• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRINSIP KEADILAN DALAM PRAKTIK BAGI ... - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PRINSIP KEADILAN DALAM PRAKTIK BAGI ... - repository iiq"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

NDAMAR (MENANGKAP IKAN DENGAN MEDIA LAMPU

DAN JARING)

DI DESA PALOH KECAMATAN PACIRAN KABUPATEN LAMONGAN

Skripsi ini Diajukan

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Oleh

:

Nasri Faridah NIM. 14110734

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH (MUAMALAH) FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT ILMU AL-QUR`AN (IIQ) JAKARTA

1439 H/2018 M

(2)

i

Skripsi dengan judul “Prinsip Keadilan Dalam Praktik Bagi Hasil Ndamar (Menangkap Ikan Dengan Media Lampu Dan Jaring) Di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” yang disusun oleh Nasri Faridah Nomor Induk Mahasiswa: 14110734 telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan ke sidang munaqasyah

Jakarta, 13 Agustus 2018 Pembimbing,

Dra. Hj. Nur Izzah, M.A

(3)

ii

Skripsi dengan judul “Prinsip Keadilan Dalam Praktik Bagi Hasil Ndamar (Menangkap Ikan Dengan Media Lampu dan Jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” yang disusun oleh Nasri Faridah dengan NIM 14110734 telah diujikan pada sidang munaqasyah Fakultas Syariah Insitutt Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta pada tanggal 16 Agustus 2018. Skripsi telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum (S.H).

Jakarta, 16 Agustus 2018 Dekan Fakultas Syariah

Insitut Ilmu Al-Qur‟an (IIQ) Jakarta

Dra. Hj. Muzayyanah, M.A Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekertaris Sidang

Dra. Hj. Muzayyanah, M.A Putri Nurhayati, S.Sy

Penguji I Penguji II

Dr. H. M. Dawud Arif Khan, SE, M.Si., Ak, CPA Dra. Hj. Muzayyanah, MA

Pembimbing

Dra. Hj. Nur Izzah, M.A

(4)
(5)

iv Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nasri Faridah

NIM : 14110734

Tempat Tanggal Lahir : Lamongan, 21 Februari 1996

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Prinsip Keadilan Dalam Praktik Bagi Hasil Ndamar (Menangkap Ikan Dengan Media Lampu dan Jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan” adalah benar- benar asli karya saya kecuali kutipan-kutipan yang sudah disebutkan.

Kesalahan dan kekurangan di dalam karya ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya.

Jakarta,13 Agustus 2018

Nasri Faridah

(6)

v

MUSUH TERBESARMU ADALAH DIRIMU SENDIRI

“dirimu yang malas, dirimu yang minderan, dirimu yang hanya mengejar dunia, dirimu yang suka cari kejelekan orang lain, dirimu yang tidak peduli.”

Mari semangat untuk jadi pribadi yang positif dan mendesain hidup penuh manfaat.

(Ridwan Kamil)

ِساَّنلِل ْمُهُعَفْػنَأ ِساَّنلا ُرْػيَخ

(7)

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi dengan judul “Prinsip Keadilan Dalam Praktik Bagi Hasil Ndamar (Menangkap Ikan Dengan Media Lampu dan Jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”. Shalawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada baginda Nabi Muhammad Saw beserta para keluarga, para sahabat dan setiap orang yang mengikuti jejak langkah dan petunjuknya.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak sedikit hambatan dan rintangan serta kesulitan yang dihadapi. Namun, berkat bantuan dan motivasi serta bimbingan yang tidak ternilai dari berbagai pihak, akhirnya penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tidak terhingga kepada:

1. Rektor Institut Ilmu Al-Qur`an (IIQ) Jakarta, Ibu. Prof. Dr. Hj.

Khuzaimah Tahido Yanggo, M.A.

2. Dekan Fakultas syariah, Ibu. Dra. Hj. Muzayyanah. yang telah sabar membimbing penulis, memberikan motivasi dan selalu mendoakan kebaikan untuk kami

3. Kepala prodi Hukum Ekonomi Syariah, Bpk. Ziyad Ul Haq, SQ., M.A., Ph.D. yang telah memberikan motivasi dan selalu mendoakan kebaikan untuk kami

4. Dosen pembimbing, Ibu. Dra. Hj. Nur Izzah, M.A. yang telah meluangkan waktunya di sela-sela kesibukan beliau, terima kasih

(8)

vii

5. Para dosen IIQ Jakarta yang telah memberikan motivasi untuk terus menghafal, belajar, dan mengalirkan ilmunya kepada penulis demi tercapainya cita-cita

6. Pengasuh Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, Bpk. KH. Ahmad Fathoni, Lc, M.A. yang telah meluangkan waktunya untuk menyampaikan keindahan ilmu Al-Qur`an, dan selalu memotivasi kami untuk selalu khidmat bersama Al-Qur`an

7. Direktris Pesantren Takhassus IIQ Jakarta, Mama Ruaedah, MA.

Dan para staf Pesantren IIQ Jakarta. yang telah membimbing, memotivasi penulis selama di Pesantren Takhassus IIQ Jakarta dan memperjuangkan penulis dan juga teman-teman pengurus demisioner untuk tetap tinggal di Pesantren Takhassus IIQ Jakarta 8. Seluruh Instruktur Tahfidz IIQ Jakarta. yang telah memberikan motivasi serta membimbing dengan penuh kesabaran kepada penulis untuk menghafal dan juga menjaga Al-Qur`an

9. Staf Fakultas Syariah IIQ Jakarta, Kak Chandra, S.Ud., Kak Zainab, S.Sy., dan Kak Putri, S.Sy. yang telah membantu dan memberikan motivasi kepada penulis dalam mengerjakan tugas skripsi

10. Bpk. Muhammad So‟im, Kepala Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, serta para pejabat desa yang telah memberi motivasi serta memberi data-data terkait dengan penyusunan skripsi ini

11. Para pemilik perahu dan juga para nelayan di desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, yang telah bersedia memberikan data-data terkait dengan penyusunan skripsi ini

(9)

viii

Terbuka (UT), atas fasilitas berupa buku-buku dan tempat yang nyaman dalam penyelesaian skripsi ini

13. Kedua orang tua penulis yang tercinta, bapak Moh. Solkhan (alm).

Dan ibu Maisarah. Terima kasih telah mendidik ku, merawat ku dengan kesabaran, Semoga aku bisa menjadi salah satu amalan yang tak pernah putus untuk mu

14. Saudara-saudara tersayang akak Karim, yunik, Akak muklis, mbak Fid, mbak Fi, kak Mahrus, cak Din, mbak Atul, dan 11 anak buah lek ifah, juga kepada semua keluarga besarku. Terima kasih telah mendidik ku, juga turut serta merawat ku, dan memberikan dukungan baik itu materil maupun non materil

15. Teman teman main, curhat, makan dan segala kehebohan kami selama di IIQ Jakarta. Haziqotul Hikmah, Noor Uzmah Hayati, Rofiatul Khoiriyah Nasution, Salma Millaty, Ade Ivy Malihah, dan semua yang tak bisa penulis sebutkan, terima kasih telah memberikan semangat untuk selalu berjuang di sini, selalu sabar menungguku berangkat kuliah dan menjadi bagian dari kisah hidupku.

16. Teman-teman angkatan IIQ 2018, terkhusus teman-teman fakultas Syariah yang telah berjuang bersama dalam menggapai cita-cita.

