PROPOSAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT
DI RSUD Dr.KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
Oleh:
Nama: Nasywaa Caesa Amanda Nim: P07220322016
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III PENDIDIKAN JARAK JAUH KEPERAWATAN TAHUN 2025
PROPOSAL
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GASTRITIS DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI AKUT
DI RSUD Dr.KANUJOSO DJATIWIBOWO BALIKPAPAN
Oleh
Nama : Nasywaa Caesa Amanda NIM : P07220322016
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI D-III PENDIDIKAN JARAK JAUH KEPERAWATAN TAHUN 2025
PERNYATAAN KEASLIAN
Saya menyatakan bahwa Karya Tulis ilmiah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan atau tiruan dari Karya Tulis ilmiah orang lain untuk memperoleh gelar dari berbagai jenjang pendidikan di perguruan tinggi manapun baik sebagian maupun keseluruhan. Jika berbukti bersalah, saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan yang berlaku.
Samarinda, ...
Yang Menyatakan
Nasywaa Caesa Amanda NIM.P07220322016
LEMBAR PERSETUJUAN
PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH INI TELAH DISETUJUI UNTUK DIUJIKAN TANGGAL
Oleh
Pembimbing Utama,
Diah Setiani, SST, M.Kes NIP. 1986081020091220001
Mengetahui,
Ketua Program Studi D III PJJ Keperawatan
Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Ns. Indah Nur Imamah, SST., M.Kes NIP. 198507182009122003
LEMBAR PENGESAHAN
Proposal Karya Tulis Ilmiah Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Gastritis Dengan masalah keperawatan Nyeri Akut Di RSUD Abdoel Wahab Sjaranie
Telah Diujikan Pada Tanggal……….
DEWAN PENGUJI Ketua Penguji :
Ns. Rahmawati Shoufiah,. S.ST.,M.Pd
NIP. 197902202001122002 (……….)
Penguji Anggota :
Ns. Diah Setiani, SST., M.Kes
NIP. 1986081020091220001 (……….)
Mengetahui :
Ketua Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Ketua Program Studi D-III PJJ Keperawatan Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur
Dr. Ns. Andi Lis Arming Grandini, M.Kep NIP. 196803291994022001
Ns. Indah Nur Imamah, SST.,M.Kes NIP. 198507182009122003
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan proposal Karya Tulis Ilmiah yang Berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Dengan Masalah KeperawatanHipervolemia di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan” Dapat terselesaikan dengan sebaik- baiknya.
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar ahli madya keperawatan (AMD. Kep) pada program studi Diploma III Pendidikan Jarak Jauh Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
Oleh karena ini, pada kesempatan saya ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesar-besarnya dengan hati tulus kepada :
1. Dr. H. Supriadi B, S. Kp., M.kep Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur
2. Dr. Ns. Andi Lis Aming Gandini, M. Kep Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur
3. Ns. Indah Nur Imamah, SST, M. Kes. Selaku Ketua Program Studi D-III PJJ Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis.
4. Ns. Rahmawati Shoufiah,. S.ST.,M.Pd Dosen civitas akademia Jurusan PJJ D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kalimantan Timur
5. Ns. Diah Setiani, SST., M. Kes yang telah menyediakan waktunya untuk memberikan bimbingan, dukungan dan semangat dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Seluruh dosen dan civitas akademika Jurusan PJJ D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.
8. Teristimewa untuk kedua orang tua saya terima kasih atas dukungan support serta doa yang telah kalian berikan.
9. Teman seperjuanganku, Aprillyana Prihatini dan Friska Dini Oktafianda yang selalu membersamai serta membantu dalam kerumitan dalam menyusun proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Samarinda, Maret 2025 Penulis
Nasywa Caesa Amanda P07220322016
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN...i
HALAMAN SAMPUL DALAM...ii
PERNYATAAN KEASLIAN... iii
LEMBAR PERSETUJUAN...iv
LEMBAR PENGESAHAN...v
KATA PENGANTAR...vi
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah...3
1.3 Tujuan Studi... 3
1.4 Manfaat Studi Kasus...4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5
2.1 Konsep Dasar Gastritis...5
2.1.1 Definisi Gastritis...5
2.1.2 Klasifikasi...6
2.1.3 Etiologi Gastritis...7
2.1.4 Patofisiologi Gastritis...9
2.1.5 Pathway Gastritis...10
2.1.6 Manifestasi Klinis...11
2.1.7 Klasifikasi Gastritis...11
2.1.8 Penatalaksanaan Gastritis... 13
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang...14
2.1.11 Konsep Dasar Nyeri...15
2.2 Konsep Prosedur Tindakan...23
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan...26
2.3.1 Pengkajian Keperawatan...26
2.3.2 Diagnosa Keperawatan...35
2.3.3 Intervensi Keperawatan...35
2.3.4 Implementasi Keperawatan...45
2.3.5 Evaluasi Keperawatan...46
2.3.6 Tabel Penilitian...46
BAB 3 METODE PENELITIAN...53
3.1 Rancangan Studi Kasus...53
3.2 Subyek Penelitian...53
3.3 Fokus Studi...54
3.4 Metode Pengumpulan Data... 55
3.5 Langkah Pelaksanaan... 55
3.6 Lokasi dan Waktu Studi Kasus...56
3.7 Analisa Data Pengajian Data...56
DAFTAR PUSTAKA... 57
Tabel 2. 1 Tabel Skala Nyeri...19
Tabel 2. 2 Tabel Prosedur Tindakan...26
Tabel 2. 3 Tabel Intervensi Keperawatan...45
Tabel 2. 4 Tabel Artikel Penelitian...52
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Pathway Gastritis... 10 Gambar 2. 2 Numerical Rating Scale (NRS)...19 Gambar 2. 3Skala Wajah... 20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Persetujuan Menjadi Responden...60 Lampiran 2Format Pengkajian... 79
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Gastritis akan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari, baik bagi remaja maupun orang dewasa. Gastritis merupakan peradangan dari mukosa lambung yang disebabkan oleh faktor iritasi dan infeksi. Gastritis dapat terjadi tiba-tiba (gastritis akut) atau secara bertahap (gastritis kronis).
Kebanyakan kasus gastritis tidak secara permanen merusak 2 lapisan perut tetapi seseorang yang menderita gastritis sering mengalami serangan kekambuhan yang mengakibatkan nyeri di ulu hati (Saydam, 2017).
Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2019 kejadian Gastritis di dunia mencapai 1,8 juta hingga 2,1 juta penduduk setiap tahunnya (Nirmalarumsari & Tandipasang, 2020). Diantaranya inggris 22,0%, China 31,0%, Jepang 14,4%, Kanada 35,0%, dan Perancis 29,5%. Menurut data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, Gastritis menempati urutan keenam dengan 60,86% dengan total 33.580 pasien rawat inap. Di urutan ketujuh ada kasus gastritis dengan 201.083 pasien rawat jalan. Angka kejadian gastritis di beberapa daerah di indonesia dengan prevalensi 274.396 kasus per 238.452.952c penduduk yaitu 40,8%. Presentase gastritis di beberapa kota-kota di Indonesia yaitu Jakarta 50%, Palembang 35,5%, Bandung 32%, Denpasar 46%, Surabaya 31,2%, Aceh 31,7%, Pontianak 31,25 dan di Medan mencapai 91,6%. Menurut Kementrian Kesehatan RI,
gastritis merupakan penyakit dengan kejadian sangat tinggi terutama di Indonesia.
Gastritis terjadi akibat penyakit atau masalah kesehatan saluran pencernaan yang sering terjadi. Penyakit gastritis dapat mengganggu aktifitas sehari-hari, karena penderita akan merasa nyeri dan rasa sakit tidakenak pada perut atau nyeri epigastrium Gaya hidup yang tidak sehat dapat dilihat dari apa yang dikonsumsi, kebiasaan makan dan minum yang buruk, hal ini dapat menyebabkan terjadinya peradangan pada lambung. (Sunarmi., 2018).
Teknik relaksasi otot progesif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Hal ini dikarenakan perhatian klien masih terfokus pada titik nyeri sehingga klien merasakan nyeri yang hebat.
Sedangkan setelah diberikan relaksasi otot progresif klien mengalami penurunan skala nyeri karena klien sudah tidak terfokus lagi pada rasa sakitnya itu. Sehingga hipotalamus tidak mengaktifkan mediator nyeri.
Berdasarkan uraian permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gastritis dengan masalah keperawatan Nyeri Akut di Di RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada klien Gastritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Akut di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan 1.3 Tujuan Studi
1.1.1 Tujuan Umum
Mengetahui Gambaran Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada pasien yang mengalami gastritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
1.1.2 Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian nyeri akut pada pasien yang mengalami gastritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
2. Menetapkan diagnosa Keperawatan nyeri akut pada pasien yang mengalami gastritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
3. Menyusun perencanaan Keperawatan nyeri akut pada pasien yang mengalami gastritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo Balikpapan
4. Melaksanakan tindakan Keperawatan nyeri akut pada pasien yang mengalami gastritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
5. Melakukan evaluasi Keperawatan nyeri akut pada pasien yang mengalami gastritis di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
6. Melakukan dokumentasi di RSUD Dr. Kanujoso Djatiwibowo
1.4 Manfaat Studi Kasus 1.1.3 Manfaat Bagi peneliti
Diharapkan peneliti mendapat pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien Gastritis dengan masalah Keperawatan Nyeri akut di RSUD Abdul Wahab Syahrani
1.1.4 Manfaat Bagi tempat penelitian
Manfaat bagi tempat peneliti ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bukti yang nyata mengenai penerapan Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien Gastritis dengan masalah Keperawatan Nyeri akut di RSUD Abdul Wahab Syahrani
1.1.5 Manfaat Bagi perkembangan ilmu keperawatan
Manfaat bagi perkembangan ilmu keperawatan adalah menambah informasi tambahan bagi perkembangan keperawatan keluarga dan juga sebagai acuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Keluarga pada klien Gastritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri akut.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Gastritis 2.1.1 Definisi Gastritis
Gastritis adalah proses inflamasi atau gangguan kesehatan yang disebabkan faktor iritasi dan infeksi pada mukosa dan submocusa lambung Gastritis dapat menyerang pada semua lapisan masyarakat dari semua tingkat usia dan jenis kelamin tetapi dari beberapa survey menunjukan bahwa gastritis lebih banyak menyerang pada usia produktif. Diusia produktif masyarakat rentan terserang karena tingkat kesibukan, gaya hidup yang kurang memperhatikan kesehatan serta stres yang mudah dialami. Gastritis dapat mengalami kekambuhan dimana kekambuhan terjadi dipengaruhi oleh pola makan yang tidak baik dan faktor stress (Tussakinah & Burhan, 2017)
Gastritis adalah peradangan atau perdarahan pada lapisan mukosa lambung yang dapat terjadi secara akut, kronis, atau menyebar (lokal).
Gastritis superfisial akut dan gastritis kronis atropik adalah dua jenis gastritis yang paling umum (Hardi & Huda Amin, 2015).
Peradangan yang terjadi pada mukosa lambung disebut gastritis.
Gastroenteritis akut biasanya terjadi dalam beberapa jam hingga beberapa hari dan seringkali disebabkan oleh pola makan yang tidak sehat, seperti mengonsumsi makanan yang kotor, berbumbu, atau
(NSAID) yang berlebihan, konsumsi alkohol berlebihan, refluks empedu, dan terapi radiasi adalah alasan lain. Paparan asam atau alkali yang kuat dapat menyebabkan gastritis akut yang lebih parah, yang dapat menyebabkan gangren atau perforasi pada mukosa lambung.
Selain itu, gastritis dapat merupakan tanda awal infeksi sistemik akut (Suddart, 2019).
Peradangan lambung yang bertahan lama disebut gastritis kronis.
Ini dapat terjadi karena ulkus lambung, baik jinak maupun ganas, atau infeksi bakteri seperti Helicobacter pylori. Penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa, pola makan tertentu seperti kafein, penggunaan obat-obatan seperti NSAID atau bifosfonat (seperti alendronat fosamax, risedronat actonel, dan ibandronat bonvial), dan kebiasaan seperti mengonsumsi alkohol, merokok, atau refluks sekresi pankreas dan empedu ke lambung dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kondisi ini juga. Ulkus superfisial dapat menyebabkan perdarahan atau hemoragi (Suddart, 2019)
2.1.2 Klasifikasi
Gastritis diklasifikasikan menjadi Gastritis akut dan kronis, Gastritis akut berlangsung dari beberapa jam hingga beberapa hari dan sering disebabkan oleh gizi buruk (makan makanan yang mengiritasi) berlebihan adalah bentuk Gastritis yang lebih serius yang disebabkan oleh asam atau basa kuat, yang dapat menyebabkan gangren atau
infeksi sistemik akut (Brunner dan Suddarth, 2019). Gastritis kronis adalah infeksi lambung jangka panjang, yang dapat disebabkan oleh tukak lambung jinak atau ganas atau bakteri seperti Helicobacter pylori. Gastritis kronis dapat disebabkan oleh makanan, seperti konsumsi kafein. Obat-obatan seperti NSAID atau bifosfonat (misalnya alendronate fosamax), risedronate (Actonel),ibandronate (Bonvial), alkohol dan merokok (Brunner dan Suddarth, 2019).
