• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH FAKULTAS SYARIAH "

Copied!
99
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Rumusan Masalah dan Batasan Masalah

Bagaimana Mengamalkan Al-Ijārah Al-Mutahiya Bit-Tamlik Pada Perusahaan Leasing Kredit Astra Perspektif Hukum Ekonomi Syariah. Karena sewa guna usaha merupakan suatu perseroan yang bergerak dalam bidang barang bergerak dan barang tidak bergerak, maka hanya sebatas pelaksanaan amalan Ijārah Mutahiya Bit-Tamlik. Di Perusahaan Kredit Leasing Astra hanya melakukan pemesanan kendaraan saja.

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Penelitian Terdahulu

Parman” 2019.11 Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan akad ijārah munthiya bittamlik pada perbankan syariah dalam routing aset. Bedanya, penelitian Ivo Shell Andaraset Sianag membahas tentang penerapan akad ijārah Munthiya Bittamlik pada perbankan syariah dalam routing aset, sedangkan ketika penulis mengkaji tentang praktek penggunaan akad Ijārah Muntakiya Bittamlik dalam bidang sewa-menyewa dalam penyewaan barang bergerak. Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Ivo Shella Andaresta Sinaga dan penulis adalah sama-sama membahas tentang praktek penggunaan akad Ijārah Muntakiya Bittamlik. Akad Ijārah Muntakiya Bittamlik.

Pembiayaan Ijārah Muntakiya Bittamlik pada Perbankan Islam (Studi pada PT. Bank Muamalat Indonesia)” pada tahun 2008.12 Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana implementasi akad Ijārah Mutahiya Bittamlik antara bank dan nasabah digunakan dalam penyaluran dana. Bedanya, penelitian yang dilakukan Nurasma Khairani membahas tentang bagaimana pelaksanaan akad Ijārah Muntakiya Bittamlik antara bank dengan nasabah yang digunakan dalam penyaluran dana, sedangkan penulis membahas tentang bagaimana praktik pelaksanaan akad tersebut dilakukan. 11 Ivo Shella Andaresta Sinaga, Penggunaan Ijārah Muntakiya Bittamlik pada produk KPR di PT Bank Syariah Tbk KC Medan S.

12 Nurasma Khairani, dengan judul Pembiayaan Ijārah Muntakiya Bittamlik di Perbankan Syariah (studi di PT. Bank Muamalat Indonesia)” pada tahun 2008. Persamaan penelitian yang dilakukan Nurasma Khairani dengan peneliti adalah bagaimana praktik kedua praktik penerapan Ijārah Muntakiya Bittamlik tersebut membahas kontrak.

Metode Penelitian

Dalam hal ini penyidikan yang akan dilakukan penyidik ​​akan melakukan observasi di Perusahaan Kredit Leasing Astra yang berlokasi di Jalan Pangeran Natadirja, Jalan Gedang, Kec. Informan yang dipilih harus mempunyai kriteria agar informasi yang diperoleh bermanfaat bagi penelitian yang dilakukan. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Pemuda Rosdakarya 2010) h. 165.. a) Informan berdomisili di Kota Bengkulu dan Perusahaan Kredit Astra wajib memberikan informasi.

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari responden sebagai sumber pertama melalui penelitian lapangan. Yakni observasi lapangan yang dilakukan langsung oleh peneliti di Perusahaan Kredit Leasing Astra dan pelanggan leasing. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggali dan mencari informasi secara langsung untuk memperoleh informasi atau penjelasan yang diperlukan, sekaligus mengklarifikasi data yang ada dengan mengajukan serangkaian pertanyaan kepada responden.

Sebab, data yang ditemukan di lapangan cukup banyak sehingga perlu disaring agar lebih tepat sasaran. Untuk menghindari salah tafsir yang dapat mengaburkan maksud analisis data, maka setelah data yang diperlukan telah terkumpul dan dianggap cukup, maka data yang diperoleh dari wawancara dan literatur akan dideskripsikan secara kualitatif dan dapat diambil kesimpulan akhir.

