak ada, kecuali yang dihasilkan oleh bakteri ureolitik yang terdapat pada jerami padi. Oleh karena itu untuk mempercepat proses ureolisis dan meningkatkan efektifitas proses urea amoniasi perlu ditambahkan bahan sumber enzim urease.
• Secara kimia keberhasilan proses urea amoniasi jerami padi dapat dilihat berdasarkan meningkatnya kandungan nitrogen atau protein pada jerami padi amoniasi. Hal ini dapat diketahui melalui analisis di laboratorium salah satunya dengan metode kjeldahl.
• Nitrogen yang berasal dari urea yang meresap dalam jerami mampu meningkatkan kadar amonia di dalam rumen sehingga tersedia substrat untuk memperbaiki tingkat dan efisiensi sintesis protein oleh mikroba.
• Secara fisik ditandai pada amoniasi tidak ditumbuhi jamur, bertekstur lembut, tidak keras dan warna kuning kecoklatan.
Indikator keberhasilan pengolahan dengan ammonia dapat dilihat dari kandungan protein dan daya cerna bahan yang diolah. Beberapa faktor yang menentukan keberhasilan amoniasi:
a. Dosis amonia
Dosis amonia optimum sekitar 3-5% dari bahan kering bahan. Kosentrasi amonia kurang dari 3% tidak berpengaruh terhadap daya cerna dan protein, amoniasi hanya berperan sebagai pengawet. Kosentrasi amonia lebih dari 5% menyebabkan perlakuan tidak efisien karena banyak amonia yang terbuang.
b. Temperatur dan Tekanan
Temperatur yang lebih tinggi mempercepat reaksi kimia terjadi. Temperature yang ideal adalah 20-1000C.
c. Lama Perlakuan
Lama waktu pemeraman pada proses amoniasi bervariasi tergantung pada temperature.
d. Kandungan Air
kandungan air bahan optimal untuk amoniasi adalah 30% dan tidak boleh lebih dari rasio 50%
(rasio air : jerami adalah 1:1) e. Perlakuan Lain
Perlakuan fisik seperti pemotongan dan penambahan sumber enzim urease mempengaruhi terhadap keberhasilan dan kualitas amoniasi. Semakin banyak enzim urease semakin cepat perombakan urea menjadi ammonia. Pemotongan mampu meningkatkan luas permukaan bahan yang kontak dengan ammonia.
3. MANFAAT PENGOLAHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SECARA KIMIAWI
1. Amoniasi mampu meningkatkan nilai nutrisi pakan kasar melalui peningkatan daya cerna, konsumsi, kandungan protein kasar pakan dan memungkinkan penyimpanan bahan pakan berkadar air tinggi dengan menghambat pertumbuhan jamur.
2. Amonia dapat menyebabkan perubahan komposisi dan struktur dinding sel yang berperan dalam membebaskan ikatan antara lignin dengan sellulosa.
3. Amoniasi juga dapat untuk pengawetan jerami padi agar tidak rusak (berjamur) selama penyimpanan karena amonia yang terikat oleh jaringan jerami padi dapat mencegah tumbuhnya jamur.
SEKIAN & TERIMA KASIH
PENGOLAHAN BAHAN PAKAN TERNAK
“Pengolahan Pakan secara Fisik”
PERTEMUAN KE-9 DOSEN PENGAMPU :
Maria Kristina Sinabang,S.Pt., M.Si
FAKULTAS VOKASI LOGISTIK MILITER PRODI BUDIDAYA TERNAK
2024
• Pengolahan hijauan sebagai pakan ternak ruminansia dapat dilakuan pada saat produksi hijauan berlimpah
• misalnya pada saat musim penghujan dan hijauan tidak termanfaatkan secara maksimal untuk pakan ternak.
• Salah satu metode pengolahan adalah pengolahan secara fisik.
• Pengolahan secara fisik pada hijauan dapat berupa pengeringan, penggilingan pemotongan, pengukusan dan perendaman.
A. PENGOLAHAN PAKAN TERNAK SECARA FISIK
B. TEKNOLOGI PENGOLAHAN HIJAUAN PAKAN TERNAK SECARA FISIK
1. Pengeringan (Drying)
• Pengeringan merupakan pengolahan hijauan yang lebih sederhana, karena pengolahan hijauan pakan ternak ini dapat dilakukan tanpa adanya penambahan sesuatu pada hijauan tesebut. Metode pengolahan hijauan dilakukan dengan mengurangi kadar air atau dengan cara pengeringan yang disebut juga dengan Hay.
