PROFIL KESIAPAN LANJUT USIA DALAM MENGHADAPI KEMATIAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP
LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI KENAGARIAN SIMPANG TJ NAN IV
KECAMATAN DANAU KEMBAR
Puji Amelia Suhada, Rila Rahma Mulyani, Monalisa
Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This research is motivated/backgrounded by the elderly who was not ready to face the death, the elderly who still think about the life of the world rather than the afterlife, the elderly who still not ready to leave people he/she loves, and the elderly who are not ready psychically and spiritually in facing the death in Kenagarian Simpang Tanjung Nan IV, Danau Kembar sub-district. This research aims to describe: (1) the elderly readiness in facing the death in term of psychological aspects, (2) the elderly readiness in facing the death in term of spiritual aspects. The method used in this study is a qualitative research method in which data were collected through semi-structured interview techniques.
Informant selection technique used by the researcher was purposive sampling.
Informants in this study were two elderly as the key informants and closest relatives of the elderly as the additional informants. Data were analyzed through three stages: data reduction, data presentation, and conclusions. The results of the research showed that: (1). The elderly readiness in facing the death in term of psychic aspects was different, one was ready and other was not ready, (2). The elderly readiness in facing the death in term of spiritual aspects was also different, one said that she/he was ready while other was not ready, both were influenced by social factors, personality, and family support. Based on the results of the research, it was recommended for the elderly to prepare themselves to face the death both in psychic and spiritual aspects thus there were no longer elderly who worried to face the death.
Keyword: Elderly, Death
PENDAHULUAN
Menjadi tua merupakan proses yang alami akan dihadapi manusia, dan ini juga merupakan tahap yang paling krusial di dalam kehidupan. Pada tahap ini secara
alami lanjut usia mengalami penurunan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain sehingga menimbulkan penurunan fungsi.
Penurunan fungsi tersebut menjadi
1
penyebab munculnya berbagai persoalan pada lanjut usia dan orang lain yang hidup di sekitarnya.
Menjadi tua memang bukan pilihan melainkan sesuatu yang pasti dialami.
Nasrullah (2016:1) menyatakan lanjut usia adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua.
Hurlock (1980:380) menyatakan usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat.
Bila seseorang yang sudah beranjak jauh dari periode hidupnya yang terdahulu, ia sering melihat masa lalunya, biasanya dengan penuh penyesalan, dan cenderung ingin
hidup pada masa sekarang, mencoba mengabaikan masa depan sedapat mungkin. Bagi sebagian orang, pertambahan usia cenderung disertai makin besarnya kesadaran akan datangnya kematian dan kesadaran ini menyebabkan sebagian orang menganggap kedatangan kematian seperti kedatangan seorang sahabat.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lanjut usia merupakan kondisi dimana individu mulai mengalami sistem imun yang menurun dan menurunnya daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual dan individu yang dikatakan lanjut usia berusia di atas 65 tahun.
Menurut Slameto (2003:113) kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respons/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Ada orang yang mengartikan readiness sebagai kesiapan atau kesedian seseorang untuk berbuat sesuatu. Seseorang ahli bernama Cronbach memberikan pengertian tentang readiness sebagai segenap sifat atau
kekuatan yang membuat seseorang dapat bereaksi dengan cara tertentu (Soemanto, 2006:191)
Meiner, 2006 (Sari, 2015:4) menyatakan bahwa kesiapan lanjut usia saat menjelang kematian dipengaruhi oleh beberapa aspek:
yaitu aspek psikologis, spiritual, sosial, dan fisik. Sedangkan kesiapan dalam menghadapi kematian terdiri dari 2 aspek, yaitu kesiapan dalam menghadapi kematian secara psikis dan secara spiritual. Secara psikis, kesiapan dalam menghadapi kematian dapat dilihat dari lanjut usia yang yakin akan datangnya kematian, lebih memahami makna hidup dan kematian, dapat mengatasi rasa takut akan datangnya kematian, serta sering mengingat dan membicarakan kematian. Selain itu kesiapan menghadapi kematian secara spiritual, lanjut usia lebih fokus pada kehidupan batin seperti perenungan, sehingga lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Erickson (Sari, 2015:3), menjelaskan bahwa masa lanjut usia berada pada tugas perkembangan integritas ego versus putus asa.
