ENTERPRENEURSHIP DALAM ISLAM (PRINSIP DAN STRATEGI SUKSES NABI MUHAMMAD DALAM
BERDAGANG)
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah : Economic & Islamic Education
Dosen pengampu : Dr. H. Moh. Hamzah, M.Pd MAKALAH
Disusun oleh:
Aishmah Naily Fauziyah Choirotul Maghfiroh
PROGRAM PASCASARJANA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS AL-AMIEN PRENDUAN
2024
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Manusia diciptakan oleh Allah SWT sebagai khalifah di bumi untuk mengabdi dan beribadah kepada-Nya. Allah juga memberikan akal serta tubuh yang sehat agar manusia dapat memilih dan memanfaatkan sumber daya alam yang ada dengan bijaksana. Oleh karena itu, manusia memiliki tanggung jawab untuk menghormati dan menjaga apa yang telah Allah ciptakan. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tentu membutuhkan kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Salah satu tempat yang selalu ada dalam kehidupan manusia adalah pasar. Tanpa pasar yang berjalan dengan baik, akan sulit bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Salah satu Nabi Allah yang memiliki hubungan erat dengan dunia bisnis adalah Nabi Muhammad SAW. Rasulullah dikenal sebagai sosok yang sangat jujur hingga mendapat gelar Al-Amin. Selain berdakwah, beliau juga menghabiskan 25 tahun hidupnya dalam dunia bisnis. Keteladanan Rasulullah SAW dalam berbisnis membawa kesuksesan dalam hidupnya. Sejak kecil, Rasulullah menggembala kambing, kemudian diajak oleh pamannya untuk berdagang di Negeri Syam.1
Strategi bisnis yang dijalankan oleh Rasulullah adalah menjunjung tinggi kejujuran sebagai etika dan profesionalisme dalam bekerja. Dalam berbisnis, beliau selalu memberikan penjelasan yang jujur kepada pembeli tentang kelebihan dan kekurangan barang yang dijual. Kejujuran menjadi prinsip utama dalam setiap transaksi yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Selain kejujuran, Nabi Muhammad SAW juga dikenal dengan kemampuan strategis dalam menjalankan bisnis. Beliau memiliki wawasan yang luas mengenai kebutuhan pasar, memahami potensi keuntungan, dan mampu merespons perubahan pasar dengan cepat. Salah satu strategi yang diterapkan adalah pemahaman terhadap kualitas produk yang dijual, serta bagaimana mengkomunikasikan informasi tersebut dengan jelas dan jujur kepada konsumen. Ini menunjukkan bahwa Rasulullah sangat
1 Laode Kamaludin dan Aboza M. Richmuslim, Cerdas Bisnis Cara Rasulullah, (Jakarta: Richmuslim Adikarya Bangsa, 2010), hlm. 164
memperhatikan kebutuhan dan kenyamanan konsumen dalam setiap transaksi, sehingga tercipta hubungan saling percaya antara penjual dan pembeli.
Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan pentingnya kerja keras, kesabaran, dan etos kerja yang tinggi dalam berbisnis. Beliau tidak hanya mengandalkan taktik dan strategi, tetapi juga memperhatikan faktor-faktor spiritual dan moral yang dapat mempengaruhi keberhasilan bisnis. Prinsip ini mengajarkan kepada umatnya bahwa bisnis yang baik bukan hanya tentang mencari keuntungan semata, tetapi juga memberikan manfaat bagi orang lain dan menjaga keharmonisan dalam masyarakat.
Dengan mengamalkan prinsip dan strategi bisnis yang telah diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW, pengusaha masa kini dapat memperoleh pelajaran berharga dalam mengelola usaha dan pasar. Prinsip kejujuran, profesionalisme, dan kemampuan untuk memahami pasar, dapat menjadi kunci untuk membangun bisnis yang sukses, berkelanjutan, dan bermanfaat bagi banyak pihak. Sehingga, penting untuk menggali dan menerapkan ajaran-ajaran Nabi Muhammad SAW dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis, untuk meraih kesuksesan dunia dan akhirat.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis bertujuan untuk mengulas tentang prinsip dan strategi bisnis Nabi Muhammad dalam berdagang.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana enterpreneurship dalam Al-Qur’an ?
