Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta 2022
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN HIPERTENSI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AMAN DAN NYAMAN NYERI Nova Nur Hidayah1, Ari Pebru Nurlaily2, Anissa Cindy Nurul Afni3
1Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
2,3Dosen Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta
*Email Penulis : [email protected] ABSTRAK
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang dikenal sebagai "The Silent Killer" atau "pembunuh senyap" karena muncul tanpa keluhan. Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal, dengan tekanan sitolik ≥ 140 mmHg dan diastolik ≥ 90 mmHg. Gejala yang ditimbulkan seperti pusing, nyeri kepala, tengkuk terasa berat, penglihatan kabur. Nyeri dapat mempengaruhi aktivitas dan gangguan rasa aman nyaman karena nyeri. Pasien dengan peningkatan tekanan darah dan nyeri dapat berikan tindakan teknik non farmakologis, dengan teknik relaksasi pernapasan diafragma. Tujuan studi kasus ini adalah untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman:
nyeri. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus, dengan pengelolaan asuhan keperawatan pada tanggal 21 Januari 2022 menggunakan instrument skala NRS (Numeric Rating Scale) dan alat bantu sphygmomanometer, untuk mengukur tingkat nyeri dan tekanan darah. Subjek studi kasus ini adalah satu orang pasien hipertensi dengan gangguan kebutuhan aman dan nyaman nyeri di ruang IGD RSUD Karanganyar. Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien Hipertensi dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman nyeri, dengan masalah keperawatan nyeri akut yang dilakukan tindakan keperawatan teknik relaksasi pernapasan diafragma selama 10 menit, sehingga didapatkan hasil terjadi penurunan tekanan darah dan skala nyeri, dari tekanan darah 210/110 mmHg menjadi 200/105 mmHg dan tingkat nyeri dari skala 6 menjadi skala 4.
Rekomendasi tindakan teknik relaksasi pernapasan diafragma efektif dilakukan pada pasien Hipertensi.
Kata kunci : Hipertensi, Nyeri, Teknik relaksasi pernapasan diafragma
Associate’s Degree in Nursing Study Program Faculty of Health Sciences Kusuma Husada University of Surakarta 2022
NURSING CARE IN HYPERTENSION PATIENTS IN CASE OF SAFETY NEEDS AND CONVENIENT PAIN
Nova Nur Hidayah1, Ari Pebru Nurlaily2, Anissa Cindy Nurul Afni3
1 Student of Associate’s Degree in Nursing Study Program of Faculty of Health Sciences of Kusuma Husada University of Surakarta
2,3 Lecturer of Associate’s Degree in Nursing Study Program of Faculty of Health Sciences of Kusuma Husada University of Surakarta
*Author Email : [email protected] ABSTRACT
Hypertension is a non-communicable disease known as "The Silent Killer" since it appears without any complaints. Hypertensive patients experience an increase in blood pressure above normal, with systolic pressure 140 mmHg and diastolic 90 mmHg. The symptoms including dizziness, headache, heavy neck, blurred vision. The pain can affect activities and interfere with a sense of safety and convenient due to pain. Patients with increased blood pressure and pain can be treated by non-pharmacological techniques, with diaphragmatic breathing relaxation techniques. The purpose of this case study is to find out the description of nursing care in hypertensive patients in meeting the needs of safety and convenient: pain. The research conducted descriptive mrthod by using a case study approach, with the nursing treatment on January 21, 2022 using the NRS (Numeric Rating Scale) scale instrument and the sphygmomanometer, to measure the level of pain and blood pressure. The subject of this case study was a hypertensive patient with a need for safety and convenient pain relief in the emergency room at RSUD Karanganyar. The results of the study showed that the treatment of nursing care to hypertension patients with acute pain nursing issue in meeting the needs of safety and convenient pain, through nursing actions that is diaphragmatic breathing relaxation techniques for 10 minutes, obtained result as a decrease in blood pressure and pain scale, from blood pressure of 210 /110 mmHg to 200/105 mmHg and pain levels from a scale of 6 to a scale of 4. It is recommended or effective to apply diaphragmatic breathing relaxation techniques to hypertension patients.
