• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil pola asuh orang tua tipe permisif dalam

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "profil pola asuh orang tua tipe permisif dalam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL POLA ASUH ORANG TUA TIPE PERMISIF DALAM MEMBENTUK TINGKAH LAKU REMAJA SERTA MODEL

PENGEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Kasus di Jorong Sidodadi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat)

JURNAL

NOVRIYANTI NPM. 11060106

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2015

(2)

PROFIL POLA ASUH ORANG TUA TIPE PERMISIF DALAM MEMBENTUK TINGKAH LAKU REMAJA SERTA MODEL

PENGEMBANGAN BIMBINGAN DAN KONSELING

By:

Novriyanti

Student Guidance and Counseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

This study was motivated by the problems that arise in young people’s behavior patterns as a result of the type of permissive is lacking in control and guidance in adolescents. The aim of this study was to reveal and describe: 1) Overview parenting parent permissive types in shaping young people’s behavior. 2) The impact of parenting parent permissive types in shaping young people’s behavior. 3) Model development of guidance and counseling activities in addressing the permissive parenting. This research is descriptive qualitative research. Key informants taken are 2 sets of parent and additional informants are 2 teenagers and 1 teenage brother. The instrument used interview guideline while the technique use in the processing the data analysis used data reduction, data presentation and conclusion. The result showed that: 1) The description of permissive parent in shaping young people’s behavior is the parent give teen the freedom to do things without any control and guidance. 2) Impact of permissive parentingin shaping young people’s behavior are teenagers tend to us the freedom given her parents are not responsible. 3) Model development of guidance and counseling activities in overcoming the effects of permissive parenting is to use an improved model of communication and reality therapy. Based on these results the suggestion to parents not only apply the parenting that give freedom, but also parenting with various control and guidance as well as for adolescents should take advantage of the freedom provided parents with positive behavior should be that adolescents can develop well.

Keyword: Parenting, permissive, behavior, model development, guidance and counseling.

Pendahuluan

Di berbagai belahan dunia dengan beragam budaya dan sistem sosial, keluarga merupakan unit sosial penting dalam bangunan masyarakat. Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam pembentukan kepribadian seorang remaja.

Reiss (Lestari, 2012: 4) menyatakan

“Keluarga adalah suatu kelompok kecil yang terstruktur dalam pertalian keluarga dan memiliki fungsi utama berupa sosialisasi pemeliharaan terhadap generasi baru”.

Seorang anak akan tumbuh menjadi seorang remaja yang mandiri baik dalam hal emosi, berbuat maupun berprinsip. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh gaya pengasuhan orang tua dalam lingkungan keluarganya.

Setiap orang tua memiliki sikap dan perilaku yang berbeda satu sama lain dalam menghadapi anak-anak mereka. Hal tersebut akan tergambar dalam bentuk pola asuh

yang mereka terapkan. Menurut Santrock (2007: 163) pengasuhan memerlukan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang besar, namun sangat sedikit pendidikan formal mengenai tugas ini. Kebanyakan orang tua mempelajari praktik pengasuhan dari orang tua mereka sendiri. Sebagian praktik tersebut mereka terima, namun sebagian lagi mereka tinggalkan.

Penerapan pola asuh orang tua dalam keluarga berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian dan tingkah laku remaja. Hal ini sejalan dengan pendapat Surbakti (2009: 29) yang menyatakan

“Remaja merupakan generasi masa depan, penerus generasi masa kini. Di tangan merekalah masa depan dunia ini beserta seluruh isinya berada. Itulah sebabnya kaum remaja perlu mendapatkan pola asuh yang tepat. Sekecil apapun kesalahan pola asuh

(3)

yang dilakukan terhadap mereka, dapat berakibat fatal dan sulit diperbaiki”.

Secara teoritis menurut Baumrind (Kertamuda, 2009: 85) “Pola pengasuhan terdiri atas tiga bentuk, yaitu otoritarian, permisif, dan autoritatif”. Diantara pola asuh otoritarian, permisif dan autoritatif, pola permisif lebih mudah dilaksanakan, tapi konsekuensi yang harus diterima tidaklah seringan pelaksanaannya. Orang tua membiarkan anak-anak melakukan apapun yang mereka mau dan memfasilitasinya (menuruti semua kemauan anak). Lestari (2012: 48) menyatakan “Pola asuh permisif biasanya dilakukan oleh orang tua yang terlalu baik, cenderung memberi banyak kebebasan pada anak-anak dengan menerima dan memaklumi segala perilaku, tuntutan dan tindakan anak, namun kurang menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak”.