2. Bagaimana strategi bisnis yang diterapkan oleh Nabi Muhammad ? 3. Bagaimana perjalanan bisnis Nabi Muhammad ?
4. Bagaimana prinsip bisnis yang diterapkan oleh Nabi Muhammad ? C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui enterpreneurship dalam Al-Qur’an
2. Untuk mengetahui strategi bisnis yang diterapkan oleh Nabi Muhammad 3. Untuk mengetahui perjalanan bisnis Nabi Muhammad
4. Untuk mengetahui prinsip bisnis yang diterapkan oleh Nabi Muhammad
BAB II PEMBAHASAN
A. Enterpreneurship dalam Al-Qur’an
Bekerja dan berwirausaha merupakan salah satu tugas manusia sebagai khalifah fil Ardh. Allah memberikan kepercayaan kepada manusia untuk menjadi khalifah di bumi ini bukan hanya semata-mata memikirkan perkara akhirat saja, tetapi manusia diberi tanggung jawab oleh Allah SWT untuk mengelola dengan kreatif dan inovasi sehingga mampu memberikan manfaat yang baik bagi makhluk lain. Dalam Al Quran dan sunnah terdapat pengajaran bagi seorang entrepreuneur untuk terus berkarya dan bekerja keras, seperti dalam dalam Al Quran Surat Al Qashash ayat 77, Allah berfirman:
الَ لَ لّٰ لا لَ ااِ اِ ضِۗ رْ الَرْا ىاِ لَ ا لَ لَ لرْا اِ رْلَ الَ لَ لَ رْللَااِ هُ لّٰ لا لَ لَ رْ الَ اآ لَ!لَ رْ اِ رْ الَلَ الَ"رْ#هُلا لَ $اِ لَ لَ رْ%اِ"لَ &لَ'رْلَ الَ لَ (لَ)لَ*اِالّٰرْا لَ ا#لَلا هُ لّٰ لا لَ ىلّٰ الّٰ اآ لَرْاِ اِ ,لَ-رْالَ
لَ .رْ#اِ اِ رْ هُلرْا /هُ0اِ.هُ
٧
“Dan, carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (pahala) negeri akhirat, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. Berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Allah juga memerintahkan manusia untuk bekerja dan mencari rezeki yang telah Allah sediakan di muka bumi ini. Firman Allah SWT dalam surat Al Jumu’ah ayat 10 dan surat Al Mulk ayat 15:
لَ 3رْ0هُاِ رْ هُ 4رْ5هُلَ 6لَللَ ا)رًرْ8اِ!لَ لَ لّٰ لا ا )هُ!هُ9رْالَ اِ لّٰ لا :اِ;رْلَ رْ $اِ ا3رْ<هُ,لَ-رْالَ اِ رْ الَرْا ىاِ ارْ )هُ=اِ,لَ"رْالَ (هُ3لّٰ %لَلا >اِلَ;اِ?هُ ا9لَااِلَ
١
“Apabila salat (Jumat) telah dilaksanakan, bertebaranlah kamu di bumi, carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung”. (Qs. Al-Jumu’ah: 10)
هُ 3رْ=هُ'هُلا اِ رْللَااِ لَ Aضِۗ?اِBرْرِّ رْ $اِ ا3رْهُ !هُلَ اDلَاِ !اِا'لَ$لَ Eرْاِ ا3رْ=هُ$رْالَ ارً3رْلهُ9لَ لَ رْ الَرْا 4هُ5هُللَ :لَ6لَFلَ GرْHاِللَا 3لَIهُ
١
“Dialah yang menjadikan bumi untuk kamu dalam keadaan mudah dimanfaatkan. Maka, jelajahilah segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Hanya kepada-Nya kamu (kembali setelah) dibangkitkan”.
Dari ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT mendorong umat-Nya untuk memanfaatkan sumber daya yang ada di bumi dan berinovasi untuk mencapai kemajuan.
Dalam hal ini Islam mendorong pengusaha untuk selalu berinovasi, tidak hanya untuk memperoleh keuntungan, tetapi juga untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat. Inovasi dalam bisnis Islam harus selalu berlandaskan pada prinsip-prinsip etika yang tinggi, seperti kejujuran, keadilan, keberlanjutan, dan tanggung jawab sosial. Dengan mengembangkan inovasi yang bermanfaat, pengusaha Muslim dapat menciptakan bisnis yang tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga mendatangkan keberkahan di akhirat.
B. Strategi Bisnis Yang Diterapkan Nabi Muhammad
Kesuksesan Nabi Muhammad SAW sebagai seorang pebisnis merupakan satu kesatuan yang utuh dari kemandirian dan semangat berwirausaha. Kejujuran, amanah, kecerdasan, dan keterampilan, komunikasi dan pelayanan yang baik, membangun jaringan dan kemitraan serta keselarasan dalam bekerja dan beribadah, menjadi faktor penting dalam menggapai kesuksesan sebagai seorang pedagang.2
Dalam hal bisnis, sifat-sifat tersebut menjadi dasar dalam setiap aktivitas bisnis beliau yang kemudian menjadi sikap dasar manusiawi (fundamental human etichs) yang mendukung keberhasilan.
1. Siddiq
Siqqiq berarti jujur atau benar. Arti jujur ini sangat luas, seperti tidak melakukan penipuan, tidak menyembunyikan cacat pada barang dagangan, menimbang barang dengan timbangan yang tepat, dan sebagainya.
