PROFIL PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA DINI DI TK/RA MIFTAHUL JANNAH KENAGARIAN SUNGAI SARIK LUMPO
KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN
Mai Vandra1, Ahmad Zaini 2, Rila Rahma Mulyani 2
1Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat
2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]
ABSTRACT
This study is based on the existence of children who feel fear, shame, worry, anxiety, anger, jealousy, grief, curiosity and joy during the learning process in the classroom. The purpose of this study is to describe: 1) The development of positive emotions of early childhood 2) The development of negative emotions of early childhood. This research was conducted with descriptive qualitative approach that describes the symptoms, facts and reality that exist in the field about the emotional development profile of early childhood. The key informants from this research are 1 teacher and headmaster, then additional informant that is companion teacher and parents. Instruments used in this study are interviews, techniques used in data processing through data reduction, data presentation, and conclusion. Based on the results of the study found that: 1) The development of positive emotions early childhood is the child feel happy when getting high scores. 2) The development of negative emotions of early childhood is dominated by negative emotions such as child fears, shame, worry, anxiety, anger, jealousy, grief and curiosity of children in school. From the results of this study can be recommended to teachers and parents to be able to guide children into a good person by minimizing negative emotions and develop more positive emotions in children.
Keywords: Development of positive emotions, development of negative emotions
PENDAHULUAN
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakter yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya.
Menurut Mulyasa (2014:16) anak usia dini adalah individu yang
sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.
Anak usia dini meliputi rentang usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya karena perkembangan kecerdasannya sangat luar biasa.
1
Menurut Mutiah (2010:2) anak usia dini merupakan usia yang memiliki rentang waktu sejak lahir hingga usia 6 tahun, dimana dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan memasuki tahap yang lebih lanjut.
Menurut Mansur (2005:88) menjelaskan bahwa pendidikan anak usia dini adalah proses pembinaan tumbuh kembang anak usia lahir hingga 6 tahun secara menyeluruh, yang mencakup aspek fisik dan nonfisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani (moral dan spiritual), motorik, akal pikir, emosional, dan sosial yang dapat agar anak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Menurut Santrock (2007:14) seorang anak yang masih belia dalam kehidupan sehari-harinya juga mengalami berbagai macam emosi, sama seperti orang dewasa. Pada saat itu mereka juga belajar memahami perasaan dan reaksi emosional orang lain. Ketika menginjak usia 4 tahun,
anak-anak mulai menunjukkan peningkatan kemampuan dalam merefleksi emosi. Mereka juga mulai memahami bahwa kejadian yang sama dapat menimbulkan perasaan yang berbeda terhadap orang yang berbeda.
Gohm & Clore, 2002 (Safaria &
Saputra, 2012:13) menjelaskan pada dasarnya emosi manusia bisa dibagi menjadi dua kategori yaitu :
a. Emosi Positif
Emosi positif atau bisa disebut dengan efek positif.
Emosi positif memberikan dampak yang menyenangkan dan menenangkan. Macam dari emosi positif ini seperti tenang, santai, rileks, gembira, lucu, haru, dan senang. Ketika kita merasakan emosi positif ini, kita pun akan merasakan keadaan psikologis yang positif.
b. Emosi Negatif
Emosi negatif atau bisa disebut efek negatif. Ketika kita merasakan emosi negatif ini maka dampak yang kita rasakan adalah negatif, tidak
menyenangkan dan
menyusahkan. Macam dari emosi
negatif diantaranya sedih, kecewa, putus asa, depresi, tidak berdaya, frustasi, marah, dendam dan masih banyak lagi.
Menurut Suyadi (2010:110) secara umum pola perkembangan emosi anak meliputi 9 aspek, baik yang positif maupun yang negatif.
Pola perkembangan emosi tersebut yaitu rasa gembira, rasa takut, rasa malu, rasa khawatir, rasa cemas, rasa marah, rasa cemburu, rada duka cita, dan rasa ingin tahu, namun emosi pada anak usia dini biasanya lebih cenderung bersifat negatif.
Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan pada 17 Februari 2017, di TK/RA Miftahul Jannah Kenagarian Sungai Sarik Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan adanya anak yang takut ditinggalkan oleh orang tua di sekolah, adanya anak yang malu ketika disuruh guru menulis di depan kelas, adanya anak yang sering keluar masuk kelas karena dia khawatir orang tuanya pulang ke rumah, adanya anak yang cemas ketika dia tidak membuat tugas di rumah, adanya anak yang marah
ketika orang tuanya
meninggalkannya di sekolah, adanya anak yang cemburu saat guru mengabaikannya dan guru lebih memilih teman yang lain untuk tampil di depan kelas, adanya anak yang menangis saat dia kehilangan barang yang di sukainya, adanya anak yang ingin tahu terhadap pertanyaan yang di berikan guru, adanya anak yang gembira saat dia mendapatkan nilai yang lebih tinggi dari teman-temannya.
Selanjutnya peneliti juga melakukan wawancara pada tanggal 20 Februari 2017 dengan guru di TK Miftahul Jannah Kenagarian Sungai Sarik Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan.
Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi bahwa adanya anak dalam kelas sering menampilkan emosi negatif, anak sering menangis tiba-tiba, tidak sabaran di dalam kelas, sibuk dengan aktifitasnya sendiri, mengganggu teman yang lain dan ada yang berdiam diri saja duduk di kursinya.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan maka, peneliti tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
“Profil Perkembangan Emosi Anak Usia Dini di TK/RA Miftahul Jannah Kenagarian Sungai Sarik Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan”.
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka fokus masalah, rumusan dan tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Perkembangan emosi positif anak usia dini.
2. Perkembangan emosi negatif anak usia dini.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif.
Menurut William (Moleong, 2010:5) penelitian kualitatif adalah penelitian data pada suatu latar alamiah, dengan menggunakan metode alamiah yang dilakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik secara alamiah, dan memberikan gambaran bahwa penelitian kualitatif mengutamakan latar alamiah, metode alamiah, dan dilakukan oleh orang yang mempunyai perhatian alamiah.
Dalam penelitian ini yang akan diungkap oleh peneliti adalah “Profil
Perkembangan Emosi Anak Usia Dini di TK/RA Miftahul Jannah Kenagarian Sungai Sarik Lumpo Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan”
Adapun informan kunci dalam penelitian ini yaitu berjumlah 1 orang, dan informan tambahan berjumlah 4 orang. Yang menjadi informan kunci adalah kepala sekolah di RA Miftahul Jannah, Guru pendamping, dan orang tua anak.
Instrumen penelitian ini adalah wawancara. Teknik yang digunakan dalam pengolahan data melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, adapun hasil dan pembahasan dalam penelitian tersebut adalah:
a. Perkembangan Emosi Positif Anak Usia Dini
1. Rasa gembira
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi positif
anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP dan AKJ mengekspresikan rasa gembiranya dengan tersenyum, tertawa atau berteriak dalam kelas tersebut agar temannya mengetahui bahwa ia sedang merasakan hal yang bahagia, NP juga mengekspresikan rasa gembiranya terhadap ia yang mendapat nilai tinggi dibandingkan dengan teman- teman yang lain. AKJ juga sering melihatkan wajah yang gembira ketika mendapatkan nilai lebih dari temannya atau berwajah murung ketika mendapatkan nilai yang kurang dari teman-temannya tetapi dibalik itu AKJ terlihat mempunyai motivasi untuk bisa lebih baik lagi terkadang AKJ juga mengekspresikan kegembiraannya dengan
berlebihan dan
memperlihatkan apa yang ia dapat saat belajar dalam kelas.
Menurut Suyadi (2010:110) yaitu kesenangan merupakan emosi keriangan
atau rasa bahagia. Reaksi yang diekspresikan anak-anak ketika senang dan gembira adalah tersenyum atau tertawa, mendengkut, mengoceh, merangkak, berdiri, berjalan dan berlari.
b. Perkembangan Emosi Negatif Anak Usia Dini
1. Rasa takut
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa anak usia dini yang berinisial NP dan AKJ takut apabila gurunya menampilkan wajah marah dan sikap yang ditampilkan oleh gurunya. Ketika berada didalam kelas cenderung menangis dikarenakan NP dan AKJ ditinggal di sekolah oleh orang tua, NP dan AKJ menghilangkan rasa takutnya dengan cara diam tanpa berbicara apapun jika dimarahi oleh gurunya.
Kemudian ketika gurunya
menyuruh NP dan AKJ menulis didepan kelas NP dan AKJ hanya bermenung atau berpura-pura tidak merespon apa yang disuruh oleh gurunya.