17. Keluarga besar, DEMA-FS 2017-2018, BKKBM 2017-2018, TPA Inti Iman Vila Inti Persada dan orda JMQ. Yang telah banyak memberikan pengalaman dan arti kehidupan yang penuh perjuangan.

18. Dan seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(10)

ix

keridhaan, semoga skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya bagi penulis.

Jakarta, 13 Agustus 2018

Nasri Faridah

(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN PENULIS ... iii

MOTTO ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

PEDOMAN TRANSLITERASI ... xiii

ABTRAKSI ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 5

F. Tinjauan Pustaka ... 6

G. Kerangka Teori ... 12

H. Metodologi Penelitian ... 13

I. Sistematika Penulisan ... 16

(12)

xi A. Keadilan

1. Pengertian keadilan ... 18

2. Dasar hukum tentang keadilan ... 20

B. Bentuk-bentuk kerja sama dalam muamalah Islam 1. Akad mudhârabah ... 23

2. Akad musyarakah ... 38

3. Akad muzara‟ah ... 52

4. Akad musâqah ... 53

BAB III PENERAPAN PRINSIP KEADILAN TERHADAP BAGI HASIL NDAMAR (MENANGKAP IKAN DENGAN MEDIA LAMPU DAN JARING) DI DESA PALOH A. Gambaran Umum Desa Paloh 1. Kondisi Umum Desa Paloh ... 60

2. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Paloh ... 61

3. Keadaan geografis ... 62

4. Keadaan Demografi ... 63

5. Kondisi Sosial Ekonomi ... 66

6. Keadaan Pendidikan ... 67

7. Pengamalan Agama ... 67

B. Praktik Bagi Hasil Ndamar (Menangkap Ikan dengan Media Lampu dan Jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan. 1. Latar belakang Praktik Bagi Hasil Ndamar di desa Paloh ... 71

2. Praktik Bagi Hasil Ndamar di desa Paloh ... 69

(13)

xii

A. Analisis praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh ... 75 B. Prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil ndamar

(menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh ... 77 BAB V PENUTUP

C. Kesimpulan ... 83 D. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA ... 85 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(14)

xiii

Tabel 1.1 ... 9

Tabel 3.1 ... 61

Tabel 3.2 ... 63

Tabel 3.3 ... 64

Tabel 3.4 ... 65

Tabel 3.5 ... 65

Tabel 3.6 ... 73

Tabel 3.7 ... 74

(15)

xiv

Gambar 3.1 ... 60 Gambar 3.2 ... 61

(16)

xv

yang satu ke abjad yang lain. Dalam penulisan skripsi di IIQ Jakarta, transliterasi Arab-Latin mengacu pada berikut ini :

1. Konsonan

أ

: a

ط

: th

ب

: b

ظ

: zh

ت

: t

ع

: ‘

ث

: ts

غ

: gh

ج

: j

ؼ

: f

ح

: h

ؽ

: q

خ

: kh

ؾ

: k

د

: d

ؿ

: l

ذ

: dz

ـ

: m

ر

: r

ف

: n

ز

: z

ك

: w

س

: s

ق

: h

ش

: zy

ء

: ‘

ص

: sh

م

: y

ض

: dh
(17)

xvi

Vokal Tunggal Vokal Tunggal Vokal Rangkap Fathah : a

أ

: â

ْم

: ai

Kasrah : i

م

:î

ْك

: au

Dhammah : u

ك

:û 3. Kata Sandang

a. Kata sandang yang diikuti alif llam (لا) qamariyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif lam (لا) qamariyah ditransliterasikan dengan bunyinya. Contoh :

َا ْل َػب

َق َر ُة :

al-Baqarah

َا ْل

َم ِد

ْػي َن ُة :

al-MadĬnah

b. Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah

Kata sandang yang diikuti oleh alif-lam (لا) syamsiyah ditransliterasikan sesuai dengan aturan yang digariskan di depan dan sesuai dengan bunyinya.

Contoh :

َا َّرل

ُل ُج

: ar-Rajul

ُة ي َد َّسل َا

: asy-Sayyidah

َا َّدل َرا ِم

ْي :

ad-Dârimĭ

ُس ْم َّشل َا

: asy-Syams

c. Syaddah (Tasydid)

Syaddah (Tasydid) dengan system aksara Arab digunakan lambang (_ ّ), sedangkan utnuk alih aksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu yaitu dengan cara menggandakan huruf yang bertanda tasydid.

Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydid yang berada di tengah

(18)

xvii Contoh :

ِهمّللاِب اَّنَمما

: Âmannâ billâhî

َّنَم ما اَهَفُّس لا

ُء ّ

: Âmannâ as-Sufahâ’u

َنْيِذَّلا َّفِإ

: Inna al-Ladzîna

لاَك ُّر

ِعَّك

: Wa ar-rukka’i d. Ta Marbutha (ة)

Ta Marbutha (ة) apa bila berdiri sendiri, waqab atau diikuti oleh kata sifat (na’at), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf “h”.

Contoh :

ِةَدِئْفَْلْا

: al-Af’idah

ُةَّيِمَلاْسِْلْا ُةَعِماَْلْ َا

: al-Jâmi’ah al-Islâmiyyah

Sedangkan Ta Marbutha (ة) yang diikuti atau disambungkan (di- washal) dengan kata benda (isim), maka dialihaksarakan menjadi huruf

“t”.

Contoh :

ُةَبِصاَن ٌةَلِماَع

:„Âmilatun Nâshibah

ُةَيَْلْا

لَرْػبُكْلا

: al-Âyat al-Kubrâ

e. Huruf Kapital

Sistem penulisan huruf Arab tidak mengenal huruf kapital, akan tetapi apabila telah dialih aksarakan maka berlaku ketentuan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Bahasa Indonesia, seperti penulisan awal kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan, nama diri, dan lain-lain.

Ketentuan yang berlaku pada EYD berlaku pula dalam alih aksara ini,

(19)

xviii

maka huruf yang ditulis capital adalah awal nama diri, bukan kata sandangnya. Contoh : Ali Hasan al-Aridh, al-Asqallani, al-Farmawi dan seterusnya. Khusus untuk penulisan kata Al-Qur‟an dan nama-nama surahnya menggunakan huruf kapital. Contoh : Al-Qur‟an, Al-Baqarah, Al-Fatihah dan seterusnya.

(20)

xix

Nasri Faridah, NIM. 14110734. Prinsip Keadilan dalam Bagi Hasil Ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan”.

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) dan penerapan prinsip keadilan terhadap bagi hasil ndamar di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitis yaitu mendiskripsikan tentang praktik bagi hasil ndamar antara pemilik perahu dan nelayan dengan mencatat apa yang ada pada penelitian, selanjutnya praktik bagi hasil ndamar antara pemilik perahu dan nelayan dianalisis dengan menggunakan teori tentang mudhârabah dan prinsip keadilan. Data penelitian ini diperoleh melalui wawancara dengan para pemilik perahu, nelayan dan kepala Desa Paloh, dokumentasi, dan observasi.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pelaksanaan praktik bagi hasil ndamar yaitu sebagian ikan dibagikan kepada para nelayan sebagai lawuhan dan sisanya dijual ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) hasilnya untuk biaya solar dan jika ada sisa maka akan dibagikan 50% untuk para nelayan dan 50% untuk pemilik perahu. Praktek bagi hasil ndamar di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan, dalam prinsip keadilan sudah terpenuhi karena diantara para pihak yakni nelayan dan pemilik modal sama- sama rela terhadap bagi hasil tersebut, praktek bagi hasil ini sudah menjadi adat di Desa ini.

Kata kunci: prinsip keadilan, bagi hasil, ndamar.

(21)

1 A. Latar Belakang Masalah

Indonesia termasuk salah satu negara bahari sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia. Luas perairannya mencapai sekitar 5,8 juta km2 atau 75% dari total luas wilayahnya. Wilayah perairan ini tersebar dalam bentuk pulau, berjumlah sekitar 17.506 pulau yang dikelilingi oleh 81.000 km garis pantai. Dengan luas perairan yang mencapai 5,8 km2 tersebut, menunjukan bahwa Indonesia memiliki kelimpahan sumber daya kelautan dan perikanan dengan sejumlah keunggulan komparatif yang sangat tinggi.1

Sumber daya kelautan dan perikanan yang sangat tinggi, memberi peluang kepada warga Indonesia untuk mengelola dan memanfaatkan kekayaan laut. Salah satu caranya dengan menangkap ikan, menangkap ikan bisa secara individu dan bisa secara berkelompok. Menangkap ikan membutuhkan alat seperti perahu, jaring dan alat-alat lainnya. Namun, tidak semua orang yang mempunyai alat untuk menangkap ikan, dengan demikian seseorang akan bekerja sama dengan orang yang mempunyai modal atau alat-alat untuk menangkap ikan.

Kebutuhan akan kerja sama antara satu pihak dengan pihak lain guna meningkatkan taraf perekonomian dan kebutuhan hidup, atau keperluan- keperluan lain, tidak bisa diabaikan. Kenyataan itulah, menunjukkan bahwa di antara sebagian manusia ada yang memiliki modal, tetapi tidak bisa menjalankan usaha-usaha produktif, atau memiliki modal besar dan bisa berusaha produktif, tetapi berkeinginan membantu orang lain yang kurang mampu dengan jalan mengalihkan sebagian modalnya kepada

1Mimit Primyastanto, Feasibility Study Usaha Perikanan (Sebagai Aplikasi Dari Teori Studi Kelayakan Usaha Perikanan), (Malang: UB Press, 2011), hal 6.

(22)

pihak yang memerlukan. Di sisi lain tidak jarang pula ditemui orang- orang yang memiliki kemampuan dan keahlian berusaha secara produktif, tetapi tidak memiliki atau kekurangan modal usaha.

Berdasarkan kenyataan itulah, sangat diperlukan adanya kerja sama pemilik modal dengan orang-orang yang tidak mempunyai atau kekurangan modal. Pada bentuk kerja sama seperti ini, pihak miskin yang kekurangan modal itu sangat terbantu, dan para pemilik modal pun tidak pula dirugikan karena pemindahan modalnya kepada pihak lain.2

Kerjasama pemilik perahu dengan para nelayan merupakan salah satu contoh kerja sama yang dilakukan di Desa Paloh. Desa yang terletak berdekatan dengan laut membuat pekerjaan sebagai nelayan adalah pekerjaan utama di Desa ini. Para pemilik perahu mencari para nelayan agar bergabung dengannya untuk menangkap ikan sesuai dengan keadaan atau cuaca pada hari itu dan sesuai dengan kontrak yang mereka sepakati.

Menangkap ikan dengan menggunakan media lampu dan jaring atau yang biasa disebut oleh masyarakat Paloh dengan sebutan minyang ndamar, merupakan salah satu cara nelayan untuk menangkap ikan, para nelayan berangkat dari daratan pada jam 2 siang kemudian sampai di tengah lautan atau ± 20 km dari daratan sekitar jam 6 sore. Nelayan sampai di tengah lautan kemudian mulai bekerja dengan menyalakan sekitar 5 lampu guna untuk menarik ikan agar berada disekitar kapal yang sudah bersandar. Setelah ikan sudah berkumpul di sekitar kapal, lampu kapal perlahan-lahan dimatikan, ketika lampu sudah tersisa satu, salah satu nelayan kemudian menurunkan bangkrak (lampu yang diturunkan di dasar laut), dan lampu yang tersisa dimatikan. Bangkrak

2 Helmi Karim, Fiqh Muamalah, (Jakarta:PT RajaGrafindo Persada, 1997), Cet. 2, h. 12.

(23)

kemudian di kelilingi dengan jaring, setelah menunggu maksimal 2 jam jaring kemudian ditarik.

Hasil tangkapan ikan yang didapatkan dibagi 2 bagian, 25% hasil tangkapan dibagikan kepada nelayan untuk dibawah pulang, dan 75%

dijual kepada tengkulak ikan. Hasil dari penjualan ikan tersebut di bagikan kepada nelayan setelah dikurangi beban biaya solar dan lain-lain.

Jika dalam satu kali melaut tidak mendapatkan hasil atau bahkan juragan harus membayarkan (ngebon) biaya solar terlebih dahulu, maka akan dibayarkan pada waktu hasil melaut (menangkap ikan) selanjutnya atau pada waktu musim ikan.3

Dalam ekonomi Islam yang berasaskan keadilan mengajarkan untuk tidak membolehkan salah satu pihak bekerja sama dengan tujuan menimbulkan kerugian pada orang lain. Oleh karena itu, menanggung resiko kerugian pada usaha bersama secara adil dan bijak mesti dilakukan agar tidak ada salah satu pihak yang merasa terdzhalimi. Prinsip ini mengajak umat Islam untuk berbisnis secara senasib dan sependeritaan sehingga baik keuntungan maupun kerugian harus ditanggung sama rata.

Inilah suatu ajaran bisnis yang mengajarkan kebersamaan, adil, transparan.

Berdasarkan pemaparan ini penulis ingin mengkaji dan mengetahui secara mendalam mengenai praktik bagi hasil yang dilakukan nelayan di Desa Paloh dan juga prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil yang dilakukan oleh pemilik perahu dan nelayan.

Oleh karena itu, penelitian ini penulis rangkum dalam sebuah karya tulis yang berjudul: Prinsip Keadilan dalam Praktik Bagi Hasil

3 Subhan, wawancara dengan juragan, Lamongan 26 Juni 2018

(24)

Ndamar (Menangkap Ikan dengan Menggunakan Media Lampu dan Jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, faktor- faktor yang menyebabkan munculnya masalah adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik bagi hasil ikan tangkapan nelayan di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan ?

2. Bagaimana kondisi nelayan di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

3. Bagaimana kondisi perekonomian orang-orang yang melaksanakan bagi hasil tersebut?

4. Bagaimana akad perjanjian bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

5. Bagaimana prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu dan tenaga yang dimiliki peneliti, serta agar lebih terfokus dalam pembahasannya, maka peneliti perlu membatasi permasalahannya. Masalah yang akan diteliti adalah Prinsip Keadilan dalam Praktik Bagi Hasil Ndamar (menangkap ikan dengan

(25)

menggunakan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

D. Perumusan Masalah

Untuk lebih fokus dalam pembahasan secara rinci terhadap permasalahan yang akan dikaji dalam studi ini, maka penulis merumuskan pokok permasalahan, sebagai berikut:

1. Bagaimana praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

2. Bagaimana prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan?

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan dan manfaat penelitian adalah sesuatu hal yang ingin dicapai oleh penelitian yang nantinya diuraikan dalam pembahasan hasil atau temuan peneliti.

1. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah penelitian ini, maka penulis bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

(26)

b. Untuk mengetahui prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

2. Manfaat

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan berguna dalam aspek-aspek, sebagai berikut:

a. Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah keilmuan serta memperluas terkait prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan kepada pembaca khususnya penulis.

b. Praktis

Secara praktis, penelitian diharapkan dapat menjadi referensi bagi suatu lembaga terkait guna meningkatkan kualitas dan menentukan strategi sehingga diperoleh kinerja yang lebih baik dimasa yang akan datang.

F. Tinjauan Pustaka

1. Penelitian yang dilakukan oleh Syarifah Sarah (2014) tentang bagi hasil nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, dengan melakukan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa sistem kerjasama antara toke dan nelayan di Desa Senohong Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis dilakukan secara tidak tertulis, batas waktu melaut juga tidak di tentukan pada saat akad dilaksanakan. Tinjauan ekonomi Islam terhadap sistem kerjasama dan bagi hasil yang dilakukan di

(27)

Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis dalam menjalankan usaha tersebut dibolehkan dalam ekonomi Islam hanya saja pada prakteknya yang perlu diperhatikan yaitu ketentuan-ketentuan dalam kerja sama yang hanya berlandaskan secara lisan tidak secara tertulis sehingga kerjasama ini lemah dari segi hukum. Di Desa Senohong bagi hasil dilakukan atas dasar kebiasaan yang telah disetujui dan dijalankan masyarakat Desa Senohong, menurut tinjauan hukum Islam bagi hasil yang dijalankan para toke dan nelayan sesuai dengan hukum Islam.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Azriadian El Haq (2016) tentang bagi hasil nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif, dalam artian peneliti akan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai penerapan bagi hasil tangkapan ikan nelayan di Desa Kedungrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi

Dari hasil penelitian ini dijelaskan bahwa dari segi akad praktik bagi hasil penangkapan ikan antara nelayan dengan pemilik perahu menggunakan cara lisan, dikarenakan kedua belah pihak sudah saling percaya. Jika ditinjau dalam hukum Islam maka akad nya sudah memenuhi rukun yaitu shigat berupa ijab dan qabul secara lisan yang sudah membudaya di masyarakat tersebut. Sedangkan bagi hasil yang dilakukan di Desa Kedungrejo ada bermacam- macam menurut perahu yang digunakan. untuk perahu awitan bagi hasilnya dibagi 5. 2 bagian untuk pemilik perahu, 2 bagian untuk nelayan dan 1 bagian untuk bagian perawat perahu, selain mendapat bagian itu nelayan juga mendapatkan lawuhan. Sedangkan untuk perahu gardan dibagi setengah-setengah, pemilik perahu mendapat 50%, nelayan mendapat 50% dan juga mendapatkan lawuhan. Untuk

(28)

perahu slerek metode bagi hasilnya ada yang dibagikan harian atau bulanan, bagi hasil bulanan yakni dengan bon-bon an menurut para ulama yang seperti ini dianggap fasid akan tetapi akad mudhârabah tetap sah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Safrida (2017) tentang hukum pelaksanaan mudhârabah dengan modal berbentuk barang menurut Wahbah az-Zuhaili. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan pendekatan field research (penelitian lapangan).

Dalam skripsi ini menjelaskan bahwa Hukum pelaksanaan mudhârabah dengan modal berbentuk barang menurut Wahbah Az- Zuhaili tidak sah atau batal, karena tidak memenuhi salah satu syarat-syarat sah dalam akad mudhârabah. Mudhârabah tersebut menjadi ijarah. Pelaksanaan mudhârabah dengan modal berbentuk barang yang terjadi di Desa Simandulang Kecamatan Kualuh Leidong apabila terjadi kerugian atau tidak memperoleh keuntungan dalam pelaksanaan mudhârabah dengan modal berbentuk barang tersebut, maka pemilik modal harus memberikan upah yang umum kepada mudharib (pengelola) atas usaha pekerjaannya.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Arifandi (2017) tentang bagi hasil majeng (menangkap ikan dengan menggunakan jaring).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan field research (penelitian lapangan).

Dalam penelitian ini menjelaskan bahwa praktek bagi hasil majeng di Desa Deket Agung 50% nelayan dan 50% pemilik perahu.

Pemilik parahu memberikan modal berupa perahu sedangkan nelayan memberikan alat berlayar serta jasa berlayar. Menurut

(29)

tinjauan hukum Islam praktik bagi hasil yang dilakukan di Desa Dekat Agung diperbolehkan oleh Islam. Hal ini dikarenakan adanya kesepakatan di awal antara pemilik perahu dengan nelayan terkait dengan pembagian hasil nelayan tersebut, selain itu, kebiasaan mayarakat yang seperti ini termasuk kebiasaan yang baik yang tidak merusak kemaslahatan bersama.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Pupon Srisusilawati dan Nanik Eprianti (2017) tentang prinsip keadilan dalam akad mudhârabah.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif dengan sifat penelitian deskriptif analisis.

Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa Aristoteles menyebutkan bahwasanya keadilan itu ada dua macam, yakni keadilan distributif dan keadilan kumulatif. Mudhârabah merupakan akad kerja sama antara pemilik modal dan pengelola. Dalam melakukan sebuah kerja sama tentu ada pembagian bagi hasil dari usaha yang dilakukan, dalam hal ini nisbah yang di dapat oleh lembaga keuangan yang diterapkan dalam akad mudhârabah sesuai dengan prinsip keadilan distributif.

Tabel 1.1

perbedaan dan persamaan

No Nama dan judul skripsi Persamaan Perbedaan

1

Syarifah Sarah, judul skripsi sistem bagi hasil terhadap penghasilan nelayan menurut prespektif ekonomi Islam (studi kasus pada nelayan ikan Senohong Kecamatan Rupat

persamaan dengan penulis adalah meneliti tentang bagi hasil nelayan.

Dan sama-sama

penulis terdahulu membahas praktik bagi hasil menurut prespektif

(30)

Kabupaten Bengkalis. Jurusan Ekonomi Islam Fakultas

Syariah dan Hukum

Universitas Islam Negeri Riau.

menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan penedekatan penelitian lapangan

ekonomi Islam sedangkan penulis akan membahas tentang prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil nelayan.

2

Azriadian El Haq dengan judul tinjauan hukum islam terhadap praktik bagi hasil tangkapan ikan nelayan di Desa Kedungrejo Kecamatan

Muncar Kabupaten

Banyuwangi. Program Studi Hukum Ekonomi Syariah.

Fakultas Agama Islam.

Universitas Muhammadiyah Surakarta

persamaan dengan peneliti adalah bagi hasil tangkapan ikan nelayan. Dan sama

menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan

penulis akan membahas tentang prinsip keadilan dalam praktik bagi hasil yang dilakukan oleh nelayan dan juragan.

3

Safrida judul skripsi Hukum Pelaksanaan Mudhârabah Dengan Modal Berbentuk Barang Menurut Wahbah Az- Zuhaili (Studi Kasus di Desa Simandulang Kecamatan Kualuh Leidong Kabupaten

persamaan dengan penulis adalah meneliti tentang kerja sama antara juragan dan nelayan. Dan

penulis akan membahas tentang prinsip keadilan

terhadap

praktik bagi hasil pemilik

(31)

Labuhanbatu Utara). Fakultas Syariah Dan Hukum.

Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan.

sama

menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan

perahu dengan nelayan.

4

Mohammad Arifandi judul skripsi Tinjauan Hukum Islam Terhadap Bagi Hasil Majeng

(Menangkap Ikan

Menggunakan Jaring) Di Desa Dekat Agung Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik. Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah. Fakultas Syari’ah Dan Hukum.

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Persamaan dengan penulis adalah meneliti tentang bagi hasil nelayan.

dan sama

menggunakan metode

kualitatif dengan pendekatan penelitian lapangan

penulis akan membahas prinsip

keadilan dalam praktik bagi hasilnya.

5

Pupon Srisusilawati dan Nanik Eprianti, judul jurnal penerapan prinsip keadilan dalam akad mudharabah di lembaga keuangan syariah.

Fakultas Syariah Universitas Islam Bandung

Persamaan dengan peneliti, sama-sama meneliti prinsip keadilan dalam bagi hasil atau nisbah.

Perbedaan dengan peneliti, peneliti menggunakan metode kualitatif dengan

(32)

pendekatan penelitian lapangan, dan obyek peneliti adalah

masyarakat Desa.

G. KERANGKA TEORI

Sebagai gambaran didalam memahami suatu pembahasan maka diperlukan kerangka teori agar mudah dipahami secara jelas. Kerangka teori atau konsep dari penelitian ini adalah sekilas tentang prinsip keadilan terhadap praktik bagi hasil.

Keadilan telah dipandang oleh para fuqaha sebagai isi pokok maqâshid al-syari’ah, sehingga mustahil melihat sebuah masyarakat muslim, yang tidak menegakkan keadilan didalamnya. Islam secara tegas dalam menegakkan keadilan untuk menghapuskan semua bentuk kezhaliman dari masyarakat, yang merupakan istilah komprehensif Islam untuk mengacu semua bentuk ketidakadilan, ketidakmerataan, eksploitasi, penindasan, dan kekeliruan, sehingga seseorang menjauhkan hak orang lain atau tidak memenuhi kewajiban terhadap mereka.4

Bagi hasil dalam Islam bisa di peroleh dengan cara kerja sama. Kerja sama dalam Islam bisa dilakukan dengan akad mudhârabah, akad musyârakah, akad muzâra’ah dan akad musâqah.

4 M. Umar Chapra, Islam dan Tantangan ekonomi, terj. Islam and The Economic Challenge oleh Ikhwan Abidin Basri, (Jakarta: Gema Insani Press, 2000), Cet. 1, h. 211

(33)

1. Akad mudhârabah adalah akad kerja sama antara pemilik modal dan pengelola. Dalam artian pengelola atau pekerja bukan orang upahan tetapi dia adalah mitra kerja karena yang diterimanya itu bukan jumlah tertentu dan pasti sebagaimana yang berlaku dalam upah-mengupah tetapi bagi hasil yang didapat adalah hasil usaha.5

2. Akad musyârakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing memberikan kontribusi dana atau pekerjaan dengan kesepakatan, bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama, sesuai dengan kesepakatan.6

3. Akad muzâra’ah adalah kerja sama pengelolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap, dimana diaman pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada si penggarap untuk di tanami dan dipelihara dengan imbalan tertentu dari hasil panen.

dan akad musâqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzâra’ah di mana si penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan, sebagai imbalan penggarap berhak atas bagi hasil tertentu dari hasil panen.7

H. Metode Penelitian 1. Jenis dan Pendekatan

5 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2003), Cet. 1, h.

245

6 Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangang Syariah Kontemporer (Mu’amalat, Maliyyah, Muashirah), (Jakarta: Gramata Publishing, 2012), h. 120.

7 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), Cet. 1, h. 240-243.

(34)

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi8

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Penelitian deskriptif memusatkan perhatian pada masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian berlansung. Melalui penelitian deskriptif, peneliti berusaha mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut.9

2. Sumber Data

Untuk menyelesaikan penelitian ini penulis menggunakan sumber data antara lain:

a. Data Primer

Data primer merupakan jenis data yang diperoleh dan digali dari sumber utamanya (sumber asli). Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan, pemilik perahu dan kepala Desa Paloh.

b. Data Sekunder

8 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2016), Cet. 12, h. 1.

9 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Data Karya Ilmiah, (Jakarta: Kencana, 2011), Cet. ke 1, h. 34-35.

(35)

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh pihak lain. Data sekunder dalam penelitian ini adalah skripsi-skripsi dan juga buku-buku yang berkaitan dengan penelitian.

c. Data tersier

Data tersier merupakan data penunjang yang diperoleh dari artikel-artikel majalah, internet, koran dan tulisan-tulisan lainnya yang berkaitan dengan penelitian.

3. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini untuk mendapatkan fakta kebenaran yang terjadi pada subjek ata objek penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa metode, diantaranya:

a. Metode Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

(36)

diwawancarai, dengan atau tidak menggunakan pedoman wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.10

b. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah cara mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan atau benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumentasi, brosur, dan tulisan- tulisan yang menempel di dinding. Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data meliputi letak geografis Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

c. Metode Observasi

Observasi sebagai metode ilmiah bisa diartikan sebagai pengamatan yang sistematis baik secara langsung maupun tidak langsung mengenai fenomena-fenomena yang terkait dengan penelitian.

I. Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusunlah sistematika penulisan yang berisi informasi mengenai materi dan hal-hal yang dibahas dalam tiap-tiap bab. Penelitian ini dibagi menjadi 5 bagian dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

10 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi, dan Data Karya Ilmiah, 138.

(37)

BAB I . Pendahuluan Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II. Landasan Teori Bab kedua ini menguraikan tentang penjelasan teori-teori umum tentang pengertian keadilan, dasar hukum keadilan. Bentuk-bentuk kerja sama dalam muamalah Islam meliputi Pengertian musyarakah, dasar hukum musyarakah, rukun dan syarat musyarakah, macam-macam musyarakah, pembagian keuntungan dalam musyarakah, berakhirnya perjanjian musyarakah. Pengertian mudhârabah, dasar hukum mudhârabah, rukun dan syarat mudhârabah, macam-macam mudhârabah, pembagian keuntungan dalam mudhârabah, berakhirnya perjanjian mudhârabah. Pengertian muzâra’ah, dasar hukum muzâra’ah, rukun dan syarat muzâra’ah, Pengertian musâqâh, dasar hukum musâqâh, rukun dan syarat musâqâh.

BAB III. Prinsip Keadilan Dalam Praktik Bagi Hasil Ndamar (Menangkap Ikan Dengan Media Lampu Dan Jaring) Di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Bab ketiga ini di bagi menjadi dua pembahasan. Pertama, menguraikan tentang gambaran umum Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamogan yang meliputi kondisi umum Desa Paloh, Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Paloh, keadaan geografis, Keadaan Demografi, Kondisi Sosial Ekonomi, Keadaan Pendidikan, Pengamalan Agama dan pembahasan kedua adalah praktik bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.

BAB IV. ANALISIS DAN PENELITIAN bab ini menguraikan secara mendalam tentang hasil penelitian yang berisi tentang prinsip

(38)

keadilan pada bagi hasil ndamar (menangkap ikan dengan media lampu dan jaring) di Desa Paloh Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan

BAB V. PENUTUP bab ini merupakan bagian terakhir dari skripsi yang berisi tentang kesimpulan dari data yang penulis uraikan pada bab- bab sebelumnya kemudian disertakan pula mengenai saran-saran.

(39)

18 A. KEADILAN

1. Pengertian Keadilan

Adil berasal dari bahasa Arab )

ٌةَلاَدَعَو ٌلْوُدُع .ج( ٌلِداَع

, sedangkan kata keadilan bisa berarti

ُناَزْ يِمْلَا ,ُفاَصْنِْلَْا ,ُطْسِقْلَا ,ُلْدَعْلَا

.1 Dalam kamus bahasa Indonesia, adil berarti sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak.

Sedangkan kata keadilan merupakan kata sifat yang artinya perbuatan atau perlakuan yang adil.2

Kata adil merupakan bentuk mashdar dari kata kerja

- ُلِدْعَ ي - َلَدَع ًلْدَع

ًلْوُدُعَو -

ًةَلاَدَعَو - .

Kata kerja ini terdiri dari huruf

ينع

(„ain),

لاد

(dâl),

dan

مل

(lâm), yang makna pokoknya adalah al-Istiwâ` artinya keadaan lurus dan al-„Iwijâj yang artinya keadaan menyimpang. Jadi rangkaian huruf-huruf tersebut mengandung makna yang bertolak belakang, yakni lurus atau sama dan bengkok atau berbeda.

Dari makna pertama, kata „adl berarti menetapkan hukum dengan benar. Jadi seorang yang adil adalah berjalan lurus dan sikapnya selalu menggunakan ukuran yang sama, bukan ukura ganda. Persamaan itulah yang merupakan makna asal kata „adl, yang menjadikan pelakunya

“tidak berpihak” kepada salah seorang yang berselisih, dan pada dasarnya seorang yang „adl “berpihak kepada yang benar” karena baik yang benar maupun salah sama-sama harus memperoleh haknya.

1 Achmad Warson Munawwir dan Muhammad Fairuz, Al-Munawwir Kamus Indonesia-Arab, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2007), Cet. 1, h. 8

2 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: Gramedia Pustaka Umum, 2008), Cet. 1, edisi IV, h. 10

(40)

Dengan demikian, ia melakukan sesuatu yang patut dan tidak sewenang-wenangnya.3

Prinsip keadilan dalam bermuamalah adalah terpenuhinya nilai- nilai justice (keadilan) antara para pihak yang melakukan akad muamalah. Keadilan dalam hal ini dapat dipahami sebagai upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara para pihak yang melakukan akad muamalah, misalnya keadilan dalam pembagian keuntungan atau bagi hasil antara pemilik modal dan pengelola.4

Diantara prinsip adil yang diberlakukan dalam bisnis adalah kewajiban para pelaku akad untuk menunaikan hak dan kewajibannya, seperti menginvestasikannya dengan cara-cara yang baik dan profesional, menyalurkannya dengan cara halal dan menunaikan kewajiban, memberi keuntungan sesuai dengan kesepakatan.

Pendapat-pendapat tentang keadilan dalam Islam:

a. Menurut pendapat Ibnu „Asyur menjelaskan bahwa adil dalam bisnis itu adalah bagaimana berbisnis dan mendapatkan harta itu dilakukan dengan cara yang tidak mendholimi orang lain, baik dengan cara komersil atau nonkomersil.

b. Menurut Dr. Bayu Krisnamurthi salah satu contoh nilai Islam yang memiliki dimensi universal dan harus diintegrasikan ke dalam aktivitas ekonomi adalah keadilan.

c. Menurut pendapat Matthew Rabin dalam risetnya berjudul

Incorporating Fairness inti Game Theory and Economics

3 Ensiklopedia al-Qur`an: Kajian Kosakata (Jakarta: Lentera Hati, 2007), Cet. 1, h.

5-6

4 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah Fiqh Muamalah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2012), Cet. 1, h. 11

(41)

menyebutkan bahwa dalam setiap transaksi ada dua kesepakatan yang harus terpenuhi, yaitu kesepakatan pasar (market equilibria) dan kesepakatan rasa keadilan (fairness equilibria).5

2. Dasar Hukum Tentang Keadilan

Dalil-dalil tentang keadilan yang bersumber Al-Qur`an, hadis dan kaidah fiqhiyah.

a. Al-Qur`an

1) Surah Al-Hadid: 25























....

“Sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan....”(QS. Al- Hadid [57]: 25)

2) Surah An-Nahl: 90











....

“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) Berlaku adil....”

(QS. An-Nahl [16]: 90)

3) Surah An-Nisa`: 58

5 Oni Sahroni dan Adiwarman A. Karim, Maqashid Bisnis dan Keuangan Islam:Sintesis Fikih dan Ekonomi, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet. 2, h. 68-69

(42)































....

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil....”(QS. An-Nisa` [4]:58) Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwasanya setiap manusia harus berbuat adil kepada yang lainnya, untuk menegakkan aturan hukum-hukum Allah.

b. Hadis

1) Hadis riwayat Bukhari dan Muslim

ِللها َلوُسَر ِوِب ىَتَأ ُهاَبَأ َّنِإ :َلاَق ُوَّنَأ ،ٍيرِشَب ِنْب ِناَمْعُّ نلا ِنَع ،َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص َناَك اًم َلَُغ اَذَى ِنِْبا ُتْلََنَ ينِِّإ :َلاَقَ ف

:َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلوُسَر َلاَقَ ف ، ِلِ

َكِدَلَو َّلُكَأ «

؟اَذَى َلْثِم ُوَتْلََنَ

ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ُلوُسَر َلاَقَ ف ، َل :َلاَقَ ف »

:َمَّلَسَو ُوْع ِجْراَف «

» يراخبلا هاور(

سم مل

ٙ

(

“sesungguhnya aku memberikan sesuatu kepada anakku ini. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda:

Apakah seluruh anakmu engkau beri seperti dia

?”Nu‟man menjawab: tidak. Kemudian Rasulullah Saw. bersabda lagi: pulanglah engkau”. (HR. Bukhari Muslim)

Hadis ini menjelaskan bahwasanya berbuat adil kepada setiap orang, termasuk berbuat adil kepada anak-anaknya.

c. Kaidah Fiqhiyah

6 Muslim bin al-Hujjaj Abu Husain al-Qusyairi al-Naisaburi, al-Musnad al-Shahih al-Mukhtashar, Bab Karahati Tafdhili Ba‟dhi al-Aulâdi fi al-Hibah, Juz 5,(Beirut: Dâr Ihyâ`, t.t), h. 1241

(43)

ِْينَ فْرَّطلا ِةَحَلْصَم ُتاَعاَرُمَو ِتَلََماَعُمْلا يلُك ِفِ ُلْدَعْلا َوُى ُلْصَْلَْا اَمُهْ نَع ُرَرَّضلا ُعْفَرَو

“Hukum asal dalam setiap muamalah adalah keadilan, memelihara kemaslahatan, dan menghilangkan kemudharatan kedua belah pihak.”.7

Kaidah ini berhubungan dengan prinsip keadilan dan kemaslahatan bagi kedua belah pihak. Prinsip ini merupakan prinsip yang utama dalam rangka pelaksanaan syariat Islam umumnya dan sesuai dengan tujuan-tujuannya yang biasa disebut dengan maqashid al-Syari‟ah

Islam tidak menghendaki adanya jarak ekonomi, karena apabila ada perbedaan atau disparitas ekonomi ini akan menyebabkan suatu keadaan yang ekstrem dimana orang yang tidak kaya menjadi hamba dan budak bagi sedikit orang yang mempunyai harta. Dengan kata lain, kita dapat mengatakan bahwa Islam tidak percaya adanya distribusi sumber-sumber ekonomi maupun kekayaan yang sama di antara manusia, melainkan percaya akan adanya distribusi yang merata, jujur dan adil. Islam menjembatani celah antara kaum kaya dan kaum miskin dengan mengadakan aturan- aturan yang efektif untuk merekayasa distribusi kekayaan bagi si miskin.8

B. Bentuk-bentuk Kerja Sama Dalam Muamalah Islam

7 Enang Hidayat, Fiqh Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), Cet. 1, h. 71

8 Muhammad Sharif Chaudhary, Fundamental of Islamic Economic Sysytem, terj.

Sistem Ekonomi Islam oleh Suherman Rosyidi (Jakarta: Kencana, 2012), Cet. 1, h. 293

(44)

Kerja sama adalah sesuatu bentuk tolong menolong yang dianjurkan dalam agama selama kerja sama tersebut tidak dalam bentuk dosa dan permusuhan, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur`an surat al-Maidah:2

 ...

















“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran....”( QS. Al-Maidah [5]: 2)

Kerja sama berlaku dalam bidang perdagangan, industri, pertanian, dan peternakan. Kerjasama dalam bidang perdagangan dan industri dapat terjadi antara para pemilik modal dengan pengelola, dimana satu pihak memberikan modal sedangkan pihak lainnya menyediakan tenaga, kerjasama ini disebut dengan mudhârabah, atau kerjasama antara sesama pemiik modal yang disebut musyârakah. Sedangkan kerja sama dalam pertanian dapat belaku antara pemilik lahan dengan petani yang biasa disebut muzâra‟ah, atau antara pemilik tanaman dengan pekerja perawat tanaman tersebut disebut dengan musâqah.9

1. Mudhârabah

a. Pengertian Mudhârabah

Kata mudhârabah berasal dari kata

ر ًاب َض ْ - ُب ِر ْض َي - َب َض َر

yang

berarti bergerak, menjalankan, memukul, dan lain-lain. (lafazh ini merupakan lafazh musytarak yang mempunyai banyak arti),

9 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Jakarta: Kencana,2003), Cet. 1, h. 239

(45)

kemudian mendapat ziyadah (tambahan) sehingga menjadi

َرا َض َب

ُي - َض ُب ِرا ُم - ِرا َب َض

ُة

yang berarti saling bergerak, saling pergi, saling menjalankan atau saling memukul.10

Mudhârabah dalam bahasa Arab berasal dari kata:

َب َرا َض

yang sinonimnya:

َرََّتَّ

ا, seperti kalimat:

ِوِلاَم ِفِ ِن َلَُفِل َبَراَض

yang

artinya:

ِوْيِف ُوَل َرََّتَِّا

yakni: ia memberikan modal untuk berdagang kepada si Fulan. Istilah mudhârabah dengan pengertian bepergian untuk berdagang digunakan digunakan oleh ahli (penduduk) Irak. Sedangkan penduduk Hijaz menggunakan istilah qiradh yang artinya

ُع ْط َا ْل َق

yakni memotong. Dinamakan demikian, karena pemilik modal memotong sebagian dari hartanya untuk di perdagangkan oleh „âmil (pekerja) dan memotong sebagian dari keuntungannya.11

Menurut istilah, mudhârabah atau qiradh dikemukakan para ulama sebagai berikut:

1) Menurut Hanafiyah

َدَحَأ ْنِم ٍلاَِبِ ِحْبيرلا ِفِ ِةَكْريشلا ىَلَع ٌدْقُع َنِم ٍلَمَعَو ِْينَ بِناَْلْا

ِرَخَلْا

Akad syirkah dalam laba, satu pihak pemilik harta dan pihak lain pemilik jasa

10 Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, (Bogor: Ghia Indonesia, 2011), Cet ke-1, h. 187

11 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat, (Jakarta: Amzah, 2013), Cet ke-2 h. 365- 366

(46)

2) Menurut Malikiyah

ِهِْيرَغِل ِلاَمْلا يبَر ْنِم َرَداَص ٍلْيِكْوَ ت ُدْقُع ِنْيَدْقَّ نلا ِصْوُصُِبِ

)ِةَّضِفْلاَو ِبَىَّذلا(

Akad perwakilan, di mana pemilik harta mengeluarkan hartanya kepada yang lain untuk diperdagangkan dengan pembayaran yang ditentukan (emas dan perak)12

3) Menurut Hanabilah

ُبِحاَص َعَفْدَي ْنَا ُةَراَبِع ْنَم َلَِإ ِوِلاَم ْنِم اَني يَعُم اًرْدَق ِلاَمْلا

ِوِْبِْر ْنِم ٍمْوُلَم ٍعاَشُم ٍءْزُِبِ ِوْيِف ُرِجَّتَ ي

Ibarat pemilik harta menyerahkan hartanya dengan ukuran tertentu kepada orang yang berdagang dengan bagian dari keuntungan yang diketahui13

4) Menurut penduduk Hijaz, seperti yang dikemukakan oleh Muhammad bin Ismail:

ِقْلَا َكِب ُضْر ْس ِر

ْلا َق َنِم ٍبْصَنِب ُلِماَعلا ُةَلَماَعُم َوُىَو ِفا ِحْييرلا

ِْلا ِلْىَأ ِةَغُل ِفِ

ِفِ ِبْرَّضلا َنِم ٌةَذْوُخْأَم ًةَبَراَضُم ىَّمَسُتَو ِزاَج

لا َناَك اَمَك ِضْرَلْا َنِم ْوَأ ِرَفَّسلاِب ِبِلاَغْلا ِفِ ُلُصَْيَ ِحْيير

ِفُّرَصَّتلا َوُىَو ِلاَمْلا ِفِ ِبْرَّضلا

Qiradh dengan kasrah qaf adalah kerja sama pemilik modal dengan pembagian laba, dalam istilah ahli hijaz disebut mudhârabah diambil dari kata

ِض ْر َْلْا ِفِ ُب ْر َّضل َا

(berjalan dimuka bumi) karena menurut kebiasaan laba itu diperoleh dengan berjalan-jalan atau mendistribusikan harta.14

12 Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), Cet. 5, h. 136

13 Hendi Suhendi, fiqh Muamalah, h. 137

14 Sohari Sahrani dan Ru‟fah Abdullah, Fikih Muamalah, h. 187

(47)

5) Menurut pendapat Wahbah Zuhaili

Mudhârabah atau qiradh menurut syara‟ adalah penanaman sejumlah modal oleh pemilik kekayaan kepada seseorang (pengusaha) untuk kepentingan bisnis di bidang perdagangan, dan laba yang diperoleh menjadi milik bersama.15

Dalam peraturan Bank Indonesia mudhârabah adalah penanaman dana dari pemilik modal (shâhibul mâl) kepada pengelola dana (mudhârib) untuk melakukan kegiatan usaha tertentu, dengan pembagian menggunakan metode bagi untung dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue sharing) antara kedua belah pihak berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.16

Sedangkan dalam peraturan Otoritas jasa Keuangan (OJK) Mudhârabah (qiradh) adalah perjanjian (akad) kerjasama antara pihak pemilik modal (shâhib al-Mâl) dan pihak pengelola usaha (mudhârib) dengan cara pemilik modal (shâhib al-Mâl) menyerahkan modal dan pengelola (mudhârib) mengelola modal tersebut dalam suatu usaha.17