Keywords: Hypertension, pain, diaphragmatic breathing relaxation technique
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi, merupakan penyakit yang paling dikenal masyarakat Indonesia bahkan di dunia, hingga menjadi masalah kesehatan cukup besar untuk dapat diatasi. Penyakit ini menyerang sistem kardiovaskuler (Arum, 2019).
Penyakit tidak menular ini sering disebut “The silent killer” atau
“Pembunuh senyap” karena muncul tanpa keluhan, dan diperkirakan 46%
penderitanya tidak sadar mengalami hipertensi (Kemenkes RI, 2018; WHO, 2021).
Hipertensi dikatakan gawat darurat apabila tekanan darah meningkat
>160/100 mmHg, jika semakin lama meningkat dan tidak segera ditangani pembuluh darah otak akan pecah serta oksigenasi menurun yang ditandai dengan mucul nyeri kepala, penglihatan kabur, serta dapat berujung pada kematian. Apabila dalam jangka waktu lama tekanan darah selalu meningkat, dan tidak dideteksi secara dini bisa menyebabkan komplikasi seperti, kerusakan gagal ginjal, penyakit jantung koroner dan stroke (Kementrian Kesehatan RI, 2014).
Menurut WHO (World Health Organization) di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau 26,4% orang di
seluruh dunia mengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di Negara berkembang, termasuk Indonesia juga menempati peringkat ke-2 dari 10 penyakit terbanyak (Kurniawan and Sulaiman, 2019).
Menurut data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) terakhir di Asia Tenggara pada tahun 2018, menunjukkan bahwa pengukuran tekanan darah orang Indonesia berusia 18 tahun keatas, hingga 25,8% orang di Indonesia memiliki tekanan darah tinggi, dan mengalami peningkatan yang signifikan nilai penduduk di atas 60 tahun menyumbang 25,8% (Andri et al., 2021; Tirtasari & Kodim, 2019).
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg yang dapat mengancam kesehatan masyarakat dan berpotensi mengakibatkan kondisi kompliksi (Kemenkes RI, 2020; Pusdatin Kemenkes RI, 2019).
Gejala umum yang dialami oleh penderita hipertensi adalah sakit kepala, kelelahan, leher tidak nyaman, penglihatan berputar, detak jantung tidak teratur, dan timnitus (Sartika et al., 2020; Goleman et al., 2019).
Menurut Syidsatul (2017) masalah keperawatan yang sering muncul pada penderita hipertensi yaitu, nyeri. Nyeri merupakan cara tubuh memberi alam bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada kesehatan. Nyeri pada hipertensi terjadi karena vasokontriksi pembuluh darah yang mengakibatkan gangguan sirkulasi pada otak sehingga resistensi pembuluh darah otak meningkat yang menyebabkan aliran darah pada otak menurun dan terjadi peningkatan tekanan intrakranial kemudian terjadi nyeri kepala oksipital. Hipertensi yang tidak terkontrol dapat mengakibatkan kerusakan pada organ vital tubuh. Dan jika tidak segera ditangani dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh darah, dan apabila sudah terjadi gangguan sistem saraf pusat (neurologis) bisa menyebabkan kejang bahkan terjadi hilangnya kesadaran.
Salah satu penatalaksanaan non farmakologis yaitu teknik relaksasi pernapasan diafragma. Menurut Catela (2019) teknik relaksasi pernapasan diafragma merupakan salah satu teknik yang mudah digunakan pada lansia untuk menjaga tanda-tanda vital stabil seperti meningkatkan Spo2 dan menurunkan tekanan darah. Intervensi relaksasi pernapasan diafragma diberikan satu kali sehari selama lima hari secara berturut-turut, dilakukan
selama 10-15 menit, ulangi selama 1 menit diikuti istirahat 2 menit. Teknik ini digunakan secara pelan dan sadar dengan bernapas secara dalam yang melibatkan gerakan sadar perut bagian bawah sehingga dapat meningkakan ventilasi paru dan meningkatkan oksgenasi. Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang diakukan oleh Saputra dan Galih (2020) terhadap penurunan tekanan darah dengan teknik relaksasi pernapasan diafragma.