Kejujuran Nabi Muhammad dalam bertransaksi dilakukan dengan cara menyampaikan kondisi nyata barang dagangannya. Beliau tidak pernah menyembunyikan kecacatan barang atau mengunggulkan barang daganganya, kecuali sesuai dengan kondisi barang yang dijualnya. Dalam praktek ini dilakukan dengan wajar dan menggunakan bahasa yang santun.
2 Mokh. Syaiful Bakhri, Sukses Berbisnis ala Rasulullah SAW (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2012), hlm 45.
Beliau tidak melakukan sumpah untuk menyakinkan apa yang dikatakannya, termasuk menggunakan nama Tuhan. Ketika Nabi Muhammad menjual barang dagangannya di Kota Syam, ia pernah bersitegang dengan salah satu pembelinya terkait kondisi barang yang dipilih oleh pembeli tersebut. Calon pembeli berkata kepada Muhammad,
“Bersumpahlah demi Lata dan Uzza!” Muhammad menjawab, “Aku tidak pernah bersumpah atas nama Lata dan Uzza sebelumnya.” Penolakan Muhammad dimaklumi oleh pembeli tersebut, dan sang pembeli berkata kepada Maisarah, “Demi Allah, ia adalah seorang Nabi yang tanda- tandanya telah diketahui oleh para pendeta kami dari kitab-kitab kami”.3
Kejujuran yang menjadi salah satu dasar etika bisnis yang membawa kesuksesan Muhammad. Sehingga kita bisa melihat prinsip-prinsip yang dilakukan Muhammad dalam aktifitas dagangnya.
2. Amanah
Amanah berarti dapat dipercaya. Amanah merupakan salah satu sifat mulia yang diajarkan oleh Rasulullah SAW dan sangat penting dalam konteks berbisnis. Dalam kehidupan sehari-hari, amanah dapat diartikan sebagai sikap bertanggung jawab, menjaga kepercayaan, dan tidak mengkhianati apa yang telah dipercayakan kepada seseorang. Rasulullah SAW menunjukkan contoh nyata tentang bagaimana amanah harus diterapkan dalam dunia bisnis.
Sebagai seorang pedagang, Rasulullah SAW selalu menjaga amanah dalam setiap transaksi yang beliau lakukan. Beliau dikenal tidak hanya jujur, tetapi juga selalu memegang teguh komitmen dan tanggung jawab terhadap barang yang dijual maupun pelanggan yang membeli. Rasulullah SAW menegaskan bahwa barang yang dijual harus sesuai dengan kualitas yang dijanjikan, dan beliau tidak pernah mengambil keuntungan secara tidak adil dari pelanggan. Kejujuran dan amanah ini membuat pelanggan
3 Mahdi Rizqullah Ahmad, al-Sirah al-Nabawiyyah fi Dhauq’i al-Maṣādir al-Aṣliyyah: Dirasah Tahlīliyyah, terj.
Yessi HM., (Jakarta: Qisthi Press, 2006), hlm 157.
merasa dihargai dan memperoleh manfaat yang sebanding dengan yang mereka bayar.
Amanah dalam berbisnis juga berarti bahwa seorang pebisnis harus menjaga setiap hak yang ada, baik itu hak pelanggan, hak karyawan, maupun hak pemasok. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa seseorang yang dipercaya untuk mengelola sesuatu, baik itu uang, barang, atau pekerjaan, harus menjaga dan mengelolanya dengan penuh tanggung jawab. Dalam hal ini, amanah tidak hanya berkaitan dengan menjaga integritas dalam bertransaksi, tetapi juga dengan melaksanakan tugas dengan baik dan tidak mengabaikan kepentingan orang lain.
Amanah dalam berbisnis juga mencakup menjaga transparansi dan kejelasan dalam setiap komunikasi dengan pelanggan atau mitra bisnis.
Nabi Muhammad SAW selalu menjelaskan dengan jelas segala hal terkait transaksi, termasuk kelebihan dan kekurangan barang yang dijual, serta harga yang wajar. Dengan cara ini, beliau membangun kepercayaan yang kuat dengan pelanggan dan menciptakan hubungan yang saling menguntungkan.
Dengan meneladani prinsip amanah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, seorang pebisnis dapat membangun reputasi yang baik, mendapatkan kepercayaan dari pelanggan, dan menciptakan bisnis yang berkelanjutan dan berkah. Sebab, amanah adalah pondasi yang kokoh dalam mencapai kesuksesan bisnis yang tidak hanya menguntungkan dunia, tetapi juga membawa manfaat di akhirat.
