• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT STIKES AUFA ROYHAN PADANGSIDIMPUAN"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Perumusan Masalah

Tujuan Penelitian

  • Tujuan Umun
  • Tujuan khusus

Manfaat Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Pengertian Buang Air Besar Sembarangan
  • Pengertian Tinja
  • Pengertian Jamban
    • Jamban dapat dibedakan atas beberapa macam
    • Syarat membuat jamban sehat
  • Perilaku Buang Air Besar Sembarangan sebagai faktor yang
  • Sanitasi
  • Dampak sanitasi buruk
    • Beban penyakit
    • Biaya perawatan kesehatan
    • Kesehatan dan produktivitas kerja
    • Kematian usia dini
  • Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi buruk
    • Berdasarkan agen penyakit
    • Berdasarkan rantai penularan
  • Proses penularan penyakit
    • Faktor lingkungan
  • Program Pendekatan STBM
    • Pengetian
    • Tujuan
    • Prinsip
  • Kerangka konsep
  • Hipotesa
    • Hipotesis awal
    • Hipotesis akhir

Buang air besar sembarangan sudah bukan jamannya lagi, dampak buang air besar sembarangan sangat buruk bagi kesehatan dan kecantikan. Jangan membuang air kotor dan feses ke dalam selokan, kolam, danau, sungai dan laut. Disarankan bangunan jamban mempunyai atap agar penggunanya terlindung dari hujan dan panas (Kementerian Kesehatan RI. Perilaku Buang Air Besar Sembarangan sebagai salah satu faktornya.

Beberapa penelitian melaporkan hubungan dan pengaruh sanitasi yang buruk, termasuk buang air besar sembarangan, terhadap terjadinya infeksi saluran pencernaan. Sebuah penelitian di Indonesia menemukan bahwa keluarga yang buang air besar di tempat terbuka dan tidak memiliki jamban memiliki risiko 1,32 kali lebih besar untuk anaknya terkena diare akut dan risiko 1,43 kali lebih besar. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi dan kebersihan yang buruk mengakibatkan kerugian finansial dan ekonomi, termasuk biaya layanan kesehatan, produktivitas dan kematian dini.

Berdasarkan data Susena tahun 2008, diperkirakan biaya pelayanan kesehatan untuk berbagai penyakit berhubungan dengan sanitasi yang buruk. Penyakit yang berhubungan dengan sanitasi yang buruk berhubungan dengan ketidakhadiran di tempat kerja dan sekolah serta hilangnya hari kerja. Kerugian akibat penyakit yang berhubungan dengan sanitasi yang buruk diperkirakan mencapai Rp 25 triliun/tahun, dan 95% kematian terjadi pada anak usia 0-4 tahun, dimana 60% diantaranya disebabkan oleh penyakit diare.

2. Demam tifoid adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhi yang ditandai dengan demam yang berlangsung lama dan berulang. Penyakit yang ditularkan melalui air adalah penyakit yang ditularkan melalui kontak orang ke orang karena kurangnya kebersihan diri dan kontaminasi air. Vektor serangga yang ditularkan melalui air adalah penyakit yang ditularkan oleh serangga yang hidup di dalam atau di dekat air.

Menurut responden, ketersediaan air bersih adalah air yang cukup untuk membilas dan membersihkan setelah buang air besar. Hasil wawancara awal dengan aparat desa dan beberapa responden menunjukkan bahwa kebutuhan air untuk membilas dan membersihkan setelah buang air besar masing-masing adalah 10 – 20 liter air. . setara dengan satu hingga dua ember ember (Indan E, 2006). Kebiasaan buang air besar sembarangan yang terjadi di masyarakat pada umumnya disebabkan oleh adanya perasaan bahwa buang air besar sembarangan lebih mudah dan nyaman. Ketika perilaku masyarakat mengenai buang air besar berubah maka dampaknya akan menjadi lebih baik.

Pendekatan partisipatif ini mengajak masyarakat untuk menganalisis sanitasi melalui suatu proses pemicuan yang menyerang/menimbulkan perasaan ngeri dan malu pada masyarakat terhadap pencemaran lingkungan akibat feses. Tujuan akhir dari pendekatan ini adalah untuk mengubah cara pandang dan perilaku sanitasi, yang memicu pembangunan jamban atas inisiatif masyarakat sendiri tanpa subsidi dari pihak luar dan menumbuhkan kesadaran bahwa kebiasaan buang air besar sembarangan merupakan permasalahan bersama karena dapat menimbulkan konsekuensi. bagi seluruh masyarakat, sehingga penyelesaiannya juga harus dilakukan dan diselesaikan secara bersama-sama.

Gambar 1 : jalur perpindahan penyakit dari tinja manusia.
Gambar 1 : jalur perpindahan penyakit dari tinja manusia.

