• Tidak ada hasil yang ditemukan

Praktik pengalaman lapangan: Laboratorium pengembangan kompetensi calon guru kimia berbasis lesson study

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Praktik pengalaman lapangan: Laboratorium pengembangan kompetensi calon guru kimia berbasis lesson study "

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

IAIN Palangka Raya

13 SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN JURUSAN TARBIYAH FTIK IAIN

PALANGKA RAYA

Praktik pengalaman lapangan: Laboratorium pengembangan kompetensi calon guru kimia berbasis lesson study

M.A Yohanita Nirmalasari1, Katarina Barek Geroda2, Felisia Hasriyanti Arut3, Maria Jenia Dadu4

1,2,,3,4University of Nusa Nipa Abstract

Keywords:

practical field experience;

developing laboratory;

teacher competencie s; chemistry teacher candidate.

In chemistry learning process, the dual role of the teacher is to transfer knowledge of chemistry and educate students. Therefore, it needs to be equipped with abilities called competencies. There are four references to teacher competencies, namely pedagogical, professional, personal and social competencies. The integrity of competence is not only achieved theoretically but must be trained directly through practical field experience (PPL) as a laboratory based on lesson study. The achievement of developing the theory and practice of the competency of chemistry teacher candidates is discussed in this scientific article as the purpose of writing. The research method uses a goal-oriented evaluation approach to measure the competence of student as prospective chemistry teacher through PPL. The research object is the students of SMA Seminary BSB, SMA Negeri 1 and SMAK John Paul Maumere. The data analysis is qualitative descriptive. The results obtained are the prospective chemistry teacher students can carry out several school activities both academically and non-academically by applying certain competencies and even several teacher competencies simultaneously. Thus, through PPL with lesson study method, teacher competency development can be carried out effectively and holistically.

Chemistry teacher candidates practice to complement their abilities to become teachers in the future.

Abstrak:

Kata Kunci:

praktik pengalaman lapangan;

laboratorium pengembangan;

kompetensi guru;

calon guru kimia.

Dalam proses pembelajaran kimia, peran ganda guru adalah mentranfer pengetahuan kimia dan mendidik siswa. Oleh karena itu, perlu dibekali dengan kemampuan yang disebut dengan kompetensi. Rujukan kompetensi guru ada empat, yakni kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial. Keutuhan kompetensi tidak hanya dicapai secara teoritis melainkan harus dilatih secara langsung melalui praktik pengalaman lapangan (PPL) sebagai laboratorium pembelajaran berbasis lesson study. Capaian pengembangan teori dan praktik kompetensi calon guru kimia dibahas dalam artikel ilmiah ini sebagai tujuan penulisannya. Metode penelitian menggunakan pendekatan evaluasi berorientasi tujuan untuk mengukur kompetensi mahasiswa calon guru kimia melalui PPL. Objek penelitian adalah siswa SMA Seminari BSB, SMA Negeri 1 dan SMAK John Paul Maumere. Analisis data, yakni deskriptif kualitatif. Hasil yang diperoleh, antara lain mahasiswa calon guru kimia dapat menjalankan beberapa kegiatan sekolah baik akademik maupun non akademik dengan menerapkan kompetensi tertentu bahkan beberapa kompetensi guru secara bersamaan. Dengan demikian, melalui PPL dengan pola lesson study, pengembangan kompetensi guru dapat terlaksana secara efektif dan holistik. Mahasiswa calon guru kimia berlatih melengkapi kemampuan diri dalam menjadi guru di masa depan.

I. PENDAHULUAN

Pendidikan adalah sektor kunci yang berperan penting dalam pengalaman hidup manusia. Semua bidang ilmu pengetahuan berbasis pada pendidikan dimana selalu memuat unsur belajar dan pembelajaran.

Menurut Nurkholis (2013) bahwa pendidikan lebih dari sekedar pengajaran dimana ada proses transfer ilmu, transformasi nilai dan pembentukan

(2)

IAIN Palangka Raya

14 kepribadian. Pendidikan itu proses memanusiakan manusia, menjadikan manusia berilmu dan berkarakter. Undang-Undang Sisdiknas No.20 tahun 2003 memaknai pendidikan sebagai usaha manusia menciptakan proses belajar untuk mengembangan potensi dan kecakapan hidup. Pribadi yang berkompetensi, memiliki kecakapan spiritual, cerdas dan berakhlak mulia dapat diperoleh melalui proses pendidikan.

Secara spesifik, pendidikan merupakan pembelajaran. Kualitas pembelajaran ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain peserta didik, sarana dan prasarana, program pembelajaran, dana, lingkungan masyarakat, kepemimpinan kepala sekolah. Adapun faktor yang berperan utama dan penting adalah guru. Ohoiner (2016) menerangkan bahwa profesionalitas guru sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.

Guru yang professional akan menciptakan berbagai inovasi dalam mendukung pembelajaran yang bermutu.

Imu kimia dengan karakteristiknya membutuhkan kematangan guru kimia sebagai aktor dalam mentranfer ilmu secara lebih mudah. Seorang guru kimia dalam hal ini dituntut untuk professional dan menguasai teknik pedagogi sehingga kimia menjadi mudah dipahami oleh siswa. Tuntutan ini mengakibatkan guru harus memenuhi dan melengkapi kapasitas dirinya dengan berbagai kompetensi/ keahlian.

Fokus pembahasan dalam artikel ini adalah guru sebagai narasumber/fasilitator yang wajib melatih diri dengan berbagai tuntutan kompetensi. Sosok guru yang diharapkan adalah memiliki kemampuan mengajar, melatih, mendidik, dan mengevaluasi setiap anak didik (Somantri, 2021). Standar mengajar guru yang dikemukakan oleh Council of Chief State School Officers (CCSSO) dalam penelitian Rusninahwiyah, Kuriniati &

Kurniawan (2018), antara lain: pengembangan pelajar, perbedaan belajar, lingkungan belajar, pengetahuan materi, penerapan materi, penilaian, perencanaan pembelajaran, strategi mengajar, professional dalam pembelajaran, serta kepemimpinan dan kolaborasi. Oleh karena itu, guru perlu dibekali dengan kompetensi atau kecakapan hidup.

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dasar yang harus dimiliki guru berdasarkan indikator analis tugas guru (Ni’mah & Nina, 2014). Dalam pendidikan, kompetensi adalah kemampuan seorang guru

(3)

IAIN Palangka Raya

15 dalam menguasai pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap terhadap tugas dan tanggung jawabnya. Seorang guru akan mampu menjalankan tugasnya dengan baik apabila memiliki kemampuan sesuai bidang keahliannya. Misalnya, dalam mengajar guru harus memiliki kompetensi sehingga mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Kompetensi guru yang dimaksud meliputi empat aspek yakni, kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial (Syaida, Suyadi, & Mustika, 2018 ).

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang meliputi pemahaman terhadap siswa, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan siswa dalam mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya (Fathorrahman, 2017). Dengan kata lain, pedagodik berurusan dengan skill mengajar dan mengelola proses pembelajaran. Guru harus memiliki referensi strategi dan pendekatan mengajar yang baik sesuai karakteristik keilmuan, latar belakang dan situasi siswa.

Kompetensi profesional adalah kepakaran atau keahlian dalam bidangnya. Hal ini berkaitan dengan penguasaan bahan ajar dan metode, rasa tanggung jawab akan tugas dan rasa kebersamaan dengan sejawat guru lainnya (Ramaliya, 2018). Kajian kompetensi profesional menurut Mulyana (2010), antara lain harus mampu: (a). Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran, (b). Memahami perkembangan psikologis siswa dengan baik, (c). Membangun komunikasi yang baik dengan siswa dan orang tua atau rekan, (d). Memperluas pengetahuan terkait materi ajar, (e).

Mengembangkan profesi pendidikan sesuai dengan kebijakan pemerintah dan perkembangan pada umumnya.

Kompetensi kepribadian adalah kemampuan seseorang yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa dan menjadi teladan bagi siswa dan berakhlak mulia (Mulyana, 2010).

Guru dengan kepribadian menarik mampu melakukan kinerja yang bermanfaat bagi siswa, sekolah dan masyarakat. Guru mampu menunjukkan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak sehingga produk kinerjanya dapat dikontrol dan dievaluasi lebih lanjut.

(4)

IAIN Palangka Raya

16 Kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk memahami dirinya sendiri yang tidak terpisahkan dari masyarakat sekaligus mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga negara (Ramaliya, 2018). Kompetensi ini menyangkut kemampuan berkomunikasi dengan siswa dan lingkungannya. Proses pembelajaran akan terjadi apabila ada guru dan siswa sehingga keduanya akan saling membangun komunikasi.

Gambaran singkat standar kompetensi guru menurut Peraturan Mendiknas RI No.16 tahun 2007, sebagai berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi Guru No. Jenis

Kompetensi

Kompetensi Inti Guru

1 Pedagogik Menguasai karakterisitik siswa (fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional dan intelektual)

Menguasai teori dan prinsip pembelajaran yang mendidik

Mengembangankan kurikulum terkait mata pelajaran

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

Memanfaatkan TIK pembelajaran

Memfasilitasi pengembangan potensi siswa Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun

Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar

Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk pembelajaran

Refeksi tindakan peningkatan kualitas pembelajaran

2 Kepribadian Bertindak sesuai norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional

Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, beraklak mulia dan teladan untuk siswa dan masyarakat

Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab tinggi, bangga dan percaya diri menjadi guru Menjunjung tinggi kode etik profesi guru 3 Sosial Bersikap inklusif, bertindak objektif, tidak

diskriminatif

Berkomunikasi secara efektif, empatik dan santun

Berdaptasi di tempat tugas dengan keanekaragaman social budaya

Berkomunikasi dengan komunitas profesi 4 Profesional Menguasai materi, struktur, konsep dan pola

pikir keilmuan

Menguasai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)

(5)

IAIN Palangka Raya

17 Mengembangkan materi pembelajaran

Mengembangkan keprofresionalan secara berkelanjutan

Memanfaatkan TIK

Berdasarkan uraian pustaka empat kompetensi guru, sebagai mahasiswa calon guru kimia, teori atau pengetahuan selama perkuliahan tidak cukup membentuk kompetensi guru secara holistik. Contohnya, kompetensi pedagogik yang belum terbentuk dengan baik selama proses perkuliahan. Mahasiswa calon guru belum menghadapi situasi pembelajaran langsung bersama siswa. Pada kompetensi professional, mahasiswa calon guru pada umumnya hanya menguasai materi yang diajarkan oleh dosen dalam batasan ruang dan waktu (sistem kredit semester) terutama harus menyesuaikan skill praktikum untuk pemahaman materi kimia SMA. Pada kompetensi kepribadian, karakter seorang calon guru belum sepenuhnya terbentuk sebab yang dihadapi bukanlah situasi nyata dengan siswa. Pada kompetensi sosial, lingkup interaksi masih terbatas pada rekan sejawat dan dosen. Sementara bagaimana berkomunikasi dengan warga sekolah, rekan guru, siswa, orang tua dan situasi sekolah belum terlatih.

Ulasan permasalahan ini mengakibatkan perlu adanya laboratorium pembelajaran untuk bereksperimen atau melatih dan mengembangkan kompetensi guru. Hal ini dapat menjawab segala kekurangan teoritis dengan melengkapinya secara empiris. Artinya, teori harus diuji kelayakannya dengan praktik/unjuk kerja. Praktik pembelajaran dalam skala mikro (microteaching) yang diperoleh mahasiswa calon guru di kampus tidak cukup memenuhi capaian kompetensi. Proses ini hanya menguji dalam skala kecil (minim waktu, ruang dan interaksi pembelajaran) dan sebagai prasyarat praktik pembelajaran sesungguhnya. Risdiany & Yusuf (2021) mengungkapkan bahwa guru yang professional/kompeten harus memiliki pemahaman yang mendalam tentang hakikat manusia dan masyarakat selain menguasai bidang ilmu. Untuk mewujudkannya maka perlu ada Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) sebagai kelanjutan pembelajaran mikro yang langsung diterapkan pada situasi nyata.