Berdasarkan data, informasi, dan penelitian yang telah disebutkan, maka penulis tertarik untuk menyusun karya tulis ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Gadar pada Pasien Hipertensi dalam Pemenuhan Kebutuhan Aman dan Nyaman: Nyeri di RSUD Karanganyar”.
METODE PENELITIAN
Studi kasus yang tertuang dalam karya tulis ilmiah ini adalah untuk mengetahui masalah keperawatan pada pasien hipertensi dalam pemenhan kebutuhan aman dan nyaman: nyeri.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus, dengan pengelolaan asuhan keperawatan pada tanggal 21 Januari 2022 menggunakan instrument skala NRS (Numeric Rating Scale) dan alat bantu
sphygmomanometer, untuk mengukur tingkat nyeri dan tekanan darah. Subjek yang digunakan adalah satu responden pasien hipertensi dengan pemenuhan kebutuhan aman dan nyama nyeri di ruang IGD RSUD Karanganyar.
Dilakukan tindakan keperawatan teknik relaksasi pernapasan diafragma dalam waktu 10 menit untuk menurunkan tekanan darah dan skala nyeri.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengkajian
Subjek dalam studi kasus ini adalah satu pasien sesuai dengan kriteria yang ditetapkan yaitu dengan tekanan darah >160/100 mmHg.
Subjek pada studi kasus ini yaitu Ny.S dengan usia 57 tahun. Pasien masuk Rumah Sakit pada tanggal 21 Januari 2022 pukul 20:05 WIB dengan diagnosa medis Hipertensi.
Kondisi Ny.S masuk kedalam triage kuning.
Pemeriksaan yang dilakukan yakni Primary Survey dan secondary survey. Pemeriksaan Primary Survey yang terdiri dari Airway, Breathing, Circulation, Disability, dan Exposure. Didapatkan hasil pengkajian Circulation diperoleh TD: 210/110 mmHg, Nadi 107 x/menit, kekuatan nadi kuat, capillary refill time <2 detik, akral
hangat, suhu 36,5ºC, warna kulit sawo matang, tugor kulit normal, kulit tampak kering, tidak terdapat perdarahan.
Pengkajian secondary survey yang terdiri dari full set of vital sign, five intervention, give comfort, history, dan head to toe, didapatkan hasil yaitu tanda-tanda vital: tekanan darah 210/110 mmHg, Nadi 107 x/menit irama teratur, respiratory rate 20 x/menit irama teratur, suhu 36,5ºC, kesadaran composmentis dengan GCS 15, E4 V5 M6.
Pada pemeriksaan give comfort, dengan pengkajian PQRST yaitu Provokatif, Qualitas, Region, Scale, Time. Provokatif: nyeri kepala karena tekanan darah meningkat, Qualitas: nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk benda tumpul, Region: nyeri di kepala menjalar ke tengkuk, Scale: skala nyeri 6, Time:
nyeri terus-menerus.
Pengkajian history S-A-M-P-L-E, Subjektif: pasien mengeluh nyeri kepala. Alergi: pasien mengatakan biasanya mengkonsumsi obat amplodipine 1x5 mg/hari, jika tekanan darah tinggi. Riwayat penyakit sebelumnya: pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi sejak 6 tahun yang lalu dan lambung.
Last meal: pasien mengatakan
sebelum masuk ke IGD, pasien tidak mengkonumsi makanan, hanya minum air putih dan teh hangat.
Pasien mengatakan nafsu makan menurun. Even leading: pasien mengatakan mulai Jum’at 21 Januari 2022 pagi tadi pusing, nyeri kepala, lemas, mual, sulit tidur, dan cepat lelah ketika beraktivitas berat. Nyeri kepala karena tekanan darah meningkat, seperti ditusuk-tusuk benda tumpul, nyeri di kepala menjalar ke tengkuk dan terasa berat, skala nyeri 6, nyeri terus-menerus.
TD: 210/110 mmHg, Nadi 107 x/menit, RR 20 x/menit, SPO2 99%, suhu 36,5ºC.
Pemeriksaan head to toe didapatkan hasil yaitu leher: tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. tidak ada pembengkakan vena jugularis, tengkuk terasa berat.
