• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Peningkatan Keterampilan Seni Rupa Melalui Metode Demonstrasi

N/A
N/A
Umaimah Azhari Has

Academic year: 2025

Membagikan "Proposal Peningkatan Keterampilan Seni Rupa Melalui Metode Demonstrasi"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN 2025

PROPOSAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN KARYA SENI RUPA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA

KELAS V SDN 100109 PANOBASAN LOMBANG KECAMATAN ANGKOLA BARAT

TAPANULI SELATAN

Diajukan sebagai Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh

HASNA TAMARA HASIBUAN

NIM. 21 20500253

(2)

PROGRAM PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN AHMAD ADDARY

PADANGSIDIMPUAN 2025

PROPOSAL

PENINGKATAN KETERAMPILAN KARYA SENI RUPA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA

KELAS V SDN 100109 PANOBASAN LOMBANG KECAMATAN ANGKOLA BARAT

TAPANULI SELATAN

Diajukan sebagai Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Oleh

HASNA TAMARA HASIBUAN

NIM. 21 20500253

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Dr. Almira Amir, M.Si. Rahmadani Tanjung, M.Pd.

NIP. 19730902 200801 2 006 NIP. 19910629 201903 2 008

(3)

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PERSETUJUAN PROPOSAL DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah...7

C. Batasan Masalah...8

D. Batasan Istilah...8

E. Perumusan Masalah...9

F. Tujuan Penelitian...10

G. Manfaat Penelitian...10

H. Indikator Tindakan...11

I. Sistematika Pembahasan...12

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori...14

1. Keterampilan Seni Rupa...14

a. Pengertian Keterampilan Seni Rupa...14

b. Prinsip-prinsip Seni Rupa...16

c. Unsur Seni Rupa...17

d. Fungsi Seni Rupa...19

e. Karya Seni Rupa 3 Dimensi...20

2. Metode Demonstrasi...28

a. Pengertian Demonstrasi...28

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi...31

c. Langkah-Langkah Demonstrasi...32

d. Teori Kognitif-Konstruktivisme...34

e. Teori Kreativitas...38

B. Kerangka Teori...40

C. Penelitian Terdahulu... 41

D. Hipotesis Tindakan...43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian...45

B. Jenis dan Metode Penelitian...45

C. Latar dan Subyek Penelitian...48

D. Instrumen Pengumpulan Data...48

E. Pengembangan Instrumen... 50

F. Langkah-Langkah Prosedur Penelitian...55

G. Teknik Analisis Penelitian... 61 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dalam arti luas dapat diartikan sebagai kehidupan itu sendiri.

Segala bentuk pengalaman belajar yang terjadi dalam berbagai lingkungan dan berlangsung sepanjang hayat merupakan bagian dari pendidikan. Setiap situasi kehidupan yang berkontribusi terhadap perkembangan individu juga termasuk dalam proses pendidikan. Sementara itu, menurut Mudyahardjo pendidikan dalam arti sempit atau sederhana merujuk pada proses persekolahan. Dalam konteks ini, pendidikan dipahami sebagai kegiatan pengajaran yang dilakukan di sekolah sebagai institusi pendidikan formal.1

Seni rupa, sebagai bagian dari seni visual, mencakup berbagai ekspresi artistik yang diwujudkan melalui unsur-unsur seperti garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang. Secara lebih luas, seni rupa berfungsi sebagai media bagi seniman untuk menyalurkan ide, emosi, dan konsep ke dalam karya yang dapat dilihat serta diapresiasi. 2

Pendidikan seni rupa bertujuan untuk membentuk kepribadian seseorang agar dapat menjadi anggota masyarakat yang mandiri dan bertanggung jawab.

Proses ini dilakukan melalui berbagai kegiatan yang berhubungan dengan ekspresi estetika menggunakan elemen seperti garis, warna, tekstur, bidang,

1 Ahmad Khoiri, Konsep Dasar Sistem Pendidikan (Yayasan Cendikia Mulia Mandiri, 2023), hlm.85.

2 Dinna Aulia Putri Andani, “Pengalaman Guru Dalam Menerapkan Pembelajaran Seni Rupa Untuk Anak Kelas 1 di MIN 2 Palangka Raya”, Jurnal Kajian Penelitian dan Kebudayaan, Vol.2, No.2, 2024, hlm.148.

(5)

volume, dan ruang.3 Dengan kata lain, pendidikan seni rupa mencakup pembelajaran dalam bidang melukis atau menggambar, seni cetak, seni patung, seni kerajinan, desain, serta seni bangunan atau desain lingkungan.4 Pembelajaran seni rupa membantu meningkatkan koordinasi motorik halus, pemahaman estetika, serta keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah.

Namun, dalam praktiknya, pembelajaran seni rupa masih menghadapi berbagai kendala, terutama dalam efektivitas metode pengajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan teknik seni rupa kepada siswa. Karya seni rupa merupakan bentuk ekspresi kreatif yang memberikan pengalaman langsung dengan menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri. Keindahannya hanya dapat dinikmati melalui indra penglihatan dan peraba. Namun, melalui seni rupa, peserta didik di SD dapat dipersiapkan untuk memiliki kompetensi yang tinggi dalam kreativitas.5

Kreativitas merupakan kemampuan seseorang untuk menghasilkan gagasan, konsep, atau karya baru yang orisinal dan bernilai. Kreativitas melibatkan pemikiran divergen, yaitu kemampuan berpikir luas dan menghasilkan berbagai kemungkinan solusi dalam menyelesaikan suatu masalah.6 Dalam konteks pembelajaran seni rupa, kreativitas sangat diperlukan agar siswa dapat mengembangkan gagasan unik dalam menciptakan karya seni.

Akan tetapi, rendahnya kreativitas siswa sering kali menjadi kendala dalam

3 Robert Budi Laksana, Pendidikan Seni Rupa dan Kerajinan Tangan Di Sekolah Dasar (Yogyakarta: Jejak Pustaka, 2024), hlm.99.

4 Rofian, “Penerapan Metode Pembelajaran Demonstrasi Pada Pendidikan Seni Rupa Di Sekolah Dasar”, Malih Peddas, Vol.6, No.2, 2016hlm.176.

5 Arina Restian, Pendidikan Seni Rupa Estetik Sekolah Dasar (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2020), hlm.2.

6 Choiriyah Widyasari, Kreativitas Dan Keberangkatan (Jawa Tengah: Muhammadiyah Press, 2023), hlm.22.

(6)

pembelajaran seni rupa, terutama ketika metode pembelajaran yang digunakan kurang mendorong eksplorasi dan inovasi.