3. Fatanah
Fatanah yang berarti cerdas, bijaksana, atau memiliki kecerdasan yang luar biasa, adalah salah satu sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasulullah SAW, terutama dalam konteks bisnis. Dalam menjalankan aktivitas perniagaan, Rasulullah SAW menunjukkan kecerdasan yang tidak hanya terbatas pada pengetahuan teknis mengenai barang dan pasar, tetapi juga
dalam pengambilan keputusan yang strategis, serta kemampuan untuk melihat peluang dan tantangan dengan bijak.
Dalam dunia bisnis, fatanah mengajarkan pentingnya kecerdasan dalam merencanakan dan menjalankan usaha. Rasulullah SAW memiliki kemampuan luar biasa dalam menganalisis situasi pasar, memahami kebutuhan konsumen, dan merencanakan strategi yang tepat untuk memanfaatkan peluang yang ada. Salah satu contoh nyata adalah ketika beliau berdagang di Negeri Syam. Rasulullah SAW mampu beradaptasi dengan dinamika pasar yang ada dan mengetahui cara terbaik untuk memperkenalkan barang yang beliau jual, serta menjaga hubungan baik dengan mitra bisnis dan pelanggan.
Selain itu, fatanah juga terkait dengan kemampuan dalam mengambil keputusan yang bijak. Rasulullah SAW selalu mempertimbangkan dampak dari setiap keputusan yang diambil, baik itu dalam hal harga, kualitas barang, maupun cara berinteraksi dengan orang lain. Beliau memahami bahwa keputusan yang bijak dalam bisnis akan mendatangkan manfaat jangka panjang, bukan hanya keuntungan sesaat.
Sifat fatanah dalam bisnis juga mencakup kemampuan untuk melihat kesempatan dan memanfaatkan sumber daya secara maksimal. Nabi Muhammad SAW memiliki intuisi yang tajam dalam mengenali peluang yang menguntungkan, dan dengan kebijaksanaan tersebut, beliau bisa menjaga kelangsungan bisnisnya dan menghadapinya dengan penuh kehati-hatian. Misalnya, beliau mampu menjaga kualitas dan kepercayaan pelanggan, serta memperkenalkan prinsip-prinsip etika bisnis yang luhur seperti kejujuran, amanah, dan transparansi.
Dengan meneladani sifat fatanah dari Rasulullah SAW, pengusaha masa kini bisa belajar untuk lebih cerdas dalam menghadapi tantangan dunia bisnis yang terus berubah. Kecerdasan yang dimaksud bukan hanya sebatas keterampilan teknis, tetapi juga mencakup kebijaksanaan dalam berbisnis, kemampuan untuk memahami pasar, serta kepiawaian dalam menjalin hubungan yang saling menguntungkan. Fatanah dalam bisnis,
sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dapat membantu membangun kesuksesan yang berkelanjutan dan penuh berkah.
4. Tabligh
Secara bahasa tabligh berarti menyampaikan. Tabligh, yang berarti menyampaikan atau menyebarkan pesan, adalah salah satu sifat terpuji yang dimiliki oleh Rasulullah SAW. Dalam konteks bisnis, sifat tabligh sangat relevan karena mencakup kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan jelas, jujur, dan transparan kepada semua pihak yang terlibat dalam transaksi bisnis. Rasulullah SAW tidak hanya dikenal sebagai seorang pembawa wahyu, tetapi juga sebagai seorang pedagang yang sangat memperhatikan pentingnya komunikasi yang efektif dan jujur dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam dunia bisnis.
Dalam bisnis, tabligh berarti menyampaikan informasi yang akurat dan transparan mengenai produk atau layanan yang ditawarkan. Rasulullah SAW selalu memastikan bahwa pelanggan mengetahui semua aspek penting dari barang yang dijual, baik itu kelebihan maupun kekurangannya. Beliau tidak pernah menyembunyikan informasi atau menipu konsumen untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Sebagai contoh, ketika Rasulullah SAW berdagang, beliau akan dengan jelas menjelaskan kualitas barang yang ditawarkan dan harga yang sesuai dengan nilai barang tersebut. Ini menciptakan kepercayaan yang tinggi antara penjual dan pembeli, yang menjadi dasar bagi hubungan bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
Tabligh dalam konsep bisnis Rasulullah SAW juga mengajarkan pentingnya komunikasi yang efektif dalam memperkenalkan barang atau jasa. Rasulullah SAW mampu menyampaikan pesan atau informasi tentang produk dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh konsumen. Ini menunjukkan bahwa dalam bisnis, penting untuk tidak hanya memiliki produk yang baik, tetapi juga mampu mengkomunikasikan
nilai dan manfaat dari produk tersebut dengan cara yang jelas dan tidak membingungkan.4
Selain itu, tabligh juga mencakup pentingnya menyampaikan pesan- pesan moral dan etika dalam setiap transaksi bisnis. Rasulullah SAW tidak hanya berbisnis untuk memperoleh keuntungan duniawi, tetapi juga untuk memberikan manfaat kepada orang lain. Beliau menyampaikan kepada para pedagang dan pengusaha bahwa bisnis yang sukses harus dilandasi dengan prinsip-prinsip kejujuran, keadilan, dan kepedulian terhadap hak orang lain. Tabligh dalam konteks ini menjadi sarana untuk mengingatkan sesama pebisnis agar selalu menjaga integritas dan memenuhi hak-hak pelanggan, karyawan, serta mitra bisnis.
