LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM AGROINFORMATIKA
“Seasonal Analysis Program (Varan)”
Disusun Oleh :
Nama : SELVY ISWANDARI NPM : 21025010243
Golongan : C2
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR SURABAYA
2024
TINJAUAN PUSTAKA
Masa tanam memegang peranan penting dalam sistem budidaya pertanian, pemilihan masa tanam yang tepat dapat meminimalkan resiko tanaman mengalami cekaman kekeringan (water stress) pada fase kritis, dan dapat diketahui volume air yang harus ditambahkan untuk
mencapai kebutuhan air yang sesuai, serta memaksimalkan intensitas tanam (Firmansyah, 2010). Faktor penentu musim tanam adalah ketersediaan air yang dipengaruhi
oleh curah hujan. Meskipun penerimaan hujan tahunan tinggi, bahkan di beberapa wilayah telah tersedia fasilitas jaringan irigasi, namun demikian periode tanam pada sebagian besar wilayah produksi tanaman pangan tetap tergantung pada kondisi penerimaan hujan musiman (Hidayati dkk., 2010). Curah hujan merupakan salah satu industri iklim yang sangat besar peranannya dalam mendukung ketersediaan air, terutama pada lahan tadah hujan dan lahan kering (Mardawilis & Ritonga 2016).
Pengaturan waktu tanam merupakan industry ve untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian, karena waktu tanam berpengaruh terhadap produksi yang dicapai. Oleh sebab itu waktu tanam perlu diperhatikan agar supaya dalam mengusahakan suatu jenis tanaman dapat memberikan hasil yang baik (Syaifuddin, 2010). Jadwal dan pola tanam di lahan kering sangat ditentukan oleh kondisi curah hujan bulanan di wilayah yang bersangkutan. Saat ini petani menetapkan jadwal dan pola tanam berpedoman pada kebiasaan yang turun menurun, antara lain berdasarkan bulan dan terjadinya hujan. Penetapan seperti ini selain pola tanam kurang optimal juga seringkali mendatangkan risiko gagal panen akibat kegagalan prediksi.
Curah hujan dan ketersediaan air dalam tanah merupakan dua faktor penting dalam memenuhi kebutuhan air tanaman (Iga dkk., 2016).
Perubahan iklim yang terjadi dapat berpengaruh pada produktivitas tanaman jagung.
Salah satu upaya adaptasi yang paling jitu dalam menghadapi dampak perubahan iklim, seperti kondisi iklim yang tidak menentu dan pergeseran musim, adalah melakukan penetapan pola tanam dan kalender tanam dengan mempertimbangkan kondisi iklim (Runtunuwu et al. 2013).
Perubahan iklim merupakan salah satu faktor dapat mempengaruhi produktivitas ndust pertanian, termasuk berdampak pada menurunnya produksi dan produktivitas komoditas pangan (Soeparno et al., 2013). Kesuburan tanah adalah potensi tanah untuk menyediakan ndust hara dalam jumlah yang cukup dalam bentuk yang tersedia dan seimbang untuk menjamin pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimum (Yamani, 2010).
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis
Gambar 1.1 Grafik Harvested Yield (kg/ha)
Box plot hasil panen (kg dm/ha) menunjukkan distribusi data dari enam perlakuan (Treatment 1–6), dengan kisaran hasil antara 2160–7660 kg dm/ha. Perlakuan 5 memiliki performa terbaik, ditunjukkan oleh median dan rentang distribusi tertinggi, mengindikasikan efektivitas yang maksimal. Sebaliknya, perlakuan 6 memiliki hasil terendah dengan rentang distribusi yang sempit, menunjukkan kurangnya efektivitas. Perlakuan 1 hingga 4 memiliki pola distribusi yang serupa, dengan median yang hampir sama dan rentang data yang cukup luas, tetapi masih berada di bawah perlakuan 5. Secara keseluruhan, perlakuan 5 tampak paling optimal dalam meningkatkan hasil panen, sementara perlakuan lainnya memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk perbaikan.
Gambar 1.2 Harvested Yield dan Planting Date
Grafik di atas menunjukkan hubungan linier antara tanggal panen (Harvest date) dengan parameter yang diukur (kemungkinan hasil panen atau parameter pertumbuhan lain) dalam rentang nilai 110 - 140. Sumbu horizontal (x) merepresentasikan waktu atau tanggal panen, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan nilai parameter yang meningkat secara bertahap.
Pola linier positif ini mengindikasikan bahwa parameter tersebut meningkat seiring berjalannya waktu hingga waktu panen terakhir. Grafik ini mengindikasikan tren yang konsisten, di mana setiap tambahan waktu memberikan kontribusi signifikan terhadap kenaikan parameter yang diukur, mencerminkan efisiensi atau keberhasilan perlakuan yang diterapkan selama masa tanam.
Gambar 1.3 Harvested Yield dan Maturity Date
Grafik ini menunjukkan hubungan linier positif antara tanggal panen (Harvest date) pada sumbu horizontal dan nilai parameter yang diukur pada sumbu vertikal, dalam rentang 200 hingga 230. Data ini mengindikasikan bahwa parameter yang diukur mengalami peningkatan secara konsisten seiring berjalannya waktu menuju tanggal panen terakhir. Pola linier ini mencerminkan pertumbuhan atau akumulasi parameter tertentu (misalnya berat panen atau kandungan nutrisi) yang stabil dan berkelanjutan selama periode waktu tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan yang diterapkan berhasil memberikan pengaruh positif yang terus berkembang hingga waktu panen.
Gambar 1.4 Harvested Yield dan Yd rain prod
Grafik ini menunjukkan hubungan negatif antara tanggal panen (Harvest date) pada sumbu horizontal dan parameter yang diukur pada sumbu vertikal, dengan nilai parameter menurun dari 16 ke sekitar 9 seiring waktu. Pola penurunan ini mengindikasikan bahwa parameter tersebut, kemungkinan berkaitan dengan kualitas atau sifat tertentu, mengalami penurunan secara konsisten mendekati waktu panen terakhir. Tren ini mungkin mencerminkan degradasi atau penurunan efektivitas perlakuan terhadap variabel yang diukur, atau faktor lain seperti umur tanaman yang memengaruhi hasilnya.
Gambar 1.5 Harvested Yield dan Anthesis
Grafik di atas menunjukkan hubungan linier positif antara tanggal panen (Harvest date) pada sumbu horizontal dan nilai parameter pada sumbu vertikal, dengan nilai parameter meningkat dari sekitar 170 hingga 190. Tren ini mencerminkan adanya kenaikan konsisten pada parameter yang diukur seiring waktu menuju panen. Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan atau kondisi tertentu memberikan pengaruh positif terhadap pertumbuhan atau akumulasi nilai parameter tersebut selama periode waktu tertentu. Grafik ini menunjukkan efektivitas perlakuan yang stabil dalam mendukung peningkatan parameter hingga panen terakhir.
DAFTAR PUSTAKA
Firmansyah M. A. 2010. Teori dan Praktik Neraca Air untuk Menunjang Tugas Penyuluh Pertanian di Kalimantan Tengah. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta.
Hidayati, R., Impron, and B. D. Dasanto. 2010. Pengembangan kalender tanaman semidinamik untuk penyusunan alternative pola tanam dengan risiko iklim minimum berdasarkan karakteristik ENSO. Laporan Hasil Penelitian-Hibah Penelitian I-MHERE B2C. Bogor.
Iga, Dainty., Sirajuddin, Abdullah., Asih, Priyati. 2016. Analisis Peluang Curah Hujan untuk Penetapan Pola dan Waktu Tanam serta Pemilihan yang sesuai di Desa Masbagik Kecamatan Masbagik Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian dan Biosistem. 4(1): 207-216.
Mardawilis E, Ritonga. 2016. Pengaruh Curah Hujan terhadap Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Dalam: Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal.
Runtunuwu E, Syahbuddin H, Ramadhani F. 2013. Kalender Tanam sebagai Instrumen Adaptasi Perubahan Iklim. Litbang.
Soeparno H, Pasandaran E, Syarwani M, Dariah A, Pasaribu S M, Saad N S. (Eds). 2013.
Politik Pembangunan Pertanian Menghadapi Perubahan Iklim. Jakarta: IAARD Press.
Syaifuddin, I. Mado, Idris. 2010. Perbedaan waktu tanam kacang hijau dalam pertanaman jagung. Jurnal Agrisistem. 6 (1) : 1-6.
Yamani, A .2010. Kajian Tingkat Kesuburan Tanah Pada Hutan Lindung Gunung Sebatung di Kabupaten Kota Baru Kalimantan Selatan. Jurnal Hujan Tropis.
11( 29): 32-35.