• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESPEKTIF HUKUM POSITIF DI INDONESIA TERHADAP KONSEP ISTILHAQ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PRESPEKTIF HUKUM POSITIF DI INDONESIA TERHADAP KONSEP ISTILHAQ "

Copied!
69
0
0

Teks penuh

Yang pertama adalah Istilh{aq (Iqra>ru bin nasbi), yaitu pengakuan dengan sumpah seorang anak sebagai anak kandung, yang kemudian menimbulkan hubungan keturunan di antara keduanya. Lantas yang menjadi pertanyaan bagaimana konsep Istilh{aq belum terakomodasi dalam hukum Islam positif di Indonesia dalam bentuk KHI. Istilh{aq (Iqra>ru bin nasbi) artinya mengakui seorang anak melalui sumpah sebagai anak kandung, yang kemudian menimbulkan hubungan keturunan di antara keduanya.

Penetapan Pengadilan Negeri Salatiga dan Pengadilan Agama Salatiga dalam menetapkan pengangkatan anak yang beragama Islam.

Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini sumber data sekunder adalah kitab-kitab fiqih Munakahat, kitab-kitab tanggal tasyr yaitu periodisasi sejarah. Atau dengan kata lain pengklasifikasian data berdasarkan topik pembahasan dalam penelitian ini adalah pemeringkatan data organisasi antara hukum positif dan data yang diperoleh seputar konsep istilhaq.

Sistematika Pembahasan

Dalam Islam, Istilh{aq dikenal juga dengan istilah Iqra>ru bi Nasbi (pengakuan keturunan). Istilh{aq langsung adalah pengakuan langsung seperti pengakuan seorang ayah bahwa seorang anak untuk sementara adalah putra atau putrinya.

هٍف دلو يذلا دلبلا ىف با هل ملعٌلا يذلاىه

KHI (Kompilasi Hukum Islam)

Umat ​​Islam tidak bisa berlama-lama bereuforia dengan independensi Pengadilan Agama agar sejajar kedudukannya dengan Pengadilan Umum, Pengadilan Militer, dan Pengadilan Tata Usaha Negara. Hal ini disebabkan belum adanya kitab hukum Islam yang sama sebagai dasar setiap putusan hakim, padahal disepakati 13 kitab madzhab Syafi’i31 yang menjadi rujukan utama setiap putusan hakim, namun hal ini masih menimbulkan ketidakseragaman. dalam keputusan hakim mengenai permasalahan yang dihadapinya. B/1/735 tanggal 18 Februari 1958 pelaksanaan PP No. 45 Tahun 1957 tentang pendirian pengadilan agama di luar Jawa dan Madura.

Menurut para ahli hukum, secara umum ada tiga faktor yang sangat diperlukan dalam kodifikasi reformasi hukum Islam saat itu. Ketiga, pengaruh situasi politik menjelang masa reformasi dan menempatkan hukum Islam sebagai sumber hukum nasional yang sangat fundamental35. 33 Mardani, Hukum Islam - Ringkasan Peraturan Hukum Islam di Indonesia (Jakarta, Kencana Prenad Media Group, 2013), 18.

Setelah terbentuknya buku yang berisi hukum Islam, ditindaklanjuti dengan Instruksi Presiden nomor 1 tahun 1991 kepada Menteri Agama untuk mendistribusikan Kompilasi Hukum Islam yang terdiri dari Buku I tentang Perkawinan, Buku II tentang Warisan, Buku III tentang Wakaf. Berdasarkan latar belakang asal usul kompilasi hukum Islam di Indonesia, maka dapat dipahami bahwa KHI (Kompilasi Hukum Islam) merupakan kitab hukum yang memuat pasal demi pasal yang umumnya terdiri atas tiga bagian. Bagian pertama mengatur tentang hukum perkawinan yang terdiri dari 170 pasal, bagian kedua mengatur tentang hukum waris termasuk wasiat dan hadiah yang terdiri dari 44 pasal, dan bagian ketiga mengatur tentang hukum wakaf.

Teori Penemuan Hukum

Atau dalam arti lain yaitu menyelesaikan dan memperjelas suatu undang-undang yang kurang jelas maknanya atau mempunyai makna ganda, sehingga dapat diterapkan dalam perkara perseorangan40. Metode argumentasi atau metode penalaran adalah penalaran mengenai suatu peraturan hukum padahal peraturan hukum tersebut belum mengatur secara lengkap. Metode analogi berarti memperluas peraturan hukum yang terlalu sempit cakupannya dan menerapkannya.

Metode a contrario adalah suatu cara menafsirkan makna hukum berdasarkan pemahaman yang berlawanan antara peristiwa-peristiwa konkrit yang dihadapkan dengan peristiwa-peristiwa yang diatur dalam undang-undang42.