Berdasarkan hasil pengkajian diperoleh data subjektif pasien mengatakan pusing, nyeri kepala, lemas, mual, sulit tidur, dan cepat lelah ketika beraktivitas berat. Nyeri kepala karena tekanan darah meningkat, seperti ditusuk-tusuk benda tumpul, nyeri di kepala menjalar ke tengkuk dan terasa berat, skala nyeri 6, nyeri terus-menerus.
Data objektif tanda-tanda vital
Tekanan Darah 210/110 mmHg, Nadi 107 x/menit, RR 20 x/menit, SPO2 99%, suhu 36,5ºC, pasien tampak meringis menahan nyeri, memegangi kepala, gelisah.
Hipertensi adalah tekanan darah dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan diastolik 90 mmHg.
Penderita hipertensi mengalami peningkatan tekanan darah normal sebesar 110/90 mmHg (Hasnawati, 2021). Pada pasien Ny. S dengan tekanan darah 210/110 mmHg menyebabkan pasien merasakan pusing, nyeri kepala menjalar ke tengkuk, dan sulit tidur sehingga pasien merasa gelisah, karena rasa tidak nyaman akibat nyeri kepala.
Berdasarkan tanda gejala tersebut menurut teori (Elizabeth, J. Corwin., 2001, dalam Nuraini 2015).
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan berdasarkan pengkajian yang telah didapatkan ialah diagnose nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri, gelisah, dan meringis (D.0077). Diagnosis ini sudah sesuai dengan SDKI yang dibuktikan dengan data mayor mengeluh nyeri, tampak meringis, gelisah, frekuensi nadi meningkat, dan sulit tidur.
Bedasarkan hasil fakta di ruang IGD RSUD Karanganyar dan teori, data sudah memenuhi 90% dari data subjektif dan objektif dari data mayor serta adanya dukungan data minor subektif dan objektif untuk memvalidasi diagnosis, berdasarkan teori Tim Pokja SDK11I DPP PPNI (2017).
3. Intervensi Keperawatan
Berdasarkan perumusan diagnosis keperawatan sesuai fokus studi kasus yang penulis tegakkan, maka ditentukan tujuan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan SLKI dan SIKI. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x6 jam, diharapkan tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil (L.08066):
keluhan nyeri menurun dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4 (meningkat menjadi menurun), meringis menurun, gelisah menurun, kesulitan tidur menurun, tekanan darah membaik.
Berdasarkan tujuan dan kriteria hasil tersebut intervensi keperawatan (SIKI) yang dilakukan yaitu manajemen nyeri (I.08238) Observasi: identifkasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri; monitor ttv;
Teraupetik: berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi rasa
nyeri (teknik relaksasi pernapasan diafragma) dilakukan selama 1 kali selama 10 menit; monitor skala nyeri dan tanda-tanda vital setelah dilakukan tindakan teknik relaksasi pernapasan diafragma; fasilitasi istirahat dan tidur; Kolaborasi:
kolaborasi pemberian injeksi, katerolac 20 mg/12 jam, mecobalamin 500 mg/12 jam, furosemide 20 mg/ 8 jam.
Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Saputra dan Galih (2020) terhadap penurunan tekanan darah dengan teknik relaksasi pernapasan diafragma. Penelitian ini dilakukan pada 30 responden, sebelum dilakukan tindakan teknik relaksasi pernapasan diafragma tekanan darah 160/98 mmHg dan setelah dilakukan tindakan menjadi 140/84 mmHg (Saputra dan Galih, 2020).
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada hari Jum’at 21 Januari 2022 pukul 20:12 WIB
yang pertama adalah
mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan intensitas nyeri; memonitor tanda- tanda vital. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui lokasi nyeri dan skala yang muncul ketika nyeri
timbul (Tim Pokja SIKI DPP PPNI, 2018).
Tanda-tanda vital cara untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi (Sulistyowati, 2018).
Dengan memonitor tanda-tanda vital penulis dapat mengumpulkan dan menganalisis data status kesehatan pasien serta mengetahui keadaan pasien.
Implementasi yang kedua pada Pukul 20:15 WIB yaitu mengajarkan dan menganjurkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi pernapasan diafragma). Relaksasi pernapasan diafragma merupakan pernapasan secara dalam yang melibatkan gerakan sadar perut bagian bawah sehingga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi (Catela, 2019).