Menurut Suyadi (2010:110) rasa takut yaitu perasaan yang khas pada anak. Hampir setiap fase usia, seorang anak mengalami ketakutan dengan kadar yang berbeda-beda. Pada usia 2 sampai 6 tahun, anak akan mengalami puncak ketakukan yang khas. Sebab pada usia ini anak lebih mengenal bahaya dari masa bayi.
2. Rasa malu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa penyebab yang sering membuat NP dan AKJ merasa malu di dalam kelas adalah malu menjawab pertanyaan, NP dan AKJ tidak akan percaya diri lagi
menyampaikan pendapatnya dan tidak mau di suruh ke depan kelas, NP dan AKJ tidak terlalu aktif di dalam kelas dan mencari kegiatan lain seperti memukul-mukul meja atau mencoret-coret mejanya. NP dan AKJ bersikap cuek, malu- malu dan diam dalam kelas.
Menurut Suyadi (2010:110) yaitu ketakutan yang ditandai oleh penarikan diri dari hubungan dengan orang lain yang tidak dikenal.
Pada awalnya, mungkin anak akan malu dengan tamu di rumahnya, guru baru di kelasnya. Akan tetapi seiring dengan perkembangan waktu dan intensitas tatap muka, rasa malu akan hilang dengan sendirinya.
3. Rasa khawatir
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP
dan AKJ khawatir jika tidak di temani oleh orang tua di sekolah, NP dan AKJ tidak mau pergi kesekolah jika orang tua tidak di dekatnya atau harus selalu terlihat di pandangannya.
NP dan AKJ khawatir jika ada temannya yang jahat kepadanya.
Kekhawatiran tersebut membuat NP dan AKJ tidak mau di suruh maju kedepan kelas, NP dan AKJ
mengurangi rasa
khawatirnya dengan cara was-was terhadap teman yang suka jahat kepadanya, sehingga aktivitas NP dan AKJ sering bermenung dalam kelas atau hanya melihat-lihat temannya yang beraktivitas atau sibuk dengan aktivitasnya sendiri.
Menurut Suyadi (2010:110) rasa khawatir yaitu suatu khayalan ketakukan atau kegelisahan tanpa alasan. Rasa khawatir tidak langsung ditimbulkan rangsangan dalam
lingkungan, tetapi merupakan produk pikiran anak itu sendiri. Semakin besar atau bertambah usianya, rasa khawatir tersebut semakin sering dialami.
4. Rasa cemas
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP dan AKJ cemas dengan keadaan baru dan harus ditemani orang tua pada saat di sekolah, apabila tidak didamping oleh orang tua maka NP dan AKJ akan menangis, NP dan AKJ tidak bisa beraktivitas dalam kelas dan hanya berdiam diri menundukkan kepala ataupun menangis.
NP dan AKJ biasanya hanya akan merasa aman jika didamping oleh orang tua, NP dan AKJ takut dimarahi orang lain atau
guru dan AKJ cemas akan hal yang menimpanya nanti saat di sekolah dan anak seakan menarik diri dari lingkungannya.
Menurut Suyadi (2010:110) cemas yaitu keadaan mental yang tidak enak berkenaan dengan sakit yang mengancam atau yang dibayangkan. Reaksi yang ditimbulkan adalah murung, gugup, mudah tersinggung, cepat marah dan sikap-sikap over sensitif lainnya.
5. Rasa marah
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP dan AKJ marah jika diganggu oleh temannya dan di salahkan oleh guru karena dia tidak melakukan apa-apa. NP dan AKJ ketika marah aktivitas yang mereka lakukan hanya menangis
atau membanting apa yang ada didekatnya, tidak mau mengikuti kegiatan dalam kelas. NP dan AKJ melampiaskan
kemarahannya dengan memukul-mukul meja, membesarkan mata kepada orang yang sudah membuatnya marah dan menangis.
Menurut Suyadi (2010:110) marah yaitu sikap penolakan yang kuat terhadap apa yang tidak ia sukai. Reaksi yang ditimbulkan sesuai kadar kemarahannya. Semakin tinggi kemarahan anak, semakin keras pula ia menunjukkan sifat marahnya, mulai dari diam, berkata kasar, gerak verbal.