Dengan meneladani sifat tabligh dalam berbisnis, pengusaha masa kini dapat belajar untuk selalu transparan, jujur, dan komunikatif dalam setiap transaksi. Komunikasi yang baik dan jelas, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW, akan menciptakan kepercayaan dan hubungan yang saling menguntungkan, serta menjamin keberlanjutan bisnis yang penuh berkah.
C. Perjalanan Bisnis Rasulullah
Dalam melakukan transaksi bisnis Nabi Muhammad menggunakan kejujuran sebagai etika dasar. Gelar Al-Amin (dapat dipercaya) yang diberikan masyarakat Makkah berdasarkan perilaku Nabi Muhammad pada setiap harinya sebelum ia menjadi pelaku bisnis. Beliau berbuat jujur dalam segala hal, termasuk menjual barang dagangannya.
Rasulullah S.A.W tumbuh dewasa di bawah asuhan pamannya Abu Thalib dan harus belajar mengenai bisnis dari pamannya. Ketika dewasa dan menyadari bahwa pamannya bukanlah orang berada serta memilki keluarga besar yang harus diberi nafkah, ia mulai berdagang sendiri di Kota Makkah. Tampaknya profesi sebagai pedagang ini telah dimulai lebih awal daripada yang dikenal umum dengan modal dari
4 Muhammad Syafi„i Antonio, Muhammad SAW: The Super Leader Super Manager (Jakarta: proLM Center dan Tazkia Publishing, 2010), hlm 62-67
sayyidah Khadijah. Ia melakukan pada taraf kecil dan pribadi di Makkah. Ia membeli barang-barang dari suatu pasar lalu menjualnya kepada orang lain. Hal ini ditegaskan dengan peristiwa-peristiwa selanjutnya yang menunjukkan bahwa ia telah memasuki kerja sama bersama sejumlah kecil orang sebelum berhubungan dengan Khadijah.
1. Perjalanan Bisnis Rasulullah yang Pertama
Rasulullah SAW tumbuh dalam lingkungan suku Quraisy, yang dikenal sebagai pedagang ulung. Sejak kecil, beliau sering membantu pamannya, Abu Thalib, dalam berbagai aktivitas, termasuk perjalanan dagang. Hal ini memberikan pengalaman awal tentang bagaimana berdagang dan berinteraksi dengan berbagai orang. Ketika usia Rasulullah mencapai dua belas tahun, ada yang berpendapat lebih dua bulan sepuluh hari, paman beliau Abu Thalib yang sejak kecil mengasuh beliau mengajak beliau pergi berdagang ke negeri Syam.
Namun perjalanan beliau terhenti ketika di negeri itu ada seorang rahib yang dikenal dengan sebutan Bahira, yang nama aslinya Jurjis. Ketika rombongan kafilah dagang Abu Thalib singgah di daerah ini, maka sang rahib menghampiri mereka dan mempersilahkan mereka mampir ketempat tinggalnya sebagai tamu kehormatan. Padahal sebelum itu rahib tersebut tidak pernah keluar, namun begitu dia bisa mengetahui Rasulullah dari sifat-sifat beliau. Sambil memegang tangan beliau, sang rahib berkata, “Orang ini adalah pemimpin semesta alam, anak ini akan diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam.”
Abu Thalib bertanya, “Darimana engkau tahu hal itu?” Rahib Bahira menjawab, “Sebenarnya sejak kalian tiba di Aqabah, tidak ada bebatuan dan pepohonan pun melainkan mereka tunduk sujud. Mereka tidak sujud melainkan kepada seorang nabi. Aku mengetahui dari stempel nubuwah yang berada di bagian bawah tulang rawan bahunya, yang menyerupai buah apel. Kami juga bisa mendapatkan tanda itu di dalam kitab kami.” Kemudian Rahib Bahira meminta agar Abu Thalib kembali lagi bersama beliau tanpa melanjutkan perjalanannya ke Syam, karena dia takut gangguan dari pihak orangorang Yahudi. Maka Abu Thalib mengirim beliau bersama beberapa pemuda agar kembali ke Makkah.5
5 Heriyansyah, PERJALANAN BISNIS NABI MUHAMMAD S.A.W. “ Ad-deenar:Jurnal Ekonomi dan Bisnis Islam”, hlm 196-197
2. Perjalanan Bisnis Rasulullah yang Kedua
Pada awal remaja, Rasulullah SAW tidak mempunyai profesi tetap, hanya saja dalam beberapa riwayat menceritakan bahwa beliau biasa menggembala kambing di kalangan Bani Sa’ad dan juga di kota Mekah dengan upah uang beberapa dinar. Pekerjaan menggembala kambing ini menghasilkan didikan yang sangat baik pada diri beliau, karena pekerjaan ini memerlukan kegigihan, kesabaran, dan ketenangan serta keterampilan dalam tindakan.
Sekalipun tidak mempunyai pekerjaan tetap, beliau dikenal sebagai seorang pemuda yang berakhlak mulia. Setiap pekerjaan dilakukannya dengan sungguh- sungguh. Kemuliaan akhlak beliau itu sampai ditelinga Khadijah binti Khuwailid, seorang wanita pedagang yang memiliki banyak harta dan bernasab baik. Dia banyak membayar kaum laki-laki untuk berdagang dengan sistem bagi hasil.
Kemudian Khadijah mengutus seseorang untuk mengajak Rasulullah berdagang ke negeri Syam. Tawaran itu diterima oleh Rasulullah. Beliau langsung berangkat menemui Khadijah. Tiba di rumah Khadijah, beliau mengucapkan salam dan meminta izin kepada Khadijah untuk masuk. Percakapan pun terjadi. Khadijah langsung berbicara pada inti persoalan.
Beliau bersama Maisarah kemudian berangkat dalam sebuah kafilah menuju negeri Syam, hari berganti hari, siang berganti malam menyertai perjalanan, Maisarah melakukan apapun sehingga Rasulullah nyaman. Tepat pada bulan ketiga, Rasulullah dan Maisarah tiba di Bashra, tidak jauh dari Syam.
Sebuah perayaan megah sedang berlangsung, barang dagangan digelar oleh para musafir di atas tikar/karpet.
Maisarah mengamati mekanisme berdagang yang berbeda dari kebiasaan orang-orang Quraisy pada umumnya, Rasulullah dengan kejujurannya dan pandai dalam berkomunikasi sangat menarik perhatian para pedagang yang berinteraksi dengannya. Beliau dalam berbisnis tidak terlalu mengambil banyak keuntungan, karena prinsip beliau yassiru wala tuassiru yakni memudahkan dalam bernegosiasi sehingga beliau tidak menghabiskan waktu dalam tawarmenawar antar pedagang dan beliau tidak suka berlama-lama dalam perjalanan berniaganya
(bisnis) untuk lalai atau melampiaskan berbagai kesenangan sebagaimana bangsa Arab umumnya, seperti minuman keras, berjudi, dan lainnya.
Sekembalinya ke kota Makkah, beliau langsung menuju ke rumah Sayyidah Khadijah. Ketika sampai di kediaman Sayyidah Khadijah, beliau menyetorkan modal dan keuntungan kepadanya. Lalu beliau menjual barang dagangan yang beliau beli di negeri Syam. Rasulullah mendapatkan keuntungan lebih atas perdagangan itu. Sayyidah Khadijah terlihat sangat gembira dengan usaha beliau.
Beliau segera kembali ke rumahnya. Saat itulah Maisarah langsung menyampaikan kepada Sayyidah Khadijah berbagai peristiwa yang terjadi selama perjalanan berdagang bersama Rasululah.6
D. Prinsip Bisnis Rasulullah
Pengalaman berbisnis yang Nabi Muhammad peroleh ketika sebelum menjadi Rasul dalam pergulatan dengan realitas sosial masyarakat Arab, sebagian pengalaman itu dituangkan dalam sabdanya, yang disebut sebagai hadits. Dalam hal ini ada beberapa prinsi bisnis Nabi Muhammad yang menjadi menjadi hadits untuk diamalkan oleh umat Islam, antara lain:7
1. Jual beli harus dilakukan atas dasar kesepakan (‘an tarāḍin) antara penjual dan pembeli.
دُبْعَ انَثَدُحَ دُمَّحَمُ نُبْ نُاوَرْمُ انَثَدُحَ يُّقِشْمُدُلا دُيلوَلا نُبْ سُابْعَلا انَثَدُحَ
ابْأَ تُعَمَّسَ لَاقَ هِيبْأَ نُعَ يُّنَيدُمَّلا حٍلاصَ نُبْ دَوَادَ نُعَ دُمَّحَمُ نُبْ زِيزِعَلا نُعَ عُيبْلا امَّنَّإِ مَلَّسَوَ هِيلَّعَ هِلَّلا ىلَّصَ هِلَّلا لَوَسَرَ لَاقَ لَوَقِي يَّرَدُخُلا دُيعَسَ
ضٍارْتَ
Telah menceritakan kepada kami Al Abbas bin Al Walid Ad Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Marwan bin Muhammad berkata, telah
6 Fitria Zakiyatul Fauziyah CH, Perjalanan Bisnis Rasulullah SAW, “JEBESH: Journal Of Economics Business Ethic and Sciences Histories”, Volume 1 (Yogyakarta: Juni 2003), hlm 74-77.