Integritas ego dapat dicapai ditandai
dengan adanya kepuasan diri yang terlihat dari konsep dan sikap positif lansia dalam kehidupan. Sehingga lanjut usia yang siap dalam menghadapi kematian akan memiliki kepuasan hidup dan dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
Sejalan dengan itu Potter and Pery, 2005 (Sari, 2015:4), menyatakan bahwa kematian adalah hal yang akan dialami oleh setiap individu pada akhir fase kehidupan. Setiap individu yang menghadapi kematian, menjalani kehidupan dengan merasakan, berfikir dan memberi respon terhadap peristiwa yang dialami hingga terjadinya kematian.
Orang lanjut usia dalam meniti kehidupannya dapat dikategorikan dalam dua macam sikap: Pertama, masa tua akan diterima dengan wajar melalui kesadaran yang mendalam, sedangkan yang kedua, manusia usia lanjut dalam menyikapi hidupnya cenderung menolak datangnya masa tua, kelompok ini tidak mau menerima realitas yang ada (Hurlock, 1980 :439). Seperti yang telah dikemukakan di atas, menjadi tua merupakan proses yang wajar
dan terjadi pada setiap orang.
Permasalahannya adalah bagaimana lanjut usia tersebut bisa menyadari dan mempersiapkan diri untuk menghadapi usia tua. Disisi lain, ada sebuah anggapan atau pencitraan yang negatif dan positif. Semakin bisa berfikir positif, orang akan semakin bisa menerima kenyataan namun menerima itu bukan berarti kita menerima apa adanya.
Maksudnya adalah bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan usia, melakukan aktivitas secara wajar sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis usia tua.
Berdasarkan observasi yang penulis lakukan pada tanggal 4 Februari sampai dengan tanggal 31 Maret 2017 di Kenagarian Simpang TJ Nan IV, bahwa adanya lanjut usia yang merasa tidak siap untuk menghadapi kematian karena dapat dilihat dari tindakan lanjut usia yang mulai resah ketika lanjut usia mengalami sakit, kurangnya kesiapan bagi lanjut usia untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian, bahkan masih ada lanjut usia yang masih mementingkan kehidupan duniawi dibandingkan
kehidupan di akhirat selama pengamatan yang peneliti lakukan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang lanjut usia dan keluarga dari lanjut usia tersebut di Kenagarian Simpang Tj Nan IV Kecamatan Danau Kembar pada tanggal 4 Februari 2017 ada lanjut usia yang merasa takut dalam menghadapi kematian seperti lanjut usia yang risih ketika disinggung tentang kematian, lanjut usia masih belum siap meninggalkan orang- orang yang dicintai, lanjut usia belum memiliki kesiapan mental yang cukup untuk menghadapi kematian karena dibayangi oleh kesalahan-kesalahan hidupnya terdahulu. lanjut usia yang merasa diabaikan oleh lingkungan sekitar dan juga lingkungan masyarakat karena lanjut usia tidak dilibatkan lagi dalam kegiatan sosial.
Berkaitan dengan judul penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
1. Kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian yang ditinjau dari aspek psikis.
2. Kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian yang ditinjau dari aspek spiritual.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini temuan data yang peneliti kemukakan adalah data yang bersifat kualitatif, yaitu data yang disajikan sesuai dengan apa yang dikemukakan informan dari hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan kunci dan informan tambahan, yaitu “Profil Kesiapan Lanjut Usia dalam Menghadapi Kematian dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling di Kenagarian Simpang TJ Nan IV Kecamatan Danau Kembar“.
Berdasarkan hasil temuan yang peneliti dapatkan dari wawancara mengenai Profil Kesiapan Lanjut Usia dalam Menghadapi Kematian dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling di Kenagarian Simpang TJ Nan IV Kecamatan Danau Kembar dilakukan secara berkala dari tanggal 8 Agustus sampai 24 Agustus 2017, hasil penyajian data dari temuan penelitian
ditujukan untuk melihat Profil Kesiapan Lanjut Usia dalam Menghadapi Kematian dan Implikasinya terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling.
HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Psikis
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 08 Agustus- 24 Agustus 2017 dengan dua orang lanjut usia yang berinisial MM dan YZ, serta satu orang anak MM dan satu orang cucu dari MM, dan satu orang anak dari YZ dan satu orang adik YZ, maka diperoleh temuan hasil yaitu :
Informan Kunci (MM)
Dia menyatakan bahwa usia senja merupakan usia yang dekat akan kematian dan mengenai kematian MM merasa cemas karena dia belum sepenuhnya bisa memperbaiki diri dan belum siap jika kematian itu datang pada dirinya, tetapi MM menyadari bahwa kematian itu pasti datangnya. Selain itu MM juga merupakan tulang punggung bagi keluarganya. Disaat MM sakit tingkat kecemasannya meningkat dari biasanya karena
keluarganya tidak begitu peduli sama dia dan tidak ada juga yang merawatnya ketika dia sakit. MM hanya tinggal berdua dengan anak perempuannya yang berumuran sekitar 12 tahun. MM merasa belum siap jika kematian menghampirinya tetapi dia menyadari bahwa kematian itu pasti akan datang pada dirinya.
Informan Tambahan RD anak dari MM
RD menyatakan bahwa MM terlihat sangat cemas menghadapi kematian apa lagi ketika dia sakit tingkat kecemasannya semakin tinggi karena dapat dilihat dari MM yang tidak nyenyak tidur dan sering resah dan sering membicarakan kematian, apalagi MM merupakan tulang punggung bagi keluarga karena dia merasa belum sepenuhnya mampu menghadapi kematian. Dan sepertinya mental MM belum siap jika kematian itu datang menghampirinya. MM juga terlihat suka bermenung sendirian.
Informan Tambahan SA Cucu dari MM
Dia menyatakan bahwa usia senja merupakan usia yang dekat dengan kematian, apalagi ketika MM
sakit dia merasa kematian akan menjemputnya, dia tidak tega meninggalkan anaknya yang masih kecil sendirian dan juga MM merupakan tulang punggung dari keluarganya. MM merasa belum siap menghadapi kematian.
Informan Kunci YZ
YZ menyatakan bahwa dia merasa bersyukur karena bisa menikmati usia senja, dan mengenai kematian dia tidak takut karena baginya tua, muda, bahkan bayi sekalipun bisa meninggal, karena kematian pasti akan datang kepada setiap makhluk hidup yang bernyawa. Jika telah tiba waktunya kematian itu tidak akan memandang orang yang sudah tua saja dan tidak dapat menghindarinya.
Selain itu dia tidak terlalu khawatir ketika sakit, karena keluarganya selalu memberikan dukungan dan perhatian kepadanya dan juga merawatnya. YZ siap secara mental jika kematian itu datang menghampirinya saat sekarang in.
YZ terlihat mensyukuri usianya yang sekarang ini terlihat dalam kehidupan YZ sehari-hari yang masih sering
menjalin silaturahmi antar tetangga dan sanak family.
Informan Tambahan NW anak dari YZ
Dia menyatakan bahwa YZ tidak terlihat cemas ketika memasuki usia senja terlihat dari YZ menikmati hari tuanya dengan tenang dan tanpa ada beban fikiran. YZ sepertinya siap jika kematian itu menghampirinya tanpa ada rasa takut. Dan menurutnya kematian itu tidak hanya mendatangi orang yang tua saja akan tetapi anak muda dan bayipun bisa dihampiri oleh kematian karena kematian tidak memandang usia.
Selain itu YZ selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari keluarga baik dikala sehat maupun sakit. YZ terlihat sangat senang dan bersyukur berada di usia yang sekarang ini, YZ lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjalin silaturahmi dengan yang lainnya.
Informan Tambahan MY adik dari YZ
MY menyatakan bahwa YZ tidak terlalu mengkhawatirkan memasuki usia senja dan hal-hal mengenai kematian, bagi dia
kematian itu adalah kehendak Allah karena kematian datang tanpa memandang usia dan status. YZ terlihat semakin hari semakin menyiapkan dirinya untuk kematian.
YZ tidak hanya dapat perhatian saja dari anak-anaknya tetapi juga dari saudaranya juga baik ketika YZ sakit maupun ketika sehat. YZ tidak kelihatan takut untuk menghadapi kematian, melainkan jika membicarakan kematian YZ terlihat tenang tanpa ada keresahan.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa MM merasa cemas dan takut akan datangnya kematian dan MM belum siap untuk meninggalkan anaknya sebab dia merupakan tulang punggung keluarga, apalagi ketika MM sakit tingkat kecemasan yang dialami MM makin meningkat.