METODE PENELITIAN

  • Tempat dan Waktu Penelitian
    • Tempat
    • Waktu
  • Populasi dan sampel
    • Populasi
    • Sampel
  • Pengumpulan Data
  • Variabel, Defenisi Operasional
  • Pengolahan dan Analisa Data
    • Pengolahan
    • Analisa Data
  • Metode Pengukuran
    • Aspek Pengukuran Variabel Bebas

Sedangkan masyarakat yang berpengetahuan kurang dan banyak yang mempunyai perilaku buang air besar yang baik dan banyak pula masyarakat yang mempunyai perilaku buang air besar yang buruk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 37 orang memiliki sikap dan perilaku buang air besar yang baik dan 37 orang (84,1%) memiliki perilaku buang air besar yang buruk. Sedangkan masyarakat yang berperilaku kurang baik dan berperilaku buang air besar baik serta yang berperilaku buang air besar buruk sebanyak 7 orang (15,9.

Hasil analisis chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,434 > α (0,05), karena p-value > α (0,05) berarti tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku buang air besar sembarangan. Berdasarkan data di atas, peneliti berasumsi bahwa tidak ada hubungan antara postur tubuh dengan perilaku buang air besar sembarangan. Sementara itu, ketersediaan air yang cukup dan perilaku buang air besar yang baik sama banyaknya dengan perilaku buang air besar yang buruk.

Berdasarkan hasil analisis chi-square menunjukkan nilai p value sebesar 0,219 > α (0,05) karena nilai p > α (0,05) artinya tidak ada hubungan antara ketersediaan air dengan perilaku buang air besar sembarangan. Berdasarkan data di atas, peneliti berhipotesis bahwa jumlah air yang tersedia tidak berhubungan dengan perilaku buang air besar sembarangan. Sedangkan yang menggunakan toilet dan buang air besarnya baik sebanyak 0 (0) orang dan 0 (0).

Hasil analisis chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 < α (0,05), karena p-value < α (0,05) berarti ada hubungan antara faktor kebiasaan dengan perilaku buang air besar sembarangan. Berdasarkan data di atas, peneliti berasumsi bahwa faktor kebiasaan berhubungan dengan perilaku buang air besar sembarangan. Ketersediaan tenaga kesehatan dalam program penggunaan jamban sehat dan dampak buang air besar sembarangan.

Hasil analisis chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 < α (0,05) karena p-value < α (0,05) berarti ada hubungan antara pembinaan petugas dengan perilaku buang air besar sembarangan. Berdasarkan data di atas, peneliti berhipotesis bahwa pembinaan petugas berhubungan dengan perilaku buang air besar sembarangan. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku buang air besar sembarangan, dibuktikan dengan analisis chi-square p-value 0,040 < α (0,05) 2.

Tabel 2 Variabel, Defenisi Operasional
Tabel 2 Variabel, Defenisi Operasional

HASILPENELITIAN

Analisa Univariat

Analisis univariat berguna untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel yang diteliti, artinya hanya menjelaskan nilai total dan persentase masing-masing kelompok, sehingga analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi untuk masing-masing variabel. Berdasarkan tabel 4.2, tingkat pendidikan responden tertinggi adalah SD yaitu 38 orang (48,1%), sedangkan terendah adalah SD. Berdasarkan Tabel 4.3, sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 44 orang (55,7%), sedangkan sebagian kecil responden yang memiliki pengetahuan baik hanya sebanyak 35 orang (44,3%).

Dari Tabel 4.4 terlihat mayoritas responden yang mempunyai sikap baik yaitu sebanyak 64 orang (81%), sedangkan sebagian kecil responden yang mempunyai sikap kurang baik hanya sebanyak 15 orang (19%). Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa sebagian besar responden tidak memiliki ketersediaan air yang cukup yaitu sebanyak 51 orang (64,6%) sedangkan sebagian kecil responden yang memiliki ketersediaan air cukup hanya sebanyak 28 orang (35,4%). Berdasarkan Tabel 4.6, sebagian besar responden menunjukkan tidak menggunakan toilet yaitu sebanyak 55 orang (69,6%) sedangkan minoritas responden yang menggunakan toilet hanya sebanyak 24 orang (30,4%).

Dari tabel 4.7 terlihat bahwa sebagian besar responden tidak sering mendapat nasehat dari petugas yaitu sebanyak 58 orang (73,4%), sedangkan sebagian kecil responden yang sering mendapat nasehat dari petugas hanya sebanyak 21 orang (26,6%). Tabel 4.8 menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki perilaku buang air besar yang buruk yaitu sebanyak 55 orang (69,6%) dan hanya 24 orang (30,4%) responden yang memiliki perilaku buang air besar yang baik.

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Terhadap Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Desa Simanosor Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Terhadap Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Desa Simanosor Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

Analisa Bivariat

Pada Tabel 4.9 hasil uji chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,040 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan perilaku buang air besar sembarangan, karena p-value 0,040 < 0,05. Pada Tabel 4.10 hasil uji Chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,434 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan perilaku buang air besar sembarangan, karena p-value 0,434 > 0,05. Pada Tabel 4.11, hasil uji chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,219 yang berarti tidak ada hubungan antara ketersediaan air dengan perilaku buang air besar sembarangan, karena p-value 0,219 > 0,05.

Pada Tabel 4.12 hasil uji chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara kebiasaan dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p-value 0,000 < 0,05. Pada Tabel 4.13 hasil uji chi-square menunjukkan p-value sebesar 0,000 yang berarti terdapat hubungan yang signifikan antara peran petugas dengan perilaku buang air besar sembarangan karena p-value 0,000 < 0,05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang mempunyai pengetahuan baik dan perilaku buang air besar baik sebanyak 15 (34,1%).

Menurut responden, ketersediaan air bersih merupakan air yang cukup untuk membilas dan membersihkan kotoran setelah buang air besar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat ketersediaan air yang kurang dan perilaku buang air besar yang baik dan 31 (70,5%) perilaku buang air besar yang buruk. Air siram yang cukup menjadi salah satu faktor yang mempermudah perubahan perilaku agar kita tidak buang air besar sembarangan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan masyarakat yang tidak menggunakan toilet dan mempunyai perilaku buang air besar yang baik adalah 0 (0%), dan perilaku buang air besar yang buruk adalah 55 (100).Persentase masyarakat yang mendapat anjuran penggunaan toilet yang sehat dan sehat dan sehat). Akibat Buang Air Besar Buang Air Besar Sembarangan akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat.Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya arahan petugas kepada masyarakat dan perilaku buang air besar yang baik sebanyak 41 (93,1%).

Sedangkan pelatihan oleh petugas yang sering membekali masyarakat dengan perilaku buang air besar yang baik adalah sebesar 3 (6,9). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku masyarakat tentang buang air besar sembarangan. di Desa Simanosor Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara, mengacu pada tujuan pembahasan dan penelitian maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Tabel 4.9 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Desa Simanosor Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016
Tabel 4.9 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Buang Air Besar Sembarangan di Desa Simanosor Kecamatan Padang Bolak Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2016

PEMBAHASAN

Hubungan sikap masyarakat dengan perilaku buang air besar

Hubungan ketersediaan air dengan perilaku buang air besar

Hal ini bertentangan dengan teori Green dan Marshall (2007), air sangat penting sebagai bahan pembilas dan pembersih kotoran setelah buang air besar serta dapat menunjang keberhasilan program pemanfaatan jamban keluarga. Hal ini sesuai dengan temuan penelitian yang dilakukan oleh Ikawati (2009) yang menetapkan bahwa budaya masyarakat menentukan keberhasilan program penggunaan jamban keluarga, termasuk kebiasaan masyarakat buang air besar sembarangan merupakan salah satu bentuk kegagalan program. Peran yang dilakukan oleh petugas kesehatan, tokoh masyarakat dan kader desa merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk tidak buang air besar sembarangan dan menggunakan jamban untuk membuang kotorannya, serta berkontribusi terhadap perubahan perilaku.

Hubungan kebiasaan masyarakat dengan perilaku buang air besar

Hubungan peranan petugas dengan perilaku buang air besar

KESIMPULAN DAN SARAN

Saran

11. Pernahkah petugas kesehatan, kader desa atau perangkat desa memberikan edukasi tentang buang air besar dan bahayanya bagi manusia? 12. Jika iya, apakah materi yang disampaikan cukup jelas untuk dipahami sehingga anda termotivasi untuk melakukan gerakan STBM. Setujukah bapak/ibu bahwa pembuatan jamban merupakan salah satu cara memutus mata rantai penularan penyakit melalui tinja?

Jika Anda mengalami kolik di malam hari, apakah Anda akan buang air besar di suatu tempat?

Gambar

Gambar 1 : jalur perpindahan penyakit dari tinja manusia.
Gambar 2. Pembuangan tinja yang sehat sebagai penghalang pemindahan kuman dari tinja ke pejamu yang potensial (Soeparman S, 2007)
Gambar 3. Kerangka Konsep 2.11 Hipotesa
Tabel 1 Waktu Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas didapatkan rumusan masalah penelitian yaitu apa saja faktor - faktor risiko prenatal dan neonatal yang berhubungan dengan kejadian infeksi tali pusat di

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan stres kerja pada perawat di Ruang Rawat Inap RSUD dr.Adnaan WD

Sehingga peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu “faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan perilaku pencegahan hipertensi oleh masyarakat di wilayah kerja

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kepatuhan

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, dapat disusun rumusan permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah , “ Faktor apa saja yang Berhubungan

terjadinya banjir, pencemaran udara, air, dan tanah serta masalah sosial lain... Ada yang tahu faktor apa saja yang Ada yang tahu faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya masalah

Dengan adanya kelengkapan catatan Imunisasi tersebut, diharapkan perkembangan kesehatan bayi dapat terkontrol.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Faktor apa

Hasil penelitian di Puskesmas Sayur Matinggi Tahun 2016 dapat diuraikan sebagai berikut bahwa dari 46 responden (100%) diperoleh mayoritas pengetahuan responden