6. Rasa cemburu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP
dan AKJ cemburu terhadap temannya yang selalu diberikan perhatian lebih sedangkan ia diabaikan oleh guru apalagi saat menjawab pertanyaan dari guru sehingga NP dan AKJ harus berteriak-teriak walau
terkadang sudah
diperhatikan oleh guru, NP dan AKJ ingin dilebih kepadanya perhatian tersebut, NP dan AKJ merasa lebih cemburu terhadap teman yang lebih pintar dari dirinya sehingga ekspresi mereka sering cemberut, tidak mau berbicara lagi atau hanya diam untuk sesaat sampai mereka mampu lebih dari teman dalam menjawab pertanyaan dari guru. Pada saat cemburu mereka tidak ingin terlihat diam ia juga ikut mencari aktivitas lain untuk menghilangkan rasa cemburunya.
Menurut Suyadi (2010:110) rasa cemburu yaitu perasaan ketika anak
kehilangan kasih sayang, seperti terbaginya kasih sayang ibunya kepada saudaranya dan lain sebagainya. Umumnya, kecemburuan dikalangan anak-anak menunjukkan perasaan tidak aman dan keragu-raguan.
7. Rasa duka cita
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP dan AKJ merasakan duka cita ketika kehilangan barang yang ia sukai, NP ikut sedih ketika temannya ditimpa masalah atau orang lain sehingga ia mampu melihat kondisi suasana
hatinya. NP
mengekspresikan rasa duka cita tidak terlalu menunjukan kalau ia mendapatkan nilai bagus sehingga teman yang lain tidak bersedih hati atau iri
terhadap dirinya.
Sedangkan AKJ akan melihatkan kepribadian yang baik terhadap lingkungannya dengan cara saling menolong dan ikut merasakan apa yang dirasakan oleh temannya.
Menurut Suyadi (2010:110) duka cita yaitu suatu kesengsaraan emosional (trauma psikis) yang disebabkan oleh hilangnya sesuatu yang dicintai. Dalam bentuknya yang lebih ringan, perasaan emosional ini dikenal dengan sedih atau susah.
8. Rasa ingin tahu
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perkembangan emosi anak usia dini dapat dilihat dari perkembangan emosi negatif anak usia dini dan diperoleh data bahwa NP dan AKJ mengalami rasa ingin tahu yang kurang, sehingga anak tidak aktif didalam kelas. NP sama sekali tidak peduli dengan
situasi yang diterjadi di dalam kelas. Ketika guru menerangkan pelajaran yang menarik NP dan AKJ tetap saja tidak peduli, namun ketika guru dan teman-teman lain hendak melakukan permainan di dalam kelas mereka baru tertarik dan ingin mengikuti juga.
Menurut Suyadi (2010:110) yaitu Setiap anak memiliki naluri ingin tahu yang sangat tinggi.
Mereka menaruh minat terhadap segala sesuatu di lingkungan mereka, termasuk diri mereka sendiri. Semakin luas lingkungan anak-anak, semakin luas pula mereka mempunyai rasa ingin tahu.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:
a. Profil perkembangan emosi positif anak usia dini yaitu anak merasa bahagia mendapatkan
nilai tinggi sehingga anak berteriak dan melompat-lompat dalam kelas. Emosi positif sudah berkembangan dengan baik.
b. Profil perkembangan emosi negatif anak usia dini yaitu anak merasa takut dengan gurunya yang marah, malu disuruh maju kedepan kelas, khawatir terhadap temannya yang jahat, dan cemas ditinggalkan oleh orang tuanya di sekolah. Emosi negatif belum berkembang dengan baik karena dalam perkembangan anak masih didominasi oleh emosi negatif.
KEPUSTAKAAN
Mansur, 2005. Pendidikan Anak Usia Dini dalam Islam.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Moleong, Lexi J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mulyasa. 2014. Manajemen PAUD.
Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mutiah, Diana. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini.
Jakarta: Kencana Media Group.
Safaria, Triantoro & Nofrans Eka Saputra. 2012. Manajemen Emosi. Jakarta: Bumi Aksara.
Santrock, W, John. 2007.
Perkembangan Anak. Jakarta:
Erlangga.
Suyadi. 2010. Psikologi Belajar PAUD. Yogyakarta: Bintang Pustaka Abadi.