Surbakti (2009: 50) menyatakan pola asuh permisif menghasilkan remaja yang berkembang dengan kepribadian dan emosional yang kacau. Sebagai contoh dapat dikemukakan seperti bertindak sekehendak hati, tidak mampu mengendalikan diri, tingkat kesadaran mereka rendah, menganut pola hidup bebas, nyaris tanpa aturan, selalu memaksakan kehendak, tidak mampu membedakan baik dan buruk, kemampuan berkompetisi rendah, tidak mampu menghargai prestasi dan kerja keras, mudah putus asa dan sering kalah sebelum bertanding, miskin inisiatif dan daya juang rendah, tidak produktif dan hidup konsumtif dan kemampuan mengambil keputusan rendah.

Berdasarkan observasi yang dilakukan pada hari Rabu, 11 Maret 2015 di Kejorongan Sidodadi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat, terhadap remaja beserta orang tuanya terlihat bahwa remaja dalam kehidupan sehari-harinya menunjukkan perilaku manja atau bergantung pada orang tua, sulit mengontrol emosi atau mudah marah, ingin selalu diperhatikan, selalu memaksakan kehendak, tidak mau bekerja keras, sulit menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang dibuat sekolah dan masyarakat, dan lebih menyukai kegiatan hura-hura yang tidak penting di luar rumah. Sedangkan pada diri orang tua terlihat bahwa orang tua memberikan kebebasan atau kurang mengontrol terhadap

perilaku remaja dan orang tua menerima apapun yang diminta remaja. Dengan kata lain pola asuh yang diterapkan orang tua adalah tipe permisif.

Kemudian, dari wawancara yang dilakukan pada hari Jumat, 13 Maret 2015 terhadap remaja dan orang tua yang sama saat observasi diperoleh informasi bahwa remaja merasa kurang dikontrol oleh orang tua dalam kegiatan sehari-harinya, setiap keinginannya harus dipenuhi, orang tua sibuk bekerja sehingga remaja bebas dalam menjalani setiap kegiatan yang diinginkan, remaja diberikan kebebasan untuk menentukan sendiri hal-hal yang disukainya, remaja membenci orang tua karena orang tua tidak mau menuruti keinginan remaja serta remaja marah dan tertekan terhadap sikap orang tua yang tidak mau menuruti keinginannya. Sedangkan informasi yang diperoleh dari orang tua adalah orang tua memberikan kebebasan kepada remaja karena orang tua sibuk dengan pekerjaan sehingga kurang memiliki banyak waktu untuk mengontrol remaja, orang tua bersikap memanjakan remaja, orang tua yang menuruti setiap keinginan remaja tanpa memperhatikan kebutuhan remaja dan orang tua tidak memberikan bimbingan yang baik pada saat remaja melakukan kesalahan.

Dari fenomena di lapangan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) Gambaran pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja. 2) Dampak pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja. 3) Model pengembangan kegiatan bimbingan dan konseling dalam mengatasi pola asuh permisif.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 di Jorong Sidodadi Kecamatan Kinali Kabupaten Pasaman Barat terhadap profil pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja. Sasaran yang diteliti yaitu 2 pasang orang tua, 2 orang remaja dan 1 orang kakak laki-laki remaja.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang

(4)

dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2012:

6).

Informan penelitian di dalam penelitian kualitatif berkaitan dengan langkah yang ditempuh peneliti agar data atau informasi dapat diperolehnya. Menurut Iskandar (2009: 213) “Informan penelitian merupakan subjek yang memberikan informasi tentang fenomena-fenomena situasi sosial yang berlaku di lapangan.

Informan penelitian merupakan subjek yang memiliki hubungan karakteristik dengan situasi sosial (setting social) yang diteliti”.

Pada penelitian ini informan kunci yang menjadi sasaran adalah 2 pasang orang tua dan informan tambahan adalah 2 orang remaja serta 1 kakak lelaki remaja.

Pada pelaksanaan penelitian ini, informan penelitian akan ditetapkan dengan teknik purposive sampling. Yusuf (2005:

205) mengungkapkan “Teknik purposive sampling merupakan penentuan sampel yang dilandasi tujuan dan pertimbangan- pertimbangan tertentu terlebih dahulu”.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Menurut Yusuf (2005:278) bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau proses interaksi antara pewawancara dengan responden atau orang yang di wawancarai melalui komunikasi langsung. Data ini diuji dengan melakukan triangulasi data, setelah itu dianalisis melalui tiga tahap: 1. Reduksi data, 2.