Sementara itu, pembelajaran seni budaya, termasuk seni rupa, merupakan bagian dari kurikulum pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan apresiasi seni serta keterampilan berkesenian pada siswa. Menurut Mulyasa pembelajaran seni budaya harus memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam berkarya, sehingga mereka dapat memahami nilai-nilai estetika serta mengembangkan kreativitasnya. Namun, dalam banyak kasus, pembelajaran seni budaya di sekolah dasar masih bersifat teoretis dan kurang memberikan pengalaman praktik yang optimal.

Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas pentingnya penggunaan metode pembelajaran yang inovatif dalam meningkatkan keterampilan seni rupa siswa. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh Robert Budi Laksana menunjukkan bahwa metode demonstrasi dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap teknik seni rupa karena mereka dapat melihat langsung bagaimana suatu karya dibuat dan dapat menirunya dengan lebih baik.7

Meskipun kedua penelitian tersebut menunjukkan keunggulan masing- masing metode, masih terdapat keterbatasan dalam penerapannya. Metode demonstrasi memang efektif dalam memberikan pemahaman yang jelas, tetapi kurang memberikan kesempatan bagi siswa untuk bereksperimen secara mandiri.

Metode demonstrasi merupakan teknik penyampaian materi dengan memperlihatkan secara langsung suatu proses atau aktivitas. Menurut Syah,

7 Robert Budi Laksana dan Suci Wulandari,” Efektivitas Pembelajaran Seni Rupa membuat Karya Kolase Menggunakan Kertas Origami Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 06 Payaraman”, Jurnal Pendidikan dan Konseling, Vol.4, No. 3, 2022.

(7)

metode ini adalah cara mengajar yang dilakukan dengan memperagakan objek, peristiwa, aturan, atau langkah-langkah dalam suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui media pembelajaran yang sesuai dengan materi yang diajarkan.8 Metode demonstrasi merupakan salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan materi dengan cara menjelaskan sekaligus memperagakan langkah-langkah dalam suatu proses. Metode ini memungkinkan peserta didik untuk tidak hanya mendengar penjelasan, tetapi juga melihat langsung bagaimana suatu konsep atau keterampilan diterapkan, sehingga pemahaman mereka menjadi lebih mendalam.

Metode demonstrasi memiliki beberapa keunggulan dalam pembelajaran.

Pertama, metode ini mampu meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena mereka dapat melihat langsung bagaimana suatu proses berlangsung. Kedua, pembelajaran menjadi lebih menarik dan interaktif, karena siswa tidak hanya menerima informasi secara lisan, tetapi juga mendapatkan pengalaman visual yang lebih konkret. Ketiga, metode ini memungkinkan peserta didik untuk menghubungkan teori dengan fenomena yang ada di lingkungan sekitar, sehingga mereka lebih memahami dan meyakini kebenaran materi yang dipelajari.

Selain itu, jika demonstrasi dilakukan dengan tepat, hasil yang diperoleh akan lebih jelas dan dapat langsung diamati oleh peserta didik. Metode ini juga memiliki keunggulan dalam hal daya ingat, di mana peserta didik cenderung lebih mudah mengingat materi yang dipelajari melalui peragaan dibandingkan

8 Eko Widayani, Project Based Learning Dengan Metode Demonstrasi Mata Pelajaran Seni (CV.Ruang Tentor, 2023), hlm.7.

(8)

dengan hanya membaca buku atau mendengarkan penjelasan guru. Terakhir, penggunaan metode demonstrasi membantu peserta didik untuk menghindari verbalisme, yaitu kecenderungan memahami sesuatu hanya sebatas kata-kata tanpa benar-benar memahami maknanya. Dengan demikian, metode demonstrasi menjadi salah satu strategi pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan peserta didik.9

Oleh karena itu, kombinasi dari kedua metode ini, yaitu metode demonstrasi , menjadi pilihan yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran seni rupa. Metode demonstrasi adalah metode pengajaran yang menggunakan peragaan atau contoh nyata untuk menjelaskan suatu konsep, proses, atau prosedur untuk dilatih melakukan suatu percobaan.10

Di SDN 100109 Panobasan Lombang, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan, permasalahan dalam pembelajaran seni rupa juga ditemukan pada siswa kelas V. Berdasarkan observasi awal, banyak siswa mengalami kesulitan dalam memahami teknik dasar menggambar, melukis, serta membuat karya seni tiga dimensi. Hasil karya mereka cenderung kurang proporsional, pemilihan warna masih kurang harmonis, dan komposisi gambar yang dibuat masih belum sesuai dengan prinsip seni rupa. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan siswa dalam seni rupa masih tergolong rendah.11

Salah satu penyebab utama rendahnya keterampilan siswa dalam seni rupa adalah metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Guru lebih

9 Hartati, Mahir Recorder Melalui Metode Demonstrasi (Jawa Barat: CV.Adanu Abimata, 2020), hlm.8.

10 Akrim, Buku Ajar Strategi Pembelajaran (Umsu Press, 2022), hlm.120.

11 Hasil Observasi di SD N100119 Panobasan Lombang Pada tanggal 02 November 2024, Pukul 09:10 WIB.

(9)

sering menggunakan metode ceramah dan pemberian tugas tanpa memberikan contoh atau demonstrasi yang memadai. Akibatnya, siswa kesulitan dalam memahami konsep yang diajarkan dan kurang termotivasi untuk mengeksplorasi kemampuan seni mereka. Selain itu, minimnya kesempatan bagi siswa untuk bereksperimen dengan berbagai teknik dan bahan juga menjadi kendala dalam pengembangan keterampilan mereka.

Untuk mengatasi permasalahan ini, metode demonstrasi dapat menjadi solusi yang efektif. Metode ini menggabungkan keunggulan dari metode demonstrasi di mana guru terlebih dahulu memberikan contoh secara langsung tentang cara membuat suatu karya seni, kemudian siswa diberikan kesempatan untuk mencoba sendiri dengan bahan dan teknik yang telah dipelajari. Dengan metode ini, siswa tidak hanya mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang proses berkarya, tetapi juga dapat mengembangkan kreativitas mereka melalui eksplorasi mandiri.

Penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajaran seni rupa diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi siswa, di antarany, meningkatkan pemahaman siswa terhadap teknik seni rupa, karena mereka dapat melihat langsung proses pembuatannya, meningkatkan keterampilan siswa dalam membuat karya seni yang lebih baik melalui praktik langsung, meningkatkan motivasi dan minat siswa terhadap seni rupa, karena mereka terlibat secara aktif dalam pembelajaran dan mengembangkan kreativitas siswa dengan memberikan kebebasan untuk bereksperimen dengan berbagai bahan dan teknik seni.