Secara terminologis mudhârabah adalah kontrak (perjanjian) antara shahib al-mâl (pemilik dana) dan mudhârib (pengelola dana) untuk digunakan untuk aktivitas yang produktif dimana keuntungan dibagi dua antara pemilik modal dan pengelola. Jika ada kerugian disebabkan bukan karena kelalaian pengelola maka kerugian di

15 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi‟i, terj. Al-Fiqhu asy-Syafi‟i al-Muyassar oleh Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz, (Jakarta: Almahira, 2010), Cet. 1, h. 189

16 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 7/46/PBI/2005 tentang Akad Penghimpunan dan Penyaluran Dana Bagi Bank yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah, Pasal 1 ayat (5)

17 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor: 53/POJK.04/2015 tentang Akad yang digunakan dalam Penerbitan Efek Syariah di Pasar Modal, Pasal 1 ayat (4)

(48)

tanggung pemilik dana, tetapi jika kerugian disebabkan karena pengelola maka kerugian itu di tanggung oleh pengelola.

b. Dasar Hukum Mudhârabah

Para Ulama madzhab sepakat bahwa mudhârabah hukumnya dibolehkan berdasarkan Al-Qur`an, sunnah, ijma‟, qiyas dan kaidah fiqhiyah.

1) Al-Qur`an

a) Surah al-Muzzammil (73) ayat (20)

...















....

“...Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah...” (QS. al-Muzzammil [73]:20)

b) Surah al-Jumu‟ah (62) ayat 10

































“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebarkanlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”(QS. al-Jumu‟ah [62]:10)

c) Surah al-Baqarah (2) ayat 198

















....

(49)

“Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rejeki hasil perniagaan )dari Tuhanmu....”(QS. al-Baqarah [2]:198)

2) Hadis

a) Hadis Riwayat Ibnu Majah

ىَّلَص ِوَّللا ُلوُسَر َلاَق :َلاَق ،ِويِبَأ ْنَع ، ٍبْيَهُص ِنْب ِحِلاَص ْنَع :َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ، ٍلَجَأ َلَِإ ُعْيَ بْلا ،ُةَكَرَ بْلا َّنِهيِف ٌث َلََث «

يرُ بْلا ُط َلَْخَأَو ،ُةَضَراَقُمْلاَو ِعْيَ بْلِل َل ِتْيَ بْلِل ،ِيرِعَّشلاِب

ٔٛ

»

Dari Shuhaib, Rasulullah Saw bersabda: “tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan : jual beli secara tangguh, muqâradha (mudhârabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah)

b) Hadis Riwayat al-Baihaqi

َعَفَد اَذِإ ِبِلَّطُمْلا ِدْبَع ُنْب ُساَّبَعْلا َناَك " :َلاَق ٍساَّبَع ِنْبا ِنَع ِوِبِحاَص ىَلَع َطَرَ تْشا ًةَبَراَضُم ًلاَم َلَو ،اًرَْبْ ِوِب َكُلْسَي َل ْنَأ

َوُهَ ف َلَعَ ف ْنِإَف ،ٍةَبْطَر ٍدِبَك َتاَذ ِوِب َيَِتَْشَي َلَو ،اًيِداَو ِوِب َلِزْنَ ي ،َمَّلَسَو ِوْيَلَع ُللها ىَّلَص ِللها ِلوُسَر َلَِإ ُوَطْرَش َعَفَرَ ف ،ٌنِماَض

" ُهَزاَجَأَف يقاهيبلا هاور(

ٜٔ

(

Dari Ibnu Abbas RA bahwa Al-Abbas bin Abdil Mutthalib RA bila menyerahkan harta secara mudharabah mensyaratkan kepada rekannya untuk tidak membawa harta itu melewati laut, atau menuruni lembah dan tidak membelanjakan hewan yang punya hati kering.

18 Ibn Majah Abu „Abdillah Muhammad bin yazid al-Qazawaini, Sunan Ibn Majah, Juz. 2, (t.tp: Dar Ihya al-Kitab al-„Arabiyyah, t.th), Bab al-Musyarakah wa al-Mudharabah, hadis no. 2289, h. 768

19Ahmad bin al-Husain bin „Alî bin Mûsâ al-Khusraujirdî al-Khurâsânî, As-Sunân al-Kubrâ, Juz. 6, (Beirut: Dâr al-Kutub al-„Ilmiyyah, 2003), Kitâb al-Qirâdh, h. 184, Hadis ke-11611

(50)

Dia rekannya menyetujui syarat itu maka dia menjaminnya. Maka diangkatlah syarat itu kepada Rasulullah SAW dan beliau SAW membolehkannya (HR.

Al-Baihaqi) 3) Ijma‟ Ulama

Para imam madzhab sepakat mengatakan mudhârabah dibolehkan. Demikian juga para sahabat Nabi Saw telah sepakat terhadap pengelolahan harta anak yatim secara mudhârabah.20Para sahabat itu antara lain Umar ibn Khaththab, Utsman ibn Affan, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Mas‟ud, Abdullah ibn Umar, Abdillah ibn Amir dan Aisyah.21

4) Qiyas

Dibolehkannya mudhârabah juga dianalogikan atau diqiyaskan dengan musâqah. Namun demikian, sebagian kalangan ulama tidak memasukkan qiyas sebagai landasan hukum akad mudhârabah.22

5) Kaidah fikih

ىَلَع ٌلْيِلَد َّلُدَي ْنَا َّلِإ ُةَحاَبِلْا ِت َلََماَعُمْلا ِفِ ُلْصَْلَْا اَهِِيِِرَْتَ

“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan, kecuali tidak ada dalil yang mengharamkannya”

Disyariatkan mudhârabah, karena ini sangat dibutuhkan oleh manusia yang dimana ada seseorang yang mempunyai modal atau

20 Syarif Hidayatullah, Qawaid Fiqhiyah dan Penerapannya dalam Transaksi Keuangang Syariah Kontemporer (Mu‟amalat, Maliyyah, Muashirah), (Jakarta: Gramata Publishing, 2012), h. 106

21Siah Khosyi‟ah, Fiqh Muamalah Perbandingan, (Bandung: Pustaka Setia, 2014), Cet. 1, h. 154

22Imam Mustofa, Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016), Cet. 1, h. 154

(51)

dana akan tetapi dia tidak bisa mengelola karena tidak pandai berdagang, untuk membantu orang lain, atau bahkan tidak mempunyai waktu untuk mengelola modal atau dana tersebut.

Sedangkan disisi lain ada manusia yang pandai berdagang mempunyai banyak waktu untuk mengelola dana akan tetapi dia tidak mempunyai modal atau dana.23

c. Rukun dan Syarat Mudhârabah

Rukun dan syarat merupakan hal yang terpenting dalam keabsahan suatu akad. Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan rukun dan syarat mudhârabah, berikut rukun

Gambar

Gambar 3.1  Peta

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, bentuk perlindungan hukum bagi pasien dari pelayanan kebidanan oleh bidan praktik mandiri yang dilakukan IBI Cabang kabupaten Rembang adalah

Dalam praktik di lapangan masyarakat melakukan kerjasama perkebunan kopi antara pemilik dan penggarap kebun tidak memiliki batasan waktu yang ditentukan yang