2.1.3 Etiologi Gastritis
Terjadinya gastritis disebabkan karena produksi asam lambung yang berlebih. Asam lambung yang awalnya membantu lambung malah merugikan lambung. Dalam keadaan normal lambung akan memproduksi asam lambung sesuai dengan jumlah makanan yang masuk. Tetapi bila pola makan kita tidak teratur, lambung sulit beradaptasi dan lama kelamaan mengakibatkan produksi asam lambung yang berlebih. Penyebab asam lambung yang tinggi adalah pola aktivitas yang padat sehingga terlambat makan, stres yang tinggi, yang berimbas pada prosuksi asam lambung berlebih, makanan dan minuman dengan rasa asam, pedas, kecut, berkafein tinggi, mengandung vitamin C dosis tinggi, termasuk buah-buahan. (Kasron
& Susilawati, 2018)
Menurut (Lescher, 2017) penyebab Gastritis ialah :
1. Mengkonsumsi obat-obata kimia digitalis (Paracetamol/aspirin, steroid, kortekosteroid). Asetaminofen dan kortekosteroid dapat
menyebabkan peradangan pada mukosa lambung, NSAID (nonsteroid anti inflamasi drugs) dan kortikosteroid menghambat sintesis prostaglandin sehingga menyebabkan peningkatan sekresi HCL yang menyebabkan suasana lambung menjadi sangat asam dan menimbulkan iritasi mukosa lambung
2. Konsumsi alkohol dapat merusak lambung
3. Terapi radiasi, reflux empedu, dan zat korosif (cuka, lada) dapat merusak mukosa lambung dan menyebabkan edema serta perdarahan
4. Kondisi stress atau tertekan (trauma, luka bakar, kemoterapi, kerusakan sistem saraf pusat) merangsang peningkatan produksi HCL di lambung.
5. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti Helicobacter pylory, E.coli, Salmonella dan lain-lain
6. Penggunaan antibiotik, terutama untuk infeksi turut mempengaruhi penularan kuman di komunitas, karna antibiotik tersebut mampu membasmi infeksi Helicobacter pylory, walaupun presentase keberhasilannnya sangat rendah.
7. Jamur dari species Candida, seperti Histoplasma capsulaptum dan Mukonaceace dapat menginfeksi mukosa lambung dari pasien dengan sistem kekebalan yang lemah. Pada pasien yang sistem imunnya baik, biasanya tidak dapat terinfeksi oleh jamur. Mirip
dengan jamur, lapisan lambung bukanlah tempat yang rentan terhadap infeksi parasit.
2.1.4 Patofisiologi Gastritis
Mukosa barier lambung umumnya melindungi lambung dari pencernaan terhadap lambung itu sendiri, yang disebut proses autodigesti acid, prostaglandin yang memberikan perlindungan ini.
Ketika mukosa barier ini rusak maka timbul gastritis akibat jumlah HCL yang berlebih dan karena adanya HCL di lambung dapat menyebabkan mual ataupun anoreksia. Setelah barier ini rusak terjadilah perlukaan mukosa dan diperburuk oleh histamin dan stimulasi saraf colinergic. Kemudian HCL dapat berdifusi balik kedalam mucus dan menyebabkan luka pada pembuluh yang kecil, yang mengakibatkan terjadinya bengkak,erdarahan, dan erosi pada lambung (Dermawan dan Rahayuningsih,2016 ).
2.1.5 Pathway Gastritis
Gambar 2. 1 Pathway Gastritis
2.1.6 Manifestasi Klinis
Salah satu manifestasi klinis gastritis adalah nyeri. Nyeri adalah suatu hal yang bersifat subjektif dan personal. Stimulus terhadap timbulnya nyeri merupakan sesuatu yang bersifat fisik atau mental yang terjadi secara alami. Keluhan nyeri menimbulkan gangguan rasa nyaman dan mengganggu aktifitas sehari-hari. (Isti Komariyah,2021) Manifestasi klinik pada pasien gastritis menunjukkan sindrom dispepsia, dengan keluhan yang merujuk pada kriteria suatu penyakit dengan satu atau lebih gejala yang berhubungan dengan gangguan gastroduodenal meliputi nyeri epigastrium, rasa terbakar di epigastrium, rasa penuh atau tidak nyaman setelah makan, dan rasa cepat kenyang, dan gejala kembung pada perut bagian atas. Keluhan yang menjadi alarm sign pada gastritis adalah hematemesis dan melena serta penurunan nafsu makan (Farishal et al., 2018). Keluhan yang terjadi bervariasi mulai dari ringan hingga berat, bahkan asimtomatik pada lebih dari 50% pasien dengan gastritis hemoragik (Jameson et al., 2018).
2.1.7 Klasifikasi Gastritis
Menurut Ardiansyah (2018), klasifikasi gastritis dibedakan menjadi dua yaitu gastritis akut dan gastritis kronis :
1. Gastritis akut
Gastritis akut merupakan peradangan pada mukosa lambung yang menyebabkan erosif dan perdarahan pada mukosa lambung
setelah terpapar oleh zat iritan. Erosi tidak mengenai lapisan otot lambung. Ada dua gastritis akut yaitu gastritis erosive dan gastritis hemoragik. Peradangan pada mukosa lambung akut dengan kerusakan erosi. Disebut erosi apabila kerusakan terjadi tidak lebih dalam dari mukosa muskularis. Akibat efek samping pemakaian obat-obatan. Disebut hemoragik karena pada penyakit ini akan dijumpai perdarahan mukosa lambung, ada dua penyebab utama yaitu minum alkohol atau obat-obatan, stress.
2. Gastritis Kronik
Gastritis kronik merupakan suatu peradangan bagian permukaan mukosa gaster yang sifatnya menahan dan berulang. Gastritis kronik yaitu infeksi bakteri seperti H.pylori dan autoimun.
3. Gastritis superficial, dengan manifestasi kemerahan, edema serta perdarahan dan erosi mukosa.
4. Gastritis atrifik, dimana peradangan terjadi diseluruh lapisan mukosa pada perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung.
5. Gastritis hipertropik, suatu kondisi dengan terbentuknya nodulnodul pada mukosa lambung yang bersifat ireguler, dan hemoragik.
2.1.8 Penatalaksanaan Gastritis 1. Penatalaksanaan Farmakologi
Penatalaksanaan Farmakologi adalah obat-obatan yang diberikan untuk mengurangi rasa nyeri. Antasida adalah obat diberikan untuk meredakan gejala akibat sakit maag atau penyakit asam lambung, omeprazole obat yang digunakan untuk mengobati tukak pada lambung, obat ini bekerja dengan cara mengurangi produksi asam lambung sehingga dapat meredakan nyeri pada lambung. Domperidone adalah obat yang digunakan untuk menghentikan mual, muntah dan untuk mengatasi rasa sakit atau rasa tidak nyaman di perut akibat gastroparesis, dan ranitidine adalah obat untuk mengobati penyakit-penyakit yang di sebabkan oleh kelebihan produksi asam lambung, seperti sakit maag dan tukak lambung. Menggantikan zat besi dan Vitamin B yang kurang (Ndruru, Sitorus, dan Barus, 2019).