Respon subjektif pasien mengatakan pusing dan nyeri sedikit berkurang, nyeri seperti ditusuk- tusuk benda tumpul berkurang, nyeri kepala menjalar ke tengkuk, nyeri sedikit berkurang dengan skala nyeri 4, nyeri terus-menerus. Data objektif meringis dan gelisah berkurang, TD:
200/105 mmHg, Nadi: 90 x/menit, RR: 20 x/menit, SPO2 99%.
Tujuan relaksasi pernapasan diafragma membantu relaksasi otot pembuluh darah sehingga mempertahankan elastisitas pembuluh darah arteri sehingga membantu menurunkan tekanan darah. Ketika menarik nafas yang lambat, dalam, dan berirama dapat meningkatkan peningkatan pasokan O2 ke dalam paru-paru sehingga O2 dapat diedarkan ke seluruh tubuh dengan lancar sesuai dengan kebutuhan yang diperluakan agar organ jantung bekerja secara optimal (Amin et al, 2019).
Terapi relaksasi diafragma diberikan satu kali dalam sehari selama lima hari berturut-turut setiap melakukan 10-15 menit, ulangi selama 1 menit diikuti masa istirahat 2 menit (Saputra & Widodo, 2020), dalam tindakan ini penulis hanya melakukan 1 kali selama 10 menit dikarenakan pasien datang dan akan dipindahkan ke ruangan.
Prosedur pelaksanaan teknik relaksasi pernapasan yaitu Atur posisi klien secara berbaring terlentang, sedangkan menurut Saputra & Widodo (2020) posisi yang dianjurkan bisa dengan duduk atau berbaring karena dengan kondisi pasien yang pusing dan nyeri kepala pasien memilih berbaring terlentang.
Langkah selanjutnya instruksikan klien bernafas melalui hidung, biarkan otot abdomen menonjol sebesar mungkin. Bantu klien bernafas secara lambat dengan memperpanjang waktu ekshalasi jika klien kehabisan nafas. Kemudian letakkan satu tangan diatas abdomen (dibawah iga) dan tangan yang lainnya di tengah dada untuk meningkatkan kesadaran diafragma dan fungsinya dalam pernapasan, hembuskan nafas melalui bibir yang dirapatkan sambil mengontraksikan otot abdomen, tekan kuat ke dalam dan ke atas pada abdomen saat menghembuskan nafas (Saputra &
Widodo, 2020).
Hipertensi terjadi karena kerusakan lapisan endotel pembuluh darah otak yang mengakibatkan kepingan darah menyumbat pembuluh darah otak sehingga pembuluh darah melebar yang menyebabkan aliran darah terganggu sehingga terjadi kerusakan atau radang saraf otak yang mengakibatkan nyeri (Tamsuri, 2012). Sirkulasi aliran darah terganggu mengakibatkan penurunan oksigen dan meningkatkan karbondioksida serta mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Sehingga terjadi metabolisme anaerob, dimana
asam laktat meningkat dan menstimulus nyeri kepala di otak.
Selain itu nyeri kepala hipertensi terjadi karena pergeseran jaringan intrakarnial (Setyawan, 2014).
Berdasarkan tindakan yang telah dilakukan relaksasi pernapasan diafragma dapat menurunkan tekanan darah karena meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi. Kebutuhan oksigenasi yang tercukupi dapat memperbaiki pertumbuhan endotel pembuluh darah yang menyebabkan vasodilitasi pembuluh darah. Nitric O1xide (N.O) merupakan vasolidasi kuat yang menyebabkan vasodilatis pembuluh darah, sehingga pembuluh darah lebih elastis dan terjadi peningkatan ruang pembuluh darah dan terjadi penurunan tekanan darah dan nyeri kepala karena tekanan darah akan menurun.
Implementasi keperawatan ketiga Pukul 20:28 WIB penulis memfasilitasi istirahat dan tidur supaya dapat terpenuhinya kebutuhan istirahat tidur dan mengurangi rasa nyeri. Tidur merupakan kebutuhan dasar yang dibutuhkan semua orang, untuk berfungsi secara optimal maka membutuhkan istirahat dan tidur yang cukup. Tidur mempunyai efek terhadap kesehatan fisik, mental, emosi, dan sistem imunitas tubuh
(Nugroho, 2008 dalam Madeira, Wiyono & Ariani 2019). Sehingga perawat menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur supaya tidak mengalami gangguan pola tidur dan mengurangi pusing serta nyeri kepala.