7 Ulil Albab dkk, PERJALANAN BISNIS RASULULLAH SEBAGAI DASAR ETIKA BISNIS ISLAM, “As-Salam 1”, Volume VII (Jombang: November 2018), hlm 258.
menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Muhammad dari Daud bin Shalih Al Madini dari Bapaknya berkata, aku mendengar Abu Sa'id ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya jual beli berlaku dengan saling ridha."8
2. Barang yang menjadi objek transaksi harus suci.
بٍيعَشُ نُبْ وَرْمَّعَ نُعَ دُيزَ نُبْ ةُمُاسَأَ انَّرْبْخْأَ هِلَّلا دُبْعَ انَثَدُحَ <بٌابْعَ انَثَدُحَ
حٍتْفَلا مَاعَ مَلَّسَوَ هِيلَّعَ هِلَّلا ىلَّصَ يُّبْنَلا تُعَمَّسَ لَاقَ هِدُجَ نُعَ هِيبْأَ نُعَ
لَيقِفَ رْيزِنَخُلاوَ ةُتْيمَّلاوَ رْمَّخُلا عُيبْ مَرْحَ هِلوَسَرَوَ هِلَّلا نُإِ لَوَقِي ةُكَّمَّبْ وَهُوَ
اهَبْ نُهُدُيوَ نُفَسُّلا اهَبْ نُهُدُي هِنَّإِفَ ةُتْيمَّلا مَوَحَشُ تُيأَرَأَ هِلَّلا لَوَسَرَ اي
دَوَهَيلا هِلَّلا لَتَاقَ لَاقَ مَثَ <مَارْحَ يُّهُ لَا لَاقِفَ سُانَلا اهَبْ حٍبْصْتْسُّيوَ دَوَلَّجُلا اهَنَّامَّثَأَ اوَلَّكَأَوَ اهُوَعَابْ مَثَ اهُوَلَّمَّجَ مَوَحَسُّلا مَهَيلَّعَ مَرْحَ امَّل هِلَّلا نُإِ
Telah menceritakan kepada kami 'Attab, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah mengabarkan kepada kami Usamah bin Zaid dari 'Amru bin Syu'aib dari bapaknya dari kakeknya, dia berkata, aku mendengar Nabi bersabda pada waktu fathu Makkah dan beliau ketika berada di Makkah, "Sesungguhnya Allah Ta'ala dan rasul-Nya telah mengharamkan berjualan khamar, bangkai dan babi." Lalu ditanyakanlah kepada beliau, "Wahai Rasulullah, bagaimana dengan lemak bangkai yang digunakan untuk mengecat kapal dan meminyaki kulit serta dipakai manusia untuk penerangan?" Beliau menjawab, "Tidak, dia (hukumnya) tetap haram." Kemudian beliau berkata, "Allah membinasakan kaum Yahudi, sesungguhnya ketika Allah mengharamkan lemak atas mereka, mereka malah mengumpulkannya, mencairkannya kemudian menjualnya dan memakan hasil penjualannya."9
3. Tidak ada unsur penipuan (gharar).
نُعَ عُفَارَ نُبْ بٍيسُّمَّلا نُعَ دَايزَ يُّبْأَ نُبْ دُيزِي نُعَ كِامَّسُّلا نُبْ دُمَّحَمُ انَثَدُحَ
اوَرْتْشْتَ لَا مَلَّسَوَ هِيلَّعَ هِلَّلا ىلَّصَ هِلَّلا لَوَسَرَ لَاقَ لَاقَ دَوَعَسُّمُ نُبْ هِلَّلا دُبْعَ
<رَرْغَ هِنَّإِفَ ءِامَّلا يُّفَ كَمَّسُّلا
8 Hadits Riwayat Ibn Majah No. 2176
9 Hadits Riwayat Ahmad No. 6702
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin As Sammak dari Yazid bin Abu Ziyad dari Al Musayyab bin Rafi' dari Abdullah bin Mas'ud ia berkata, Rasulullah bersabda, "Janganlah kalian membeli ikan dalam air sebab itu termasuk penipuan."10
4. Barang jelas posisi dan ukurannya (berat – jumlah).
نُمَّحَرْلا دُبْعَ نُعَ ،دَانَّزِلا يُّبْأَ نُعَ ، هِلَّلا دُيبْعَ انَثَدُحَ ،دُيبْعَ نُبْ دُمَّحَمُ انَثَدُحَ
"
ىهَنَّ ،مَلَّسَوَ هِيلَّعَ هِلَّلا ىلَّصَ هِلَّلا لَوَسَرَ نُأَ ،ةَرْيرْهُ يُّبْأَ نُعَ ،جِرْعَلْأَا " ةَاصْحَلا عُيبْ نُعَوَ ،رَرْغَلا عُيبْ نُعَ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid berkata, telah menceritakan kepada kami Ubaidullah dari Az Zuhri dari Abu Salamah dari Abu Hurairah berkata, Bahwasanya Rasulullah melarang jual beli gharar dan dengan sistem hashoh."11