(6)

IAIN Palangka Raya

18 Praktik Pengalaman Lapangan merupakan kegiatan akademik intrakurikuler yang meliputi kegiatan latihan mengajar dan tugas kependidikan secara terbimbing, terarah dan terpadu dalam rangka menunjang profesionalitas guru (Dasmo & Kumaryati, 2014). Maknanya, yakni praktik pengalaman lapangan berperan sebagai laboratorium bagi mahasiswa calon guru untuk belajar berintegrasi secara langsung pada situasi nyata sekolah secara terarah dan dibimbing oleh guru pamong dan dosen pembimbing lapangan. Program ini adalah sarana bagi mahasiswa calon guru untuk memenuhi kompetensi guru.

Rancangan pelaksanaan PPL sebagai laboratorium pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru kimia pada penelitian ini adalah berbasis lesson study. Dalam prosesnya, ada upaya yang dilakukan oleh mahasiswa calon guru kimia untuk memberi pemahaman kimia dilakukan step by step dengan bimbingan guru senior, mengingat karakter materi kimia yang representative, yakni makroskopis, mikroskopis dan simbolik (Herawati, Sri

& Tri, 2013). Mulyatun (2017) melalui beberapa defenisi membahas lesson study yang bermakna metode atau cara memperbaiki dan mengembangkan kemampuan guru dalam mengajar melalui suatu proses kolaborasi untuk merancang dan mengevaluasi pembelajaran secara kolaborasi dan kooperatif. Dengan adanya pola ini sehingga PPL bukan hanya kegiatan magang melainkan praktik yang sungguh-sungguh untuk meningkatkan kualitas dan kompetensi calon guru. Agoestanto., dkk (2017) mendefenisikan lesson study dalam tiga tahapan, yakni plan (merencanakan), do (melaksanakan), dan see (merefleksi). Manfaat lesson study antara lain dijelaskan oleh Saito & Atencio (2013) bahwa dapat mengidentifikasi sasaran kegiatan kurikuler bidang ilmu dan menentukan tujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Manfaat ini dapat diterapkan pada kegiatan PPL.

Dalam kurikulum di Universitas Nusa Nipa, PPL adalah mata kuliah keguruan dengan bobot 4 SKS. Waktu tempuh PPL salama enam bulan dimana mahasiswa calon guru yang telah lulus mata kuliah microteaching akan disebar sesuai kebutuhan sekolah. Melalui PPL, mahasiswa calon guru akan memperoleh pengetahuan dalam merencanakan dan melaksanaan pembelajaran, menerapkan kurikulum dan pembelajaran secara kreatif dan

(7)

IAIN Palangka Raya

19 inovatif, menilai proses dan hasil belajar. Mahasiswa calon guru akan ditempah menjadi guru seutuhnya berdasarkan empat kompetensi guru dengan berhadapan pada situasi kerja sebenarnya dalam kultur dan iklim sekolah. Kompetensi kepribadian, sosial, pedagogik dan professional akan teruji kelayakannya bagi mahasiswa calon guru melalui PPL.

Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah mengkaji capaian pengembangan empat kompetensi guru pada mahasiswa calon guru kimia melalui PPL dengan teknik lesson study. Harapannya, PPL dapat memfasilitasi ketercapaian kompetensi guru secara menyeluruh. Mahasiswa calon guru kimia diperkenalkan dengan situasi dunia kerja nyata hingga menjadi guru kimia yang memiliki kompetensi handal.

II. METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan evaluasi berorientasi tujuan yakni mengukur kompetensi mahasiswa calon guru kimia melalui PPL.

Waktu pelaksanaan kegiatan selama enam bulan bertempat di SMA Seminari BSB, SMA Negeri 1 dan SMAK John Paul Maumere. Subjek yang terlibat berupa mahasiswa calon guru kimia, guru pamong, dosen pembimbing dan siswa kelas MIPA. Novalinda, Ambyar & Rizal (2020) menjelaskan secara terperinci konsep pendekatan evaluasi berorientasi tujuan (goals-oriented). Analisis data menggunakan analisa deskriptif kualitatif. Alur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Merumuskan Tujuan

Mengklasifikasikan Tujuan

Merumuskan Tujuan Pada Istilah Prilaku Secara Terukur

(8)

IAIN Palangka Raya

20

Gambar 1. Langkah-Langkah Model Evaluasi Tyler

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tahapan metode evaluasi berorientasi tujuan pada Gambar 1, pembahasan dapat diuraikan menjadi beberapa bagian, diantaranya:

1. Tujuan PPL

Tujuan umum PPL adalah agar mahasiswa calon guru kimia memiliki seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang dapat menunjang tercapainya penguasaan kompetensi. Manfaat PPL, yakni: pengenalan lingkungan sekolah secara cermat pada aspek fisik, administrasi, dan kegiatan kurikuler. Selain itu, dapat menerapkan berbagai kecakapan keguruan secara menyeluruh dan terintegrasi dibawah bimbingan guru pamong dan dosen pembimbing.

2. Klasifikasi, Rumusan dan Capaian Tujuan

Klasifikasi tujuan adalah mengkaji secara khusus pada ketercapaian empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Uraian keempat kompetensi dapat dilihat pada Tabel 1. Tujuan ini dapat dicapai selama mengikuti kegiatan PPL di sekolah.

(9)

IAIN Palangka Raya

21 3. Hasil Penelitian

Penyajian hasil penelitian secara kualitatif (Tabel 2) mengikuti ranah ketercapaian empat kompetensi guru yang disesuaikan dengan Tabel 1.

Tabel 2. Keterlaksanaan Kompetensi Guru No.

Profil Kegiatan Jenis

Kompetensi Kompetensi Inti Guru 1 Menyusun

administrasi

pembelajaran kimia

Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 2 Mendiagnosis

kesulitan belajar materi kimia

Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar Menguasai karakter siswa Memanfatkan hasil

penilaian dan evaluasi 3 Menganalisis soal

kimia berdasarkan tingkat kesulitan soal

Pedagogik Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar 4 Mengajar mata

pelajaran kimia (materi ikatan kimia, kestabilan unsur, redoks)

Profesional Menguasai materi,

struktur, konsep dan pola pikir keilmuan

Mengusai SK dan KD Mengembangkan materi pelajaran

Pedagogik Menguasai teori dan prinsip pembelajaran Mengembangkan kurikulum (menata materi, tujuan dan pengalaman belajar) Berkomunikasi efektif, empatik dan santun dengan siswa

Kepribadian Menampilkan diri sebagai pribadi mantap, stabil, dewasa, arif dan wibawa 5 Mengevaluasi diri

dalam mengajar

Profesional Mengembangkan

keprofesionalan (refleksi proses pembelajaran) Pedagogik Melakukan tindakan

reflektif peningkatan kualitas pembelajaran 6 Mempersiapkan

media pembelajaran (UKBM, LKS, mini table priodik unsur)

Profesional,

Pedagogik Memanfaatkan TIK Pedagogik Memfasilitasi

pengembangan potensi siswa

7 Berperan sebagai petugas piket sekolah

Kepribadian,

Sosial Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga dan percaya diri 8 Berpartisipasi dalam

pemeliharaan dan pendayagunaan sarana pembelajaran

Kepribadian,

Sosial Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur,

berakhlak mulia dan teladan

(10)

IAIN Palangka Raya

22 9 Mengikuti rapat

guru

Kepribadian, Sosial

Berdaptasi di tempat tugas

Berkomunikasi dengan komunitas profesi 10 Mengikuti seluruh

agenda dalam acara sekolah

Kepribadian,

Sosial Berkomunikasi dengan komunitas profesi Betindak sesuai norma, social dan budaya

Gambaran aktivitas mahasiswa calon guru kimia pada kegiatan PPL (Tabel 2) menunjukkan ketercapaian empat kompetensi guru. PPL memberikan manfaat praktis dalam pengembangan kompetensi guru bagi mahasiswa calon guru. Beberapa kegiatan tidak hanya mendukung kompetensi tertentu melainkan tergabung dalam dua bahkan tiga kompetensi. Kegiatan berupa proses pembelajaran dimana mahasiswa calon guru ditantang untuk mengajar pada kelas yang berbeda di tingkat SMA. Kompetensi yang dicapai dapat berupa pedagogic, professional, dan kepribadian juga sosial.

Persiapan awal dalam mengajar oleh mahasiswa calon guru adalah berkonsultasi dengan guru pamong dan dosen pembimbing tentang materi ajar dan persiapan perangkat dalam mengajar. Beberapa perangkat, antara lain: Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Media pembelajaran yang digunakan adalah Lembar Aktivitas Peserta Didik (LAPD), video pembelajaran, media presentasi PPT, dan UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri).