• Hay merupakan tanaman hijauan segar yang diawetkan dengan cara dikeringkan di bawah sinar matahari kemudian disimpan dalam bentuk kering dengan kadar air 12%-20%.
Tujuan dan Manfaat pembuatan hay
Pengolahan hijauan pakan ternak menjadi hay dilakukan untuk menjamin ketersediaan pakan hijauan secara terus menerus. Pada saat panen hijauan melimpah, hijauan pakan ternak dapat disimpan/diawetkan menjadi hay, yang kemudian digunakan pada musim kemarau atau hijauan susah didapatkan.
Prinsip Dasar Pembuatan Hay
• Mengurangi kadar air dengan cara mengeringkan hijauan, baik secara alami
(menggunakan sinar matahari) maupun dengan menggunakan mesin pengering (dryer).
• Kandungan air hay ditentukan sebesar 12-20%, agar hijauan dapat disimpan dan tidak ditumbuhi jamur karena akan merusak kualitasnya
Syarat hijauan pakan ternak yang dibuat Hay :
1. Bertekstur halus atau yang berbatang halus agar mudah kering 2. Dipanen pada awal musim berbunga.
3. Hijauan (tanaman) yang akan dibuat hay dipanen dari area yang subur.
4. Hijauan yang akan diolah harus dipanen saat menjelang berbunga (berkadar protein tinggi, serat kasar dan kandungan air optimal), sehingga hay yang diperoleh tidak berjamur (tidak berwarna “gosong”) yang akan menyebabkan turunnya palatabilitas dan kualitas.
Cara Pengeringan dalam pembuatan Hay : A. Panas Matahari
1. Hijauan diletakkan di atas rak-rak pengering
2. Hijauan harus dibolak-balikan setiap saat selama proses pengeringan sehingga kadar airnya mencapai15-20%
B. Panas Buatan
Dikeringkan pada alat pengering yang mempunyai temperatur yang tinggi
Kriteria hay yang baik :
1. Berwarna tetap hijau meskipun ada yang berwarna kekuningkuningan.
2. Daun yang rusak tidak banyak, bentuk hijauan masih tetap utuh dan jelas, tidak terlalu kering sebab kalau kering maka akan mudah patah.
3. Tidak kotor dan tidak berjamur.
4. tidak berbau busuk ataupun tengik
Penyimpanan Hay Hay harus disimpan di tempat yang kering, terlindung dari air hujan, sebaiknya jangan di letakan di atas tanah, karena tanah bersifat lembab. Tempat penyimpanan akan mempengaruhi kualitas hay yang dihasilkan
2. Pemotongan (Chopping) dan Penggilingan (Grinding)
• Pemotongan dan penggilingan dilakukan untuk memperkecil ukuran partikel, membantu pada pemecahan karbohidrat . Penggilingan pada bahan berserat tinggi dapat merusak struktur kristal selulosa dan memutus ikatan kimia dari rantai panjang molekul penyusunnya.
• Pemotongan dan penggilingan dapat meningkatkan konsumsi pakan bebas, tetapi dapat mempunyai pengaruh yang merugikan terhadap kecernaan karena dapat menurunkan waktu tinggal pakan dalam rumen. Semakin kecil partikel pakan, maka laju aliran pakan meninggalkan rumen makin cepat akibatnya akan mengurangi kesempatan mikroba rumen untuk mendegradasi partikel pakan sehingga menurunkan kecernaan pakan.
3. Pengukusan (Steaming)
• Pengukusan adalah Pemanasan suatu bahan dgn menggunakan uap panas.air panas.
• Pengukusan dapat membantu dalam meningkatkan kualitas bahan pakan kasar. Hal ini karena pengembangan serat sehingga memudahkan
• untuk dicerna oleh enzim mikroorganisme.
• Pengukusan mampu meningkatkan ketersediaan energy karena meningkatnya
kelarutan selulosa dan hemiselulosa, pembebasan substansi terdegradasi dari lignin dan silica.
• Penelitian yang dilakukan oleh Liua dkk (1999) menyebutkan pengukusan serat sawit dengan tekanan 15 kg/cm3 selama 10 menit dapat meningkatkan kecernaan bahan organic dari 15 % menjadi 42%
Prinsip : Pemanasan suatu bahan dgn menggunakan uap panas.air panas
Jenis Pengukusan : a. Steam Plaking :
Pemanasan dgn uap panas dari air mendidih (1000 C) lama pemanasan umumnya > 10 menit -
b. Pressure Cooking :
Pemanasan dgn uap panas bertekanan tinggi suhu pemanasan 143˚C, tekanan 3 kg/cm². kadar air berkurang sampai dgn 20%.
Tujuan Pengukusan :
1. Menurunkan kadar air
2. Mencegah pembusukan pada bahan yg mudah menjadi busuk/menurun nilai gizinya
3. Perbaikan citarasa & tekstur
4. Meningkatkan daya cerna (menurunnya SK)
Kelemahan : Waktu pemanasan lebih lama dibandingka dengan perebusan.
Gambar 2. Pengukusan Kulit Pisang
4. Perendaman (soaking)
• Istilah perendaman dalam hal ini lebih tepatnya adalah pencucian bahan pakan, terutama yang berasal dari sisa industri makanan yang kemungkinan masih terdapat kotoran tanah dan sebagainya.
• Salah satu contoh bahan pakan yan perlu dilakukan proses perendaman/ pencucian sebelum diberikan ke ternak adalah berupa kulit-kulit dari UMMBi-UMMBian seperti ubi singkong, ubi kledek, ubi jalar, kentang dan sejenisnya.
• Perendaman dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan antinutrisi.
• Media perendaman dapat berupa air, larutan garam atau alkali.
• Perendaman dapat digunakan untuk menurunkan kandungan asam sianida dan fitat pada bahan pakan. Kandungan asam sianida pada ubi kayu dapat berkurang sampai 20% setelah perendaman selama 4 jam.
• Perendaman biji kacang-kacangan dalam air selama 24 jam menurunkan 50%
kandungan fitat. Penurunan kandungan fitat dapat ditingkatkan dengan memperlama waktu perendaman.
5. Pellet
• Pellet merupakan bentuk bahan pakan yang dipadatkan sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan.
Keambaan merupakan sifat yang umum dimilikioleh pakan berserat. Semakin tinggi keambaan suatu bahan pakan semakin tinggi kandungan seratnya. Ternak yang mengkonsumsi ransumdengan keambaan tinggi akan cepat merasa kenyang, sedangkan kebutuhan nutrisinya belum terpenuhi
• Proses pembuatan pellet dapat mengurangi biaya produksi dari sisi transportasi dan penyimpanan karena dapat meningkatkan kerapatan tumpukan. Bagi hewan ternak, pellet dapat meningkatkan nilai nutrisi pakan karena bentuk pellet yang kompak mengurangi kemungkinan ternak untuk memilih bahan pakan dan memungkinkan penambahan imbuhan pakan secara lebih merata. Pellet juga dapat meningkatkan level asupan pakan dan mengurangi jumlah pakan yang terbuang sia-sia.
• Pakan komplit yang diberikan dalam bentuk pellet, memiliki keuntungan antara lain mengurangi pakan yang tercecer, meningkatkan palatabilitas, mengurangi pemilihan pakan oleh ternak, serta mempermudah penanganan.
• Proses pembuatan pellet kombinasi konsentrat dengan sumber serat memerlukan binder. Binder (perekat) adalah suatu bahan yang dijadikan sebagai perekat berbagai bahan pakan pada proses pembuatan pellet. Bahan yang biasa digunakan sebagai binder adalah bahan–bahan sumber energi atau sering disebut readily available karbohidrat, misalnya molases, onggok, dan tepung tapioka.
• Kestabilan pellet juga dipengaruhi oleh kandungan kadar air bahan baku, ukuran partikel dan suhu sebelum pengolahan.
• Pembuatan pellet terdiri dari : 1. Proses pencetakan,
2. Pendinginan dan 3. Pengeringan.
TAHAPAN PEMBUATAN PELET AYAM BROILER
1. Proses Menggabungkan Bahan Baku
2. Proses Pencetakan Pellet