Berbeda dengan yang dialami YZ, YZ sama sekali tidak merasa cemas menghadapi kematian karena bagi YZ kematian itu pasti datangnya tanpa memandang usia. Kematian merupakan suatu takdir yang tidak bias dihindari.
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa
MM merasa cemas dan takut akan datangnya kematian dan MM belum siap untuk meninggalkan anaknya sebab dia merupakan tulang punggung keluarga, apalagi ketika MM sakit tingkat kecemasan yang dialami MM makin meningkat.
Berbeda dengan yang dialami YZ, YZ sama sekali tidak merasa cemas menghadapi kematian karena bagi YZ kematian itu pasti datangnya tanpa memandang usia. Kematian merupakan suatu takdir yang tidak bias dihindari.
Aspek Spiritual
Informan Kunci MM
MM mengatakan bahwa MM melaksanakan shalat wajib namun ketika dia sakit dia tidak dapat melaksanakan shalat karena dia tidak memahami shalat ketika sakit, MM sering mengalami sakit sehingga itu membuat MM jarang mengerjakan shalat wajib apalagi shalat jum’at sudah tidak pernah lagi selama dua tahun belakangan. Selain itu dukungan dari keluarga untuk selalu melaksanakan shalat tidak ada, sebab MM hanya tinggal berdua dengan anaknya yang masih kecil.
Selain itu untuk mengisi waktu kosong dan juga jika MM bangun pagi dia sering menonton acara pengajian/ceramah agama ditelevisi tentang keagamaan apalagi yang menyangkut tentang menghadapi masa tua dan kematian.
Namun semenjak memasuki usia tua MM tidak pernah lagi kemasjid untuk shalat berjamaah dan shalat jum’at apa lagi untuk mendengarkan ceramah agama di mesjid.
Informan Tambahan RD anak dari MM
RD menyatakan bahwa MM melaksanakan shalat namun ketika MM sakit dia tidak melaksanakan shalat sebab tangannya susah untuk digerakan. MM tidak memahami cara melaksanakan shalat ketika sakit, sehingga ketika MM sakit MM tidak melaksanakan shalat wajib,begitu juga dengan shalat jum”at, kurang lebih 2 tahun belakangan MM tidak pernah lagi melaksanakan shalat jum’at dimasjid, RD tidak tau alsannya. MM sering merasakan sakit dibagian tangannya dan itu membuat MM jarang untuk melaksanakan shalat. Selain itu dukungan dari keluarga memang
kurang karena dirumah MM cuman tinggal berdua sama RD.
Ketika MM mempunyai waktu luang dan bangun pagi MM akan menonton acara pengajian di televisi daripada berita, karena dapat menambah pengetahuan MM tentang agama apa lagi jika ceramah mengenai kematian. Tetapi ketika ada kegiatan ceramah agama di masjid MM tidak pernah mengikutinya. MM juga tidak pernah melaksanakan shalat jamaah lagi di masjid lagi.
Informan Tambahan SA Cucu dari MM
Dia mengatakan MM melaksanakan shalat namun ketika dia sakit dia tidak bisa melaksanakan shalat sebab tangannya tidak bisa digerakan dan juga MM tidak paham mengenai shalat untuk orang sakit.
Ketika MM tidak melaksanakan shalat tidak ada dukungan dari keluarganya atau mengingatkan untuk shalat kepada MM. Karena MM hanya tinggal berdua dengan anaknya yang masih kecil dirumah, sedangkan SA juga tidak pernah mengingatkannya.
Ketika MM mempunyai waktu luang MM akan menonton ceramah agama dibandingkan dengan berita atau siaran lainnya, apalagi jika ada ceramah agama yang mengenai kematian atau usia senja.
MM juga jarang kelihatan pergi kemasjid sejak beberapa tahun belakangan ini untuk shalat berjamaah maupun shalat jum’at.
Informan Kunci YZ
YZ mengatakan bahwa dia jarang meninggalkan shalat walaupun dalam keadaan sakit YZ akan berusaha tetap shalat. Dan terkadang ketika sakit keluarga YZ membantu untuk berwudhu. Ketika ada waktu kosong dan juga ada kegiatan ceramah agama dimasjid, YZ akan pergi mendengarkannya.