5. Barang yang dijual merupakan hak milik.
هِنَّأَ رْيبْزِلا وَبْأَ يُّنَثَدُحَ جٍيرْجَ نُبْا انَثَدُحَ <حٌوَرَ انَّرْبْخْأَ مَيهُارْبْإِ نُبْ قُحَسَإِ انَثَدُحَ
لَوَقِي مَلَّسَوَ هِيلَّعَ هِلَّلا ىلَّصَ هِلَّلا لَوَسَرَ نُاكَ Zلَاوَقِي هِلَّلا دُبْعَ نُبْ رْبْاجَ عُمَّسَ
هِيفَوَتْسُّتَ ىتْحَ هِعَبْتَ لَافَ اZمُاعَطَ تُعَتْبْا اذَإِ
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, telah menceritakan kepadaku Abu Az Zubair bahwa dia mendengar Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah bersabda, "Jika kamu membeli makanan, janganlah kamu menjualnya sebelum memilikinya dengan sempurna."12
6. Segera membayarkan upah.
ةُيطِعَ نُبْ دُيعَسَ نُبْ بٍهُوَ انَثَدُحَ يُّقِشْمُدُلا دُيلوَلا نُبْ سُابْعَلا انَثَدُحَ
نُبْ هِلَّلا دُبْعَ نُعَ هِيبْأَ نُعَ مَلَّسَأَ نُبْ دُيزَ نُبْ نُمَّحَرْلا دُبْعَ انَثَدُحَ يُّمَّلَّسُّلا
10 Hadits Riwayat Ahmad No.3495
11 Hadits Riwayat Ahmad No. 8529
12 Hadits Riwayat Muslim No. 2819
لَبْقَ هِرْجَأَ رْيجَلْأَا اوَطِعَأَ مَلَّسَوَ هِيلَّعَ هِلَّلا ىلَّصَ هِلَّلا لَوَسَرَ لَاقَ لَاقَ رْمَّعَ
هِقَرْعَ فَّجُي نُأَ
Telah menceritakan kepada kami Al Abbas bin Al Walid Ad Dimasyqi berkata, telah menceritakan kepada kami Wahb bin Sa'id bin Athiah As Salami berkata, telah menceritakan kepada kami 'Abdurrahman bin Zaid bin Aslam dari Bapaknya dari Abdullah bin Umar ia berkata, "Rasulullah bersabda, "Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering keringatnya."13
7. Tidak berkhianat kepada relasi bisnis.
يُّبْأَ نُعَ نُاقَرْبْرْلا نُبْ دُمَّحَمُ انَثَدُحَ يُّصْيصْمَّلا نُامَّيلَّسَ نُبْ دُمَّحَمُ انَثَدُحَ
ثُلاثَ انَّأَ لَوَقِي هِلَّلا نُإِ لَاقَ هِعَفَرَ ةَرْيرْهُ يُّبْأَ نُعَ هِيبْأَ نُعَ يُّمَّيتْلا نُايحَ
امَّهَنَيبْ نُمُ تُجَرْخْ هِنَّاخْ اذَإِفَ هِبْحَاصَ امَّهُدُحَأَ نُخُي مَل امُ نُيكَّيرْشْلا
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sulaiman Al Mishshishi, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Az Zibriqan, dari Abu Hayyan At Taimi, dari ayahnya dari Abu Hurairah dan ia merafa'kannya. la berkata, sesungguhnya Allah berfirman, "Aku adalah pihak ketiga dari dua orang yang bersekutu, selama tidak ada salah seorang diantara mereka yang berkhianat kepada sahabatnya. Apabila ia telah mengkhianatinya, maka aku keluar dari keduanya."14
8. Tidak melakukan transaksi riba.
هِلَّلا ىلَّصَ هِلَّلا لَوَسَرَ نُعَل لَاقَ رْبْاجَ نُعَ رْيبْزِلا يُّبْأَ نُعَ <مَيشْهُ انَثَدُحَ
هِبْتَاكَوَ هِيدُهُاشُوَ هِلَّكَوَمُوَ ابْرْلا لَكَآ مَلَّسَوَ هِيلَّعَ
Telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Abu Az Zubair dari Jabir berkata, Rasulullah melaknat orang yang memakan riba, yang memberi makan dengan harta riba, dua saksinya dan penulisnya.15
13 Hadits Riwayat Ibn Majah No. 2434
14 Hadits Riwayat Abu Daud No 2936
15 Hadits Riwayat Ahmad 13744