2. Penatalaksanaan Non Farmakologi
Penatalaksanaan non farmakologi adalah dapat dilakukan dengan pemberian terapi kompres hangat adalah suatu tindakan stimulasi kulit dan jaringan untuk mengurangi nyeri, meningkatkan kenyamanan dan mendapatkan efek terapeutik lainnya melalui paparan hangat/panas. Pemberian terapi kompres hangat 2x dalam sehari dan dilakukan selama tiga hari dapat memberikan pengaruh positif terhadap penurunan skala nyeri klien gastritis (Cantika P,
tradisional berupa kunyit juga bisa dapat menyembuhkan luka pada dinding lambung (Ndruru, Sitorus, dan Barus, 2019).
2.1.9 Pemeriksaan Penunjang
Menurut (Anndina & Imelda 2018) Pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gastritis meliputi:
1. Darah lengkap, bertujuan untuk mengetahui adanya anemia.
2. Pemeriksaan serum vitamin B12, bertujuan untuk mengetahui adanya defisiensi B12.
3. Analisa feses, bertujuan untuk mengetahui adanya darah dalam feses.
4. Analisa gaster, bertujuan utuk mengetahui kandungan HCL lambung, acholohidra menunjukkan adanya gastritis atropi.
5. Tes antibody serum, bertujuan mengetahui adanya antibodu sel parietal dan faktor intrinsik lambung terhadap helicobacter pylori.
6. Endoscopy, biopsy, dan pemeriksaan urine biasanya dilakukan bila ada kecurigaan berkembangnya ulkus peptikum.
7. Sitologi, bertujuan untuk mengetahui adanya keganasan sel lambung
2.1.10 Komplikasi
Komplikasi gastritis apabila tidak segera diobati dapat mengakibatkan gastritis atrofi kronis (kehilangan kelenjar yang sesuai terutama akibat infeksi H. pylori yang berlangsung pada waktu yang
lambung terutama pada mukosa lambung pada umumnya dapat terjadi gangguan peyerapan Vitamin B12 hal ini menyebabkan anemia pernisiosa, gangguan penyerapan zat besi, perdarahan pada lambung, dan dapat mengakibatkan kanker lambung atau disebut dengan gastritis atrofi Kondisi ini bisa terjadi karena adanya infeksi bakteri yang disebabkan oleh gastritis penyakit autoimun, atau anemia pernisiosa (Azer SA dan Akhondi, 2022).
2.1.11 Konsep Dasar Nyeri 1. Definisi
Menurut (Tetty, 2015) nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan, bersifat sangat subjektif. Perasaan nyeri pada setiap orang sangat berbeda dalam hal skala maupun tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang bisa menjelaskan atau mengevaluasi nyeri yang dialami. Nyeri merupakan sensasi yang rumit, unik, universal dan bersifat individu. Nyeri dikatakan berbeda pada setiap individu tergantung pada persepsinya. Secara sederhana nyeri diartikan sebagai sensasi yang tidak menyenangkan baik itu secara fisik maupun secara psikis dan lain- lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri
Menurut ( mubarok et al, 2015 ) ada beberapa factor yang mempengaruhi nyeri yaitu:
a. Etnik dan nilai budaya
Beberapa kebudayaan yakin bahwa memperlihatkan nyeri adalah suatu yang alamiah. Kebudayaan lain cenderung untuk melatih perilaku yang tertutup (introvert). Sosialisasi budaya menentukan perilaku prikologis seseorang. Dengan demikian hal ini dapat memengaruhi pengeluaran fisiologis opial endogan sehingga terjadilah persepei nyeri. Latar belakang etnik dan budaya merupakan faktor yang memengaruhi makri terhadap nyeri dan ekspresi nyeri
b. Tahap perkembangan
Usia dan tahap perkembangan seseorang merupakan variable penting yang akan memengaruhi reaksi dan ekspresi terhadapnyeri. Dalam hal ini anak-anak cenderung kurang mampu mengungkapkan nyeri yang mereka rasakan dibandingkan orang dewasa, dan kondisi ini dapat menghambat penanganan nyeri untuk mereka.
c. Lingkungan dan individu mendukung
Lingkungan yang asing, tingkat kebisingan yang tinggi, pencahayaan dan aktivitas yang tinggi di lingkungan tersebut dapat memperberat nyeri. Selain itu, dukungan dari keluarga dan orang terdekat menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi persepsi nyeri individu.
d. Pengalaman nyeri sebelumnya
Pengalaman masalalu yang mempengaruhi terhadap persepsi nyeri individu dan kepekaannya terhadap nyeri. Individu yang pemah mengalami nyeri atau menyaksikan penderitaan orang terdekatnya saat mengalami nyeri cenderung merasa terancam dengan peristiwa nyeri yang akan terjadi dibandingkan individu lain yang belum pernah mengalaminya Selain itu, keberhasilan atau kegagalan metode penanganan nyeri sebelumnya juga berpengaruh terhadap harapan individu dalam penanganan nyeri.
e. Ansietas dan stress
Ansietas sering kali menyertai peristiwa nyeri yang terjadi.
Ancaman yang tidak jelas alasannya dan ketidakmampuan mengontrol nyeri dapat memperberat persepsi nyeri Sebaliknya individu yang percaya bahwa mereka mampu mengontrol nyeri yang mereka rasakan akan mengalami penurunan rasa stress dan kecemasan yang akan menurunkan persepsi nyerinya
2. Klasifikasi Nyeri
Klasifikasi nyeri secara umum dibagi menjadi dua ( Tim, Pokja SDKI PPNI, 2016 yaitu )
a. Nyeri Akut
Nyeri akut adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau fungsional dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan.
b. Nyeri Kronis
Nyeri kronis adalah pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat yang berlangsung lebih dari 3 bulan, Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dibagi kedalam beberapa kategori yaitu nyeri tertusuk- tusuk, tersayat dan nyeri bakar.
3. Cara Mengukur Intesitas Nyeri
Menurut (Wiarto, 2017) pengukuran nyeri dapat dilakukan dengan alat ukur yaitu :
a. Numerical Rating Scale (NRS)
Berat ringannya masa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobjektifkan pendapat subjektif nyeri. Skala numerik dari 0 hingga 10, nol (0) merupakan tanda tanpa atau
bebas nyeri, sedangkan sepuluh (10) suatu nyeri yang sangat hebat.
Skala Keterangan
0 Tidak nyeri
1-3 Nyeri ringan
4-6 Nyeri sedang
7-9 Sangat nyeri tetapi masih dapat
dikontrol dengan
aktifitas yang bisa dilakukan
10 Sangat nyeri dan tidak bisa dikontrol
Tabel 2. 1 Tabel Skala Nyeri Keterangan:
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan yaitu secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
4-6 : nyeri sedang yaitu secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapatr menunjukan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah denan baik.