Bagian persiapan awal termasuk dalam tahapan perencanaan (plan) pada metode lesson study. Rancangan awal dilakukan mahasiswa dan diarahkan oleh guru pamong dan dosen pembimbing untuk menciptakan mekanisme pembelajaran yang berkualitas. Adapun model pembelajaran yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa calon guru kimia adalah discovery learning. Model ini sangat baik dalam pendekatan pembelajaran berbasis siswa, sehingga siswa akan menemukan konsep pengetahuan sendiri berdasarkan pengalaman belajarnya secara langsung. Peran guru disini sebagai fasilitator atau pembimbing.

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran (do), rancangan discovery learning berhasil dilaksanakan dengan baik oleh mahasiswa calon guru kimia. Salah satu contoh materi adalah kestabilan unsur dan struktur

(11)

IAIN Palangka Raya

23 lewis. Bagian apersepsi dimanfaatkan dengan baik untuk mengingatkan materi pelajaran sebelumnya, yakni konfigurasi electron. Jika siswa menguasai cara penulisan konfigurasi electron dengan tepat maka akan mudah untuk menuliskan struktur lewis. Pada tahap stimulus, disajikan tabel struktur lewis beberapa unsur yang belum stabil. Hal ini merangsang siswa untuk berpikir mengapa terjadi demikian, sehingga siswa akan mengidentifikasi masalah dalam bentuk pertanyaan dan mengumpulkan data melalui referensi baik buku sumber kimia SMA maupun situs internet, kemudian mengolah informasi, verifikasi data dan menarik kesimpulan. Skenario discovery learning dituangkan dalam media pembelajaran Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM).

Sasaran utama tahap ini adalah peningkatan kompetensi pedagogic, professional, kepribadian, dan sosial yang siginifikan dibandingkan selama microteaching. Hasil penelitian oleh Arifin & Uli (2016) yakni melalui PPL terjadi peningkatan kompetensi pedagogic dalam hal persiapan perangkat pembelajaran, pelaksanaan strategi pembelajaran, manajemen kelas, penguasaan materi, evaluasi dan memotivasi siswa.

Selain itu prestasi belajar siswa cenderung berubah menjadi baik dan mahasiswa calon guru dapat mengevaluasi dan mengembangkan kapasitas diri dalam menghadapi siswa.

Tahap refleksi (see) dilakukan secara kolaboratif antara guru, dosen dan mahasiswa calon guru kimia. Tahap ini untuk mengamati dan mengevaluasi keterlaksanaan persiapan pembelajaran pada tahap plan.

Evaluasi penilaian rancangan pembelajaran dan pelaksanaannya menggunakan angket penilaian yang sudah divalidasi oleh unit PPL.

Hasil penilaian tergolong meningkat untuk dua siklus pembelajaran.

Artinya bahwa ada perubahan positif baik dalam cara penyampaian materi maupun hasil belajar siswa. Secara umum, mahasiswa calon guru kimia menyelesaikan setiap tahap discovery learning dengan baik dan berdampak langsung pada antusias dan capaian pemahaman materi kimia.

Capaian ketiga tahap dalam lesson study senada dengan pendapat Sudin (2017) bahwa melalui PPL terdapat rangkaian kegiatan yang utuh, terpadu dan sistematis, yakni proses prainstruksional (tahapan memulai

(12)

IAIN Palangka Raya

24 pembelajaran), instruksional (pemberian bahan pengajaran) dan evaluasi (pengukuran hasil belajar). Proses ini memerlukan ketrampilan seorang guru dimana diperoleh melalui latihan melalui muatan kurikulum berupa PPL.

Selama masa PPL, mahasiswa calon guru mendapatkan kesempatan yang sama sebagai guru di sekolah. Tugas dan tanggung jawab diberikan oleh sekolah melalui koordinasi dengan guru pamong. Sebagai calon guru yang sedang dalam masa studi, tentu pemenuhan kompetensi bukanlah suatu hal yang mudah. Ada kendala yang menjadi tantangan bahkan peluang untuk terus belajar dan bertumbuh.

Pada umumnya, kendala yang dihadapi adalah menghadapi siswa secara langsung dengan berbagai karakter dan berusaha mentranfer ilmu pengetahuan serta mendidik. Mahasiswa calon guru harus menguasai materi dan ilmu pedagogic dalam membimbing siswa dengan tingkatan usia yang hampir setara. Sebagian siswa dalam masa pubertas terkadang memiliki cara belajar tersendiri sehingga nampak tidak ada perhatian selama proses belajar mengajar.

Kendala dan tantangan lainnya, yakni penyusunan soal. Ragam bentuk soal dan penerapannya menjadikan mahasiswa calon guru untuk terampil dan tekun menyusun soal untuk ulangan harian, tugas, soal latihan, maupun soal ujian semester. Mata kuliah evaluasi pembelajaran menjadi dasar untuk menyusun soal sesuai indikator penilaian. Validasi soal dilakukan bersama guru pamong dengan terlebih dahulu menyelesaikannya hingga menyiapkan kunci jawaban. Pengelompokkan tingkat kesukaran soal atas tiga bagian dalam kategori mudah, sedang dan sukar.

Capaian kompetensi guru yang wajib dimiliki oleh mahasiswa calon guru dapat diperoleh melalui PPL sebagai laboratorium pembelajaran.

Segala teori pembelajaran yang ditempuh selama proses perkuliahan dapat diterapkan dalam pembelajaran nyata sesuai situasi dan kondisi sekolah. Luaran program pendidikan calon guru adalah menghasilkan guru yang berkompeten dan berkarakter. PPL memfasilitasi kompetensi guru demi tercapainya luaran yang bermutu dan berdaya saing.

(13)

IAIN Palangka Raya

25 Penilaian kompetensi guru dilakukan oleh guru pamong dan dosen pembimbing lapangan (DPL). Penilaian terbagi menjadi dua bagian untuk melihat progres mahasiswa dalam persiapan perangkat mengajar, media dan ujian mengajar. Sistem penilaian mencakup empat kompetensi dengan instrumen baik rancangan pembelajaran maupun proses pembelajaran dan pengelolaan kelas.

IV. KESIMPULAN

PPL adalah laboratorium pembelajaran bagi pengembangan kompetensi mahasiswa calon guru kimia. Melalui PPL, mahasiswa calon guru kimia berhasil mengembangkan kapasitas diri dalam kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial. Metode lesson study memberikan hasil yang baik untuk membentuk kompetensi calon guru kimia. Temuan yang diamati adalah peningkatan semua aspek kompetensi mahasiswa calon guru kimia, adanya penerapan kompetensi baik secara terpisah maupun terpaut secara holistic dalam kegiatan akademik/ non akadmik yang sama, perubahan suasana belajar dan kondisi kelas serta pemahaman materi kimia yang lebih baik untuk siswa. Manfaat langsung bagi mahasiswa calon guru kimia adalah memperoleh pengalaman belajar langsung ilmu dan terapannya dalam mengatasi latar belakang siswa yang berbeda, belajar menyusun administrasi, belajar mengajar dan bersosialisasi dengan sesama. Tantangan dan kendala yang dihadapi selama PPL dapat mempertajam penguasaan kompetensi guru dan mendewasakan diri.

DAFTAR PUSTAKA

Agoestanto, A., Kurniasih, A.W., Zahid, M.Z., & Mulyono, 2017,

‘Peningkatan Profesionalisme Dosen dengan Pendekatan Lesson Study untuk Mata Kuliah Telaah Kurikulum Matematika 1’, Unnes Journal of Mathematics Education, 6(3)-299-307.

Arifin, & Uli, A.G., 2016, Lesson Study: Peningkatan Kompetensi Pedagogik Mahasiswa Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Kota Tarakan, 2(3), 185-203.

Dasmo, & Sumaryati T, 2014, ‘Peran Guru Pamong dan Dosen Pembimbing terhadap Keberhasilan PPL Mahasiswa’, Jurnal Formatif, 4(1), 56-64.

(14)

IAIN Palangka Raya

26 Fathorrahman, 2017, ‘Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian dan

Kompetensi Sosial Dosen’, Akademika, 15(1), 1-6.