(10)

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis “Peningkatan Keterampilan Membuat Karya Seni Rupa Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas V SDN 100109 Panobasan Lombang Kecamatan Angkola Barat Tapanuli Selatan”. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat ditemukan solusi yang tepat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran seni rupa di sekolah dasar serta memberikan kontribusi bagi pengembangan metode pembelajaran yang lebih inovatif dan sesuai dengan kebutuhan serta karakteristik siswa sekolah dasar.

B. Identifikasi Masalah

Bagian identifikasi masalah pada penelitian ini menjelaskan pokok masalah yang tercermin di bagian latar belakang masalah. Adapun identifikasi masalah penelitian inia adalah:

1. Kurangnya Keterampilan Siswa dalam Berkarya Seni Rupa. Siswa kelas V di SDN 100109 Panobasan Lombang masih mengalami kesulitan dalam menghasilkan karya seni rupa yang baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman terhadap unsur-unsur seni rupa, seperti garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang, sehingga hasil karya mereka kurang maksimal.

2. Metode Pembelajaran yang Kurang Interaktif. Metode pembelajaran seni rupa yang digunakan sebelumnya lebih bersifat teoretis dan kurang melibatkan praktik langsung. Akibatnya, siswa kesulitan dalam memahami konsep seni rupa secara konkret dan mengalami keterbatasan dalam mengembangkan kreativitas mereka.

(11)

3. Minimnya Motivasi dan Partisipasi Siswa dalam Pembelajaran Seni Rupa Siswa kurang termotivasi untuk belajar seni rupa karena pembelajaran yang monoton dan kurang menarik. Mereka lebih banyak menerima penjelasan secara verbal tanpa adanya pengalaman langsung dalam proses berkarya, sehingga minat terhadap seni rupa menjadi rendah.

Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menerapkan metode demonstrasi eksperimen sebagai upaya meningkatkan keterampilan seni rupa siswa dengan memberikan pengalaman belajar yang lebih aktif, kreatif, dan menyenangkan.

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat dilakukan lebih fokus, sempurna dan mendalam maka peneliti membatasi permasalahan penelitian yang memfokuskan pada pemanfaatan Barang bekas pakai untuk Meningkatkan Kreativitas Membuat Karya Seni Rupa peserta didik Kelas V Di SDN 100109 Panobasan Lombang.

D. Batasan Istilah

Agar tidak dapat terjadi pemahaman yang keliru dalam judul ini, maka penulis yang dianggap penting untuk memberikan pengertian, menjelaskan istilah mengenai beberapa kata yang dianggap belum dipahami dalam proposal ini, baik pengertian, Bahasa, atau pendapat para ahli untuk lebih jelas maka dapat diperhatikan sebagai berikut:

1. Keterampilan Karya Seni Rupa.

Keterampilan karya seni rupa merujuk pada kemampuan siswa dalam membuat dan mengembangkan karya seni visual, seperti menggambar,

(12)

melukis, atau membuat karya seni dua dimensi dan tiga dimensi, dengan memperhatikan unsur-unsur seni rupa seperti garis, warna, bentuk, tekstur, dan ruang.

2. Metode Demonstrasi adalah kegiatan guru/instruktur memperagakan proses pembuatan suatu benda kerajinan. Misalnya cara memahat. Guru memperlihatkan cara memegang pahat, cara membuat pahatan lurus dan lengkung pada kayu, cara finishing Murid memperhatikan.12

3. Siswa Kelas V SDN 100109 Panobasan Lombang. Siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas V di SDN 100109 Panobasan Lombang, Kecamatan Angkola Barat, Kabupaten Tapanuli Selatan, yang menjadi fokus dalam upaya peningkatan keterampilan seni rupa melalui metode demonstrasi.

4. Materi yang dikaji dalam penelitian ini terbatas pada keterampilan seni rupa yang sesuai dengan kurikulum kelas V, yaitu membuat kerajinan 3D.

Dengan batasan istilah ini, diharapkan penelitian dapat lebih jelas dalam menguraikan konsep-konsep yang digunakan.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Apakah metode demonstrasi dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas V di SDN 100109 Panobasan Lombang, Kecamatan Angkola Barat,

12 Bandi Sobandi, Metode Pembelajaran Seni Rupa, hlm.5

(13)

Tapanuli Selatan dalam membuat karya seni rupa dan memanfaatkan barang bekas pakai?

2. Bagaimana penerapan metode demonstrasi dalam pembelajaran seni rupa dapat meningkatkan keterampilan siswa kelas V di SDN 100109 Panobasan Lombang, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan?

F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan pemaparan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui metode demonstrasi terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan siswa kelas V di SDN 100109 Panobasan Lombang, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan dalam membuat karya seni rupa dan memanfaatkan barang bekas pakai

2. Untuk meningkatkan keterampilan siswa kelas V Di SDN 100109 Panobasan Lombang, Kecamatan Angkola Barat, Tapanuli Selatan dalam membuat karya seni rupa melalui metode demonstrasi yang inovatif dan menarik.

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Pengembangan Ilmu Pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan teori pendidikan seni, khususnya dalam penggunaan metode demonstrasi. Temuan dari penelitian ini dapat memperkaya literatur yang ada mengenai metode pembelajaran seni

(14)

dan memberikan wawasan baru tentang efektivitas metode demonstrasi dalam konteks pendidikan dasar.

2. Manfaat Praktis

a. Peningkatan Keterampilan Siswa Secara langsung, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan membuat karya seni di kalangan siswa kelas V. Dengan penerapan metode demonstrasi, siswa diharapkan dapat lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar mereka.

b. Manfaat bagi Siswa Siswa sebagai subjek penelitian diharapkan mendapatkan pengalaman belajar yang lebih menyenangkan dan interaktif. Dengan demikian, mereka akan lebih termotivasi untuk belajar seni dan mengembangkan kreativitas mereka melalui praktik langsung.

H. Indikator Tindakan

Indikator tindakan dalam penelitian ini mencakup beberapa aspek penting yang dapat digunakan untuk mengukur peningkatan keterampilan seni rupa siswa. Pertama, pemahaman siswa terhadap konsep seni rupa menjadi indikator awal yang dapat diamati, di mana siswa diharapkan mampu menjelaskan unsur- unsur seni rupa seperti garis, bentuk, warna, tekstur, dan ruang serta memahami teknik dasar dalam membuat karya seni.

Selanjutnya, kemampuan siswa dalam mengikuti proses demonstrasi menjadi indikator kedua. Siswa diharapkan dapat memperhatikan setiap langkah yang diperagakan oleh guru dan mampu menerapkannya dalam eksperimen mereka sendiri. Indikator berikutnya adalah keterampilan siswa dalam menghasilkan karya seni rupa. Dalam hal ini, siswa dinilai berdasarkan

(15)

kemampuannya membuat karya seni dengan komposisi yang lebih baik serta menunjukkan kreativitas dalam mengembangkan ide baru.

Indikator lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan motivasi dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Siswa yang lebih antusias dalam mengikuti kegiatan, lebih aktif bertanya, serta lebih banyak berpartisipasi dalam proses belajar menunjukkan bahwa metode demonstrasi berhasil meningkatkan minat mereka terhadap seni rupa. Terakhir, indikator kemandirian dan kepercayaan diri dalam berkarya menjadi faktor yang menunjukkan sejauh mana siswa mampu menyelesaikan tugas secara mandiri serta memiliki keberanian untuk memberikan refleksi terhadap karya yang telah mereka buat.

Dengan adanya indikator-indikator ini, diharapkan penelitian dapat mengukur efektivitas metode demonstrasi dalam meningkatkan keterampilan seni rupa siswa secara lebih sistematis dan objektif.

I. Sistematika Pembahasan

Sistematika Pembahasan Terdapat lima bab dalam penelitian ini, hal ini ditujukan untuk memudahkan pembaca dalam memahami tulisan ini. Berikut penulis urakan sistematika penulisan yang ada dalam skripsi ini:

Bagian pertama adalah bab satu yang berisi tentang pendahuluan yang menjadi pembahasan paling banyak dalam bab satu. Selain itu, terdapat pula latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan indikator keberhasilan tindakan.

(16)

Bagian kedua adalah tentang kajian pustaka. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kerangka teori, penelitian yang relevan, kerangka berfikir, dan hipotesis tindakan.

Bagian ketiga adalah tentang metode penelitian. Pada bab ini akan dijelaskan tentang waktu dan lokasi penelitian, metode dan jenis penelitian, latar dan subjek penelitian, prosedur penelitian, sumber data, instrumen pengumpulan data, tekhnik pemeriksaan keabsahan data, dan tekhnik analisis data.

Pada bab empat dijelaskan tentang mengenai hasil penelitian yang mencakup temuan-temuan dan penjelasan terkait dengan data dan hasil yang ditemukan dilapangan. Temuan –temuan tersebut berupa kondisi awal, siklus 1 dan II dan pembahasan tentang keteratasan penelitian.

Bab terakhir adalah bab lima yang berisi tentang hasil, saran, dan kesimpulan

(17)

BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori

1. Keterampilan Seni Rupa

a. Pengertian Keterampilan Seni Rupa

Keterampilan merupakan kemampuan seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas secara efektif dan tepat. Keterampilan ini terbagi menjadi dua, yaitu keterampilan teknis dan keterampilan nonteknis (keterampilan lunak).13 Menurut Aria Kusuma dan rekan- rekan, keterampilan merupakan tingkat kecekatan atau kemampuan seseorang dalam menyelesaikan gerakan tugas yang bersifat kompleks.14Keterampilan merupakan suatu kemampuan seseorang dalam mengerjakan suatu pekerjaan tertentu. Proses penyelesaiannya dilakukan dengan cara yang kompeten, baik, dan benar.15 Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, keterampilan diartikan sebagai kecakapan untuk menyelesaikan tugas.16

Seni merupakan segala bentuk aktivitas dan hasil karya manusia yang mengungkapkan pengalaman batin dengan cara yang unik dan menarik, sehingga dapat membangkitkan pengalaman serupa pada orang

13 Endahing Noor Suryanti, dkk, Sustainable Busines Membangun Bisnis Berkelanjutan Sjala UMKM yang Berbasis Komunitas (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2023), hlm.34.

14 Aria Kusuma Yuda Rianto, dkk, Teori Belajar Motorik (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2023), hlm.76

15 Mintasih Indriayu, dkk, Berbasis Keterampilan Non Kognitif Dapat Membentuk Generasi Yang Job Creator (Yogyakarta: Deepublish, 2022), hlm.36.

16 Alif Lukmanul Hakim, dkk, Keterampilan Pembelajaran Abad 21 Menuju SDM Unggul dan Tanggung (Jawa Barat: CV.Adanu Abimata, 2023), hlm.186

(18)

lain yang menghayatinya. Kata seni sendiri berasal dari bahasa Sanskerta sani, yang berarti pemujaan, persembahan, atau layanan, karena pada awalnya seni digunakan dalam ritual keagamaan.17 Sementara itu, Padmapuspita menjelaskan bahwa seni berasal dari bahasa Belanda genie, yang dalam bahasa Latin genius berarti bakat luar biasa yang dimiliki seseorang sejak lahir.

Dalam bahasa Inggris, seni disebut art, yang mengacu pada aktivitas yang bersifat spontan tetapi tetap dapat dikendalikan.18 Seni dibedakan dari proses alami karena melibatkan metode yang cerdas dan terampil. Konsep ini mencakup berbagai bidang seperti kerajinan, arsitektur, industri, kesehatan, pemerintahan, hukum, agama, dan pendidikan. Pembelajaran seni pada hakikatnya merupakan suatu proses untuk membantu peserta didik belajar dengan memanfaatkan seni sebagai sarana, alat bantu, sekaligus sebagai isi materi pelajaran. Dengan demikian, pembelajaran seni menjadi sebuah proses yang bertujuan mengembangkan potensi belajar anak melalui seni yang dapat meningkatkan kemampuan mereka secara individu.19

Selain itu, seni dapat dipahami sebagai ekspresi gagasan atau perasaan manusia yang diwujudkan dalam pola perilaku tertentu, menghasilkan karya estetis yang bermakna dan memiliki nilai simbolis.

hlm.3.

17 Alo Liliweri, Makna dan Kesenian: Seri Pengantar Kebudayaan (Nusamedia, 2021),

18 Dedi Nurhadiat, Pendidikan Seni Rupa (Grasindo, 2), hlm.2

19 Yeremia Virgina dan Siti Mutmainah, “Clay Tepung Sebagai Bahan Berkarya Seni Rupa 3D Siswa Kelas X SMAN 1 Gedeg Mojokerto”, Jurnal Seni Rupa, Vol.12, No.3, 2024, hlm.31.

(19)

Setiap karya seni memiliki penilaian yang berbeda tergantung pada perspektif seniman maupun apresiasi orang lain. Proses kreatif dalam seni dapat diwujudkan dalam bentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.

Seni rupa sendiri merupakan cabang seni yang menghasilkan karya melalui media yang dapat ditangkap oleh mata dan dirasakan melalui sentuhan.20

b. Prinsip-Prinsip Seni Rupa

Prinsip-prinsip dalam berkarya seni rupa meliputi:

1. Kesatuan (Unity), Prinsip ini menekankan bahwa semua unsur dalam seni rupa dua dimensi harus berpadu secara harmonis untuk menciptakan komposisi yang estetis.

2. Keselarasan (Harmony), Mengacu pada keseimbangan unsur-unsur dalam karya seni agar tercipta harmoni yang menyatu secara visual.

3. Penekanan (Emphasis), Prinsip ini berkaitan dengan pengulangan unsur tertentu dalam karya seni rupa dua dimensi secara teratur untuk menciptakan fokus atau daya tarik.

4. Gradasi, Berhubungan dengan penyusunan warna atau elemen berdasarkan tingkatan tertentu, menciptakan efek visual yang halus dan berjenjang.

5. Kesebandingan (Proporsi), Prinsip yang mengatur keteraturan dan keseimbangan dalam penyesuaian bentuk serta ukuran elemen dalam karya seni.

20 Probosiwi, “Pengetahuan Dasar Seni Rupa dan Keterampilan Serta Pembuatan Bahan Ajar Dengan Teknik Montase”, Jurnal Pemberdayaan, Vol. 1, No.2, 2017,hlm.277.

(20)

6. Komposisi, Berkaitan dengan pengaturan unsur-unsur seni rupa dua dimensi agar terlihat selaras dan menarik secara keseluruhan.

7. Keseimbangan (Balance), Prinsip yang memastikan setiap unsur dalam susunan karya seni memiliki bobot visual yang seimbang, menciptakan kesan stabil dan harmonis.21

c. Unsur Seni Rupa

Seniman atau desainer mengolah unsur-unsur seni rupa berdasarkan keahlian dan kepekaan masing-masing dalam menciptakan sebuah karya seni. Secara umum, unsur-unsur dalam seni rupa terbagi menjadi unsur fisik dan nonfisik. Unsur fisik mencakup elemen-elemen yang dapat dilihat dan diraba secara langsung dalam karya seni, seperti garis, bidang, bentuk, ruang, tekstur, warna, serta tone (gradasi gelap terang). Sementara itu, unsur nonfisik merujuk pada prinsip atau kaidah yang digunakan untuk mengatur dan menempatkan unsur-unsur fisik agar tercipta keselarasan dalam karya seni. Agar lebih jelas berikut penjelasannya:

1) Unsur Fisik a) Bentuk

Bentuk sebagai unsur fisik dalam seni rupa dapat terdiri dari titik, garis, bidang, dan gempal, yang secara keseluruhan membentuk visual suatu karya seni.

21 Jelly Eko Purnomo dan Zefri Yandra, Buku Siswa Seni Budaya (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2021), hlm.5.

(21)

b) Warna

Warna adalah kesan yang ditangkap oleh mata akibat pantulan cahaya. Dalam ilmu bahan, warna berasal dari zat pigmen atau zat warna. Dalam seni rupa, warna menjadi salah satu unsur utama yang memberikan karakter pada sebuah karya.

c) Tekstur

Tekstur atau barik mengacu pada kualitas permukaan suatu objek yang dapat dirasakan melalui sentuhan. Tekstur dapat dibedakan menjadi kasar dan halus.

d) Ruang

Ruang nyata adalah ruang yang dapat dilihat secara visual serta dirasakan secara fisik. Ruang ini bisa berbentuk dua dimensi maupun tiga dimensi.

e) Struktur

Struktur merupakan hasil dari pengorganisasian unsur-unsur dasar fisik yang menghasilkan bentuk baru dalam karya seni.

Struktur dalam sebuah karya seni mencerminkan keterpaduan antara berbagai unsur yang membentuknya dan menciptakan hubungan tertentu dalam keseluruhan komposisi karya tersebut.

2) Unsur Non Fisik

Unsur nonfisik dalam seni rupa merujuk pada makna atau isi yang terkandung dalam sebuah karya seni, yang kemudian diinterpretasikan oleh pengamat. Unsur ini tidak selalu mudah

(22)

dikenali, terutama jika disampaikan secara tersirat. Makna dalam karya seni rupa, yang dikenal sebagai subject matter, dapat berupa citraan atau imej yang terinspirasi dari pengalaman hidup sehari-hari, seperti benda mati (still life), potret, interior, lanskap, serta berbagai peristiwa seperti kelahiran, kematian, percintaan, kemenangan, atau kejadian monumental dan historis.

Selain itu, karya seni juga dapat menggambarkan mitos atau ajaran agama, serta menampilkan unsur abstrak atau semiabstrak.

Kombinasi antara subject matter dan unsur-unsur fisik seni rupa seperti titik, garis, bentuk, warna, tekstur, volume, dan ruang menciptakan daya tarik visual yang kuat, memungkinkan pesan dalam karya seni tersampaikan kepada pengamat.22

d. Fungsi Seni Rupa

Seni rupa diciptakan oleh manusia dengan tujuan dan fungsi tertentu. Berikut beberapa fungsi seni rupa:

1) Memenuhi Kebutuhan Batin, Seni rupa dapat memberikan kepuasan batin bagi seniman atau penciptanya tanpa mempertimbangkan keuntungan materi. Karya seni sering kali dibuat semata-mata untuk menyalurkan ekspresi emosional atau sebagai bentuk kepuasan pribadi. Selain itu, seni juga dapat memberikan hiburan bagi penikmatnya. Misalnya, seseorang yang merasa sedih dapat menemukan ketenangan dalam keindahan sebuah lukisan, sementara

22 Sofyan Salam, dkk, Pengetahuan Dasar Seni Rupa (Makassar: Penerbit UNM, 2020), hlm.21.

(23)

proses melukis dapat membangkitkan kenangan indah bagi sang seniman.

2) Memenuhi Kebutuhan Fisik, Seni rupa terapan berfungsi untuk mendukung kehidupan sehari-hari dengan menghasilkan produk yang tidak hanya indah tetapi juga nyaman dan aman digunakan. Karya seni terapan harus memenuhi tiga kriteria utama, yaitu kenyamanan, keindahan, dan keamanan, karena ketiga aspek ini saling berhubungan dan memengaruhi satu sama lain.

3) Fungsi Sosial, Seni rupa memiliki peran dalam rekreasi dan hiburan.

Keindahan sebuah karya seni dapat memberikan ketenangan, kedamaian, dan kenyamanan bagi banyak orang. Apresiasi seni mampu membangkitkan semangat serta menyegarkan pikiran setelah menjalani aktivitas sehari-hari. Sama seperti musik yang dapat menciptakan suasana ceria, seni rupa juga dapat memberikan kesenangan dan inspirasi bagi berbagai kalangan.23

e. Karya Seni Rupa 3 Dimensi 1) Pengertian Seni Rupa 3 Dimensi

Karya seni rupa tiga dimensi (3D) adalah karya seni yang memiliki panjang, lebar, dan tinggi, sehingga memiliki volume dan dapat dinikmati dari berbagai sudut pandang.

2) Ciri-Ciri Seni Rupa 3 Dimensi

a) Memiliki panjang, lebar, dan tinggi (volume)

23 Ida Ayu Trisnawati, Sejarah Seni Budaya (Sejarah Seni Budaya), hlm.45.

(24)

Ciri utama seni rupa 3 dimensi adalah memiliki tiga ukuran, yaitu panjang, lebar, dan tinggi. Dengan ketiga ukuran tersebut, karya seni ini menjadi bervolume, artinya karya tersebut tidak datar, melainkan memiliki bentuk yang nyata dan bisa dirasakan secara fisik.

b) Memiliki ruang atau bentuk yang nyata

Karena memiliki volume, karya seni rupa 3 dimensi juga menempati ruang. Artinya, karya ini memiliki bentuk yang bisa diraba dan dilihat secara nyata, bukan hanya berupa gambar datar.

Karya ini tidak hanya dilihat di permukaan, tetapi juga memiliki kedalaman.

c) Dapat dilihat dari berbagai sudut pandang: Karya seni 3 dimensi tidak hanya dinikmati dari satu arah saja, tetapi bisa dinikmati dari berbagai sisi, seperti depan, samping, atas, maupun belakang.

Setiap sudut pandang bisa memberikan tampilan yang berbeda dari karya tersebut.

d) Bersifat beratap (menempati ruang fisik)

Ciri ini menunjukkan bahwa karya seni 3 dimensi memiliki bentuk fisik nyata yang berdiri di suatu tempat dan menempati ruang. Istilah "beratap" di sini maksudnya karya tersebut berdiri dalam suatu ruang, tidak hanya ditempel pada permukaan seperti lukisan.

(25)

e) Dapat bersifat fungsional atau non-fungsional

Fungsional berarti karya seni 3 dimensi bisa digunakan dalam kehidupan sehari-hari, seperti kursi, meja, vas bunga, atau kerajinan tangan yang memiliki nilai guna. Non-fungsional berarti karya seni tersebut hanya dibuat untuk menikmati keindahannya (estetika) saja, seperti patung hias, arca, atau relief dinding yang tidak digunakan secara praktis, tetapi hanya untuk dinikmati nilai seninya.

3) Jenis Karya Seni Rupa 3 Dimensi Berdasarkan Fungsinya

a) Seni Rupa Murni diciptakan secara bebas dengan menitikberatkan pada keindahan dibandingkan fungsi. Biasanya digunakan sebagai hiasan atau pajangan.

b) Seni Rupa Terapan, Lebih mengutamakan aspek fungsional dibandingkan estetika dan tidak hanya digunakan sebagai pajangan tetapi memiliki manfaat praktis dalam kehidupan sehari- hari.

4) Teknik Pembuatan Karya Seni Rupa 3 Dimensi

Pembuatan karya seni rupa tiga dimensi menggunakan berbagai teknik yang disesuaikan dengan karakteristik dan ketersediaan bahan di setiap daerah. Teknik-teknik tersebut meliputi:

a) Teknik Aplikasi, Digunakan dalam seni menjahit dengan menempelkan potongan kain berbentuk bunga, bintang, boneka, sebagai hiasan.

(26)

b) Teknik Mozaik, Menyusun potongan-potongan kecil sejenis untuk membentuk suatu gambar atau pola dengan fungsi sebagai pewarna.

c) Teknik Merakit, Menyambungkan berbagai potongan bahan hingga menjadi satu kesatuan karya seni.

d) Teknik Pahat, Menghilangkan bagian-bagian bahan yang tidak diperlukan untuk membentuk karya yang diinginkan.

e) Teknik Cor, Menuangkan bahan cair seperti semen, logam, atau karet ke dalam cetakan hingga mengeras dan membentuk suatu karya.

f) Teknik Butsir, Menambah atau mengurangi bahan lunak seperti tanah liat untuk membentuk suatu karya seni.

g) Teknik Anyam, Menyilangkan atau menumpang tindihkan bahan seperti bambu, rotan, pandan, plastik, atau eceng gondok untuk menciptakan pola tertentu.

5) Unsur-Unsur Karya Seni Rupa 3 Dimensi a) Memiliki titik, garis, dan bidang.

b) Memiliki panjang, lebar, dan tinggi.

c) Memiliki volume atau menempati ruang.

d) Dapat dinikmati dari berbagai arah.

(27)

e) Memiliki tekstur yang dapat dirasakan secara visual maupun melalui sentuhan.24

6) Karya Seni Rupa 3 Dimensi dari Barang Bekas a) Pengertian Barang Bekas

Menurut KBBI, barang bekas adalah benda yang sudah pernah digunakan atau merupakan barang lama yang telah dipakai.

Sementara itu, layak pakai berarti sesuatu yang masih pantas untuk digunakan. Dengan demikian, barang bekas layak pakai merujuk pada barang lama yang masih dapat atau layak digunakan.25 Barang bekas adalah barang yang telah digunakan dan tidak dipakai kembali atau dapat dikatakan sebagai barang yang sudah diambil bagian utamanya.26

Barang bekas merupakan barang yang telah digunakan sebelumnya oleh pemiliknya dan tidak lagi dalam kondisi baru, namun masih memiliki nilai guna maupun fungsi tertentu. Dalam pandangan umum, barang bekas sering kali dianggap sebagai barang yang sudah tidak dibutuhkan lagi, tetapi masih dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Secara ekonomis, barang bekas memiliki potensi untuk diperjualbelikan kembali, didaur ulang, atau bahkan diolah menjadi produk baru yang bernilai guna

24 Erna Zumarotun, dkk, Pembelajaran Seni Rupa dan Keterampilan di SD (Jawa Tengah:

Cahya Ghani Recovery, 2023), hlm.115-118.

25 Muhammad Baidi Rahmatullah dan Muhammad Tharziansyah, “Pusat Barang Bekas Layak Pakai di Kota Banjarbaru”, Jurnal Tugas Akhir Mahasiswa Lanting, Vol.11, No.1, 2022, hlm.192.

26 Nurjannah Julianti,dkk, Inovasi Media Pembelajaran Kreatif Mengelola Barang Bekas (Sulawesi Selatan: Arthamara Media, 2024), hlm.1.

(28)

maupun nilai estetika. Dari perspektif lingkungan, barang bekas berperan penting dalam mengurangi limbah dan pencemaran, karena dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang atau upcycling. Sementara itu, dalam industri kreatif, barang bekas sering dijadikan sebagai bahan dasar alternatif untuk menciptakan karya baru yang unik dan inovatif. Selain itu, secara sosial, barang bekas juga dapat berfungsi sebagai bantuan atau sumbangan bagi masyarakat yang membutuhkan. Dalam praktik perdagangan, barang bekas sering dikenal dengan istilah barang second-hand atau preloved, yaitu barang yang meskipun tidak baru, namun masih layak untuk digunakan. Dengan demikian, barang bekas bukan hanya sekadar barang yang telah usang, melainkan masih memiliki potensi manfaat jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik.

Barang bekas merupakan barang yang sudah pernah digunakan sebelumnya, tetapi masih memiliki nilai guna dan dapat dimanfaatkan kembali. Dalam kehidupan sehari-hari, barang bekas sering ditemukan dalam berbagai bentuk, seperti pakaian, perabotan rumah tangga, alat elektronik, bahkan kendaraan.

Menurut Sukardi, barang bekas adalah segala jenis barang yang telah digunakan oleh seseorang dan tidak lagi dipakai, namun masih memiliki fungsi tertentu yang memungkinkan untuk digunakan kembali oleh pihak lain. Sementara itu, Mulyadi menjelaskan bahwa barang bekas merupakan barang sisa pakai

(29)

yang secara umum sudah tidak dibutuhkan oleh pemilik awal, tetapi tetap memiliki nilai ekonomis maupun nilai guna jika dikelola dengan tepat.

Secara ekonomis, barang bekas berpotensi menjadi komoditas yang dapat diperjualbelikan kembali, baik dalam pasar tradisional maupun pasar modern seperti thrift shop dan platform online. Dalam konteks lingkungan, keberadaan barang bekas sangat berperan dalam mengurangi limbah, karena barang tersebut bisa didaur ulang atau diolah kembali menjadi produk yang lebih bernilai. Bahkan dalam industri kreatif, barang bekas menjadi bahan dasar alternatif yang unik dan inovatif, yang dapat diubah menjadi karya seni atau kerajinan tangan dengan nilai estetis tinggi.

Selain itu, barang bekas juga memiliki nilai sosial yang tinggi, karena sering digunakan sebagai bentuk donasi atau bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Istilah lain yang umum digunakan untuk menyebut barang bekas adalah second-hand atau preloved, yaitu barang yang meskipun tidak baru, namun masih layak pakai dan dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Oleh karena itu, barang bekas tidak selalu identik dengan barang rusak atau tidak berguna, melainkan bisa menjadi sumber manfaat baru jika dimanfaatkan dengan bijak.

Pada penelituan kali ini Penelitia akan menggunakan tutup botol bekas untuk membuat bunga

(30)

b) Alat dan Bahan

i. Tutup Botol, Mata boneka plastik, Spidol, Kertas krep atau pita, Lem tembak, Cat Air, Gunting.

c) Langkah-Langkah Pembuatan Karya Seni Rupa 3 Dimensi i. Ambil tutup botol bekas lalu bersihkan hingga kering.

ii. Setelah itu, ambil mata boneka plastik dan cat akrilik untuk menghias tutup botol menjadi bentuk wajah.

iii. Rekatkan tujuh tutup botol plastik membentuk lingkaran, lalu letakkan satu tutup botol yang sudah dihias di bagian tengah menggunakan lem tembak.

iv. Gulung kertas krep untuk dijadikan batang bunga.

v. Bentuk daun dari kertas krep, buatlah semenarik mungkin.

vi. Buat kelopak bunga dari kertas krep, kemudian masukkan ke batang bunga.

vii. Rekatkan bunga pada batang yang sudah dibentuk.

viii. Tempelkan daun pada batang bunga.

ix. Buat pot bunga dari tutup botol, lalu masukkan bunga ke dalam pot.

x. Tambahkan beberapa potongan kertas untuk memperkuat posisi batang di dalam pot.

xi. Bunga dari tutup botol plastik siap dipajang

(31)

2. Metode Demonstrasi

a. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah teknik pembelajaran yang menampilkan prosedur atau tugas tertentu, cara penggunaan alat, serta interaksi dengan klien. Demonstrasi dapat dilakukan secara langsung atau melalui media seperti video dan film, memungkinkan peserta didik untuk mendengar, melihat langkah-langkah, serta memahami penjelasan yang diberikan. Pelaksanaannya menekankan tujuan serta aspek-aspek penting yang menjadi fokus perhatian.

Metode demonstrasi adalah salah satu metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara memperagakan atau menunjukkan secara langsung suatu proses, langkah kerja, atau cara penggunaan suatu alat di hadapan peserta didik. Tujuan dari metode ini adalah agar peserta didik dapat melihat secara nyata dan memahami dengan lebih jelas materi yang disampaikan. Dengan adanya peragaan langsung, peserta didik tidak hanya mendengarkan penjelasan guru secara verbal, tetapi juga menyaksikan proses atau langkah-langkah secara visual, sehingga lebih mudah dipahami dan diingat.

Menurut Syaiful Bahri Djamarah metode demonstrasi adalah suatu metode mengajar yang digunakan untuk memperlihatkan sesuatu kepada siswa agar mereka mengetahui dengan jelas proses atau cara kerja dari suatu objek. Sedangkan menurut Roestiyah N.K. (2001: 80), metode demonstrasi adalah suatu cara mengajar dengan memperagakan atau

(32)

mempertunjukkan kepada siswa tentang suatu proses, situasi, atau cara kerja sesuatu, baik secara langsung maupun melalui media peraga.

Metode ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang jelas mengenai berbagai proses, seperti pengaturan, pembuatan, cara kerja suatu alat, serta penggunaannya. Selain itu, demonstrasi dapat membantu membandingkan berbagai metode, memahami harapan dari suatu hasil, dan memverifikasi kebenaran suatu konsep. Adapun pedoman demonstrasi sebagai berikut:

1) Persiapan

a) Tentukan bacaan atau aktivitas yang perlu dilakukan peserta didik sebelum demonstrasi.

b) Untuk demonstrasi yang kompleks, sediakan petunjuk tertulis sebagai panduan observasi.

c) Lakukan latihan sebelum demonstrasi agar prosedur dapat disampaikan dengan lancar.

d) Perkirakan waktu yang dibutuhkan, termasuk untuk persiapan, demonstrasi, diskusi, dan merapikan alat.