Implementasi keperawatan keempat Pukul 20:45 WIB penulis mengkolaborasikan pemberian injeksi sesuai advice dokter, pemberian injeksi ketorolac 20 mg/12 jam, Injeksi mecobalamin 500 mg/12 jam, dan Injeksi furosemide 20 mg/ 8 jam.
Waktu paruh obat adalah waktu yang diperlukan untuk turunnnya kadar obat dalam plasma pada saat fase eliminasi (Suwandi, Abrori, dan Hasan 2018). Pemberian obat dilakukan setelah pemberian tindakan supaya dapat mengetahui kefektifan tindakan yang diberikan.
5. Evaluasi Keperawatan
Tabel 2.4 Evaluasi Tekanan Darah dan Skala Nyeri Sebelum dan
Sesudah Tindakan Relaksasi Pernapasan Diafragma pada Ny. S
Evaluasi tindakan yang dilakukan oleh penulis pada tanggal 21 Januari 2022 pukul 20:42 WIB dengan teknik relaksasi pernapasan diafragma mengunakan metode SOAP, dengan masalah nyeri akut yaitu S: pasien mengatakan pusing dan nyeri kepala sedikit berkurang, sulit tidur, P: nyeri kepala karena tekanan darah meningkat, Q: nyeri seperti ditusuk-tusuk benda tumpul, R: nyeri kepala menjalar ketengkuk, S: skala nyeri 4, T: nyeri terus- menerus. O: keluhan nyeri menurun dengan skala nyeri 4, meringis berkurang, gelisah berkurang, TD:
200/105 mmHg, Nadi: 90x/menit, RR: 20 x/menit, SPO2 99%. A:
Masalah nyeri akut teratasi sebagian, P: lanjutkan intervensi. Monitor ttv dan skala nyeri, berikan terapi non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan tekanan darah (relaksasi pernapasan diafragma), anjurkan istirahat dan tidur, berikan terapi analgetik sesuai anjuran.
Penulis berpendapat bahwa tindakan teknik relaksasi pernapasan diafragma yang dilakukan selama 10 menit sebelum diberikan teknik farmakologi efektif dilakukan, menunjukkan bahwa terdapat Aspek
yang diobser vasi
Hari tanggal dan jam Jum’at,
21 Januari 2022 20:10 (Sebelum dilakukan tindakan)
Jum’at, 21 Januari 2022 20:27 (Sesudah dilakukan tindakan)
Skala Nyeri 6 4
Tekanan
Darah 210/110
mmHg 200/105 mmHg
penurunan tekanan darah dan skala nyeri. Dari tekanan darah 210/110 mmHg menjadi 200/105 mmHg, dan dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4 (meningkat menjadi menurun).
Mekanisme tindakan relaksasi pernapasan diafragma dilakukan dengan napas dalam menggunakan gerakan sadar perut bagian bawah yang dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi. Kebutuhan oksigenasi yang memadai dapat memperbaiki pertumbuhan endotel pembuluh darah, sel endotel mengeluarkan bahan penting dalam menyebabkan vasodilitasi pembuluh darah (Kang, 2014). Jika pembuluh darah vasodilatasi maka pembuluh darah lebih elastis dan terjadi peningkatan ruang pembuluh darah sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Khullar, 2012).
Berdasarkan fakta dari hasil tindaan utama di IGD RSUD Karanganyar mendapatkan hasil evaluasi, bahwa terjadi perubahan penurunan tekanan darah dan skala nyeri pada pasien yang diberikan teknik relaksasi pernapasan diafragma dari tekanan darah 210/110 mmHg menjadi 200/105 mmHg dan dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4.
Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Saputra dan Galih (2020) terhadap penurunan tekanan darah dengan teknik relaksasi pernapasan diafragma. Penelitian ini dilakukan pada 30 responden, sebelum dilakukan tindakan teknik relaksasi pernapasan diafragma tekanan darah 160/98 mmHg dan setelah dilakukan tindakan menjadi 140/84 mmHg.