Herawati, R,F., Sri, M., & Tri, R., 2013, Pembelajaran Kimia Berbasis Multiple Representasi ditinjau dari Kemampuan Awal terhadap Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012, Jurnal Pendidikan Kimia, 2(2), 38-43.

Kemendiknas, 2003, Undang-Undang No.20 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Kemendiknas, 2007, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Mulyana A. Z, 2010, Rahasia menjadi Guru Hebat. Surabaya: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Mulyatun, 2017, ‘Lesson Study: Strategi Alternatif Peningkatan Kompetensi Calon Guru Kimia’, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 11(1), 1816-1827.

Ni’mah, F.U., & Nina, O., 2014, ‘Pengaruh Minat Profesi Guru, Locus of Control Internal, Peran Guru Pamong dan Prestasi Belajar terhadap Kesiapan Mahasiswa menjadi Guru pada Jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang’, 3(2)-336-342.

Nurkholis, 2013, ‘Pendidikan dalam Upaya Memajukan Teknologi’, Jurnal Kependidikan, 1(1), 24-44.

Novalinda, R., Ambyar & Rizal, F, 2020, ‘Pendekatan Evaluasi Program Tyler: Goal-Oriented’, Jurnal pendidikan, 18(1), 137-146.

Ohoiner, O.E, 2016, ‘Hubungan Latar Belakang Pendidikan dan Persepsi Pemanfaatan Media Pembelajaran dengan Kompetensi Guru Fisika’, Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains, 4(1), 43-53.

Ramaliya, 2018, ‘Pengembangan Kompetensi Guru dalam Pembelajaran’.

Bidayah: Studi Ilmu-Ilmu Keislaman, 9(1), 77-87.

Risdiany, H & Yusuf, T.H, 2021, ‘Pengembangan Profesionalisme Guru dalam Mewujudkan Kualitas Pendidikan di Indonesia’, Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(3), 817- 822.

Rusninahwiyah, Kuriniati, T., & Kurniawan, R.A., 2018, Analisis Keterampilan Dasar Mengajar Mahasiswa Calon Guru Kimia Berbasis Model Core Teaching Standards pada Mata Kuliah PPL 1 (Microteaching) Universitas Muhammadyah Pontianak, Ar-Razi Jurnal Ilmiah, 6(1), 109- 122.

(15)

IAIN Palangka Raya

27 Saito, E., & Atencio, M., 2013, Conceptual Discussion Of Lesson Study From A Micropolitical Perspective: Implications For Teacher Development And Pupil Learning. Teaching and Teacher Education, 31, 87-95.

Somantri, D, 2021, ‘Abad 21 Pentingnya Kompetensi Guru’, Equilibrium:

Jurnal Penelitian Pendidikan dan Ekonomi, 18(2), 188-195.

Sudin, A., 2017, Penilaian Guru Pamong terhadap Kemampuan Mahasiswa PPL dalam Melaksanakan Proses Pembelajaran di SD, Mimbar Sekolah Dasar, 4(1), 29-42.

Syaida,U., Suyadi, B., & Mustika, A.H, 2018, Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Hasil Belajar Ekonomi Di SMA Negri Rambipuji Tahun Ajaran 2017/2018. Jurnal Pendidikan Ekonomi, 12(2), 185-191.

(16)

IAIN Palangka Raya

28

Referensi

Dokumen terkait

1  Menguasai  karakteristik  peserta  didik  dari  aspek  fisik,  moral,  spiritual,  sosial,    kultural,  emosional,  dan intelektual. .. 1.1 Memahami 

Menjelaskan variasi bentuk  komunikasi dengan email  Pedagogik  Menguasai  karakteristik peserta  didik dari aspek fisik,  moral, spiritual, 

Penguasaan karakteristik peserta didik adalah menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan

1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. 2) Menguasasi teori belajar dan prinsip-prinsip

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual Memahami berbagai prinsip-prinsip pembelajaran yang

16 tahun 2007 (lampiran), kompetensi pedagogik guru dikembangkan dalam 10 aspek berikut : a). Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral sosial, kultural,

Menjelaskan bahwa kompetensi pedagogik guru mencakup sebagai berikut: (1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural,