i
PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN SENI BUDAYA BERBASIS WISATA DESA DI DESA NAGASEPAHA BULELENG
I Putu Suparmawan 2012071034
PROGRAM STUDI PARIWISATA BUDAYA DAN KEAGAMAAN JURUSAN DHARMA DUTA
SEKOLAH TINGGI AGAMA HINDU NEGERI MPU KUTURAN SINGARAJA
2023
ii
PROPOSAL PENELITIAN
STRATEGI PENGEMBANGAN SENI BUDAYA BERBASIS WISATA DESA DI DESA NAGASEPAHA BULELENG
TELAH DIPERIKSA DAN DISETUJUI UNTUK DIUJI OLEH:
Pembimbing I Pembimbing II
Ida Bagus Gede Paramita, S.S, M.Si Nyoman Suardika, S.Ag., M.Fil.H
NIP. 198602112019031007 NIP. 197505222005011005
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya proposal penelitian yang berjudul “Strategi pengembangan seni budaya berbasis wisata desa di desa Nagasepaha Buleleng” dapat terselesaikan.
Tersusunnya proposal ini bukanlah hasil dari pemikiran sendiri saja, akan tetapi berkat dan dukungan berbagai pihak, maka melalui kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Dr. I Gede Suwindia, S.Ag., M.A, Ketua Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja yang telah memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini
2. I Nyoman Suardika, S.Ag., M.Fil.H Ketua Jurusan Dharma Duta sekaligus Pembimbing II yang telah memberikan inspirasi kepada penulis dalam pembuatan proposal ini serta telah menuntun penulis dalam penyusunan proposal secara sistematik dan tata cara penulisan.
3. Ida Bagus Gede Paramita, S.S, M.Si Pembimbing I yang telah mengarahkan penulis dalam pembuatan dan penyelesaian proposal ini
Hasil proposal ini jauh dari kata sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada pada penulis, sehingga kritik dan saran yang kontruktif guna kesempurnaan proposal ini sangat penulis harapkan. Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa, selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian proposal penelitian ini.
Singaraja, 9 November 2023
iv ABSTRAK
Seni dan budaya yang ada di bali merupakan sebuah daya tarik tersendiri untuk di kunjungi oleh kebanyakan wisatawan mancanegara untuk melakukan perjalanan pariwisata yang harus kita kembangkan dan lestarikan kedepanya.
Kesadaran masyarakat sekitar akan potensi-potensi seni budaya yang di miliki oleh sebuah desa tentu saja menjadi tolak ukur dalam memperkenalkan seni dan budaya mereka kepada wisatawan. Desa Nagasepaha merupakan salah satu desa dengan seni dan budaya yang begitu unik dan desa tersebut bisa melahirkan begitu banyak seniman-seniman daerah di Buleleng. Sehingga seni budaya yang ada di Desa Nagasepaha patut dikembangkan untuk kunjungan wisata berbasis wisata desa
Berdasarkan latar belakang di atas terdapat rumusan masalah yang dikaji : 1) Bagaimana mengindentifikasi potensi seni dan budaya di Desa Nagasepaha untuk perkembangan berbasis wisata desa?. 2) Bagaimana strategi pengembangan dalam meningkatkan seni budaya berbasis wisata desa di Desa Nagasepaha?.
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif dengan pendekatan studi kasus (case studies ) dan pengumpulan data dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menggunakan analisis data SWOT.
Kata Kunci : Seni Budaya, Desa Nagasepaha, Potensi Pengembangan.
v ABSTRACT
The arts and culture in Bali are a special attraction for most foreign tourists to visit on tourism trips which we must develop and preserve in the future. Community awareness of the artistic and cultural potential of a village is certainly a benchmark in introducing their arts and culture to tourists. Nagasepaha Village is a village with unique art and culture and this village can produce so many regional artists in Buleleng. So the cultural arts in Nagasepaha Village should be developed for village tourism-based tourist visits
Based on the background above, there is a formulation of the problem being studied: 1) How to identify the potential for arts and culture in Nagasepaha Village for village tourism-based development? 2) What is the development strategy for improving art and culture based on village tourism in Nagasepaha Village? This research uses a qualitative type of research with a case study approach and data collection through observation, interviews and documentation using SWOT data analysis.
Keywords: Arts and Culture, Nagasepaha Village, Development Potential.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…….………...i
HALAMAN PERSETUJUAN……….ii
KATA PENGANTAR………...………….………..iii
ABSTRAK………...……….………..…...iv
ABSTRACT………v
DAFTAR ISI……….………...….vi
BAB I PENDAHULUAN………..1
1.1 Latar Belakang……….…..2
1.2 Rumusan Masalah……….……6
1.3Tujuan Penelitian……….……..6
1.4 Manfaat Hasil Penelitian……….………….……… 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN TEORI….………..…..8
2.1 Kajian Pustaka….……….………....8
2.2 Konsep………..………...………11
2.2.1 Strategi Pengembangan wisata………..………….…………..11
2.2.2 Seni Budaya…..……….….……….11
2.2.3 Wisata Desa……...……….……….12
2.3 Landasan Teori……….……….………..13
2.3.1 Teori Pengembangan 4 A………...…………...…..……...13
2.3.2 Teori Pengembangan 4 H………..………...………….14
BAB III METODE PENELITIAN………...……….….…………...16
vii
3.1 Jenis dan Pendekatan………...…………...………….………... 16
3.1.1 Jenis Penelitian….………..16
3.1.2 Penelitian pendekatan……….16
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian……….………..17
3.2.1 Lokasi Penelitian………...…….17
3.2.2 Waktu penelitian………....18
3.3 Jenis dan Sumber data…………....………...…………..….18
3.4 Objek dan Subjek Penelitian ……….……...………...19
3.4.1. Objek Penelitian………...….………19
3.4.2 Subjek Penelitian………19
3.5 Teknik Penentuan Informan……….19
3.6 Metode Pengumpulan Data ……….………....20
3.7 Metode Analisis Data ………..………22
3.7.1 Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian, dan Penarikan Kesimpulan………22
3.7.2 Analisis Data SWOT……….…….23
DAFTAR PUSTAKA………..………….………...26
1 BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia, sebagai negara dengan keberagaman budaya yang kaya, selalu memiliki peran penting dalam menghargai, melestarikan, dan mengembangkan warisan budayanya. Pada tahun 2017, Pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Kemajuan Kebudayaan, yang bertujuan untuk memajukan kebudayaan Indonesia, merespons tantangan global, dan memastikan bahwa kekayaan budaya Indonesia terus hidup dan berkembang.
Undang-Undang ini dan implikasinya dalam melestarikan dan memajukan kekayaan budaya Indonesia. Dengan penetapan undang-undang Ini memberikan dasar hukum yang kuat untuk pelestarian warisan budaya, pemberdayaan seniman, pendidikan budaya, dan promosi produk budaya Indonesia. Dengan implementasi yang baik, Undang-Undang ini dapat membantu melestarikan keanekaragaman budaya Indonesia dan menggali potensi budaya negara ini untuk masa depan yang lebih baik yang kebanyakan ada di Bali.
Bali merupakan salah satu wilayah yang menjungjung tinggi nilai-nilai seni dan budaya di indonesia, sebanyak 9 kabupaten/kota yang ada itu terdapat masing- masing daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Dengan begitu banyaknya kebudayaan dan kesenian di setiap daerahnya tentu saja harus memiliki pertanggung jawaban berupa pengelolaan dan peraturan untuk menjadikan kebudayaan tersebut bisa di nikmati dan di lihat di masa akan datang. Salah satu kabupaten yang memiliki kekentalan adat istiadat dan keberagaman seni budaya terletak di daerah Buleleng. Kota Buleleng terletak di Bali Utara dengan luas daerah yang hampir seperempat luas bali tentunya banyak sekali seni dan budaya yang dimiliki walau Buleleng memiliki julukan Kota Pendidikan akan tetapi banyak juga wisata yang layak di kunjungi seperti wisata alam, seni budaya, sejarah, dan lain- lain. Singaraja merupakan salah satu wilayah yang terletak di Buleleng dengan banyaknya wisata sejarah dan seni budaya di setiap sudut desa yang mencakup kota Singaraja salah satunya berada di Desa Nagasepaha.
2
Desa Nagasepaha merupakan sebuah desa kecil yang berjarak 9 KM dari pusat kota singaraja yang memiliki industri seni, pertanian dan maupun industri kecil dengan luas wilayah 1,52 KM2 dan memiliki sebuah kesenian terkenal yakni
“Seni Lukis Wayang Kaca” dan masih eksis sampai sekarang ada juga beberapa masyarakat desa Nagasepaha masih melakoni pekerjaan tersebut untuk membantu ekonomi masyarakat desa. Wayang kaca yang sudah masuk dalam warisan budaya tak benda yang di berikan oleh gunbernur bali pada tahun 2019 yang menjadikan seni lukis wayang kaca sebagai sebuah seni budaya yang harus dilestarikan oleh masyarakat sekitar. Di kutip dari artikel warisan budaya kemdikbud, wayang kaca desa nagasepaha yang memiliki sejarah panjang di mulai dari tahun 1927 silam yang dimana tokoh yang berperan dalam memperkenalkann seni lukis wayang kaca ini ada sampai sekarang dengan begitu banyaknya kerumitan untuk membuat sebuah satu lukisan wayang kaca tersebut. Jro Dalang Diah merupakan sosok atau tokoh yang mempopulerkan seni wayang kaca di desa Nagasepaha dengan kreatifitas dan ke olekan tangan beliau mampu merubah lukisan wanita jepang waktu itu untuk di lukis ulang dan di aplikasikan di kaca yang kala itu beliau mampu menerima tantangan dari orang kaya raya yang berasal dari negri sakura atau jepang.
Sejak saat itu seni lukis wayang kaca berkembang sampai saat ini dengan menggunakan motif pewayang sebagai tokoh utama dalam pembuatan wayang kaca. Setelah berkembangnya jaman, tokoh wayang yang di jadikan motif dalam pembuatan wayang kaca sudah mulai membosankan bagi masyarakat sekitar, tentu saja banyak ide yang keluar dari para seniman dengan menambahkan wuku atau kelahiran seseorang untuk di jadikan motif baru bagi para pelukis. Di tahun 1950 sang mahestro Jro Dalang Diah untuk pertama kalinya mendapat setting lukisan beda dari sebelumnya yang dimana beliau membuat sebuah lukisan dengan latar belakang alam dan menggunakan contoh lukisan alam jaya Jelekong yang berasal dari daerah Jawa Barat. Namun pada dasarnya, seni lukis wayang kaca tersebut di ambil dari tokoh pewayangan Mahabratha dengan memiliki banyak arti dan makna dari dalam tokoh yang berperan disana baik hal positif dan negatif tapi kebanyakan lukisan wayang kaca yang di buat kebanyakan tokoh pandawa yang melambangkan Dharma atau kebaikan.
3
Seni lukis Wayang Kaca yang sudah di nobatkan sebagai warisan budaya tak benda (WBTB) yang berbentuk seni, seharusnya bisa menjadikan suatu desa menjadi objek wisata edukasi yang mampu menarik minat dan bakat wisatawan yang ingin belajar seni budaya di bali agar tidak hanya semua seni dan budaya.
Desa wisata yang memiliki produk wisata yang benilai budaya dan memiliki karakteristik traditional yang kuat (Fandeli, Baiquni, Dewi, 2013). Dengan standarisasi sebuah desa wisata harus memiliki produk budaya tentunya desa nagasepaha memiliki sebuah kebudayaan dan juga kesenian yang patut mendorong desa Nagasepaha untuk menjadi destinasi wisata baru dalam konsep Desa Wisata berbasis Seni dan Budaya di Buleleng. Kebudayaan yang terkenal di desa Nagasepaha ialah Medungdung dan Ngutang reged merupakan sebuah budaya yang di lakukan oleh masyarakat desa Nagasepaha sebelum perayaan hari Raya Nyepi.
Menurut Koentjaraningrat pada buku Antropologi: meggungka kragama budaya menyebutkan bahwa kebuayaa merupakan keseluruhan sistem gagasan, tndakan, dan hasil kaya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang di miliki manusia dengan belajar. Dibalik sebuah tradisi Medungdung dan Ngutang reged ada sebuah kebudayaan yang terkandung didalamnya yang mampu memikat wisatawan lokal atau mancanegara untung datang dan menonton tradisi tersebut.
Medungdung ialah sebuah tradisi yang hampir sama seperti megibung namun ada beberapa perbedaan yang ada seperti sarana yang di gunakan seperti sapi, babi, anjing belang bungkem, ayam hitam, dan bebek hitam. Sedangkan Ngutang reged merupakan sebuah tradisi dimana masyrakat desa melalukan upacara menghanyutkan perahu di sungai akan tetapi perahu yang di hanyutkan bukan perahu kayu ataupun besi akan tetapi perahu yang di maksud adalah perahu yang berbahan dari pelepah pisang yang sudah di buat oleh masyarakat di pura dalem dan yang membuat upacara ini seru ialah adanya turut serta masyarakat desa meramaikan acara ini dengan kemeriahan gambelan beleganjur dari pura dalem ke sungai.
Dengan adaya sebuah budaya yang di miliki oleh desa Nagasepaha yang moment itu hanya berlangsung 1 kali setahun yang jatuh sebelum hari raya nyepi tentu saja merupakan sebuah tradisi yang langka, tentu saja jika di kemas dengan baik dan benar mampu mendatangkan wisatawan lokal ataupun mancanegara untuk
4
melihat atau menikmati upacara tersebut. Selain sebuah kebudayaan, desa Nagasepaha juga memiliki kesenian yakni Lukisan Wayang Kaca yang sudah termasuk Warisan budaya tak benda yang di balut dengan sebuah kesenian di dalamnya dan mampu menarik minat wisatawan untuk mempelajari bagaimana cara membuat karya tersebut karna lukisan wayang kaca tak cukup proses pembuatannya 1 hingga 2 hari saja tentu perlu waktu yang cukup lama. Dengan adanya sebuah budaya dan seni tentu saja desa Nagasepaha mampu menjadi sebuah alternatif destinasi wisata berupa desa wisata berbasis seni dan budaya yang mampu memberikan dampak positif kepada masyarakat sekitar dalam segi ekonomi.
Selain seni lukis wayang kaca, desa nagasepaha juga punya sebuah karya seni dari tangan-tangan kreatif para perempuan di desa nagasepaha berupa seni kriya Saab Mote. Saab Mote sangat diminati untuk di buat oleh ibu-ibu di desa karna selain bisa membantu ekonomi keluarga juga bisa meningkatkan kreatifitas ibu-ibu di desa. Saab mote sudah berkembang selama 35 tahun lamanya namun sampai sekarang masih banyak peminat karya tangan saab mote ini baik di dalam desa maupun di luar desa Nagasepaha. Berkembang menjadi sebuah desa seni yang banyak melahirkan orang-orang seniman termasuk seniman tiga dimensi yakni seni gong atau gamelan. Alm.I Putu Sumardika merupakan salah satu tokoh seniman di desa nagasepaha yang mengembangkan seni baleganjur untuk para pemuda mudi desa dan pada masa jayanya gong kebyar desa nagasepaha pernah menjadi runner- up di lomba gong kebyar seluruh bali yang pada saat itu masih di latih oleh Alm.
Pak Putu Sumardika.
Wisata Desa merupakan sebuah kegiatan wisata yang dilakukan di suatu desa dengan menekankan kegiatan wisata di objek wisata namun tidak melibatkan kegiatan masyarakat desa terlalu banyak. Wisata desa secara sederhana memiliki arti mengajak wisatawan untuk berkunjung ke suatu desa dan menikmati sebuah seni atau budaya yang di tawarkan di desa. Sebuah desa yang memiliki wisata seni dan budaya seharusnya layak dikembangkan untuk bisa menjadi sebuah desa wisata kedepannya. Pengembangan sebuah desa menjadi wisata desa harus di dasari oleh keunggulan tersendiri yang dimiliki oleh desa tersebut apakah desa itu layak sebagai destinasi wisata desa. Tempat yang memiliki sebuah daya tarik yang unik
5
harusnya dapat di kembangkan dengan baik dan bisa menjadi daya tarik baru bagi para wisatawan lokal maupun manca negara. Desa nagasepaha yang saat ini masih belum termasuk kedalam destinasi desa wisata tentu harus mampu mengikuti perkembangan bali kedepan dan juga desa Nagasepaha memiliki keunikan tersendiri dibidang seni dan budaya tentu layak menjadi sebuah desa wisata berbasis seni dan budaya.
Seni adalah sesuatu yang menghasilkan keindahan dan kesenangan melalui ekspresi jiwa manusia yang dituangkan melalui media seni dalam bentuk karya seni. Sedangkan budaya berasal dari bahasa Sanskerta yaitu “buddhayah” yang berarti segala sesuatu yang berhubungan dengan akal dan budi manusia. Jika seni dan budaya dijadikan sebuah daya tarik di suatu desa maka bisa menjadi destinasi desa wisata dengan keunikan seni dan budaya jadi dapat di artikan bahwa desa wisata dengan keunikan seni dan budaya adalah desa yang memilki keunikan berupa kesenian dan kebudayaan masyarakat baik dari segi kehidupan sosial atau edukasi dan membelajaran baik di seni dan budaya yang dimiliki oleh desa sekitar yang mampu di pelajari atau dinikmati oleh wisatawan yang berkunjung. Tidak hanya sekedar berkunjung saya, desa tersebut harus bisa memberikan pengalaman yang baru bagi wisatawan yang tak terlupakan dan mampu diingat oleh wisatawan dan mampu membuat mereka datang lagi untuk mempelajari atau menikmati hal tersebut.
Desa Nagasepaha jika di jadikan sebagai desa wisata dengan keunikan seni dan budayanya dapat dilakukan dengan memperbaharui kehidupan bermasyarakat dan membuat kelompok sadar akan seni dan budaya desa yang begitu melimpah yang bisa di jual ke khalayak umum untuk dinikmati dan di pelajari. Seperti lukisan wayang kaca yang mampu dimasukan kedalam destinasi edukasi untuk belajar seni rupa dengan merancang sebuah pakek wisata yang dimana pengunjung dapat mempelajari secara langsung akan kesulitan dan kerumitan seni lukis tersebut dan membuat pengunjung merasa menantang akan hal tersebut. Karena tradisi kebudayaan desa yang hanya bisa di nikmati setahun sekali tentu saja tidak menjamin wisatawan yang datang hanya untuk melihat hal tersebut jadi harus ada alternatif baru untuk masyarakat desa dengan meningkatkan pola kehidupan sehari- hari seperti warga desa di Penglipuran, Bangli dimana masyarakat disana sangat
6
akrab dengan wisatawan luar. Jika di lihat dari sudut pandang dari desa wisata dan seni budayanya, desa Nagasepaha sudah termasuk bisa dijadikan sebagai destinasi desa wisata akan tetapi mengapa sampai sekarang belum sadar akan potensi desa yang mampu di kembangkan ke arah sana itu yang menjadi titik tumpu mengapa saya ingin mencari tahu dan penasaran hal tersebut belum terwujud.
Semakin berkembangnya jaman dan globalisasi kebanyakan anak muda di masa kini lebih dominan untuk mempelajari dan bercermin pada budaya kebarat- baratan agar tidak ketertinggalan jaman. Di desa Nagasepaha tentunya walau banyak sekali seniman tidak menjamin sebuah seni dan budaya yang ada di desa bisa bertahan dikarenakan kebanyakan anak muda di desa Nagasepaha enggan untuk mempelajari seni dan budaya yang ada di desa Nagasepaha. Ada salah satu seniman lukisan wayang kaca yang dimana beliau mempunyai salah satu anak laki- laki yang beralih profesi dan tidak melanjutkan kesenian dari ayahnya dengan alasan jika mengandalkan ekonomi dari seni lukis wayang kaca tersebut tidak bisa menjamin akan sukses di masa mendatang. Begitu juga dari seni kriya saab mote hanya beberapa wanita muda yang masih menekuni seni tersebut jadi bisa di cari kesimpulan bahwa seni dan budaya jika belum bisa di manfaatkan dengan baik dan di lihat luas oleh publik dalam mengembangkan ekonomi yang ada maka tidak terjadi kesetabilan ekonomi dan mempertahankan seni budaya di jaman yang akan datang.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengindentifikasi potensi seni dan budaya di Desa Nagasepaha untuk perkembangan berbasis wisata desa?
2. Bagaimana strategi pengembangan dalam meningkatkan seni budaya berbasis wisata desa di Desa Nagasepaha?
1.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Dengan penelitin ini diharapkan elemen masyarakat dan pemerintah desa mampu mengembangkan desa Nagasepaha menjadi detinasi desa
7
wisata dengan keunikan seni dan budaya karna banyak sekali potensi desa untuk menjadi wisata desa.
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengkaji potensi seni budaya yang ada di Desa Nagasepaha untuk perkembangan wisata berbasis wisata desa
b) Untuk mengetahui strategi pengembangan dalam meningkatkan seni budaya berbasis wisata desa di Desa Nagasepaha.
1.4 Manfaat Hasil Penelitian 1. Teoritis
Dengan kajian penelitian yang di buat bisa berguna untuk pengembangan keilmuan dan akademis dalam strategi pengembangan wisata desa dengan keunikan seni dan budaya
2. Praktis
Secara praktis, penelitian ini mampu memberikan manfaat dan pemahaman secara praktis sebagai berikut :
a) Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan refrensi untuk melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan lokus maupun perspektif yang sama.
b) Bagi Desa
Dengan dilakukanya penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk digunakan sebagai bahan dalam mempertimbangkan perkembangan seni budaya di Desa Nagasepaha.
8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Pustaka
Dilihat dari penelitian sebelumnya sangat memiliki kaitan yang relevan dengan penelitian yang akan di buat tentang pengembangan seni budaya di desa Nagasepaha sebagai wisata desa yakni sebagai berikut :
Menurut penelitian dari Sri Ayuni, Nurkariani, dan Budiasni (2021), dimana mengkaji tentang Pengembangan Saab Moote Sebagai Sebuah Produk Ikonik dari Desa Nagasepaha. Dimana pada penelitian yang dilakukan lebih memfokuskan pada perkembangan produk kerajinan tangan Saab Mote sebagai salah satu ikonik produk dari Desa Nagasepaha. Dimana penelitian dilakukan secara langsung bersosialisasi kepada mayarakat Desa Nagasepaha tentang pentingnya manajemen produk dan inovasi agar bisa menarik minat pembeli. Dengan hasil pengumpulan data yang di dapat masyarakat sadar akan inovasi dan sadar akan kemajuan teknologi yang harus mereka lakukan untuk perkembangan produk yang mereka buat. Jumlah peserta yang ikut serta dalam pelatihan yang dilakukan tersebut berjumlah 10 orang pengerajin dan 10 orang remaja putri untuk mengikuti pelatihan tersebut. Jadi dapat disimpulkan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan daya manajaemen dari masyarakat Desa Nagasepaha untuk keberlangsungan usaha Saab Mote agar tidak berhenti. Dimana penelitian ini berfokus pada seni kerajinan tangan Saab Mote jika dilakukan dengan manajemen yang benar maka akan dapat di kembangkan lebih baik, Sedangkan penelitian yang penulis lakukan itu lebih berfokus pada perkembangan seni budaya desa Nagasepaha sebagai wisata desa yang mencakup keseluruhan seni dan budaya yang dimiliki.
Penelitian Setem (2022), mengkaji tentang Strategi Pengembangan Seni Lukis Wayang Kaca di Desa Nagasepaha Mendukung Industri Kreatif di Buleleng.
Dimana penelitian yang di buat lebih menekankan ke dalam industri kreatif tentang bagaimana merancang seni lukis wayang kaca lebih maju dengan menawarkan jasa pembuatan logo usaha. Penelitian yang di lakukan untuk mengetahui seberapa besar minat pengerajin usaha wayang kaca untuk berinovasi dalam motif wayang kaca
9
yang di minati oleh para pembeli. Metode penelitian yang di tekankan yaitu kualitatif dengan datang langsung ke tempat dan mengadakan pengabdian kepada masyarakat dengan melihat seberapa besar motifvasi yang di timbulkan dari kegiatan pengabdian tersebut juga di jelaskan tahapan-tahapan pembuatan dari lukisan wayang kaca. Jadi pada intinya penelitian yang di lakukan tersebut bertujuan untuk membangun minat dan bakat masyarakat desa untuk mengembangkan seni lukis wayang kaca kedepan dengan melihat motivasi masyarakat sekitar seberapa penting seni lukis wayang kaca dalam industri kreatif dengan strategi pengembangannya di uraikan dengan sejelasnya. Sedangkan perbedaanya terletak pada seni dan budaya yang akan di kembangkan untuk menjadi sebuah wisata desa.
Penelitian Sukarma (2019), penelitian ini mengkaji tentang Pengembangan Kearifan Lokal Seni Budaya Melalui Pendidikan Berbasis Banjar di Bali. Penelitian ini lebih banyak mengkaji tentang prilaku dan pribadi manusia dalam ilmu manusiawi dengan pokok fokus utamanya pada manusia itu sendiri. Penelitian yang di buat tentang tatanan kehidupan manusia di sebuah desa yang di sebut banjar karna setiap banjar yang ada di bali itu memiliki keunikan dan kearifan masing- masing dengan seni dan budaya yang di miliki setiap daerah patut di jadikan sebuah acuan atau pendidikan untuk kaum masa muda. Penelitian ini lebih menekankan keilmuan tentang bermusyawarah dan sosial antar warga di sebuah banjar atau desa yang di teliti. Penelitian tersebut menggunakan metode kualitatif dengan konsep penjabaran aktifitas sosial dan sikap manusia dalam sebuah kelompok masyarakat yang terdapat beberapa kegiatan yang di lakukan bersama dengan jiwa sosial yang sangat tinggi. Jadi penelitian ini menitikberatkan pada pola sosial manusia dalam bermasyarakat dan budaya agar tidak hilangnya jiwa sosial saling tolong menolong di kemudia hari. Sedangkan perbedaan penelitian tentang sebuah kebudayaan dan kesenian di desa Nagasepaha untuk di kembangkan.
Penelitian Millenia,Sulivinio,Rahmanita, dan Osman (2021), penelitian yang mengkaji tentang Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Desa Sedari Berbasis Analisis 4 A. penelitian ini lebih berfokus akan pengembangan kawan sebuah objek wisata dengan metode kualitaif observasi langsung ke kawasan wisata dengan menggunakan teori analisis 4 A. Penelitian ini dilakukan menerapkan
10
metode SWOT yang terdiri dari kekuatan strengths (kekuatan), weaknesses (kelemahan), opportunities (peluang), dan threats (ancaman) sebagai alat ukur yang umum dalam menganalisis internal dan eksternal dari sebuah daya tarik wisata yang ada di lokasi. Setelah di analisis satu per-satu sesuai dengan SWOT terdapat nilai total yakni strengths (1,84), weaknesses (1,48), opportunities (2,27), threats (1,04) dari hasil wawancara langsung pada sumber data primer. Dengan analisis SWOT dengan berbasis pada 4 A mendapatkan kesimpulan bahwa sebuah destinasi wisata dapat berkembang jika mampu bekerja sama dengan akademisi dan ahli yang paham akan tanaman mangrove dan mengadakan pelatihan khusus di setiap waktunya agar bisa menciptakan kerajinan yang mampu meningkatkan perekonomian di desa Sedari lebih stabil atau meningkat. Sedangkan penelitian yang di buat penulis itu berfokus pada pengembangan seni budaya agar mampu menjadi sebuah destinasi wisata desa yang menggunakan metode SWOT dengan analisis 4 A.
Penelitian Wirawan (2023), yang mengkaji tentang Strategi Pengembangan Seni Lukis Wayang Kaca Nagasepaha Sebagai Daya Tarik Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif. Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan pendekatan studi kasus dan proses mencari datanya secara langsung dengan datang kelapangan dengan jenis penelitian kualitatif dengan konsep yang sistematis.
Penelitian ini lebih mengkonsepkan kepada industri kreatif yang harus di tekankan untuk memajukan ekonomi dari seni lukis wayang kaca. Dengan pengumpulan datanya menggunakan metode analisis data SWOT dengan mengkaji potensi- potensi apa saja yang ada di desa Nagasepaha di bidang seni. Terdapat persamaan antara persamaan dari penelitian milik Wirawan (2023) di dalam terdapat kesamaan dalam alur pendekatan dan proses pencarian data dan jenis penelitian yang di gunakan. Kemudian dari segi perbedaan itu terletak pada aspek pelestarian seni lukis wayang kaca dari segi pengembangan berbasis wisata ekonomi kreatif.
Sedangkan, penelitian dari peneliti yang di buat lebih membahas tentang pengembangan seni budaya yang berbasis wisata desa dengan potensi yang ada di desa. Kontribusi peneliti akan penelitian sebagai memperluas argumentasi, menambah teori juga gagasan untuk menyangga serta memperluas hasil penelitian sebelumnya.
11 2.2 Konsep
2.2.1 Strategi Pengembangan wisata
Dalam buku strategi pengembangan desa wisata yang di buat oleh kementrian desa PDT dan Transmigrasi tahun 2019 menjelaskan bahwa pengembangan daya tarik desa wisata harus berfokus pada pemberdayaan masyarakat sekitar kedalam kelompok-kelompok masyarakat yang menjadi bagian dari gugusan pariwisata tertentu. Desa atau komunitas masyarakat yang ada di sekitar pusat kegiatan pariwisata merupakan bagian yang tak terpisah dari dari perkembangan pariwisata yang terjadi di suatu wilayah yang terdampak sektor pariwisatanya. Desa berperan penting dalam mendukung perkembangan suatu daya tarik wisata alam, seni budaya, dan minat khusus sebagai sumber pasokan komponen-komponen tertentu yang di perlukan dalam perkembangan objek wisata.
Oleh karna itu pengembangan potensi wisata membutuhkan pengelolaan yang tepat sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan pariwisata berkelanjutan.
Saat ini, sebuah destinasi pariwisata menghadapi sebuah tantangan yang kompleks mulai dari komunikasi lintas sektor seni budaya, peningkatan daya tarik, peningkatan muttu lingkungan serta perbaikan citra dari daya tarik wisata yang ada.
2.2.2 Seni Budaya
Menurut Trisnawati dalam buku Sejarah Seni Budaya (2021) menjelaskan seni adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati, untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki suatu kesan, selaras, dan bernilai seni dan lainya.
Sedangkan budaya menurut Jensen dan Trenholm di dalam buku Sejarah Seni Budaya (2021) menjelaskan budaya adalah seperangkat norma, nilai, kepercayaan, adat-istiadat, aturan dan juga kode. Namun menurut Geert Hofstede menjelaskan budaya adalah pemrograman bersama atas pikiran yang membedakan pemikiran anggota-anggota disuatu kelompok orang dengan kelompok yang lain. Jadi dengan penjelasan di atas dapat disimpulkan tentang seni budaya dan menurut Trisnawati di buku Sejarah Seni budaya (2021;8), seni budaya diartikan sebagai salah satu keahlian untuk mengekspresikan diri dan ide-ide dari sebuah pemikiran estetika,
12
termasuk mewujudkan kemampuan serna menjelaskan imajinasi dari pandangan mengenai benda, suasana, atau karya sehingga mampu menimbukan sebuah rasa indah yang menciptakan peradaban yang lebih modern.
Jadi menurut sudut pandang penulis, Seni dan budaya adalah dua konsep yang saling terkait dan memiliki banyak dimensi yang berbeda. Berikut adalah definisi konsep tentang seni dan budaya. Seni adalah ekspresi kreatif dari pemikiran, perasaan, dan pengalaman manusia melalui berbagai media, seperti lukisan, patung, musik, tari, sastra, teater, fotografi, dan berbagai bentuk seni lainnya. Seni memungkinkan individu untuk berkomunikasi, merayakan, mengkritik, atau merefleksikan aspek-aspek kehidupan dan dunia sekitarnya. Seni tidak hanya mencakup hasil akhir karya seni itu sendiri, tetapi juga proses penciptaannya. Budaya merujuk pada seperangkat nilai, keyakinan, norma, tradisi, bahasa, seni, musik, dan aspek-aspek lainnya yang dibagikan oleh kelompok sosial tertentu, seperti suatu komunitas, negara, atau bangsa. Budaya membentuk identitas manusia dan memengaruhi cara berpikir, berperilaku, dan berinteraksi dalam masyarakat. Ini juga mencakup pola hidup, kepercayaan, mitos, serta pengetahuan yang diteruskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Seni sering kali merupakan manifestasi dari budaya itu sendiri. Seni mencerminkan nilai-nilai, cerita, sejarah, dan pengalaman budaya yang melingkupi penciptanya. Dalam konteks budaya, seni berperan sebagai sarana untuk melestarikan, menghormati, atau mengkritik elemen-elemen budaya tersebut. Seni juga dapat menjadi alat untuk membangun pemahaman lintas budaya dan menggabungkan berbagai aspek budaya dalam penciptaan yang unik.
2.2.3 Wisata Desa
Desa wisata merupakan salah satu tujuan wisata atau bisa di sebut pula destinasi pariwisata, yang mengintregrasikan daya tarik wisata, fasilitas pariwisata, fasilitas umum, aksesibilitas yang di sajikan dalam struktur kehidupan masyarakat menyatu dan dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (UU. No 10 tahun 2009, Nuryanti 1993). Sedangkan, wisata desa merupakan kegiatan wisata yang di lakukan di desa dengan tujuan setiap perjalanan wisatanya tidak berbasis pada
13
pariwisata yang bersifat pedesaan namun lebih pada sepanjang sumber daya yang ada di desa. Serta pelaku perjalanan wisata itu dapat menginap di lokasi (Sebagai wisatawan) atau tidak menginap (Sebagai pelancong). Dan dalam menperjelas kegiatan wisata di suatu desa ada istilah Wisata Pedesaan, yaitu sebuah kegiatan wisata yang berlangsung di pedesaan dengan tujuan utama untuk mengulik apa saja sumber daya alam, budaya lokal, dan kehidupan masyarakat sekitar yang dapat di pelajari oleh pelaku perjalanan wisata (Panduan Desa Wisata Hijau 2015;2).
Lebih jelasnya desa wisata itu bisa di jual, di kemas, serta bisa di sajikan dalam bentuk paket wisata dan di pertanggung jawabi oleh kepala desa, pengurus perangkat desa, dan pokdarwis yang terikat dalam pengembangan wisata desa tersebut, sedangkan wisata desa itu berbeda halnya dari desa wisata dimana wisata desa itu bertumpu pada objek wisata yang di tawarkan di desa baik wisata alam, wisata budaya, ataupun wisata buatan yang keterlibatan masyarakat di dalamnya sangat terbatas. Jadi dapat di simpulkan bahwa wisata desa itu merujuk dalam satu objek wisata yang di tawarkan dengan di kelola oleh kelompok masyarakat sekitar baik itu dalam bentuk wisata alam atau buatan, seni budaya, dan bisa menarik minat wisatawan untuk menikmati atau mempelajari wisata yang ada di sana.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Pengembangan 4 A
Pengembangan suatu objek wisata berupa wisata desa harus memiliki aspek 4 A. Menurut Cooper (2010) aspek 4 A terdiri dari (Attraction, Amenities, Accessibility, dan Ancillary ). Attraction atraksi atau objek daya tarik wisata yang mampu mengundang wisatawan untuk datang. Komponen pariwisata yang sangat signifikan dalam menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung adalah satu modal utama dalam meningkatkan kunjungan wisatawan. Aspek dari 4 A antara lain :
1) Attraction atau daya tarik yang ada di tempat wisata yang bersumber dari alam, sosial, seni budaya dan iklim juga segala hal yang berkaitn
14
dengan aktivitas berwisata dengan begitu wisatawan tertarik untuk datang ke objek wisata.
2) Access atau mudah di capai bisa di bilang faktor jalan entah dari darat, udara dan air oleh wisatawan juga tersedianya segala fasilitas transfortasi yang bagus dan memadai.
3) Amenity atau fasilitas merupakan sebuah aspek penting untuk mendukung perkembangan wisata seperti transpotasi, restoran, tempat hiburan, dan tempat pembelajaran dan juga harus terdiaanya pelayanan wisata baik itu souvenir, bank, dan tempat pertukaran valuta asing sehingga wisatawan dapat merasakan kenyamanan saat mereka berkunjung ke tempat tujuan wisata.
4) Ancillary atau pengelolan kepariwisataan berupa faktor pendukung tambahan atau pelengkap untuk fasilitas penunjang kepariwisataan dalam bentuk kelembagaan yang ada sebagai pembentuk perencanaan sumber daya alam dan manusia dalam pengembangan objek wisata agar tidak kalah atau tergeser oleh tempat wisata yang baru.
Dengan teori pengembangan 4A yakni attraction, access, amenity, dan ancillary diharapkan mampu memecahkan rumusan masalah satu yakni Bagaimana mengindentifikasi potensi seni dan budaya di Desa Nagasepaha untuk perkembangan berbasis wisata desa dan bertujuan untuk memperkuat tujuan penelitian.
2.3.2 Teori Pengembangan 4 H
Pengembangan sebuah destinasi wisata seni budaya tak lepas juga dari aspek 4 H. Menurut Amerta (2019) aspek 4 H terdiri dari ( habitat, haritage, history, handicraft ) yang menjadi tolak ukur dalam sebuah pengembangan seni budaya di suatu desa. Aspek 4 H antara lain sebagai berikut :
15
1) Habitat diartikan sebagai tempat tinggal sekelompok atau individu masyarakat yang menjalani kehidupan mereka. Wisata desa mampu memperlihatkan keunikan tersendiri baik dari segi physical geography dan human geography yang memperlihatkan keunikan dan daya tarik tersendiri untuk menjadikan alasan bagi wisatawan untuk berkunjung ke desa tersebut.
2) Heritage diartikan sebagai warisan kebudayaan yang menjadikannya sebuah tradisi di masyarakat dna di lakukan secara turun temurun di desa wisata tersebut. Kebudayaan atau tradisi lokal yang menjadikan point utama untuk menarik minat wisatawan baik dari segi bahasa, budaya, seni, tradisi, dan lain sebagainya.
3) History ialah sejarah atau sebuah peritiwasa masa lalu yang ada di desa wisata itu yang mampu menarik untuk di kunjungi wisatawan.
Kepercayaan, Local wisdom, dan tradisi bagi masyarakat yang bertempat tinggal atau mendiami daerah itu.
4) Handicraft diartikan sebagai kerajinan tangan atau kesenian yang di tuangkan dalam sebuah produk yang di jadikan alat pengenal di desa wisata tentu terdapat nilai-nilai kebudayaan baik dalam bentuk fisik atau non fisik yang menjadikanya simbol dari desa wisata tersebut.
Penerapan teori pengembangan daya tarik wisata seni budaya 4H ( habitat, haritage, history, dan handicraft) bertujuan untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah dua yakni Bagaimana strategi pengembangan dalam meningkatkan seni budaya berbasis wisata desa di Desa Nagasepaha.
16 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Pendekatan 3.1.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian yang di lakukan, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Erikson (1968) penelitian kualitatif merupakan cara yang di gunakan untuk menemukan dan menggambarkan secara naratif dari kegiatan yang di lakukan dengan dampak yang di dapatkan terhadap kehidupan mereka.
(Ericson, 1968)
Penelitian kualitatif secara umum itu digunakan dalan penelitian tentang kehidupan masyarakat, seni budaya, sejarah, konsep, masalah sosial, fenomena yang ada dan lain-lain. Dalam proses penelitian ini menggunakan konsep yang sistematis dengan melibatkan upaya penting yang dapat mendapatkan informasi berupa data seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan prosedur dalam proses pengalihan data secara deduktif mulai dari tema-tema khusus ke tema yang umum dan bisa menafsirkan makna dari data.
3.1.2 Penelitian pendekatan
Jenis pendekatan ini merupakan pendekatan studi kasus (case studies). Studi kasus merupakan salah satu bentuk pendekatan penelitian kualitatif yang berbasis untuk pemahaman dan prilaku manusia berdasarkan pendapat dan opini yang mereka sampaikan (Polit & Beck, 2004). Tujuan studi kasus adalah untuk mendapatkan sebuah makna, mengindentifikasi sebuah potensi yang ada dan pemahaman yang spesifikasi dari sebuah individu, kelompok dan situasi kondisi tertentu.
Dalam penelitian ini bermaksud untuk mencari dan mengumpulkan data dari permasalahan yang diteliti dan didapatkan informan yaitu terkait pengembangan seni budaya berbasis wisata desa untuk menggambarkan potensi daya tarik desa wisata di desa Nagasepaha.
17 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis melakukan penelitian di desa Nagasepaha yang terletak di ujung selatan dari wilayah Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa Nagasepaha merupakan sebuah desa adat yang memiliki potensi pengembangan seni dan budaya yang ada namun belum di manfaatkan secara maksimal. Kemunculan eksistensi pariwisata berupa desa wisata yang lebih mengoptimalkan seni dan budaya. Salah satu seni yang terkenal di desa Nagasepaha yakni seni lukis wayang kaca yang sudah termasuk kebudayaan merupakan salah satu potensi desa yang mampu di kembangkan jika di kelola dengan sebaikmungkin untuk memperlihatkan potensi-potensi yang lainya.
Selain wayang kaca ada juga kerajinan tangan seperti saab mote dan alat musik suling yang bisa menjadi salah satu cendramata yang unik dari desa. Adapun sebuah tradisi budaya medungkung dan ngutang reged merupakan salah satu tradisi yang di lakukan secara turun temurun tanpa perubahan dari jaman dahulu.
Dari potensi seni juga tradisi budaya yang di miliki dan bisa di kelola dengan baik mungkin maka nantinya bisa menjadikan desa Nagasepaha sebagai salah satu kunjungan wisata berbasis wisata desa tentu saja makin banyak lapangan kerja yang ada untuk para seniman atau budayawan yang ada di desa Nagasepaha.
Dari hasil observasi awal dan dapat dilihat dari faktor-faktor di atas, dapat di simpulkan bahwa peneliti menetapkan penelitian di lokasi dengan maksud untuk melihat kenyataan yang ada di lapangan yaitu penerapan strategi pengembangan seni budaya berbasis wisata desa di desa Nagasepaha. Dengan hal demikian peneliti harus siap menghadapi kenyataan di lapangan untuk proses pencarian data dan kenyataan di lapangan yang terus berkembang seiring masalah-masalah yang akan di dapat dan muncul. Untuk itu peneliti harus berusaha untuk membatasi rentangan waktu fenomena yang di teliti. (Bungin, B.
2001).
Alasan utama peneliti dalam pemilihan lokasi tersebut adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat desa Nagasepaha bahwa potensi yang di
18
miliki merupakan aset penting untuk di kembangkan dan di lestarikan kaum muda jaman sekarang. Sehingga, harus di sadari ada sebuah peluang yang bisa di kembangkan untuk di jadikan sebuah wisata seni budaya yang dapat memperluaskan lapangan pekerjaan dan bisa di kelola langsung oleh masyarakat sekitar sehingga lebih produktif dalam menggunakan aset yang ada.
3.2.2 Waktu penelitian
Dalam meneliti sebuah objek dan subjek agar lebih matang dan mendapatkan data yang matang menjadi ilmiah dalam penelitian tersebut, perlu waktu lama untuk meneliti. Penelitian ini di lakukan dalam rentang waktu 3 bulan setelah surat ijin penelitian diberikan. Alasanya dalam rentan waktu tersebut, proses pengambilan data dari informan secara mendalam sehingga mendapatkan informasi yang kongkret dan valid yang nantinya manipulasi melalui pendekatan serta metode yang di gunakan.
3.3 Jenis dan Sumber data
Jenis data yang diterapkan dalam melakukan penelitian ini ialah menggunakan data kualitatif. Data kualitatif ialah metode yang digunakan dalam mengekplorasi serta memahami memahami makna yang ada oleh sejumlah individu ataupun kelompok orang yang di anggap sebagai masalah manusia ataupun sosial (Umrati dan Wijaya. 2020).
Sumber data dalam penelitian ini merupakan suatu objek dimana data itu di peroleh. Data-data yang berupa informasi, objek, dan iklim lingkungan yang komprehensif dari pertanyaan yang di ajukan ke informan(Sudjana, 2004).
Terdapat dua jenis sumber data untuk penelitian ini, sebagai berikut : A. Data primer
Data primer dari penelitian ini merupakan data yang di hasilkan secara langsung dari objek penelitian atau diperoleh secara langsung selama proses penelitian yaitu di tempat kejadian informasi tersebut berasal dari sumber dan informan. Pengumpulan data ini melalui observasi dan wawancara.
B. Data sekunder
19
Data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misal lewat orang lain atau dokumen yang menjadi data pendukung yang berkaitan dengan permasalahan yang di teliti ( Sugiyono 2022:147)
Dalam penelitian ini bersumber dari data priper di peroleh dari wawacara langsung dengan informan secara selektif mengenai strategi pengembangan seni budaya berbasis wisata desa, sedangkan data sekunser di peroleh dari hasil membaca artikel, dokumen yang terkait, arsip, publikasi dan gambar yang berkaitan dengan objek penelitian yaitu seni budaya di desa Nagasepaha.
3.4 Objek dan Subjek Penelitian 3.4.1. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakansuatu hal yang dijadikan sebagai titik fokus dalam sebuah penelitian. Objek penelitian dapat diukur berupa benda, orang, barang, ataupun sekelompok organisasi. Pada penelitian ini terdapat objek penelitian yaitu seni budaya berbasis wisata desa di desa Nagasepaha.