ISTILHAQ DAN HUKUM POSITIF DI INDONESIA

Hukumpositif di Indonesia tentangIstilhaq

53 Deklarasi Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, bahwa pengadilan agama bertugas dan mempunyai kuasa untuk menyelidiki, memutus, dan memutus perkara tingkat pertama antara orang-orang yang Muslim dalam bidang: a.Dalam bab

PRESPEKTIF HUKUM POSITIF TERHADAP KONSEP ISTILHAQ DI INONESIA

Analisa Hukum Positif terhadap konsep Istilhaq di Indonesia

Ius constituendum juga mencakup peraturan hukum yang telah ditetapkan tetapi belum berlaku: misalnya UU No. 5 Tahun 1986 tentang Pengadilan Tata Usaha Negara menjadi undang-undang pada tahun 1986 namun hanya dilaksanakan selama lima tahun. Diketahui, berbagai rancangan perubahan konstitusi disiapkan oleh PAH (panitia ad hoc) I MPR, yaitu panitia yang dibentuk untuk tujuan khusus.

UUD yang disusun oleh PAH (panitia ad hoc) I MPR adalah Ius constituendum yang diharapkan suatu saat dapat dijadikan Ius konstitusi. Peneliti hanya menemukan kata pengangkatan anak (Adopsi) atau pengesahan status anak pada berbagai pasal di berbagai undang-undang, misalnya pasal 171 h KHI. Penetapan status anak sebagaimana diatur dalam penjelasan undang-undang nomor 03 tahun 2006 tentang keadilan agama pasal 49 ayat 1 huruf a.

Selain Pasal 49 Undang-Undang Nomor 03 Tahun 2006, dalam undang-undang lain yaitu pada Bab Undang-undang diatur bahwa apabila orang tua seorang anak tidak diketahui status filiasinya, maka Pengadilan Agama dapat mengambil putusan terhadap anak tersebut setelahnya. penyelidikan menyeluruh berdasarkan bukti-bukti yang kuat. Berdasarkan perspektif hukum positif di Indonesia yang tertuang dalam undang-undang, jelas bahwa Istilh{aq merupakan kewenangan absolut Peradilan Agama, berdasarkan Undang-undang 03 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama, Pasal 49 ayat 1 huruf a.

Penyelesaian Hukum Perkara Istilhaq dalam Prespektif hukum positif di Indonesia

Hal pertama yang harus dilakukan jika ada perkara Istilh{aq adalah mengajukannya ke pengadilan agama karena berdasarkan Undang-Undang 03 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama Pasal 49 ayat 1 huruf a. Perkara Istilh{aq diajukan dalam bentuk permohonan (Voluntair) karena tidak ada yang kontroversial dalam perkara Istilh{aq. Sebagaimana permintaan pada umumnya, juga dalam perkara Istilh{aq permintaan dapat diberikan secara tertulis atau lisan, dapat ditandai.

Sistem pelayanan di Pengadilan Agama/Pengadilan Syariah menggunakan sistem klerikal yaitu sistem gugus tugas yang terdiri dari Tabel I, Tabel II dan Tabel III yang masing-masing mempunyai tugasnya masing-masing. Sebenarnya penyelesaian perkara Istilh{aq secara teknis dan administratif di pengadilan agama tidak menimbulkan permasalahan besar. Yang memerlukan pengkajian mendalam adalah penyelesaian perkara Istilh{aq secara substantif, yaitu landasan hukum perkara Istilh{aq dan bukti-bukti perkara Istilh{aq di persidangan.

Penting untuk mendapat pengkajian yang lebih mendalam karena sekali lagi ditegaskan bahwa tidak ada satupun pasal peraturan perundang-undangan di Indonesia yang secara tegas menyebutkan Istilh{aq di dalamnya. Dalam hal ini peneliti menemukan bahwa pada salah satu kitab fiqh yang dijadikan rujukan yaitu Mughnil Muhtaj fi syarhil minha>j حرش ىف حتحلما ًنغم جاهنما pada halaman 21 juz 9 yang mengatur tentang ketentuan Istilh{ak. Pembuktian dalam perkara Istilh{aq sangat penting karena mengatur bahwa nasab seseorang yang tidak mempunyai nasab tidak boleh ada silaturahmi.

