• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Program Studi Diploma Tiga Keperawatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Program Studi Diploma Tiga Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN : NYERI

Desy Anjani Priastika1*, Galih Setia Adi, SKep., Ns., M.Kep 2

Mahasiswa1, Dosen 2, Program Studi Diploma Tiga Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta

Email:

ABSTRACT: Hypertension is an abnormal increase in blood pressure in the arteries continuously over a period. Hypertension is one of the most influential risk factors for the incidence of heart and blood vessel disease. One technique to reduce pain in hypertensive patients is by administering progressive muscle relaxation therapy. The purpose of this case study is to find out the description of nursing care in hypertensive patients in meeting the needs of safe and comfortable pain. This type of case study is descriptive using a case study approach. The subject in this case study is one patient who suffers from hypertension according to predetermined criteria.

Nursing action of progressive muscle relaxation therapy for 3 days showed a decrease in pain scale from 5 to 1 and a decrease in blood pressure from 160/90 mmHg to 130/80 mmHg. Recommendations for progressive muscle relaxation therapy are effective for hypertension patients who experience pain.

Keywords: Pain, progressive muscle relaxation, hypertension

ABSTRAK: Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih dari suatu periode. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah. Salah satu teknik untuk mengurangi nyeri pada pasien hipertensi dengan pemberian terapi relaksasi otot progresif. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman nyeri. Jenis studi kasus ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Subjek dalam studi kasus ini adalah satu pasien yang menderita hipertesi yang sesuai dengan kriteria yang sudah di tentukan. Dilakukan tindakan keperawatan terapi relaksasi otot progresif selama 3 hari didapatkan hasil terjadi penurunan skala nyeri dari 5 menjadi 1 dan penurunan tekanan darah dari 160/90 mmhg menjadi 130/80 mmhg.

Rekomendasi tindakan terapi relaksasi otot progresif efektif dilakukan pada pasien Hipertensi yang mengalami nyeri.

Kata Kunci : Nyeri, Relaksasi otot progresif, Hipertensi

(2)

PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang termasuk Indonesia. Hipertensi merupakan salah satu faktor penting sebagai pemicu penyakit tidak menular (non communicable disease) seperti penyakit jantung, stroke dan yang lainnya. Penyakit yang disebabkan oleh hipertensi menjadi salah satu penyebab kematian paling tinggi di dunia. Hipertensi sering disebut sebagai "silent killer" (pembunuh siluman), karena sering kali penderita hipertensi bertahun-tahun tanpa merasakan gangguan atau gejala (Kowalski, 2010).

Di tahun 2020 sekitar 1,56 miliar orang dewasa akan hidup dengan hipertensi. Hipertensi membunuh hampir 8 miliyar orang setiap tahun di dunia dan hampir 1,5 juta orang setiap tahunnya di kawasan Asia Timur- Selatan. Prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2018 sebesar 34,11%.

Prevalensi hipertensi pada penduduk di Indonesia yang berusia 18-24 tahun sebesar (13.22%), umur 25-34 tahun (20,13%) , umur 35-44 tahun ( 31,61%), umur 45-54 tahun (45,32%), umur 55-64 tahun (55,22%), umur 65- 74 tahun (63,22%) dan mengalami peningkatan pada umur >75 tahun (69,53%) (Kemenkes RI, 2018). Jawa Tengah menempati peringkat ke–

empat terjadinya hipertensi di Indonesia yaitu sebesar 37,57%

(Kemenkes RI, 2018). Data Profil Kesehatan Jawa Tengah, penyakit hipertensi menempati proporsi terbesar dari penyakit tidak menular yang

dilaporkan, yaitu sebesar 57,87%

(Dinkes Provinsi Jateng, 2018).

Hipertensi adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg.

Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya (Nurarif dan Kusuma, 2015).

Adapun pengobatan secara non farmakologi, antara lain:

Mengontrol asupan makanan, menurunkan berat badan, pembatasan konsumsi alkohol dan tembakau, hindari stress dan berolahraga secara teratur, edukasi psikologis (terapi relaksasi).

Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti. Berdasarkan keyakinan bahwa tubuh manusia berespons pada kecemasan dan kejadian yang merangsang pikiran dengan ketegangan otot. Teknik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks (Herodes, 2010).

Berdasarkan data dan informasi tersebut penulis tertarik melakukan pengelolaan kasus keperawatan dalam bentuk karya tulis ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman: Nyeri”.

(3)

METODE

Rancangan studi kasus ini mengevaluasi skala nyeri pasien sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Sebelum dilakukan tindakan subjek dilakukan pengukuran skala nyeri, menggunakan skala NRS kemudian dilakukan intervensi relaksasi otot progresif dan terapi musik setelah itu kembali dilakukan pemgukuran skala nyeri kembali.

Keefektifan dari tindakan terapi relaksasi otot progresif tersebut dapat dilihat dari penurunan skala nyeri dari 5 menjadi 1 selama 3 hari.

Pengambilan data dilakukan 16-18 Februari 2021 Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, observasi, pemeriksaan fisik serta studi dokumentasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hari pertama tanggal 16 Februari 2021 adalah mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala, intensitas nyeri.

Memberikan teknik nonfarmakologi (relaksasi otot progresif) dan didapatkan hasil subjektif : pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan tanda - tanda vitalnya dan bersedia untuk diajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi otot progresif), data objektif TD : 160/100 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi:

20x/menit, suhu : 36,5°C. Pasien mengatakan P: nyeri karena pusing dan tengkuk leher berat, Q : di tusuk- tusuk, R : di kepala dan tengkuk leher, S: skala 5, T: hilang timbul, setelah di berikan terapi relaksasi otot progresif

mengatakan lebih nyaman nyeri sedikit berkurang. Data objektif yang terkaji pasien tampak menahan rasa nyeri, pasien tampak memegangi bagian yang nyeri, Tekanan darah setelah diberikan relaksasi yaitu 150/90 mmHg.

Pada hari kedua mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala, intensitas nyeri.

Memberikan teknik nonfarmakologi (relaksasi otot progresif) dan didapatkan hasil subjektif : pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan tanda - tanda vitalnya dan bersedia untuk diajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi otot progresif), data objektif TD : 150/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi:

20x/menit, suhu : 36,5°C. Pasien mengatakan P: nyeri karena pusing dan tengkuk leher berat, Q : di tusuk- tusuk, R : di kepala dan tengkuk leher, S: skala 3, T: hilang timbul. Setelah diberikan terapi non farmakologi relaksasi otot progresif pasien masih tampak menahan sakit. Tekanan darah setelah diberikan relaksasi yaitu 140/90 mmHg.

Pada hari ke tiga

mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, skala, intensitas nyeri. Memberikan teknik nonfarmakologi (relaksasi otot progresif) dan didapatkan hasil subjektif : pasien mengatakan bersedia untuk dilakukan pemeriksaan tanda - tanda vitalnya dan bersedia untuk diajarkan teknik nonfarmakologi (relaksasi otot progresif), data objektif TD : 140/90 mmHg, nadi 80x/menit, respirasi: 20x/menit, suhu : 36,5°C.

Pasien mengatakan P: nyeri karena

(4)

pusing dan tengkuk leher berat, Q : di tusuk-tusuk, R : di kepala dan tengkuk leher, S: skala 1, T: hilang timbul.

Setelah diberikan terapi non farmakologi relaksasi otot progresif pasien tampak rileks dan nyaman.

Tekanan darah setelah diberikan relaksasi yaitu 130/80 mmHg.

Berdasarkan hasil studi, diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi keperawatan berupa terapi relaksasi otot progresif selama 15 – 20 menit, kemudian untuk merelaksasikan ototnya selama 5 menit.

Diagram 1.1 Diagram Evaluasi Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Keperawatan dengan Pemberian Terapi Relaksasi Otot Progresif

0 5

Pre Test Hari ke 1

Post Test Hari Ke 1

Pre Test Hari Ke 2

Post Test Hari Ke 2

Pre Test Hari ke 3

Post Test Hari ke 3 5

3 3

2 2

1

Diagaram Penurunan Skala Nyeri Pre Test Dan Post Test

Skala Nyeri

Diagram 2.1 Diagram Evaluasi Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah Dilakukan Intervensi Keperawatan dengan Pemberian Terapi Relaksasi Otot

Progresif

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Pre Test Hari ke 1

Post Test Hari Ke 1

Pre Test Hari Ke 2

Post Test Hari Ke 2

Pre Test Hari ke 3

Post Test Hari ke 3

160 150 150 140 140

130

100 90 90 90 90 80

Diagaram Penurunan Tekanan Darah Pre Test Dan Post Test

Sistolik Diastolik

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hurun, Nurul, dan Marsaid (2018) mengatakan bahwa pemberian teknik relaksasi otot progresif sangat berpengaruh terhadap penurunan tekanan darah dibandingkan dengan responden yang tidak mendapatkan tindakan relaksasi otot progresif. Efek dari teknik relaksasi otot progresif yang membuat responden rileks, teknik relaksasi otot relaksasi progresif dapat membantu

menurunkan sekresi CRH

(corticotropin releasing hormone) dan ACTH (adreno cortico trophic hormone) di hipotalamus. Sekresi yang menurun dari kedua hormon ini menyebabkan aktivitas kerja saraf simpatis menurun, sehingga pengeluaran adrenalin dan noradrenalin berkurang. Penurunan adrenalin dan noradrenalin mengakibatkan penurunan denyut jantung, pembuluh darah melebar, resistensi pembuluh darah berkurang dan pompa jantung menurun sehingga tekanan darah arteri jantung menurun.

Setelah dilakukan relaksasi, beberapa

(5)

subjek merasakan kondisi fisik yang berbeda, misalnya berkurangnya sakit kepala dan kelelahan fisik serta tidak mengalami kesulitan dan gangguan pada saat tidur. Istirahat yang cukup, membuat penderita hipertensi tidak mudah mengalami kelelahan fisik.

Secara fisik, relaksasi akan menimbulkan rasa nyaman atau relaks.

Dalam keadaan relaks, tubuh melalui otak akan memproduksi endorphin yang berfungsi sebagai analgesik alami tubuh dan dapat meredakan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik).

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kasus dan pembahasan mengenai terapi relaksasi otot progresif terhadap pasien yang mengalami hipertensi, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terapi relaksasi otot progresif sangat efektif untuk menurunkan nyeri dan tekanan darah pasien hipertensi.

SARAN

Hasil studi kasus ini dapat digunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan mengenai intervensi non farmakologi berupa relaksasi otot progresif untuk menurunkan nyeri dan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Herodes. (2010). Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Insomnia Pada Lansia. Diakses pada tanggal 20 Januari 2014.

http://herodessolution.blogspot.c om/2010/11/teknik-relaksasi- progresif-terhadap.

Kemenkes Ri. (2018). Riset Kesehatan Dasar; RISKESDAS. Jakarta : Balitbang Kemenkes Ri

Kowalski, Robert. (2010). Terapi Hipertensi: Program 8 minggu Menurunkan Tekanan Darah Tinggi. Alih Bahasa: Rani Ekawati. Bandung: Qanita Mizan Pustaka

Nurarif,A.H&Kusuma,H.(2015).Aplik asi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC, Edisi Revisi Jilid 1. Yogyakarta : Mediaction

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi yang diperoleh pada hari pertama yaitu Senin 24 Januari 2022 diperoleh data subjektif pasien mengatakan nyeri setelah post operasi dengan pengkajian nyeri P : luka post

Moewardi diketahui bahwa setelah dilakukan intervensi keperawatan dengan memberikan terapi relaksasi otot progresif selama 3 hari pada pagi, siang, dan sore hari terdapat hasil yang

Salah satu intervensi untuk menurunkan nyeri pada pasien hipertensi yaitu Kompres hangat karena dapat memberikan rasa hangat pada daerah tertentu, karena panas yang dihasilkan mampu

2 Evaluasi Peningkatan Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak Usia Prasekolah Berdasarkan diagram diatas menunjukkan sebelum dan sesudah dilakukan pendidikan kesehatan

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan gejala mayor: pasien mengeluh nyeri, mengeluh pusing berputar, gejala

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman nyeri, dengan masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan

Implementasi hari ketiga pada tanggal 22 Januari 2022 jam 09.30 WIB dilakukan kegiatan mengidentifikasi skala nyeri klien mengatakan pada kedua lutut terasa nyeri seperti ngilu, dan

Hasil studi kasus menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal kronik dalam pemenuhan kebutuhan fisiologis diberikan intervensi pemberian terapi teknik