Artikel ilmiah yang berjudul “Hubungan Pengetahuan Gizi, Aktivitas Fisik dan Citra Tubuh Terhadap Status Gizi Remaja SMA” ini disetujui dan diperiksa untuk dipresentasikan kepada tim penguji. Telah disetujui, diperiksa dan dipertahankan di hadapan tim penguji judul Karya Tulis Ilmiah di Komisi Pembimbing. Apa yang telah saya raih sampai saat ini tidak luput dari doa bapak ibu saya selama ini, berkat doa mereka saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini.
Alhamdulillahirobil'alamin puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan rezeki kepada hamba-hamba-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Hubungan Aktivitas Fisik, Pengetahuan Gizi dan Citra Tubuh dengan Status Gizi Remaja SMA Penyusunan Karya Tulis Ilmiah pada STIKes Perintis Sumatera Barat tidak lepas dari bimbingan dan dukungan berbagai pihak Ibu Nurhamidah, S.KM, M.Biomed selaku konsultan yang memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam menyusun catatan ilmiah ini.
Rekan-rekan program studi D III Gizi, sahabat-sahabat dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian Karya Ilmiah ini. Oleh karena itu, penulis menantikan kritik, saran dan evaluasi demi perbaikan Penulisan Ilmiah ini.
Latar Belakang
Permasalahan gizi pada remaja putri dapat disebabkan oleh pola makan yang ketat (yang membuat remaja putri tidak mendapatkan pola makan yang seimbang dan bergizi) dan kebiasaan makan yang buruk (Permeasih, 2013). Hal lain yang dapat menyebabkan masalah makan pada remaja putri antara lain faktor keturunan, gaya hidup, dan lingkungan. Status gizi remaja dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal.Faktor internal adalah kesehatan, pemilihan makanan, citra tubuh, psikososial, harga diri dan kebutuhan fisiologis.
Faktor-faktor tersebut akan mempengaruhi perilaku makan remaja sehingga mempengaruhi status gizinya pula (FKMUI, 2012). Salah satu penyebab kebiasaan makan, persepsi citra tubuh dan aktivitas fisik akan mempengaruhi jumlah asupan makanan dan konsumsi zat gizi yang nantinya akan berdampak pada status gizi. Terutama remaja putri yang banyak melakukan diet ketat tanpa memperhatikan kesehatannya hanya agar kurus (Prita, 2010).
Rumusan Masalah
Dapat disimpulkan bahwa remaja di Indonesia masih kurang pengetahuannya mengenai gizi, sehingga masih mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan teratur.
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
Bagi Siswi
Bagi Pihak Sekolah
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Pengetahuan Gizi
Tingkat Pengetahuan
Cara Pengukuran Pengetahuan
Aktivitas Fisik
- Defenisi Aktivitas Fisik
- Manfaat Aktivitas Fisik
- Faktor Yang Memepengaruhi Aktivitas Fisik
- Jenis – Jenis Aktivitas Fisik Remaja
- Pengukuran Aktivitas Fisik
Cara meningkatkan imunitas adalah dengan melakukan aktivitas fisik yang cukup, olahraga yang cukup, olahraga yang cukup, istirahat dan tidur yang cukup. Aktivitas fisik remaja perempuan dan laki-laki pada masa pubertas hampir sama, namun setelah pubertas anak laki-laki mempunyai aktivitas fisik yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan. Pola makan juga sangat mempengaruhi aktivitas fisik, karena jika seseorang makan terlalu banyak atau makan dalam porsi besar maka ia akan malas bergerak, melakukan aktivitas lain apalagi berolahraga.
Aktivitas fisik yang memerlukan usaha yang intens atau terus menerus, gerakan otot yang berirama atau kelenturan. Berdasarkan aktivitas fisik yang telah diuraikan di atas, dapat disimpulkan bahwa kurangnya aktivitas fisik pada anak atau remaja dapat memicu terjadinya obesitas. Jumlah energi dalam suatu aktivitas dihitung sebagai kelipatan BMR per menit yang disebut rasio aktivitas fisik (PAR), dan kebutuhan energi 24 jam menggunakan nilai tingkat aktivitas fisik (PAR), dan kebutuhan energi 24 jam. menggunakan nilai tingkat aktivitas fisik.
Body Image
- Pengertian Body Image
- Faktor – Faktor Yang Memepengaruhi Body Image
- Aspek – Aspek Body Image
- Cara Pengukuran Body Image
Kekuatan psikologis seperti body image dapat mempengaruhi remaja dalam menentukan pola makannya, yang dapat mempengaruhi kecukupan makronutrien dan mikronutrien remaja, dan prevalensi relatif remaja dengan pola makan dalam kisaran kelebihan berat badan akan mengakibatkan peningkatan body image negatif. Namun, jika persepsi terhadap berat badan dikaji lebih dalam, ditemukan bahwa tidak hanya remaja dengan berat badan kurang yang tidak menganggap dirinya kurus, namun mereka juga mengalami kelebihan berat badan terlepas dari status gizi sebenarnya (WHO, 2011). Citra tubuh dapat dipengaruhi oleh banyak hal, seperti media yang selalu menampilkan wanita cantik dan sempurna, serta masyarakat juga memiliki standar ideal yang harus dimiliki remaja agar dapat diakui cantik.
McCarthy (Bell dan Rushforth, 2013:3), mengatakan bahwa budaya mempunyai pengaruh yang besar terhadap pembentukan citra tubuh. Hal ini bisa terjadi karena adanya standar ideal masyarakat, misalnya kecantikan diukur dari warna kulit, kurus, tinggi, dan sebagainya. Standar sosial inilah yang membuat individu merasa rendah diri dan memiliki citra tubuh yang negatif. Hal ini diungkapkan oleh Guiney dan Furlong (Bell dan Rushforth).
Citra diri individu erat kaitannya dengan body image yang dimilikinya. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan identitas. Laki-laki cenderung memiliki pandangan yang lebih positif terhadap kerusakan dibandingkan perempuan. Ditemukan oleh Slade (dalam Bell dan Rushforth, orang yang mengalami obesitas merasa tidak enak dengan tubuh yang dimilikinya. Kepuasan citra tubuh merupakan kepuasan seseorang terhadap bentuk tubuh, ukuran tubuh, dan berat badan.
Pentingnya citra tubuh merupakan penilaian seseorang mengenai penting atau tidaknya citra tubuh dibandingkan dengan hal-hal lain dalam hidupnya. Cara menentukan body image siswi dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait body image siswi dalam bentuk angket. Hal ini terlihat dari perilaku sehari-hari mereka yang melakukan diet untuk mencapai ukuran tubuh yang diinginkan tanpa memperhatikan kesehatan dan kebutuhan nutrisi tubuhnya.
Data body image yang terkumpul dihitung, total skor pertanyaan kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori, body image positif jika skornya tinggi dan body image negatif jika skornya rendah.
Status Gizi
- pengertian Status Gizi
- Penilaian Status Gizi
- Indeks Antropometri
- Cara Mengukur Indeks Masa Tubuh
- Kategori Indeks Masa Tubuh
- Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi
- Hubungan Pengetahuan Gizi Dengan Status Gizi
- Hubungan Body Image Dengan Status Gizi
- Hubungan Aktivitas Fisik Dengan Status Gizi
Oleh karena itu status gizi merupakan ukuran keadaan tubuh manusia yang dapat dilihat dari zat gizi apa yang dikonsumsi tubuh kemudian dibandingkan dengan standarnya yaitu BMI. Penilaian status gizi merupakan suatu proses yang dapat digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang, apakah kelebihan, gizi kurang, atau normal (Hartriyanti dan Triyanti, 2007). Statistik vital merupakan penilaian status gizi berdasarkan data kesehatan dan hubungannya dengan gizi.
Penilaian status gizi dengan faktor ekologi dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah gizi yang berguna untuk intervensi gizi (Supariasa, 2001). Untuk mengetahui status gizi seseorang digunakan kategori ambang batas BMI seperti terlihat pada Tabel 2.1 yang merupakan ambang batas BMI Indonesia. Usia merupakan faktor yang erat kaitannya dengan status gizi, karena semakin bertambahnya usia maka kebutuhan zat gizi juga akan semakin meningkat.
Sarapan pagi sangat penting karena tidak sarapan dapat menyebabkan penurunan energi, protein dan nutrisi dalam tubuh (Brown et al, 2005). Karbohidrat merupakan sumber yang dapat kita temukan di berbagai tempat, Karbohidrat merupakan asupan energi utama yang diperlukan oleh tubuh (Djunaedi, 2001) Sumber karbohidrat berasal dari sereal atau biji-bijian, umbi-umbian, kacang-kacangan dan gula. Orang yang mempunyai pendapatan tinggi atau dapat berswasembada dengan asupan zat gizi yang dibutuhkan tubuh (Gesisler, 2005).
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara pengetahuan gizi dan status gizi antara pengetahuan gizi dan kesehatan dengan tingkat pendidikan, keterampilan, semakin baik tingkat kesehatan pangan keluarga, semakin baik pula pola asuh orang tua maka semakin banyak keluarga yang menggunakan pelayanan kesehatan, sehingga diharapkan status gizinya baik, hal ini menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi yang baik belum tentu diikuti dengan pola makan dan. Status gizi tidak hanya dipengaruhi oleh pengetahuan yang merupakan faktor tidak langsung, namun juga dipengaruhi oleh faktor langsung seperti infeksi dan konsumsi makanan. Pengetahuan gizi yang baik tidak selalu menjadi dasar dalam pemilihan makanan bergizi, namun tetap dipengaruhi oleh kebiasaan dan daya pembeli. Pengetahuan gizi pengaruh sikap dan perilaku terhadap pilihan makanan Pengetahuan gizi yang baik diharapkan dapat mempengaruhi konsumsi pangan yang baik sehingga dapat pula berujung pada status gizi yang baik. Pengetahuan yang kurang tentang gizi dan kesalahan dalam pemilihan makanan akan mempengaruhi status gizi (Syahrir, 2013).
Terdapat hubungan positif yang signifikan antara citra tubuh dan status gizi antara persepsi citra tubuh dan frekuensi makan, semakin negatif terdapat perbedaan status ketidakpuasan antara laki-laki dan perempuan, dengan laki-laki yang mengalami obesitas jauh lebih kecil kemungkinannya untuk merasa tidak puas dengan citra tubuh dibandingkan perempuan. adalah fakta bahwa wanita cenderung melebih-lebihkan ukuran tubuhnya dibandingkan pria. Artinya semakin besar ketidakpuasan terhadap body image maka semakin tidak normal status gizinya (gemuk dan obesitas).
Analisa Data
Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tinangkung diperoleh hasil bahwa 80 responden (85,1%) mempunyai status gizi normal, dan 14 orang obesitas gizi normal (54,9%), namun hampir 2/5 responden mempunyai berat badan berlebih dan obesitas (45,1%) (Fitriani Rika, dkk 2020). Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 9 Surabaya Pada kategori status gizi diketahui remaja putri dengan status gizi normal memiliki persentase sebesar 71%.
Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 1 Tinangkung memperoleh hasil penelitian yang menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan gizi buruk namun mempunyai status gizi normal karena kurangnya pengetahuan gizi yang dimiliki responden belum tentu memberikan dampak negatif terhadap kebiasaan makannya. Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa p tersebut berarti terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara pengetahuan pola makan seimbang dengan gizi pada remaja putri (Muliyati Hepti, dkk, 2019). Penelitian dilakukan di SMA Negeri 86 Jakarta. Sebanyak (89,2%) siswa yang tidak memiliki pengetahuan tentang gizi seimbang mempunyai status gizi yang lebih baik.
Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 86 Jakarta Jumlah yang sama (90,0%) siswa dengan body image negatif mempunyai status gizi lebih tinggi. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 9 Surabaya Berdasarkan Tabel 2, uji korelasi menggunakan uji Spearman menyatakan bahwa antara citra tubuh dengan status gizi menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan p-value < 0,001. Hasil tersebut menunjukkan adanya hubungan antara body image dengan status gizi siswi SMA Negeri 9 Surabaya (Bimantara Muhammad Dimas, dkk, 2019).
Hasil uji Chi Square menunjukkan bahwa p ini berarti secara statistik terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan status gizi pada remaja putri (Muliyati Hepti, dkk, 2019). Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 7 Surakarta mengambil hasil tes menggunakan Pearson Chi Square, ditemukan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi (p-value = 0,892) (Saint Hayuningrat Odyssey, dkk, 2019). Hubungan aktivitas fisik, pengetahuan gizi dan body image dengan status gizi siswa SMA N 7 Kesehatan Surakarta.
Hubungan body image, asupan energi dan aktivitas fisik dengan status gizi pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau angkatan 2014.
Kearngka Konsep
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisa Bivariat