YZ juga sering melaksanakan kegiatan ibadah lainnya, seperti shalat sunnah dan membaca al- qur’an. Selain itu disaat menonton televisi YZ lebih suka melihat dan mendengarkan ceramah mengenai keagamaan dari pada acara lain.
Informan Tambahan NW anak dari YZ
NW mengatakan bahwa YZ rutin melaksanakan shalat wajib,
shalat jum’at dan YZ juga sering melaksanakan shalat sunnah.
Meskipun dalam keadaan sakit YZ akan berusaha untuk tidak meninggalkan shalat wajib. YZ juga sering terdengar membaca al-qur’an, ketika menunggu waktu shalat masuk YZ memilih berdzikir daripada berdiam diri.
Ketika ada kegiatan pengajian di masjid mengenai ceramah agama YZ sering mengikutinya, selain itu YZ sering menonton acara televisi tentang keagamaan apalagi menyangkut tentang masa tua dan kematian. YZ sangat tertarik dengan cerita-cerita tentang keagamaan apalagi tentang kehidupan diakhirat mengenai berita politik dan lainnya.
Informan Tambahan MY adik dari YZ
MY mengatakan bahwa YZ seorang kakak yang mempunyai ilmu keagamaan yang sangat bagus, dari YZ kecil sampai sekarang YZ tidak pernah meninggalkan dan melalaikan shalat. YZ rutin shalat wajib dan juga shalat sunnah bahkan ketika YZ sakit sekalipun dia akan berusaha untuk tetap shalat. Terkadang YZ juga lebih memilih untuk shalat
berjama’ah dimasjid dari pada shalat sendiri di rumah.
Dukungan yang diberikan oleh keluarga juga sangat bagus seperti, mengingatkan YZ untuk shalat, pakaian yang digunakan YZ ketika pergi shalat berjamaah atau shalat jim’at kemasjid. Sehingga
membuat YZ makin
mempertahankan shalatnya. Selain itu YZ juga sering pergi mendengarkan pengajian agama baik dimesjid maupun ditelevisi.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang Profil Kesiapan Lanjut Usia dalam Menghadapi Kematian dan Implikasi terhadap Layanan Bimbingan dan Konseling di Kenagarian Simpang Tj Nan IV Kecamatan Danau Kembar dilihat dari:
Aspek Psikis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kesiapan dalam menghadapi kematian secara psikis lanjut usia MM dan YZ dalam menghadapi kematian bervariasi ada yang tidak siap menghadapi kematian dan ada
juga yang sudah siap, kondisi tingkat kesiapan lanjut usia tergantung dengan mental, lingkungan dan dukungan dari orang terdekat.
Mereka menyadari bahwa kematian itu akan datang kepada semua makhluk hidup tanpa memandang usia baik yang tua, muda bahkan anak-anak sekalipun jika Tuhan menghendaki. Setiap yang bernyawa pasti akan mati dan kembali kepadaNya.
Aspek Spiritual
Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan kepada informan kunci lanjut usia MM dan YZ bahwa secara aspek spiritual, informan YZ sudah siap untuk menghadapi kematian dengan memperbanyak ibadah dan lebih mendekatkan diri kepada Allah.
Sementara itu, informan MM masih lalai dan meninggalkan shalat karena kondisi fisik yang sering sakit- sakitan, dan juga tidak memahami tata cara melaksanakan shalat ketika sakit. Jadi kesiapan lanjut usia dalam menghadapi kematian secara aspek spiritual bervariasi.
DAFTAR PUSTAKA
Hurlock, B. Elizabeth. 1980.
Psikologi Perkembangan:
Erlangga
Nasrullah, Dede. 2016. Buku Ajar Keperawatan Gerontik.
Jakarta Timur: Buku Kesehatan
Sari Gusvita, De. 2015. Hubungan Antara tingkat Spiritualitas dengan Kesiapan Lanjut Usia
dalam Menghadapi
Kematian. Jurnal Ilmiah.
Surakarta: Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-
faktor yang
Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan Landasan Kerja Pemimpin Pendidikan.
Jakarta: Rineka Cipta