7-9 : nyeri berat yaitu secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri, tidak
Gambar 2. 2 Numerical Rating Scale (NRS)
dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi.
10 : nyeri sangat berat yaitu pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi,memukul
b. Skala wajah atau face pain rating scale
Skala Wajah atau Face Pain Rating Scale merupakan pengukuran nyeri dengan cara memperhatikan mimik wajah pasien saat nyeri tersebut menyerang. Cara ini diterapkan pada pasien yang tidak dapat menyatakan nyerinya dengan skala angka, missal pasien yang tidak dapat berkomunikasi.
Skala wajah dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
• Raut wajah I dengan skala 0 : tidak nyeri
• Raut wajah 2 dengan skala 1-2 : sedikit nyeri
• Raut wajah 3 dengan skala 3-4 : nyeri
• Raut wajah 4 dengan skala 5-6 : nyeri lumayan parah
• Raut wajah 5 dengan skala 7-8 : nyeri parah
• Raut wajah 6 dengan skala 9-10 : nyeri sangat parah Gambar 2. 3Skala Wajah
4. Pengelolaan nyeri
a. Tindakan non farmakologis Distraksi
Distraksi adalah memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain nyeri, atau dapat diartikan lain bahwa distraksi adalah suatu tindakan pengalihan perhatian pasien ke hal-hal di luar nyeri. Dengan demikian, diharapkan pasien tidak terfokus pada nyeri lagi dan dapat menurunkan kewaspadaan pasien terhadap nyeri bahkan meningkatkan toleransi terhadap nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunkan presepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
Keefektifan distraksi tergantung pada kemampuan pasien untuk menerima dan membangkitkan input sensori selain nyeri. Berikut jenis-jenis teknik distraksi :
1) Distraksi visual/penglihtan
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang diarahkan kedalam tindakan-tindakan visual atau melalui pengamatan.
2) Distraksi audio/pendengaran
Yaitu pengalihan perhatian selain nyeri yang dialihkan ke dalam tindakan-tindakan dengan menggunakan daya intelektual yang pasien miliki (Andramulyo, 2017)
Relaksasi
Relaksasi adalah suatu tindakan untuk membebaskan mental dan fisik dari ketegangan dan stres sehingga dapat meningkatkan toleransi terhadap nyeri. Teknik relaksasi yang sederhana texdiri atas napas abdomen dengan frekuensi lambat, berimma. Pasien dapat memejamkan matanya dan be mapas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dengan menghitung dalam hari dan lambat bersame setiap inhalasi ("hirup, dua, tiga") dan ekhalasi ("hembuskan, dua, tiga"). Pada saat perawat mengajarkan ini, akan sangat membantu bila menghitung dengan keras bersama pasien pada awalnya. Hamper semua orang dengan nyeri mendapatkan raanfaat dari metode-metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri akut dan yang meningkatkan nyeri (Andarmoyo, 2017).
b. Tindakan farmakologis Analgetik narkotik
Analgesik narkotik terdiri dari berbagai derivate opium seperti morfin dan kodein Narkotik dapat memberikan efek pemuınan nyeri dan kegembiraan karena obat ini mengaktifkan penekan nyeri endogen pada susunan saraf pusat. Namun penggunaan
medulla batang otak sehingga perdu pengkajian secara teratur terhadap perubahan dalam status pernapasan jika menggunakan analgesik jenis ini (Wahyudi & Abd. Wahid, 2016).
Analgetik non narkotik
Analgesik non narkotik seperti aspirin, asetaminofen, dan ibuprofen selain memiliki efek anti nyezi juga memiliki efek anti inflamasi dan anti piretik. Obat golongan ini menyebabkan penurunan nyeri dengan menghambat produksi prostalglandin dari jaringan yang mengalami atau inflamasi. Efek samping yang paling umum terjadi.
2.2 Konsep Prosedur Tindakan
1. Definisi Relaksasi Otot Progresif
Relaksasi otot progresif adalah suatu keterampilan yang dipelajari dan digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan dan mengalami rasa nyaman tanpa bergantung pada subjek diluar dirinya (Jacobson, 2017). Teknik relaksasi otot progesif merupakan suatu terapi relaksasi yang diberikan kepada klien dengan menegakan otot-otot tertentu dan mengombinasi seri kontraksi dan relaksasi otot tertentu (Setyoadi & Kushariadi, 2016). Relaksasi otot progesif adalah menggunakan teknik penegangan dan peregangan otot untuk meredakan ketegangan otot, ansietas, nyeri serta meningkatkan kenyamanan, konsentrasi dan kebugaran (PPNI, 2017)
2. Indikasi Terapi Relaksasi Otot Progresif
Indikasi terapi relaksi otot progesif menurut (Kushariyadi, 2011) adalah sebagai berikut :
1. Seseorang dengan kondisi nyeri
2. Penderita yang mengalami gangguan tidur 3. Penderita yang mengalami stress
4. Penderita yang mengalami kecemasan 3. Kontraindikasi
1. Adapun kontraindikasi dalam latihan ini ialah, tidak diperkenankan untuk: Penderita yang mengalami keterbatasan gerak
2. Penderita yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest) 4. Bentuk dan Jenis Prosedur
Relaksasi otot dipercaya mengurangi nyeri dengan cara menurunkan tegangan pada otot. Respon relaksasi merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan stimulasi perilaku. Relaksasi dapat merangsang munculnya zat kimia yang mirip dengan beta blocker di saraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis yang berguna untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah. Intervensi perawatan penerapan relaksasi otot progresif ini dipilih menjadi intervensi karena bisa dilakukan mandiri oleh klien dirumah, alatnya yang mudah, terjangkau dan mudah untuk klien untuk mengatasi nyeri dan menurunkan tekanan darah yang dirasakan klien
Tabel 2. 2 Tabel Prosedur Tindakan
No Prosedur
1. Fase Orientasi
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/validasi laporan 3. Kontrak
2. Fase Kerja Persiapan alat 1. Kursi atau Kasur 2. Bantal
3. Jam dinding
4. Lingkungan yang tenang dan sunyi nyaman Tahap Pra- Interaksi
Cara kerja
1. Identifikasi pasien menggunakan minimal dua indentitas ( nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau nomor rekang medis)
2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah prosedur 3. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan 4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah 5. Pasang sarung tangan bersih, jika perlu
6. Periksa ketegangan otot frekuensi nadi,tekanan darah,dan suhu
7. Tempatkan pasien ditempat yang tenang dan nyaman 8. Anjurkan untuk menggunakan pakaian yang longgar
dan nyaman
9. Berikan posisi yang nyaman,misal dengan duduk bersandar atau tidur
10. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi 11. Anjurkan menegangkan otot selama 5-10 detik,
kemudian anjurkan untuk merilkes kan otot 20-30 detik, masing masing 8-16 kali
12. Anjurkan menegangkan otot kaki selama tidak lebih dari 5 detik untuk menghindari kram
13. Anjurkan fokus pada sensasi otot yang menegang atau otot yang rileks
14. Anjurkan bernafas dalam dan perlahan
15. Periksa ketegangan otot, Frrekuensi nadi, Tekanan darah, dan suhu
16. Rapikan pasien dan alat-alat yang digunakan 17. Lepaskan sarung tangan
18. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah
19. Dokumentasi prosedur yang telah dilakukan dan respons dari pasien
3. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon pasien:
a. Evaluasi subjektif b. Evaluasi objektif 2. Tindak lanjut pasien
3. Kontrak : topik/waktu/tempat 4. Sikap
1. Hati-hati
2. Sabar dan jangan tergesa-gesa 3. Bersikap sopan dan ramah
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan 2.3.1 Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan merupakan tahap awal dari proses sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Data tersebut berasal dari pasien (data primer), keluarga (data sekunder) dan catatan yang ada (data tersier). Pengkajian dilakukan dengan pendektan proses keperawatan melalui wawancara, observasi langsung, dan melihat catatan medis (Setiadi, 2017) . Adapun data yang diperlukan pada pasien gastritis yaitu sebagai berikut :
1. Data dasar (identitas klien)
2. Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku, bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosa medis.