الله دنع طسقا ىه مهئابلا مهىعدا

Setelah alat bukti di atas, maka akta nikah juga merupakan alat bukti penting yang harus dijadikan bahan pertimbangan oleh hakim, karena harus diketahui bahwa anak hasil zina tidak dapat dijadikan objek Istilh{aq. Kemudian hakim dapat merasionalkan dari sudut perkawinan itu umur calon anak yang akan diakui dengan umur perkawinan itu, karena jelaslah bila umur calon anak yang diakui itu dan umur perkawinan calon anak itu. orang tua yang akan diakui tidak relevan maka hakim dengan tegas menolak anak tersebut diakui oleh calon orang tua. Sebagaimana disebutkan dalam kitab Niha>yatul Muhta>j ila Syarhil Minha>j( ةياحو باتك جاهيملا حزش يلإ جاتملا) Juz 16 halaman 113.

Bahwa keberadaan anak pada masa itu adalah mungkin dan bermakna, jika bohong maka ternyata kemungkinan keberadaan anak pada masa itu tidak mungkin dilukiskan. Misalnya, jika seseorang mengajukan klaim terhadap anak dengan bukti perkawinan pada tahun 2006, sedangkan anak yang ingin diangkatnya berdasarkan akta kelahiran adalah dari tahun 2005, maka hal ini merupakan keadaan yang tidak dapat dirasionalisasikan dan diterima dengan akal sehat. Apabila pengadilan agama telah mengeluarkan putusan bahwa anak yang diakui tersebut adalah anak sah dari orang tua yang mengakuinya, maka putusan pengadilan agama tersebut selanjutnya diserahkan kepada Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil atau disingkat Dukcapil yang bertanggung jawab. untuk mengurus bidang kependudukan dan pencatatan sipil, agar akta kelahiran diterbitkan sesuai dengan Pasal 103 KHI ayat 3 yang mengatur bahwa 3.

Berdasarkan ayat (2) pasal ini, lembaga pencatatan kelahiran yang berada di wilayah hukum pengadilan yang bersangkutan menerbitkan akta kelahiran bagi anak yang bersangkutan. Akta kelahiran merupakan hasil akhir dari permasalahan Istilh{aq, karena satu-satunya alat bukti yang sah dan sah menurut hukum mengenai orang tua seorang anak adalah akta kelahiran yang menentukan asal usul orang tua seseorang. Selain alat bukti tertulis sebagaimana disebutkan di atas yaitu hasil tes DNA, surat nikah, dan surat keterangan dari dinas sosial mengenai status asal usul anak, alat bukti lain yang juga penting adalah saksi.

PENUTUP

Kesimpulan

Penyelesaian hukum perkara Istilh{aq di Indonesia secara teknis administratif sama dengan perkara permohonan lainnya. Namun karena tidak ada pasal yang secara tegas menyebutkan Istilh{aq, maka hakim dalam hal ini dapat melakukan penemuan hukum melalui metode penafsiran hukum Metode Analogi (Argumen dengan analogi), yaitu perluasan daya tampung pasal 49 ayat 1 poin. A. Dalam Istilh{aq ada bukti-bukti khusus yang harus diperhatikan, yaitu: Surat keterangan tidak diketahui asal usul anak dari Dinas Sosial atau Lembaga Sosial yang berwenang dan bukti hasil tes DNA yang menunjukkan adanya kecocokan antara anak tersebut. diakui dan orang yang mengenalinya.

Saran

Apabila pada penelitian selanjutnya ditemukan kasus konkrit Istilh{aq di Pengadilan Agama, maka disarankan untuk penelitian selanjutnya pembahasannya fokus pada analisis keputusan penetapan Istilh{aq dan apakah kasus Istilh{aq belum selesai. . maka penelitian akan fokus pada observasi kasus secara bertahap sehingga dapat terlaksana. Telah diketahui secara kongkrit mengenai tahapan-tahapan penyelesaian perkara Istilh{aq berdasarkan hukum yang berlaku karena penelitian ini hanya dibatasi pada penyelesaian hukum yang hanya berdasarkan teori undang-undang saja dan apabila hal itu terjadi dalam kenyataan maka peneliti yakin akan ada akan ada beberapa perubahan yang tidak 100%.

DAFTAR PUSTAKA

Indrati Farida Maria, Fikih Bagian I (Yogyakarta, Kanisius, 2007) Irfan Nurul .M, Nasab & Status Anak dalam Hukum Islam (Jakarta, Penerbit Amzah 2012). Kamil Ahmad, Fauzan, Menuju Reformasi Acara Perdata di SEMA dan PERMA, (Jakarta, Kencana, 2008). Mardani, Hukum Islam – kumpulan peraturan yang berkaitan dengan hukum Islam di Indonesia (Jakarta, grup media Kencana Prenada, 2013).

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan dan menambah wawasan pengetahuan peneliti, kalangan akademisi dan masyarakat di bidang hukum mengenai kewenangan hakim dalam

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945; Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman; Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek