• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya untuk Memperbaiki Keamanan Lalu Lintas di Sumatera Utara

N/A
N/A
Erianto Tarigan

Academic year: 2024

Membagikan " Upaya untuk Memperbaiki Keamanan Lalu Lintas di Sumatera Utara"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

1.1 Latar Belakang Masalah

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa Provinsi Sumatera Utara mengalami 6.465 kecelakaan pada tahun 2022, dengan 1.607 korban meninggal dunia. Hal ini tentu sangat menghawatirkan bagi masyarakat yang selalu beraktivitas di jalan raya. Salah satu upaya yang dilakukan dalam mengatasinya adalah penguatan penegakan tilang.

Tilang merupakan bentuk pengendalian terhadap pelanggaran lalu lintas dan juga merupakan bagian integral dari penegakan norma hukum dalam berlalu lintas. Dalam pandangan Artidjo Alkostar (2014), tindakan penilangan dapat dianggap sebagai fenomena sosial untuk mencapai tingkat ketaatan terhadap hukum dalam konteks pelaksanaan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pelaksanaan tilang sebelumnya di laksanakan secara konvensional sebelum berubah menjadi tilang elektronik atau e-tilang. E-tilang adalah bentuk perubahan dalam mewujudkan sistem tilang yang lebih efektif dan efisien.

Tilang elektronik itu sendiri adalah proses tilang dari mulai penemuan pelanggaran lalu lintas hingga penyelesaian pelanggaran lalu lintas menggunakan teknologi IT.

Mulai dari 26 Maret 2022, penerapan e-tilang di kota Medan dimulai dan tersebar di beberapa titik strategis, seperti ruas batas kota, pasar induk, jalan-jalan utama seperti Yos Sudarso, HM Yamin, SM Raja, Kapten Muslim, Amir Hamzah, Raden Saleh, serta simpang-simpang penting seperti Lapangan Merdeka dan Brigjen Katamso.

(2)

E-tilang memiliki beberapa kelebihan dari pada tilang konvensional karena lebih simpel dan akuntabel.

Dalam pelaksanaannya e-tilang ternyata tidak berjalan seperti apa yang di harapkan. Masih banyak ditemukan kekurangan dalam pelaksanaannya seperti faktor sumber daya manusia petugas yang belum bisa menerapkan e-tilang secara simultan dan juga masyarakat yang belum mengerti mengenai manfaat dari e-tilang itu sendiri, dan bahkan e-tilang justru mempersulit penindakan lalu lintas dan keterbatasan ATM bank dalam proses pembayaran denda tilang.

Fenomena yang terjadi di jalanan setelah di implementasikannya e-tilang membuat jalanan lalu lintas menjadi kurang kondusif, karena menurunnya tingkat kesadaran masyarakat dan individu pengguna jalan menjadi lebih berani melakukan

tindakan pelanggaran lalu lintas.

Setelah dinilai kurang kondusif maka mulailah diberlakukan kembali tilang secara manual. Hal ini sulit diterima mengingat tilang manual itu sendiri memiliki beberapa kekurangan. Kasubdit Gakkum Ditlantas Polda Metro Jaya AKBP Budiyanto, dalam pelaksanaan tilang secara manual terdapat beberapa kekurangan seperti memungkinkan terjadinya praktik suap, tidak mampu menindak secara simultan, sistem manual sulit untuk akurasi, kecepatan dan ketepatan data serta analisanya, tidak

maksimal dalam mendukung fungsi fungsi internal kepolisian.

Latar belakang di atas menjadi perhatian menarik bagi penulis melakukan diagnosis organisasi.

(3)

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah diagnosis Polsek Medan Baru dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui dan mendeskripsikan secara detail mengenai diagnosis Polsek Medan Baru dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Akademis

Penelitian ini dapat menjadi masukan terhadap para akademisi lain, utamanya yang berada dalam satu rumpun ilmu administrasi negara sehingga mereka di harapkan dapat berpartisipasi dalam pembangunan nasional di tengah-

tengah masyarakat.

1.4.2 Praktis

1. Masyarakat dapat mengerti mengenai diagnosis organisasi korlantas dalam mengatasi pelanggaran lalu lintas.

2. Memberikan masukan terhadap pihak kepolisian agar dapat mengeluarkan peraturan yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat khususnya pada sistem tilang.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Manajemen Perubahan

2.1.1 Perubahan

• Perubahan adalah sebuah pergeseran dari kondisi saat ini menuju kondisi yang berbeda dari sebelumnya. Jeff Davidson (2005) yang mengatakan bahwa perubahan itu sendiri merujuk pada terjadinya sesuatu yang berbeda dari sebelumnya.

• Potts dan LaMars(2004) melihat bahwa perubahan merupakan pergeseran dari keadaan suatu organisasi saat ini menuju keadaan yang diinginkan pada masa depan.

• menurut Jones (1998: 512-513) perubahan keorganisasian yang terencana normal ditujukan ke arah upaya memperbaiki kinerja pada salah satu di antara tingkat tingkat sumber daya manusia,tingkat sumber sumber daya fungsional, tingkat kemampuan teknolog danTingkat kemampuan keorganisasian.

(5)

2.1.2 Manajemen Perubahan

Manajemen perubahan adalah sebuah bentuk memanajemen perubahan agar dapat terlaksana seperti yang di harapkan oleh organisasi. manajemen perubahan menurut Winardi (2001) adalah upaya yang ditempuh seorang pemimpin untuk memanajemen perubahan secara efektif, di mana diperlukan pemahaman tentang persoalan motivasi, kepemimpinan, kelompok, konflik dan komunikasi.

Perubahan organisasi merupakan perubahan yang berkaitan dengan pengembangan, perbaikan, maupun penyesuaian yang meliputi struktur, teknologi metode kerja maupun sistem manajemen suatu organisasi, suatu strategi untuk memenuhi beberapa tujuan dari sebuah organisasi. Perubahan di dalam organisasi dibutuhkan guna menghadapi lingkungan yang dinamis dan berubah.

2.2 Model Manajemen Perubahan

Model Perubahan Lewin

Kurt Lewin mengembangkan tiga tahapan model perubahan terencana yang menjelaskan bagaimana mengambil inisiatif, mengelola dan menstabilkan proses perubahan.

1. Unfreezing

Unfreezing atau pencairan merupakan tahapan yang memfokuskan pada penciptaan motivasi untuk berubah. Individu di dorong untuk menggantikan perilaku dan dikap lama dengan yang diinginkan oleh pemimpin. Tahap pencairan merupakan sebuah usaha perubahan untuk mengatasi resistensi individual dan kesesuaian kelompok.

(6)

2. 3 Diagnosis Organisasi

Organisasi selayaknya seperti seorang manusia yang mana organisasi juga dapat mengalami fenomena sakit. Hal ini membuat organisasi terlebih dahulu memerlukan sebuah diagnosis agar dapat melihat penyakit apa yang ada di dalam organisasi tersebut. Lusthaus (2002) mengatakan bahwa diagnosis organisasi adalah investigasi mengenai organisasi.

Brake (1994: 96) mengemukakan bahwasanya sebuah diagnosis akurat tentang masalah masalah keorganisasian mutlak diperlukan sebagai titik tolak bagi perubahan keorganisasian yang terencana.

Menurut Cheung-judge dan Holbeche (2011) diagnosis organisasi secara khusus memiliki beberapa tujuan seperti pemeriksaan secara menyeluruh, memecahkan masalah, antisipasi, dan juga evaluasi.

Proses melakukan diagnosis memiliki level level yang membedakan diagnosis tersebut. Perbedaan level tersebut antara lain;

1. Organisasi secara keseluruhan.. Pelaksanaan diagnosis pada level ini adalah pelaksanaan diagnosis secara keseluruhan seperti strategi organisasi, struktur organisasi dan proses organisasi.

2. Kelompok atau Departemen. Diagnosis organisasi pada level ini mengenai kelompok, divisi, departemen atau bagian. Pada tahap ini, proses diagnosis meliputi desain kelompok dan interaksi antar anggotanya. Diagnosis ini bisa bersifat sub-sistem antar group, berpasangan atau bertiga, dan sub-sistem yang homogen. Bisa juga bersifat kecil dan sederhana.

3. Posisi individu, perorangan dan\atau pekerja.Tindakan diagnosis pada level ini mengenai pekerjaan yang di lakukan oleh individu, meliputi cara bagaimana pekerjaan di desain untuk individu dapat mengerjakan tugas secara optimal. Level perorangan ini merupakan level yang paling rendah (Cummings & Worley, 2017).

(7)

2.Movement

Movement merupakan tahap pembelajaran di mana pegawai diberi informasi baru, model perilaku baru atau cara baru dalam melihat sesuatu. Dengan kata lain adalah membantu pegawai dalam belajar hal belajar konsep atau sudut pandang baru.

3. Refreezing

Refreezing atau pembekuan kembali merupakan tahapan di mana perubahan yang terjadi distabilkan dengan membantu pegawai mengintegrasikan perilaku serta sikap yang telah berubah ke dalam cara yang normal untuk melakukan sesuatu.

• Model Perubahan Kreitner dan Kinicki

• Kreitner dan Kinicki (2001: 665) memperkenalkan pendekatan sistem yang memberikan gambaran menyeluruh atas perubahan. Dalam pendekatan Kreitner dan Kinicki memperkenalkan kerangka kerja untuk memahami kompleksitas perubahan organisasi yang terdiri inputs (masukan yang memegang peran sebagai pendorong terhadap terjadinya perubahan), target element of change (Perubahan di arahkan pada pengaturan organisasi, faktor sosial, metode, desain kerja dan teknologi, penetapan tujuan dan aspek manusia) dan outputs (sebuah hasil akhir yang di inginkan dalam sebuah perubahan)

(8)

• Dalam penerapan diagnosis organisasi, salah satu model yang cukup terkenal adalah pendekatan six box dari Marvin Weisboard. Berikut penjelasan terkait kerangka diagnosis organisasi model six box yang dijabarkan oleh Munir (2012)

1. Tujuan. Aspek ini berkaitan dengan kejelasan tujuan dan kesepakatan tujuan.

2. Struktur. Struktur menggambarkan bentuk organisasi di mana tugas dan proses yang diorganisir.

Aspek ini juga menggambarkan kecocokan antara tujuan organisasi dengan struktur organisasi dalam mencapai tujuan organisasi.

3. Hubungan. Aspek ini membahas hubungan yang terjalin dalam pekerjaan dan kualitas hubungan tersebut.

4. Penghargaan mengukur tingkat kepuasan atas penghargaan yang diperoleh.

5. Mekanisme. Aspek ini membahas segala sesuatu yang menunjang proses pengelolaan manajemen organisasi agar bisa terkelola secara baik, efektif, efisien, dan produktif untuk mencapai tujuan

organisasi.

6. Kepemimpinan. Aspek ini berfokus pada cara pemimpin dalam mengidentifikasi dan mengarahkan anggota dalam pencapaian tujuan. Hal ini juga membahas cara pemimpin dalam mengelola dan

mempertahankan akuntabilitas organisasi.

(9)

• 2.4 Pelanggaran Lalu Lintas

• Wirjono Prodjokikoro (2003) mengemukakan pandangannya bahwa pelanggaran lalu lintas merupakan tindakan yang melibatkan pelanggaran terhadap norma hukum yang mengatur peraturan lalu lintas. Pandangan ini diperkuat oleh penjelasan Ramdlon dan Naning, yang menyatakan bahwa pelanggaran lalu lintas dapat diartikan sebagai perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh pengendara kendaraan bermotor yang bertentangan dengan ketentuan yang diatur dalam Undang Undang lalu lintas.

• 2.4.1 Faktor pelanggaran lalu lintas

• Menurut (Raharjo, 2014, hal. 61) terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan rendahnya tingkat kesadaran terhadap ketaatan terhadap peraturan lalu lintas, yaitu minimnya pengetahuan mengenai praturan lalu lintas, Kepatuhan berlalu lintas hanya terjadi ketika ada petugas, memutar balikan ngkapan "Peraturan Dibuat untuk dilanggar“, tidak peduli terhadap keselamatan diri dan orang lain, Kemungkinan damai saat tilang,

• Sebagian besar kecelakaan umunya tidak lepas dari kesalah yang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Menurut Suwardjoko (2002: 109), dapat dinyatakan dengan tegas bahwa sebagian besar pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas memiliki akar penyebab utama pada perilaku pengendara.

(10)

• 2.5 Tilang

• 2.5.1 Tilang Manual

• Sebelum di terapkannya sitem e-tilang maka tindakan pemberian saksi terhadap pelanggar lalu lintas di lakukan secara konvensional atau manual. Mekanisme Tilang, khususnya pada formulir berwarna merah, mencakup langkah- langkah seperti Penegakan hukum oleh polisi dilakukan melalui penggunaan formulir berwarna biru, kemudian ditetapkan hari sidang harus mematuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh pengadilan, dan dilakukan penjelasan yang jelas mengenai waktu dan lokasi di mana pelanggar diwajibkan untuk menghadiri sidang. Kemudian apabila pelanggar tidak hadir, polisi berkewajiban untuk melakukan panggilan dua kali, dan pada panggilan ketiga, tindakan penangkapan dapat dilakukan dan pengembalian barang bukti dilakukan setelah sidang selesai dan setelah pelanggar membayar denda ke Panitera.

(11)

• 2.5.2 Tilang Elektronik (E-Tilang)

• Menurut Wibowo (Dalam Riska 2019), e-tilang merupakan sebuah inovasi digital dalam pelaksanaan proses tilang, mewakili pemanfaatan teknologi dengan harapan dapat signifikan membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi, sehingga keseluruhan proses tilang menjadi lebih efisien. Sistem ini terbagi dalam dua pengguna, pertama adalah pihak kepolisian, dan kedua adalah pihak kejaksaan. Pada pihak kepolisian, aplikasi ini

diimplementasikan melalui perangkat komputer tablet berbasis sistem operasi Android, sementara di pihak kejaksaan, sistem ini diakses melalui sebuah situs web. Melalui platform e-tilang ini, para pelanggar dapat membayarkan denda sesuai dengan pasal yang dilanggar melalui rekening BRI Pelanggar.

• Penggunaan perangkat elektronik pada sistem ini membantu efisiensi dan kenyamanan pelanggar, yang tidak perlu hadir secara fisik di pengadilan negeri setempat untuk mengikuti sidang. Sebagai alternatif, mereka dapat membayar denda maksimal melalui bank sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

(12)

2.6 Definisi Konsep

1. Manajemen Perubahan

(13)

2.7 Kerangka Berpikir

Manajemen Perubahan Diagnosis organisasi

Menurunnya tingkat kesadaran masyarakat dalam berla

Referensi

Dokumen terkait

kesehatan, sementara mengenai jumlah (kuantitas) dari aparatur Inspektorat Provinsi Sumatera Utara dinilai Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara masih cukup memadai

2012 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran yang dilaksanakan secara elektronik melalui LPSE Provinsi Sumatera Utara dengan hasil sebagai berikut

2012 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran yang dilaksanakan secara elektronik melalui LPSE Provinsi Sumatera Utara dengan hasil sebagai berikut

2012 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran yang dilaksanakan secara elektronik melalui LPSE Provinsi Sumatera Utara dengan hasil sebagai berikut

2012 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran yang dilaksanakan secara elektronik melalui LPSE Provinsi Sumatera Utara dengan hasil sebagai berikut

2012 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran yang dilaksanakan secara elektronik melalui LPSE Provinsi Sumatera Utara dengan hasil sebagai berikut

2012 telah melaksanakan pembukaan file dokumen penawaran yang dilaksanakan secara elektronik melalui LPSE Provinsi Sumatera Utara dengan hasil sebagai berikut

dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Pengaruh Peran Ganda terhadap Stress Kerja pada Karyawan Wanita di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”. 1.2