3. Keluhan utama
Keluhan utama ditulis secara singkat dan jelas. Keluhan utama
pelayanan kesehatan, keluhan utama adalah alasan klien masuk rumah sakit. Pada pasien gastritis, datang dengan keluhan mual muntah, nyeri epigastrum. Munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan lain yang menyertai.
4. Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan keluhan sampai dengan dibawa ke rumah sakit.
Pada gastritis, pasien mengeluh tidak dapat makan, mual dan muntah. Terjadinya gejala mual-muntah sebelum makan dan sesudah makan, setelah mencerna makanan pedas, obat-obatan tertentu atau alkohol. Gejala yang berhubungan dengan ansietas, stress, alergi, makan minum terlalu banyak atau makan terlalu cepat. Gejala yang dirasakan berkurang atau hilang, terdapat muntah darah, dan terdapat nyeri tekan pada abdomen, kaji nyeri terasa seperti apa dan kaji skala nyeri (PQRST):
P (Provokatif/paliatif): apa penyebab timbulnya nyeri?
Q (Qualitas/quantitas): seberapa berat keluhan nyeri terasa?
R (Region): dimana lokasi nyeri?
S (Skala): seperti apa sakitnya/skala nyeri?
T (Timming): kapan nyeri mulai dirasakan, seberapa sering keluhan nyeri terjadi, apakah terjadi secara mendadak atau tiba- tiba dan terus menerus atau kadang-kadang?
Adapun metode pemantauan manajemen nyeri yang dirasakan adalah dengan mengukur intensitas nyeri, intesitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri dirasakan individu.
Individu merupakan penilai terbaik dari nyeri yang dialaminya dan karenanya harus diminta untuk menggambarkan dan membuat tingkatannya. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang mudah dan reliabel dalam menentukan intensitas nyeri. Sebagaian skala menggunakan kisaran 0-10 dengan menandakan “tanpa nyeri” dan angka tertinggi menandakan
“kemungkinan nyeri terburuk” untuk individu tersebut (Cristiani, 2016).
5. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. Pada beberapa keadaan apakah ada riwayat penyakit lambung sebelumnya, pola makan tidak teratur atau pembedahan lambung.
6. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat kesehatan keluarga dihubungkan dengan kemungkinan adanya penyakit keturunan, kecenderungan, alergi dalam satu keluarga, penyakit menular akibat kontak langsung maupun tidak langsung. Pada pasien gastritis, dikaji adakah keluarga yang mengalami gejala serupa, penyakit keluarga berkaitan erat dengan penyakit yang diderita pasien. Apakah hal ini ada hubungannya dengan kebiasaan keluarga dengan pola makan, misalnya minum- minuman yang panas, bumbu penyedap yang terlalu banyak, perubahan pola kesehatan berlebihan, penggunaan obat-obatan, alkohol, dan rokok.
7. Riwayat psikososial
Meliputi mekanisme koping yang digunakan klien untuk mengatasi masalah dan bagaimana motivasi kesembuhan dan cara klien menerima keadaannya
8. Genogram
Genogram umumnya dituliskan dalam tiga generasi sesuai dengan kebutuhan. Bila klien adalah seorang nenek atau kakek, maka dibuat dua generasi dibawah, bila klien adalah anak-anak maka dibuat generasi ke atas.
9. Pola kebiasaan sehari-hari a. Pola nutrisi
Pola nutrisi dan metabolisme yang ditanyakan adalah diet khusus/suplemen yang dikonsumsi dan instruksi diet sebelumnya, nafsu makan atau minum serta cairan yang masuk, ada tidaknya mual-mual, muntah, stomatitis, fluktuasi BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran menelan, penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kebutuhan zat gizinya, dan lain-lain. Nafsu makan pada pasien gastritis cenderung menurun akibat mual dan muntah, bisa juga karenna terjadinya perdarahan saluran cerna.
b. Pola eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan defekasi perhari, ada tidaknya disuria, nocturia, urgensi, hematuria retensi, inkontinensia, apakah kateter indwelling atau kateter eksternal, dan lain-lain. Pada pasien dengan gastritis didapatkan mengalami susah BAB, distensi gastritis didapatkan mengalami susah BAB, distensi abdomen, diare, dan melena. Konstipasi juga dapat terjadi (perubahan diet, dan penggunaan antasida).
c. Pola istirahat dan tidur
Pengkajian pola istirahat dan tidur ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah jam tidur pada malam hari, pagi, siang, apakah merasa tenang setelah tidur, adakah masalah selama tidur, apakah terbangun dini hari, insomnia atau mimpi buruk. Pada pasien gastritis, adanya keluhan tidak dapat beristirahat, sering tebangun pada malam hari karena nyeri atau regurtisasi makanan.
d. Pola aktivitas latihan
Pada pengumpulan data ini perlu ditanyakan kemampuan dalam menata diri, apakah tingkat kemampuannya 0 berarti mandiri, 1= menggunakan alat bantu, 2= dibantu orang dengan peralatan, 4= ketergantungan/tidak mampu. Yang dimaksud aktivitas sehari-hari anatara lain seperti makan, mandi, berpakaian, toileting, tingkat mobilitas ditempat tidur, berpindah, berjalan, kekuatan otot, kempuan ROM (range of motion), dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami penurunan kekuatan otot ekstremitas, kelemahn karena asupan nutrisi yang tidak adekuat meningkatkan resiko kebutuhan energi menurun.
e. Pola kognisi-perseptual
Pada pola ini ditanyakan keadaan mental, berorientasi kacau mental, menyerang, tidak ada respon, cara bicara normal atau
tidak, bicara berputar-putar, kemampuan komunikasi, kemampuan mengerti, penglihatan, adanya persepsi sensori (nyeri), penciuman dan lain-lain. Pada pasien gastritis biasanya mengalami depresi dan intensitas nyeri tergantung pada penyebabnya (pada gastritis akut dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada epigastrik dan nyeri ulu hati).
f. Pola toleransi-koping stress
Pada pengumpulan data ini ditanyakan adanya koping mekanisme yang digunakan pada ssaat terjadinya masalah atau kebiasaan menggunakan koping mekanisme serta tingkat toleransi stres yang pernah dimiliki. Pada pasien gastritis, biasanya mengalami stres berat baik emosional maupun fisik, emosi labil.
g. Pola persepsi diri/konsep koping
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya dari masalah yang ada seperti kecemasan, ketakutan, atau penilaian terhadap diri mulai dari peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri, dan identitas tentang dirinya.
Pada pasien gastritis,biasanya pasien mengalami kecemasan dikarenakan nyeri, mual dan muntah.
h. Pola seksual reproduksi
Pada pengumpulan data tentang seksual dan reproduksi ini
menstruasi,masalah seksual yang berhubungan dengan penyakit.
i. Pola hubungan dan peran
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga dan gangguan terhadap peran yang dilakukan. Pada pasien gastritis, gelisah, cemas, mudah tersinggung, namun bila bisa menyesuaikan tidak akan menjadi masalah dalam hubungannya dengan anggota keluarga.
j. Pola nilai dan keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan dan lain- lain. Pada pasien gastritis, tergantung pada kebiasaan, ajaran, dan aturan agama yang dianutnya.
k. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan menggunakan 4 teknik, yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi. Data dasar pengkajian pasien gastritis meliputi: Pemeriksaan fisik head to toe
l. Analisa data
Analisa data adalah kempuan pengembangan daya pikir dan penalaran data keperawatan sesuai dengan kaidah-kaidah dalam ilmu keperawatan untuk mendapatkan sebuah
kesimpulan untuk permasalahan keperawatan (Setiadi, 2017).
Analisa data yang diperoleh pada gastritis dengan ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, yaitu:
1) Data subjektif
Diperoleh dari hasil pengkajian terhadap pasien gastritis dengan teknik wawancara, data ini berupa keluhan atau persepsi subjektif pasien pada status kesehtannya. Data subjektif pada pasien gastritis, yaitu nyeri epigastrum munculnya keluhan diakibatkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan diakbitkan iritasi mukosa lambung dan menyebabkan keluhan-keluhan lain yang menyertai.
2) Data objektif
Pada pasien gastritis dengan masalah keperawtan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dilakukan dengan pendekatan ABCD yaitu antropometric measurement (meliputi BB, TB, LK, LILA, IMT), bichemical data (meliputi data laboratorium yang abnormal), clinical sign of nutrional status (meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa bibir, conjungtiva anemis/tidak), dietary history (meliputi bagaimana asupan nutrisi pasien, nafsu makan
muntah, bisa juga karena terjadinya perdarahan saluran cerna). (setiadi, 2017).
2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis mengenai respon klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Berikut adalah diagnosis yang muncul pada pasien dengan gastritis:
1. Nyeri akut (D.0077) 2. Defisit nutrisi (D.0019) 3. Defisit pengetahuan ( D.0111 )
4. Perfusi perifer tidak efektif ( D. 0009 ) 5. Resiko ketidakseimbangan cairan ( D. 0036 ) 2.3.3 Intervensi Keperawatan
Tabel 2. 3 Tabel Intervensi Keperawatan
No Diagnosis
Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan 1. Nyeri akut (D.0077)
b.d agen pencedera fisik d.d
1. Mengeluh nyeri 2. Tampak Meringis
Tingkat Nyeri ( L.08066 ) Ekspetasi menurun kriteria hasil:
1. Keluhan nyeri menurun 2. Meringis
menurun 3. Sikap protektif
menurun
Manajemen nyeri ( I.08238 ) . Observasi:
1.1 Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 1.2Identifikasi skala
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
4. Gelisah menurun 5. Kesulitan tidur
menurun 6. Frekuensi nadi
membaik
nyeri
1.3 Idenfitikasi respon nyeri non verbal 1.4 Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 1.5 Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri
Pemberian Analgesik ( I.08243 )
Observasi 2.1Identifikasi
karakteristik nyeri (mis:
pencetus, pereda, kualitas, lokasi, intensitas, frekuensi, durasi)
2.2 Identifikasi Riwayat alergi obat
2.3 Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis:
narkotika, non-narkotik, atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri 2.4 Monitor tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
2.5 Monitor efektifitas analgesic
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia optimal, jika perlu
2.7 Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus opioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
2.8 Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respons pasien
2.9 Dokumentasikan respons terhadap efek analgesik dan efek yang tidak diinginkan Edukasi
2.10 Jelaskan efek terapi dan efek samping obat Kolaborasi
2.11 Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
2. Defisit nutrisi ( D.0019 ) b.d faktor psikologis (keengganan untuk makan)
Status nutrisi ( L.03030 ) Ekspetasi membaik kriteria hasil :
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat 2. Pengetahuan
tentang pilihan
Manajemen nutrisi (I.03119).
