• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prinsip Kerahasiaan Bank

N/A
N/A
Rafiqa Nuzula

Academic year: 2024

Membagikan "Prinsip Kerahasiaan Bank"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Prinsip Kerahasiaan Bank (Prudent Banking Principle)

KELOMPOK 3:

Sarah Mailan Siregar 2303202010027 Khairunnisa 2303202010028

Cut Faradina Mauliza 2303202010029

Rafiqa Nuzula 2303202010014

(2)

Pengertian Prinsip Kerahasiaan Perbankan

Pengertian rahasia bank berdasarkan Pasal 1 angka 28 Undang-Undang

Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang nomor 10 tahun 1998, selanjutnya disebut

dengan Undang-Undang Perbankan menyatakan bahwa “Rahasia bank

adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai

nasabah penyimpanan dan simpanannya”

(3)

Terdapat faktor untuk dapat memelihara dan meningkatkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap suatu bank pada khususnya dan perbankan pada umumnya ialah kepatuhan bank terhadap kewajiban rahasia bank. Perlindungan hukum terhadap nasbah simpanan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

1. Perlindungan secara implisit (implicit deposit protection).

Perlindungan secara implisit yaitu perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan bank yang dapat menghindarkan terjadinya kebangkrutan bank;

2. Perlindungan secara eksplisit (explicit deposit protection), yaitu perlindungan melalui pembentukan suatu Lembaga yang menjamin simpanan masyarakat, sehingga apabila bank mengalami

kegagalan, Lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut

Ketentuan Menjaga Rahasia Nasabah oleh Bank Syariah dan Bank

Konvensional

(4)

Dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang- Undang Perbankan bahwa terdapat kata “kecuali” dalam bunyi pasal tersebut, sehingga memungkinkan bank untuk membuka informasi dari nasabahnya kepada pihak lain dalam keadaan tertentu.

Diantaranya adalah:

1. Dalam hal perpajakan (Pasal 41 Undang-Undang Perbankan);

2. Untuk menyelesaikan piutang bank (Pasal 41A Undang- Undang Perbankan);

3. Untuk kepentingan dalam perkara pidana (Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Perbankan);

4. Dalam perkara perdata antara bank dengan nasabah (Pasal 43 Undang- Undang Perbankan);

5. Dalam rangka tukar-menukar informasi antarbank (Pasal 44 Undang-Undang Perbankan);

6. Memberikan keterangan atas persetujuan nasabah (Pasal 44A Undang-Undang Perbankan).

Pengecualian terhadap

Prinsip Kerahasiaan Bank

bagi Nasabah

(5)

Pengecualian terhadap Prinsip Kerahasiaan Bank bagi Nasabah

01

Pasal 72 ayat (1) dan ayat (2), yaitu : penyidik, penuntut umum, atau hakim dalam pemeriksaan terhadap TPPU dapat meminta data kepada pihak perbankan terhadap

harta kekayaan dari orang yang telah dilaporkan oleh PPATK kepada penyidik, tersangka, atau terdakwa

02

Pasal 29 UU Tipikor menyatakan bahwa dalam rangka kepentingan penyidikan, penuntutan, atau

pemeriksaan di sidang pengadilan, penyidik, penuntut umum, atau hakim memeiliki kewenangan meminta informasi atau keadaan nasabah yang menjadi tersangka atau terdakwa kepada bank.

UU No 8/2010 tentang

TPPU UU No 20/ 2001 tentang

Pemberantasan Tipikor

(6)

Pengecualian terhadap Prinsip Kerahasiaan Bank bagi Nasabah

03

Pasal 30 undang-undang

Terorisme, yaitu dalam rangka untuk pemeriksaan untuk mengungkap tindak pidana terorisme, maka penyidik, penuntut umum, atau hakim diberikan kewenangan untuk meminta informasi dan data perihal harta kekayaan setiap orang yang diketahui atau patut diduga melakukan tindak pidana terorisme kepada bank atau lembaga jasa keuangan

04

Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 64/PUU-X/2012 bahwa Pasal 40 ayat (1) Undang- Undang

Perbankan, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat

sepanjang tidak dimaknai termasuk untuk

kepentingan peradilan mengenai harta bersama dalam perkara perceraian UU No 5 Tahun 2018

tentang Pemberantasan

Terorisme Putusan Mahkamah Konstitusi

Nomor 64/PUU-X/2012

Referensi

Dokumen terkait

PERLINDUNGAN HAK ASASI MANUSIA TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA TERORISME MENURUT UNDANG-UNDANG. NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK

Bentuk Perlindungan Hak Asasi Manusia terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Menurut Undang-Undang Nomor 15A. Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak

kriminalisasi tindak pidana pendanaan terorisme dan tindak pidana lain yang berkaitan dengan tindak pidana pendanaan terorisme, penerapan prinsip mengenali pengguna jasa

Hasil penelitian yang ditemukan; sanksi bagi pelaku tindak pidana terorisme menurut Undang-undang Nomor 15 tahun 2003 tentang pemberantasan tindak pidana terorisme terdapat pada Pasal

Safe harbor rules adalah prinsip yang diharapkan upaya untuk memberikan perlindungan kepada tersangka pelaku tindak pidana terorisme dan prinsip ini dalam Undang-Undang

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsep Radikalisme Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Terorisme Menurut Undang Undang, Yurisprudensi dan Doktrin Tindak pidana terorisme sejak dahulunya

Implementasi Penegakan Hukum Terhadap Tindak pidana Terorisme Usaha pembaharuan terhadap Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme, juga terus dilakukan oleh

Tindak Pidana terorisme Pasal 1 angka 1 : “Tindak Pidana Terorisme adalah segala perbuatan yang memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan daiam Undang-Undang ini”