Sistematika Penulisan

LANDASAN TEORI

Pengertian Akad

Kontrak yang mengandungi kekurangan dalam terma dan syarat am, akibatnya semua akibat undang-undang kontrak tidak terpakai dan tidak mengikat pihak yang berkontrak. Dan yang terakhir ialah akad yang batal (void by law) ialah akad yang tidak harmonis dan syarat-syaratnya. Perjanjian Ijārah muntahiyah bittamlik antara pelanggan dan bank menggunakan perjanjian standard, perjanjian bernama, perjanjian induk dan perjanjian sementara. a) Perjanjian Baku.

Yang dimaksud dengan kontrak bernama adalah kontrak yang namanya telah ditentukan oleh pembuat undang-undang dan telah ditetapkan syarat-syarat khusus yang berlaku padanya dan tidak berlaku pada kontrak-kontrak lainnya. Yang dimaksud dengan akad pokok (al-„aqd alashli) adalah akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak bergantung pada hal lain. Yang dimaksud dengan akad bertempo (al-„aqd az-zumani) adalah akad yang unsur waktu merupakan unsur pokoknya, dalam arti unsur waktu merupakan bagian dari isi perjanjian.

Begitu pula dengan akad Ijārah Muntakiya Bittamlik, untuk mengetahui apakah akad ini sesuai syariat atau tidak maka harus dianalisis rukun akad yang ada di dalamnya. Oleh karena itu dalam akad Ijārah Muntakiya Bittamlik terdapat dua akad yang berbeda yaitu akad Ijārah, dan pada akhir masa Ijārah dilakukan akad peralihan hak atas barang yang disewakan, sehingga terjadilah ijab dan qabul antara Bank Islam dan nasabah dapat mengetahui dengan jelas cara peralihan kepemilikan benda tersebut pada awal perjanjian. . Pihak yang mengadakan akad Ijārah Muntakiya Bittamlik yaitu Musta'jir (penyewa) adalah pihak yang menyewakan harta yaitu Nasabah (debitur) dan Mu'jir (pemilik), pemilik yang menyewakan harta yaitu Bank Umum Syariah (kreditur).

Akad riba adalah akad jual beli atau hutang yang melibatkan kelebihan harta pada salah satu pihak tanpa imbalan apapun dari pihak yang lain. Amalan Al-Ijārah Al-Mutahiya Bit-Tamlik pada Perusahaan Kredit Leasing Astra dalam perspektif Hukum Ekonomi Syariah adalah diperbolehkan, dimana diketahui bahwa akad Ijārah merupakan akad yang memang dicontohkan dan dikuatkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri. . dengan firman Allah dalam QS.

Pembahian Akad dalam Hukum Islam

Ijarah dalam Islam

  • Pengertian Al-Ijārah
  • Dasar Hukum Al-Ijārah
  • Rukun dan Syarat Ijārah
  • Pembatalan Al-Ijārah
  • Pengertian Al-Ijārah al-Muntahiya bit Al-Tamlik

Sementara itu, peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia memberikan pengertian tentang Ijārah mumtahiyah bittamlik sebagai berikut: Pengertian akad pembiayaan Ijārah Mutahiya Bittamlik didasarkan pada Undang-Undang Nomor 21 Republik Indonesia Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah tidak menjelaskan secara jelas terkait Akaq Ijārah Muntakiya Bittamlik. Meski demikian, bukan berarti UU RI Nomor 21 Tahun 2008 sama sekali tidak menyebut Akad Ijārah Muntakiya Bittamlik.

Ayat Pasal 19 ayat 1 dan 2 huruf f UU RI No. 21 Tahun 2008 tidak menjelaskan secara tegas mengenai pengertian akad Ijārah Muntakiya Bittamlik. 10/17/PBI/2008 tanggal 25 September 2008 yang dimaksud dengan Ijārah Mutahiya Bittamlik adalah transaksi sewa antara pemilik barang yang disewakan dengan penyewa untuk memperoleh imbalan atas barang yang disewakan dengan hak opsi kepemilikan atas barang yang disewakan tersebut. . . 27/DSNMUI/III/2002 tentang Al-Ijārah Al-Muntakiyya Bi Al-Tamlik, yang dimaksud dengan jual beli sewa (al-Ijārah al-muntakiya bi al-tamlik), yaitu perjanjian sewa yang disertai opsi untuk mengalihkan kepemilikan. dari obyek yang disewakan, kepada penyewa, setelah selesai masa sewa, 55 Definisi Akad Pembiayaan Ijārah Muntakiya Bittamlik Berdasarkan PSAK No.

10/17/PBI/2008 tanggal 25 September 2008, Yang dimaksud dengan Ijārah Mutahiya Bittamlik adalah transaksi sewa antara pemilik barang yang disewakan dengan penyewa untuk memperoleh imbalan atas barang yang disewakan dengan opsi untuk mengalihkan kepemilikan barang yang disewakan. obyek. . Namun jika dilihat dari Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) dan Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN), semangat munculnya akad Ijārah Mutahiya Bittamlik dilatarbelakangi oleh perkembangan akad Ijārah itu sendiri. Oleh karena itu, meskipun akad Ijārah Muntakiya Bittamlik termasuk dalam akad baru, namun akad ini tidak melanggar hukum syar'i karena kaidah fiqih sendiri mempunyai ruang untuk inovasi dalam akad muamalah.

Jika melihat ketentuan dalam akad Ijārah Muntakiya Bittamlik, baik rukun maupun syaratnya sama-sama mempunyai keutamaan dan memberikan pembagian yang adil antara bank dan nasabah. Akad Ijārah Muntakiya Bittamlik tentang rukun perjanjian Rukun merupakan unsur yang mutlak dan harus ada pada suatu hal, peristiwa atau perbuatan. Bentuk akad Ijārah Muntakiya Bittamlik ada dua, yaitu akad Ijārah yang berakhir dengan akad jual beli dan akad Ijārah yang berakhir dengan janji hibah.

Pihak yang menyewakan memberikan janji (wa’ad) kepada penyewa untuk mengalihkan kepemilikan atas benda tersebut setelah masa sewa berakhir sebagaimana tercantum dalam akad Ijārah Muntakiya Bittamlik. Objek akad dalam akad Ijārah Muntakiya Bittamlik adalah ma'jur (aset yang disewakan) yaitu manfaat dan jasa suatu komoditi dan ujrah (harga sewa) yaitu harga yang disepakati para pihak dalam akad Ijārah Muntakiya Bittamlik. Namun beberapa syarat tersebut dapat dikesampingkan, yaitu objek akad sudah ada pada saat akad Ijārah Muntakiya Bittamlik diadakan dan.

Perjanjian Ijārah Muntakiya Bittamlik sebenarnya tidak dijelaskan secara jelas dalam KUH Perdata, sehingga perjanjian ini dikategorikan sebagai perjanjian tanpa nama. Bentuk akad Ijārah Muntakiya Bittamlik yang pertama mengandung dua unsur pokok, yaitu unsur pokok perjanjian sewa-menyewa yang diatur dalam Bab VII KUH Perdata, dan perjanjian jual beli yang diatur dalam Bab V KUHPerdata. . Dari kedua bentuk akad Ijārah Muntakiya Bittamlik tersebut, berbeda dengan akad lainnya dalam peralihan hak milik.

Sejak awal akad, nasabah bermaksud untuk memiliki objek akad Ijārah Muntakiya Bittamlik, dan Bank Islam juga berjanji akan menjual atau menghibahkannya.

Referensi

Dokumen terkait

 Marjaei, Seyed Hadi 2017a, Research Project: National Survey of Students' Cultural and Social Capital Status: Longitudinal Study, Tehran: Institute for Research and Planning in Higher

Dalam sistem sewa menyewa dilakukan secara langsung antara penyewa dan pemberi sewa, perjanjian tersebut dilakukan secara tertulis ataupun tidak tertulis sesuai dengan perjanjian yang