3.4.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan suatu pendukung yang sangat penting dalam proses penelian untuk mendapat data yang sangat relevan. Subjek penelitian ini bertumpu pada seniman dan budayawan, kepala desa, masyarakat, Pamong Budaya Pengembangan dan Plelestarian Budaya Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng. Opsi tersebut yang memiliki banyak pemahaman tentang seni budaya berbasis wisata desa di desa Nagasepaha.
3.5 Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yang dimana pernyataan mengenai teknik purposive sampling menurut sugiono dalam bukunya yang berjudul Memahami Penelitian Kualitatif, adalah :
20
“Purposive sampling merupakan teknik pengumpulan sample sumber data dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Sebagai mana yang di maksud oleh pertimbangan tertentu ini ialah seseorang yang sengaja di pilih untuk dijadikan subjek penelitian yang memiliki banyak sekali pengetahuan dan pengalaman di bidang yang ada, sehingga dalam pengumpulan data lebih banyak dan lebih mudah untuk di kombinasikan.” (Sugiyono, 2012)
Subjek penelitian ini merupakan informan yang menjadi titik tumpu utama sebagai sumber utama yang mengetahui tentang penelitian yang sedang di teliti, dengan pertimbangan bahwa dari informan yang paham dan mengetahui informasi penelitian. Dalam penentuan informan dilakukan dengan teknik purposive sampling atau penentuan informan yang dilakukan secara selektif dengan beberapa pertimbangan. Jumlah informan yang terkait akan penelitian ini ada lima orang, antara lain : a) seniman dan budayawan di pilih secara selektif dengan jumlah empat orang. Yang dimana dua orang ini merupakan budayawan sekaligus mepangku adat di desa yang paham akan budaya yang ada di desa dam dua lagi merupakan seniman wayang kaca yang merupakan salah satu situs warisan budaya tak benda dengan pengalaman dan pemahaman yang relevan. Tujuannya ialah untuk mendapatkan informasi lebih mendalam mengenai seni budaya yang ada di desa Nagasepaha baik itu pakem, sejarah, dan biografi. (b) Kepala Desa dari Desa Nagasepaha untuk menggali informasi tentang letak geografis Desa Nagsepaha. (c) Masyarakat sekitar dengan jumlah 2 orang untuk mengenali internal terkait seni budaya sekitar sebagai bentuk pengetahuan dan pelestarian. (d) Pamong Budaya Pengembangan dan Pelestarian Budaya dari Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng dengan informan sebagai pendukung eksistensi seni budaya berbasis wisata desa untuk menjadi lebih dikenal oleh wisatawan domestik atau internasional.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Data yang dihasilkan dari penelitian ini valid dan akurat merupakan sistem kerja pada bagian metode analisis data ini. Dengan menggunakan instrumen
21
pendukung yang bisa memberikan data yang valid. Metode pengumpulan data merupakan konsep yang strategi dalam sebuah penelitian, karena tujuan paling penting dari penelitian yaitu mendapatkan sebuah data yang valid juga akurat.
(Sugiyono, 2011)
Metode Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, sebagai berikut :
A) Observasi
Dalam metode ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan pengamatan secara langsung atau terjun ke lapangan dengan melihat dan memantau objek yang di teliti. Metode ini mengumpulkan data melalui langsung ke lapangan dan mencari sumber informasi untuk mendapatkan data ke lokasi penelitian. Dalam proses penelitian ini peneliti menggunakan intrumen berupa alat elektronik seperti smartphone untuk memberikan data yang valid sesuai yang terjadi di lapangan.
B) Wawancara
Wawancara merupakan penelitian dilakukan secara langsung dengan memberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan pada saat wawancara. Dalam metode ini dilakukan secara langsung maupun via online.
Metode pengumpulan data merupakan pengumpulan data yang flexibel bisa di lakukan dimana saja dan kapan saja serta mendapatkan data yang lebih banyak dengan tujuan data tersebut valid. Dalam penelitian ini proses pengumpulan data peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan hasil data seakurat mungkin.
C) Studi Dokumentasi
Pengumpulan data ini melalui dokumen melalui media seperti lukisan, tulisan, biografi, cerita, maupun karya-karya yang monumental dari sebuah tradisi seni ataupun budaya seseorang (Sugiyono, 2008). Metode pengumpulan data ini sebagai bukti kuat dan bukti validasi dari sebuah acara atau objek yang akan di teliti
22 3.7 Metode Analisis Data
3.7.1 Pengumpulan Data, Reduksi Data, Penyajian, dan Penarikan Kesimpulan
Proses Menganalisi data merupakan prosedur yang terstruktur dari analisis sebuah data dengan pencarian dan pengaturan dalam transkrip dari wawancara, data di lapangan, dan data-data lainya yang di fokuskan oleh peneliti guna mendapatkan dan meningkatkan pemahaman peneliti. Dalam kajian Miles, Huberman dan Saldana (2019) terdapat prosedur-prosedur yang sistematis dalam menganalisis data kualitatif, antara lain :
A) Pengumpulan data
Ciri utama dalam data kualitatif adalah dengan pengumpulan data yang berfokus pada suatu peristiwa yang terjadi secara alami dan biasanya dalam latar alam. Pengumpulan data dapat di lakukan dengan observasi, wawancaraa, dan dokumentasi atau bisa di lakukan tiga tahapan tersebut secara bersamaan (Triangulasi). Proses pengumpulan data dapat di lakukan secara berhari-hari atau berbulan-bulan agar mendapatkan data yang valid.
B) Kondensasi Data (Reduksi Data)
Kondensasi data adalah suatu bentuk analisi untuk mempertajamkan, memilah, memfokuskan, membuang, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga dapat kesimpulan yang dapat ditarik dan diverifikasi. Kondensasi data lebih mengacu pada proses pemilihan, pemfokusan, penyederhanaan, dan transformasi sebuah data yang di dapatkan pada proses wawancara dan di tuliskan melalui transkrip yang akan membuat datanya lebih kuat.
Pada saaat proses pengumpulan data berlangsung, proses kondensasi data selanjutnya ditulis ringkas, pengkodean, pembuatan kategori, pengembangan tema, dan penulisan memo.
C) Display Data (Penyajian Data)
Pada penjelasan Miles, Huberman, dan Saldana menjelaskan bahwa penyajian data adalah kumpulan informasi data yang terorganisir dan ringkas yang memungkinkan adanya refleksi dan tindakan analisis. Dengan penyajian data mampu membantu dalam memahami apa yang terjadi dan tindakan
23
sesuatu, menganalisis lebih lanjut atau mengambil tindakan berdasarkan pemahaman tersebut. Dengan informasi yang di dapat begitu luas, peneliti akan dapat mudah mengambil kesimpulan tanpa tergesa-gesa, dan mampu menyulitkan peneliti dalam melihat gambaran hasil penelitian maupun dalam proses pengambilan kesimpulan, disebabkan karna hasil penelitian berupa data- data yang berdiri sendiri.
D) Penarikan Kesimpulan
Penarikan Kesimpulan menurut Miles, Huberman, dan Saldana merupakan kegiatan akhir atau final dengan kegiatanya merangkum dari data- data yang dimaksud dengan proses pencatatan pola, penegaran, proposisi, penjelasan dan alur sebab dan akibat dari hasil data yang diperoleh. Penarikan kesimpulan dapat di katakan final setelah pengumpulan data itu slesai bergantung pada metode pengkodean, penyimpanan dan pengambilan yang di gunakan. Dengan demikian peneliti dapat menarik benang merah agar memperoleh kesimpulan yang sebenarnya.
3.7.2 Analisis Data SWOT
Dalam penelitian ini untuk menyimpulkan data-data yang sudah dikumpulkan dari informan menggunakan metode analisis data SWOT dengan pendekatan kualitatif, yang di mana terdiri dari Strenghts, Weakneass, Opportunities, dan Threats. Tujuan dari penggunaan metode analisis SWOT merupakan untuk memberikan hasil yang maksiman dari Strenghts (Kekuatan) dan Opportunities (Peluang) dan mungkin memilimalkan Weakneass (Kelemahan) dan Threats (Ancaman). (Risya, 2014)
Pernyataan tentang analisis SWOT di gunakan sebagai alat ukur untuk merumuskan strategi dengan mempertimbangkan berbagai faktor secara sistematis (Rangkuti, 2014). Untuk menerapkan analisis SWOT, perlu mengalisis dan memilah berbagai faktor pendukung dan penghambat ke empat aspek tersebut, kemudian menggambarkannya dalam bentuk matriks SWOT (Budiman, 2018).
Fungsi dari proses analisis SWOT adalah untuk memperoleh informasi dari analisis situasi dan memisahkannya menjadi masalah-masalah internal (kekuatan dan
24
kelemahan) serta masalah-masalah eksternal (peluang dan ancaman) (Wiswasta, Agung, & Tamba, 2018).
Tabel 3.2 Matriks SWOT IF
EF Strenghts (S) Weakness (W)
Opportunitie (O)
Strategi (S-O) Mengatur strategi dengan menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang
Strategi (W-O) Menciptakan dengan mengatasi kelemahan yang ada dengan memanfaatkan peluang yang ada
Threats (T)
Strategi (S-T) Mewujudkan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman yang ada
Strategi (W-T) Mengatur strategi dengan usaha meminimalkan kelemahan dengan menghindari ancaman
Sumber : Freddy Rangkuti (2006)
Dari penyataan-pernyataan diatas bahwa SWOT dapat di jelaskan sebagai berikut :
A) Evaluasi faktor internal
1. Kekuatan (Strenghts) merupakan suatu potensi yang kuat dan tidak ada di tempat yang lain pada daerah pariwisata tersebut. Adanya sebuah kekuatan yang di miliki merupakan nilai plus untuk di kembangkan dan dijadikan acuan dalam mempermudah mengembangkan potensi yang ada.
2. Kelemahan (Weakness), yaitu sesuatu yang dapat menghilangkan dan merugikan pada kegiatan pariwisata itu sendiri.
B) Evaluasi faktor eksternal
1. Kesempatan (Opportinities), yaitu faktor mendukung seperti kebijakan dari suatu instansi, aturan yang dibuat dan berlaku secara
25
nasional maupun internasional yang memberikan potensi perkembangan untuk menumbuhkan daya saing di masa yang akan datang.
2. Ancaman (Threats) merupakan hal yang merugikan di bidang pariwisata, seperti terjadinya perkembangan budaya kebarat-baratan dan melupakan budaya sendiri yang dimana bisa menghilangkan budaya yang sudah ada dan menggantinya dengan budaya luar.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anugrah Utama Raharja. Indikator perencanaan pengembangan pariwisata berkelanjutan . (n.d.). (n.p.): Maret 2021
Bali Post portal berita,(2019) Medungdung dan Ngutang Reged tradisi unik sebelum Nyepi di Desa Nagasepaha. Singaraja (https://www.balipost.com/news/2019/02/05/68036/MedungdungdanNgutang- Reged-Tradisi-Unik-Sebelum...html)
Bayfa Cendekia Indonesia. Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengorganisasian Pengelola Desa Wisata. 2022.
Bening Media Publishing. Pengembangan Wisata. (n.d.). (n.p.): 2018
Budiasni, N. W. N., Ayuni, N. M. S., & Nurkariani, N. L. (2021). Pengembangan Saab Mote sebagai Produk Ikonik Di Desa Nagasepaha Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng-Bali. Community Engagement and Emergence Journal (CEEJ), 2(1), 36-43.
CV Jejak (Jejak Publisher). Metodologi penelitian kualitatif. 2018.
Deepublish. Membangun Pariwisata Dari Desa: Desa Wisata Blimbingsari Jembrana Bali Usaha Transformasi Ekonomi. 2018.
Deepublish. Model Pengembangan Destinasi Dalam Perspektif Motivasi Berwisata. 2020.
Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar. (n.d.). (n.p.): Sejarah Seni Budaya. 2019 Haidar Imadudin, (2018), tinjauan Pustaka konsep desa wisata dalam perencanaan
wilayah, Unikom
elibrary.(https://elibrary.unikom.ac.id/id/eprint/3871/8/UNIKOM_HAIDAR_I MADUDDIN_BAB%202.pdf)
Jakad Media Publishing. Pengembangan desa wisata (model pengembangan kattasikung di jawa timur). 2021.
Kementerian Desa PDT dan Transmigrasi. Strategi Pengembangan Desa Wisata.
2019.
Kementrian pariwisata dan budaya (2020), Warisan budaya tak benda seni lukis
wayang kaca. Jakarta 10270.
(https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailTetap=1658)
27
Kompasnia Beyond Blogger (2018), Buleleng sebagai Kota pendidikan. Jakarta
pusat 10270
(https://www.kompasiana.com/gede50774/60e575ab06310e56d7721ec2/bulel eng-sebagai-kota-pendidikan)
Marsono. Agro dan desa wisata: profil desa wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah. Indonesia, Gadjah Mada University Press, 2019.
Miles, Matthew B., et al. Qualitative Data Analysis: A Methods Sourcebook. Amerika Serikat, SAGE Publications, 2019.
Millenia, J., Sulivinio, S., Rahmanita, M., & Emier Osman, I. (2021). Strategi Pengembangan Wisata Mangrove Desa Sedari Berbasis Analisis 4A (Attraction, Accessibility, Amenities, Ancillary Services). Jurnal Ilmiah Pariwisata, 26(3), 284-293.
PT Grafindo Media Pratama. Antropologi: Mengungkap Keragaman Budaya. N.p., 2007
SCOPINDO MEDIA PUSTAKA. Pengembangan pariwisata alternatif. (2019).
Sekretariat koalisis seni. (2018), Pemajuan Kebudayaan, Jakarta selatan 12520 (https://pemajuankebudayaan.id/undang-undang/)
Setem, I. W. (2022). Pengembangan Seni Lukis Kaca di Desa Nagasepaha Kabupaten Buleleng dalam Mendukung Industri Kreatif. Abdi Seni, 13(2), 104- 114.
Setem, I. W. Strategi pengembangan seni lukis kaca di desa Nagasepaha Kabupaten Buleleng dalam mendukung industri kreatif. (2019)
Sukarma, I. W. (2019). Pengembangan kearifan lokal seni budaya melalui pendidikan berbasis banjar di bali. In Proceeding of International Conference on Art, Language, and Culture (pp. 21-32).
Unisri Press. Strategi Pengembangan Sekolah Ramah Anak (SRA) melalui Pendidikan Karakter Berbasis Budaya Daerah. (2022).
Universitas Brawijaya Press. Penelitian Kualitatif Gizi. (2022).
Uwais Inspirasi Indonesia. Pariwisata Berkelanjutan Dalam Perspektif Pariwisata Budaya di Taman Hutan Raya Banten. (n.d.). (n.p.): 2019
uwais inspirasi indonesia. Pariwisata berkelanjutan. (n.d.). (n.p.): 2023
28
Wirawan (2023). Strategi Pengembangan Seni Lukis Wayang Kaca Nagasepaha Sebagai Daya Tarik Wisata Berbasis Ekonomi Kreatif.
Deepublish (2019) Strategi Pengembangan Pariwisata Edukasi Di Kota Yogyakart