Penyajian data, 3. Penarikan kesimpulan.

Hasil dan Pembahasan

Secara umum hasil penelitian mengenai profil pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja adalah sebagai berikut:

1. Gambaran Pola Asuh Orang Tua Tipe Permisif dalam Membentuk tingkah Laku Remaja.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti laksanakan diperoleh hasil bahwa gambaran pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja menunjukkan kurangnya kontrol dan bimbingan yang diberikan orang tua

pada tingkah laku remaja. Selain itu, orang tua memberikan kebebasan kepada remaja atas setiap kegiatan yang dilakukannya baik yang bermanfaat maupun yang tidak bermanfaat. Orang tua menyerahkan keputusan sepenuhnya kepada anak tanpa memperhatikan kebutuhannya sehingga anak bebas membeli barang apapun tanpa menyesuaikan dengan kebutuhannya.

Setiap kesalahan pada perilaku negatif yang ditunjukkan remaja, yang dilakukan orang tua adalah hanya memberi nasehat tanpa memberikan hukuman hukuman yang tegas kepada remaja sehingga remaja bebas mengulang kembali perilaku negatifnya.

Pola asuh yang ditunjukkan orang tua di atas, diperjelas lagi oleh Proboningrum (Isnasari, 2014: 28-29) aspek-aspek yang terdapat dalam pola asuh permisif antara lain: Orang tua bersifat toleran terhadap remaja, bahkan orang tua tidak peduli tindakan anak, sehingga orang tua tidak memberi batasan atau peraturan-peraturan tertentu dalam keluarga, hukuman atau hadiah tidak pernah diberikan orang tua terhadap sikap anak baik yang bersifat positif maupun negatif, komunikasi hampir tidak ada antara orang tua dan anak, semua keputusan diserahkan kepada anak sepenuhnya tanpa memperhatikan kebutuhannya serta kontrol orang tua terhadap anak sangatlah longgar.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa orang tua menerapkan pola asuh tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja terlihat bahwa orang tua kurang memberikan control dan bimbingan kepada remaja bahkan cenderung memberikan kebebasan.

2. Dampak Pola Asuh Orang Tua Tipe Permisif dalam Membentuk Tingkah Laku Remaja.

Berdasarkan wawancara yang telah peneliti laksanakan diperoleh hasil bahwa dalam kesehariannya orang tua menerapkan pola asuh dengan kebebasan yang luas dan kurang dalam memberikan kontrol dan bimbingan terhadap tingkah laku yang ditunjukkan remaja. Oleh karena itu, dampak yang pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk

(5)

tingkah laku remaja yang peneliti peroleh dari penelitian adalah perilaku negatif.

Perilaku negatif tersebut seperti agresif, impulsif, tidak patuh pada orang tua, kurang mandiri, kurang berorientasi pada tujuan, kurang mampu mengontrol diri sendiri serta bersifat berkuasa.

Sejalan dengan temuan tersebut, Baumrind (Santrock, 2007: 168) dari hasil penelitiannya menyatakan: Orang tua dengan pola pengasuhan permisif (menuruti) akan menghasilkan remaja yang tidak pernah belajar mengendalikan perilakunya sendiri dan selalu berharap mendapatkan keinginannya. Remaja yang memiliki orang tua yang selalu menurutinya jarang belajar menghormati orang lain dan mengalami kesulitan untuk mengendalikan perilakunya.

Mereka mungkin mendominasi egosentris, tidak menuruti aturan dan kesulitan dalam hubungan dengan teman sebaya (peer).

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa pola asuh orang tua tipe permisif cenderung membentuk remaja dengan perilaku negatif.

3. Model Pengembangan Bimbingan dan Konseling

Rasional model pengembangan bimbingan dan konseling dalam mengatasi dampak pola asuh permisif adalah dalam kehidupan sehari-hari orang tua mempraktikkan pola asuh tipe permisif yang kurang dalam memberikan kontrol dan bimbingan terhadap perilaku remaja sehingga menimbulkan dampak negatif pada perilaku remaja seperti agresif, impulsif, tidak patuh pada orang tua, kurang mandiri, kurang berorientasi pada tujuan, kurang mampu mengontrol diri sendiri dan bersifat berkuasa.

Perilaku negatif ini menunjukkan perlunya kegiatan bimbingan dan konseling. Kegiatan bimbingan dan konseling adalah upaya pemberian bantuan yang diberikan konselor kepada klien dalam rangka mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta terentaskannya permasalahan klien.

Model pengembangan kegiatan bimbingan dan konseling dalam mengatasi dampak pola asuh permisif ini bertujuan untuk mengubah tingkah laku remaja yang menyimpang agar pola asuh

permisif tidak lagi dianggap sebagai pola asuh yang salah karena bimbingan dan kontrol yang diberikan kurang.

Pengubahan tingkah laku remaja bertujuan untuk mewujudkan kesehatan mental yang positif pada diri remaja sehingga remaja mampu memecahkan masalah dengan baik dan mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya. Fungsi model pengembangan kegiatan bimbingan dan konseling dalam mengatasi dampak pola asuh permisif adalah fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, pemeliharaan dan pengembangan.

Model pengembangan yang dapat peneliti ungkapkan dalam mengatasi dampak pola asuh permisif ini adalah dengan menggunakan model terapi dalam keluarga. Menurut Almasyitoh (2012: 31) terapi keluarga adalah cara baru untuk mengetahui permasalahan seseorang, memahami perilaku, perkembangan simtom dan cara pemecahannya. Model terapi keluarga yang peneliti ungkapkan dapat dilakukan dengan 2 kegiatan yaitu:

a. Perbaikan Komunikasi

Komunikasi adalah inti dari semua perhubungan. Itu berarti, di mana ada masyarakat yang melakukan hubungan sosial, di situ ada kegiatan komunikasi. Komunikasi yang berlangsung dalam keluarga tidak seperti di pasar. Komunikasi di keluarga bernilai pendidikan. Karena tanggung jawab orang tua adalah mendidik anak, maka komunikasi yang berlangsung dalam keluarga bernilai pendidikan. Djamarah (2014:

108) menyatakan “Dalam komunikasi ada sejumlah norma yang ingin diwariskan oleh orang tua kepada anaknya dengan pengandalan pendidikan”.

Komunikasi yang tidak bagus dalam keluarga dapat menimbulkan perilaku yang tidak baik antar anggota keluarga. Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga perlu dilakukan perbaikan. Perbaikan komunikasi ini lebih ditekankan pada aspek kognitif, rasional-behavioral yang berorientasi pada peningkatan kesadaran diri klien sehingga klien

(6)

mampu membuat keputusan baru dan mengubah cara hidupnya. teknik yang

dapat digunakan dalam

menghilangkan gangguan emosional dan perilaku yang merusak diri menurut Willis (2011: 112) adalah self modeling, teknik reinforcement, social modeling dan self-control.

b. Model Konseling Realitas

Model terapi konseling realitas ini dikembangkan oleh William Glasser yang lahir pada tahun 1925.

Dalam hal ini Glasser (Corey, 2007:

263) menyatakan terapi realitas adalah suatu sistem yang difokuskan pada tingkah laku sekarang. Terapi realitas adalah suatu bentuk modifikasi tingkah laku karena dalam penerapan-penerapan institusionalnya merupakan tipe pengkondisian operan yang tidak ketat. Ciri-ciri dalam terapi realitas ini adalah terapi realitas menolak konsep tentang penyakit mental, berfokus pada tingkah laku sekarang alih-alih pada perasaan- perasaan dan sikap-sikap, berfokus pada masa sekarang bukan masa lampau, menekankan pertimbangan- pertimbangan nilai, tidak menekankan tranferensi, menekankan aspek kesadaran, menghapus hukuman dan menekankan tanggung jawab (Corey, 2007: 65-68).

Model konseling realitas dapat diterapkan untuk kelompok orang tua dengan anak-anak yang “sukar diperbaiki”. Orang tua ini dapat mempunyai suatu keadaan pertalian, sebab perasaan hidup mereka dirusak oleh perbuatan anak remaja mereka.

Konselor dapat mengajar orang tua ini bagaimana secara konsisten menggunakan prinsip-prinsip pendekatan konseling realitas dalam mereka menangani anak-anak mereka. Terapi realitas membantu orang-orang dalam menentukan dan memperjelas tujuan mereka.

Dalam membantu klien untuk mencapai identitas keberhasilan, terapis bisa menggunakan beberapa teknik sebagai berikut (Corey, 2007:

277-278):

a) Terlibat dalam permainan peran dengan klien;

b) Menggunakan humor;

c) Mengonfrontasikan klien dan menolak dalih apapun;

d) Membantu klien dalam merumuskan rencana-rencana yang spesifik bagi tindakan;

e) Bertindak sebagai model dan guru;

f) Memasang batas-batas dan menyusun situasi terapi;

g) Menggunakan “terapi kejutan verbal” atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya yang tidak realistis; dan

h) Melibatkan diri dengan klien dalam upayanya mencari kehidupan yang lebih efektif.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan tentang profil pola asuh orang tua tipe permisif dalam membentuk tingkah laku remaja serta model pengembangan bimbingan dan konseling maka dapat diambil kesimpulan:

1. Profil Pola Asuh Orang Tua Tipe Permisif dalam Membentuk Tingkah Laku Remaja.

Orang tua memberikan kebebasan kepada remaja untuk melalukan hal apapun yang diinginkan remaja, Setiap kegiatan atau kesalahan yang dilakukan remaja, orang tua tidak memberikan kontrol dan bimbingan secara tegas, orang tua cenderung menyerahkan kendali dan keputusan kepada remaja.

2. Dampak Pola Asuh Permisif dalam Membentuk Tingkah Laku Remaja

Dampak yang timbul dalam membentuk perilaku remaja adalah agresif, impulsif, tidak patuh pada orang tua, kurang mandiri, serta bersifat berkuasa. Orang tua tidak memberikan hukuman terhadap perilaku negatif remaja ini.

3. Model Pengembangan Kegiatan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Dampak Pola Asuh Permiaif.

Model pengembangan kegiatan bimbingan dan konseling dalam mengatasi dampak pola asuh permisif ini adalah dengan perbaikan komunikasi dalam keluarga dan konseling model realitas.

(7)

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, berikut beberapa saran untuk:

1. Orang tua

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi orang tua dalam menerapkan pola asuh dalam keluarga sehingga dampak yang ditimbulkan dari pola asuh yang diterapkan dapat membentuk kepribadian dan tingkah laku remaja menjadi lebih baik.

2. Remaja

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi remaja untuk bertingkah laku positif dalam masyarakat dan memanfaatkan pola asuh yang diterapkan orang tua dengan sebaik mungkin sehingga remaja tidak lagi menyalahgunakan kebebasan yang diberikan orang tua.

3. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling

Agar dapat membentuk dan membekali para calon guru BK dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga calon guru BK dapat memberikan pengetahuan kepada remaja dan keluarga serta masyarakat dalam menerapkan pola asuh yang sesuai sehingga menghasilkan remaja dengan tingkah laku positif.

4. Peneliti Selanjutnya

Sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian yang terkait dengan profil pola asuh orang tua tipe permisif dengan aspek yang berbeda seperti pola asuh permisif pada orang tua single parent.

Kepustakaan

Almasyitoh, Ummu Hany. (2012). Model Terapi dalam Keluarga. Jurnal Magistra No. 80. Th. XXIV. Hlm. 26- 34.

Corey, Gerald. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung:

Refika Aditama.

Djamarah, Syaiful Bahri. (2014). Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi dalam Keluarga: Upaya Membangun Citra Membentuk Pribadi Anak. Jakarta:

Rineka Cipta.

Kertamuda, Fatchiah E. (2009). Konseling Pernikahan untuk Keluarga

Indonesia. Jakarta: Salemba Humanika.

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga:

Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga Edisi Pertama. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Moleong, Lexy J. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya Offset.

Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan dan Sosial (Kuantitatif dan Kualitatif). Jakarta: Gaung Persada Press.

Isnasari, Yulianita. (2014). Hubungan Pola Asuh Permisif Orang Tua terhadap Kenakalan Remaja di Balai Pemasyarakatan Kelas I Semarang (Pendekatan Bimbingan Konseling Islam). Skripsi: IAIN Walisongo Semarang.

Santrock, John W. (2007). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Surbakti, EB. (2009). Kenalilah Anak Remaja Anda. Jakarta: Elexmedia Komputindo.

Willis, Sofyan S. (2011). Konseling Keluarga (Family Counseling).

Bandung: Alfabeta.

Yusuf, Muri. (2005). Metodologi Penelitian:

Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pola asuh otoritatif orang tua menetapkan aturan khusus belajar dan bermain, menanamkan kebiasaan untuk mandiri, menemani anak ketika belajar, menyediakan