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat penurunan tekanan darah, sebelum dan sesudah dilakukan tindakan relaksasi pernapasan diafragma.
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan
Hasil pengkajian pada Ny. S, usia 57 tahun diperoleh data subjektif antara lain pasien mengatakan nyeri, P: nyeri kepala karena tekanan darah meningkat, Q: nyeri yang dirasakan seperti ditusuk-tusuk benda tumpul, R: nyeri di kepala menjalar ke tengkuk, S: skala nyeri 6, T: nyeri terus-menerus. Dari data objektif didapatkan hasil tampak meringis menahan nyeri, tampak gelisah, memegangi kepala, TD: 210/110 mmHg, Nadi 107 x/menit, SPO2 99%, suhu 36,5ºC.
Berdasarkan data pengkajian yang diperoleh, diagnosa keperawatan yang ditegakkan sesuai dengan data permasalahan yang didapatkan yaitu nyeri akut yag berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (iskemia) dibuktikan dengan mengeluh nyeri, gelisah, meringis (D.0077).
Intervensi keperawatan yang direncanakan untuk mengatasi permasalahan nyeri akut, yaitu Manajemen nyeri (I.08238):
(Observasi) identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri; memonitor ttv; (Teraupetik) berikan teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri (teknik relaksasi pernapasan diafragma selama 10 meni); monitor skala nyeri dan ttv setelah pemberian tindakan (teknik relaksasi pernapasan diafragma); (Edukasi) fasilitasi istirahat dan tidur; ajarkan teknik non farmkologis untuk mengurangi rasa nyeri (teknik relaksasi pernapasan diafragma); (kolaborasi) kolaborasikan dalam pemberian analgesik dan diuretik osmosis, diberikan katerolac 20 mg/ 12 jam, mecobalamin 500 mg/ 12 jam, furosemide 20 mg/ 8 jam.
Penulis melakukan pemberian teknik relaksasi pernapasan diafragma dilakukan selama 1 kali
selama 10 menit untuk menurunkan tekanan darah dan skala nyeri, serta memberikan rasa aman nyaman pada pasien hipertensi. Hasil evaluasi didapatkan hasil penurunan tekanan darah 210/110 mmHg menjadi 200/105 mmHg, dan dari skala nyeri 6 menjadi skala nyeri 4.
2. Saran
a. Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai salah satu contoh pembelajaran dengan tindakan teknik relaksasi pernapasan diafragma yang diterapkan pada pasien dengan kondisi hipertensi yang mengacu pada asuhan keperawatan khususnya pada pasien yang mengalami hipertensi.
b. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat
Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam
memberikan tindakan
keperawatan nonfarmakologis yaitu pemberian teknik relaksasi pernapasan diafragma dapat diaplikasikan sebagai tindakan alternatif untuk menurunkan tekanan darah dan nyeri pada hipertensi secara maksimal agar pasien merasa nyama, khususnya
pada pasien dengan hipertensi.
Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.
c. Bagi institusi Pendidikan
Menambah pengetahuan tentang ilmu keperawatan terutama dalam penanganan pada kasus pasien yang mengalami hipertensi.
d. Bagi Penulis
Diharapkan setelah dilakukannya tindakan pada pasien hipertensi dengan pemberian teknik relaksasi pernapasan diafragma dalam pemenuhan kebutuhan aman dan nyaman nyeri, penulis dapat menerapkan kembali pemberian teknik relaksasi pernapasan diafragma ini pada pasien hipertensi dengan baik dan benar yang sesuai dengan standar operasional prosedur serta memperbaharui kembali ilmu dan pengetahuan untuk menambah wawasan dalam menangani masalah keperawatan pada pasien hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, S. J. 2019. Hipertensi Esensial:
Diagnosa Dan Tatalaksana Terbaru Pada Dewasa. 46(3), 172- 178.
Anggit, Rahayu, and Pudji Astuti. 2017.
Pengertian Pengkajian Dalam Asuhan Keperawatan. Pengkajian Asuhan Keperawatan Pasien Post SC: 12-30.
Arum, Yuniar. 2019. Hipertensi Pada Penduduk Usia Produktif (15-64 tahun). Higea Journal Of Public Health Research And Development 3(3). Diakses pada tanggal 25 November 2021
Aspiani, R. Yuli. 2016. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Kardiovaskular.
Bouzenita, I, A., Boulanour, W, A.
2016. Maslow’s Hierarchy Of Needs: An Islamic Critique.
Intellectual Discource, 24:1 59-81 Cahyani, Nindya. 2020. Asuhan
Keperawatan Pada KLlien Ny. C dengan Diagnosa Medis Hipertensi di Ruang Tulip Rumah Sakit TK III Brawijaya Surabaya. Karya Tulis Ilmiah Akademi Keperawatan Kerta Cendekia Sidoarjo.
Catela, D. R., &C Merce. 2019.
Diaphragmatic Breathing Teachnique an Example of Motor Literacy for Health in Elderly with Isolated Systolic Hypertension.
European Journal of Public Health.
Vol. 29. Diakses pada tanggal 15 November 2021
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
2019. Profil Kesehatan Provinsi Jateng Tahun 2019. Vol. 3511351.
Diakses pada tanggal 23 November 2021
Hariawan, Hamdan, dan Cut Mutia Tatisina. 2020. Pelaksanaan Pemberdayaan Keluarga Dan Senam Hipertensi Sebagai Upaya Manajemen Diri Penderita Hipertensi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Sasambo 1(2):75.
Diakses pada tanggal 23 November 2021
Hasnawati, 2021. Hipertensi. Jogjakarta:
Penerbit Kbm Indonesia: 11.
Hidayat, Alimul, Aziz A. 2017.
Metodologi Penelitian Keperawatan dan Kesehatan.
Jakarta: Salemba Medika.
Kartika. Mory, Subakir, Mirsiyanto.
Eko. 2021. Faktor-faktor risiko yang berhubungan dengan hipertensi di Wilayah kerja Puskesmas Rawang Kota Sungai Penuh tahun 2020. Jurnal Kesmas Jambi (JKMJ). Vol 5 no 1 Maret 2021
Mubarak, Iqbal Wahit, Dkk. 2015.
Standar Asuhan Keperawatan dan Prosedur Tetap dalam Praktik Keperawatan Konsep dan Aplikasi dalam Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika.
Mubarak, I., Indrawati, L., Susanto, J.
2015. Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar. Jakarta: Salemba Medika.
Nurani, Bianti. 2015. Risk Factors Of Hypertension. J Majority. Volume 4 nomer 5 Februari 2015. Diakses pada tanggal 30 Desember 2021 Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian
Ilmu Keperawatan: Pendekatan Praktis. Jakarta: Salemba Medika.
PPNI. 2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1.
Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Rihiantoro, Tori, and Muji Widodo.
2018. The Effect Of Ergonomis Gymnatic On Blood Pressure Change In Elderly hypertension Patients In Gunungsari Village, kecamatan Madiun, Madiun Regency. Journal of Nursing Care
& Biomolecular 5(1): 49-55.
Diakses pada tanggal 23 November 2021.
Sagita, Haryati, and Lucia Ani Kristianti. 2018. “The Effect Of Ergonomic Gymnastic On Blood Pressure Change In Elderly Hypertension Patients In Gunungsari Village, Kecamatan Madiun, Madiun Regency”.
Journal of Nursing Care &
Biomolecular 5(1):49-55. Diakses pada tanggal 15 November 2021.
Saputa, Bima, dan Galih Gipta Widodo.
2020. Pengaruh Teknik Relaksasi Pernapasan Diafragma Dalam Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Primer.
Nursing Current Vol. 8 No. 1.
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif. Bandung: Alfabeta.
Suryarinilsih, Yosi, Yesi Fadriyanti, and Poltekkes Kemenkes Padang. 2021.
Rebusan seledri Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pasien Celery Decoction Against Decrease Blood Pressure Of. XV (02): 1 34- 40. Diakses pada tanggal 26 November 2021.
Titasari, S., & Kodim, N. 2019.
Prevalensi dan Karakterisktik Hipertensi pada Usia Dewasa Muda di Indonesia. Tarumanagara Medical Journal, 1(2), 395-402.
Diakses pada tanggal 23 November 2021.