Observasi
3.1 Identifikasi status nutrisi
Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrient
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
makanan yang sehat meningat 3. Nyeri abdomen
Menurun
4. Frekuensi makan membaik
5. Nafsu makan membaik
3.2 Monitor asupan makanan
3.3 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium
Promosi Berat Badan (I.03136)
Observasi 4.1 Identifikasi
kemungkinan penyebab BB kurang
4.2 Monitor adanya mual dan muntah 4.3 Monitor jumlah kalori yang di konsumsi sehari-hari
4.4 Monitor berat badan 4.5 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit serum
Terapeutik
4.6 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian makan, jika perlu
4.7 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi pasien (mis:
makanan dengan tekstur halus, makanan yang diblender, makanan cair
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
total parenteral nutrition sesuai indikasi)
4.8 Hidangkan makanan secara menarik
4.9 Berikan suplemen, jika perlu
4.10 Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk peningkatan yang dicapai
Edukasi
4.11 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi, namun tetap terjangkau
4.12 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang dibutuhkan
3. Defisit Pengetahuan ( D.0111 )
Tingkat pengetahuan meningkat ( L.12111 ) Ekspetasi meningkat kriteria hasil :
1.Perilaku sesuai anjuran meningkat
2.Verbalisasi minat dalam belajar meningkat
3.Kemampuan
menjelaskan pengetahuan tentang suatu topik meningkat
4.Kemampuan menggambarkan
pengalaman sebelumnya yang sesuai dengan topik
Edukasi Kesehatan ( I.12383 )
Observasi:
5.1Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi 5.2 Identifikasi faktor- faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
meningkat Terapeutik:
5.3 Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
5.4Jadwalkan
Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan 5.5Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi:
5.6 Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi
Kesehatan
5.7Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat 5.8 Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
4. Perfusi Perifer Tidak Efektif
Perfusi perifer Meningkat ( L.02011 ) Ekspetasi meningkat kriteria hasil:
1.Kekuatan nadi perifer meningkat
2.Warna kulit pucat menurun
3.Pengisian kapiler membaik
4.Akral membaik
Perawatan Sirkulasi (I.02079)
Observasi:
6.1 Periksa sirkulasi perifer (mis: nadi
perifer, edema,
pengisian kapiler, warna, suhu, ankle- brachial index)
6.2 Identifikasi faktor
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
sirkulasi (mis: diabetes, perokok, orang tua, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi) 6.3 Monitor panas, kemerahan, nyeri, atau
bengkak pada
ekstremitas
Manajemen Sensasi Perifer (I.06195)
Observasi:
7.1 Identifikasi penyebab perubahan sensasi
7.2Identifikasi penggunaan alat pengikat, prosthesis, sepatu, dan pakaian 7.3Periksa perbedaan sensasi tajam atau tumpul
7.4Periksa perbedaan sensasi panas atau dingin
7.5Periksa kemampuan mengidentifikasi lokasi dan tekstur benda 7.6Monitor terjadinya parestesia, jika perlu 7.7Monitor perubahan kulit
7.8Monitor adanya
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
tromboemboli vena
Terapeutik
7.9 Hindai pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
Edukasi 7.10 Anjurkan penggunaan thermometer untuk menguji suhu air 7.11 Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
7.12 Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
5. Risiko
Ketidakseimbangan Cairan ( D.0036 )
Keseimbangan cairan meningkat (L.03020) Ekspetasi meningkat kriteria hasil:
1. Asupan cairan meningkat 2. Output urin
meningkat 3. Membrane
mukosa lembab meningkat 4. Edema menurun
Manajemen Cairan (I.03098)
Observasi:
8.1 Monitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit, tekanan darah)
8.2 Monitor berat badan
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
menurun
5. Tekanan darah membaik
6. Frekuensi nadi membaik
8.3 Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
8.4 Monitor hasil pemeriksaan
laboratorium (mis:
hematokrit, Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN)
Monitor status
hemodinamik (mis:
MAP, CVP, PAP, PCWP, jika tersedia)
Pemantauan Cairan (I.03121)
Observasi:
9.1 Monitor frekuensi dan kekuatan nadi 9.2 Monitor frekuensi napas
9.3 Monitor tekanan darah
9.4 Monitor berat badan 9.5 Monitor waktu pengisian kapiler 9.6 Monitor elastisitas atau turgor kulit 9.7 Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin
9.8 Monitor kadar albumin dan protein total
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
pemeriksaan serum (mis: osmolaritas serum, hematokrit, natrium, kalium, dan BUN) 9.10 Monitor intake dan output cairan
9.11 Identifikasi tanda- tanda hypovolemia (mis:
frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran mukosa kering, volume urin menurun,
hematokrit meningkat, hasil, lemah, konsentrasi urin meningkat, berat badan menurun dalam waktu singkat) 9.12 Identifikasi tanda- tanda hypervolemia (mis: dispnea, edema perifer, edema anasarca, JVP meningkat, CVP meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan menurun dalam waktu singkat) 9.13 Identifikasi faktor risiko
ketidakseimbagnan
No Diagnosis Keperawatan
Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
trauma/perdarahan, luka bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pancreas, penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
9.14 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien 9.15 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
9.16 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan 9.17 Dokumentasikan hasil pemantauan
2.3.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusus dalam rencana keperawatan (Nursalam, 2016).
2.3.5 Evaluasi Keperawatan
Menurut Nursalam (2016), evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu:
1. Evaluasi sumatif
Evaluasi sumatif disebut juga evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini menggunakan SOAP (subjektif, objektif, assesment, perencanaan).
2. Evaluasi formatif
Evaluasi formatif disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan sampai dengan tujuan tercapai.
2.3.6 Tabel Penilitian
Tabel 2. 4 Tabel Artikel Penelitian N
o
Penulis Tahu n
Tujuan Metode Interven
si
Hasil
1. Marlita Purwaningsi h,
Nuniek Nizmah Fajriyah, Firman Faradisi
2021 Penelitian ini bertujuan untuk membahas dan mengevaluasi dari tiga penelitian dengan kasus yang sama dengan judul penerapan teknik relaksasi otot progesif untuk menurunkan nyeri pada pasien gastritis.
Karya tulis ilmiah ini menggunakan rancangan Literature review.
Literature review adalah metode penulisan ilmiah dengan menggunakan cara
menganalisis, dengan krisis dan sintesis pengetahuan yang relevan dengan masalah
Melakuka n tindakan Relaksasi Otot Progesif
Penelitian menunjukan setelah dilakukan tindakan relaksasi otot progesif, tingkat nyeri pada pasien gastritis berkurang.
Perbedaanny a adalah pada skala nyeri masing masing pasien pada masing
Pada penelitian pertama 12 responden tingkat nyeri pada pasien gastritis sebelum pemberian teknik relakasi progresif adalah 12 pasien (25%) dan yang yang nyerinya berkurang sebanyak 9 pasien (75%).
Penelitian kedua yaitu sebagian besar pasien tidak mengalami nyeri sebanyak 5 orang (27,8%) dengan skala 1, nyeri ringan 13 orang (72,2%) dengan
skala
2. Iwayan
Supetran
2016 Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya efektifitas penggunaan teknik relaksasi otot progresif dalam menurunkan tingkat nyeri pasien gastritis di Ruang Jambu Rumah Sakit Daerah Madani
Penelitian ini merupakan penelitian Preexperiment al design dengan pendekatan pretest- posttest design.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua penderita gastritis yang dirawat di Ruang Jambu pada tahun 2015.Sampel dalam penelitian ini sebanyak 12 orang, teknik pengambilan sampel purposive sampling.
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan
Relaksasi Otot Progesif
Setelah diberikan perlakuan diberikan relaksasi otot progresif pasien gastritis yang mengalami nyeri sebanyak 3 respoden (25%) dan yang tidak mengalami nyeri sebanyak 9 respoden (75%). Hasil test statistik menunjukan hasil uji Wilcoxon diperoleh nilai sig.
0,002 (P <
0,05), artinya
“teknik relaksasi otot progresif