2) Sebelum Demonstrasi

a) Siapkan materi dan alat sebelumnya, serta lakukan uji coba untuk memastikan semuanya berfungsi.

b) Atur posisi alat dan materi agar dapat dilihat dengan jelas oleh peserta didik.

(33)

c) Jelaskan tujuan dan gambaran umum prosedur yang akan didemonstrasikan.

d) Diskusikan prinsip-prinsip utama yang perlu diperhatikan.

e) Pastikan semua peserta didik dapat melihat demonstrasi dengan baik.

3) Pelaksanaan Demonstrasi

a) Tampilkan setiap langkah prosedur secara sistematis agar mudah diikuti.

b) Jelaskan prosedur sambil mendemonstrasikannya, dengan menekankan aspek penting.

c) Hindari penyampaian detail yang kurang relevan.

d) Tekankan cara yang benar dalam menjalankan prosedur.

e) Pantau jalannya demonstrasi untuk memastikan pemahaman peserta didik.

4) Setelah Demonstrasi

a) Lakukan demonstrasi ulang jika diperlukan untuk observasi lebih lanjut.

b) Diskusikan prosedur segera setelah demonstrasi dan tekankan poin- poin utama.

(34)

c) Beri kesempatan bagi peserta didik untuk berlatih dengan menyesuaikan kebutuhan masing-masing, serta berikan umpan balik dan penguatan.27

b. Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi 1) Kelebihan dan Kelemahan Metode Demonstrasi

a) Kelebihan metode demonstrasi:

i. Menjadikan pembelajaran lebih jelas dan konkret, sehingga menghindari pemahaman yang hanya sebatas kata-kata (verbalisme).

ii. Membantu siswa lebih mudah memahami materi yang dipelajari.

iii. Membuat proses pembelajaran lebih menarik.

iv. Mendorong siswa untuk aktif mengamati, membandingkan teori dengan praktik, serta mencoba menerapkannya sendiri.

b) Kekurangan metode demonstrasi:

i. Memerlukan keterampilan khusus dari guru, karena tanpa hal tersebut, demonstrasi tidak akan berjalan efektif.

ii. Keterbatasan fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya sering menjadi kendala.

iii. Membutuhkan persiapan dan perencanaan yang matang serta waktu yang cukup lama, yang dapat mengurangi durasi pelajaran lainnya.

27 Nursalam dan Ferry Efendi, Pendidikan Dalam Perawatan (Selemba Medika), hlm.111.

(35)

c. Langkah-Langkah Demonstrasi

1) Menentukan tujuan yang jelas terkait keterampilan atau aktivitas yang ingin dicapai. Langkah pertama dalam metode demonstrasi adalah menetapkan tujuan pembelajaran yang spesifik dan terarah. Guru harus mengetahui keterampilan atau pengetahuan apa yang ingin dicapai oleh siswa melalui demonstrasi. Tujuan ini akan menjadi dasar dalam menyusun isi materi, alat bantu, dan strategi penyampaian.

Misalnya, jika tujuan pembelajaran adalah agar siswa mampu memahami cara penggunaan alat ukur, maka demonstrasi harus difokuskan pada cara penggunaan alat tersebut secara detail.

2) Menyusun garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilakukan, serta melakukan uji coba jika diperlukan sebelum ditampilkan di kelas. Sebelum demonstrasi dilakukan, guru perlu menyusun tahapan-tahapan demonstrasi secara sistematis, mulai dari tahap awal, inti, hingga akhir. Langkah ini penting agar proses demonstrasi berjalan lancar dan mudah diikuti oleh siswa. Selain itu, melakukan uji coba terlebih dahulu juga sangat disarankan untuk menghindari kesalahan teknis atau hambatan saat penyampaian di kelas.

3) Memperkirakan waktu yang dibutuhkan, termasuk durasi untuk sesi tanya jawab, komentar, kesimpulan, dan pencatatan hal-hal penting.

Guru perlu menyusun manajemen waktu secara efektif, sehingga setiap bagian dari demonstrasi, termasuk penjelasan, praktik, diskusi,

(36)

dan kesimpulan, dapat berlangsung dengan baik tanpa tergesa-gesa.

Menyediakan waktu untuk tanya jawab dan pencatatan hal penting juga penting agar siswa lebih memahami materi yang disampaikan.

4) Selama demonstrasi berlangsung, mengevaluasi apakah penjelasan dapat didengar dengan jelas oleh siswa serta memastikan posisi alat sudah tepat. Dalam proses demonstrasi, guru harus memastikan suara terdengar dengan jelas oleh seluruh siswa, serta alat atau media demonstrasi berada pada posisi yang terlihat dengan baik oleh semua siswa. Jika penjelasan kurang terdengar atau alat tidak terlihat jelas, maka siswa akan kesulitan memahami materi. Maka dari itu, guru perlu memperhatikan posisi berdiri, alat bantu visual, serta kejelasan suara.

5) Menyusun rencana evaluasi untuk menilai hasil yang diperoleh dari demonstrasi. Setelah demonstrasi selesai, guru perlu menyusun instrumen evaluasi untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi. Evaluasi ini bisa berupa pertanyaan lisan, tugas praktik, kuis singkat, atau pengamatan langsung terhadap keterampilan siswa.

Evaluasi sangat penting untuk mengetahui keberhasilan penerapan metode demonstrasi.

6) Memungkinkan siswa untuk mengulang kembali proses demonstrasi jika mereka masih mengalami kesulitan dalam memahaminya. Jika setelah demonstrasi siswa masih mengalami kesulitan, maka guru perlu memberi kesempatan kepada siswa untuk mengulang kembali

(37)

proses demonstrasi, baik secara individu maupun kelompok. Hal ini bertujuan agar siswa benar-benar menguasai keterampilan atau pemahaman yang diinginkan, serta memberi mereka ruang untuk bertanya dan memperbaiki kesalahan.28

d. Teori Kognitif-Konstruktivisme

Teori kognitif merupakan pendekatan dalam psikologi yang menekankan proses berpikir, pemahaman, dan bagaimana individu memperoleh serta mengolah informasi. Teori ini berfokus pada bagaimana seseorang belajar melalui pengalaman, pemecahan masalah, dan interaksi dengan lingkungan.29 Teori kognitif merupakan teori yang menekankan pentingnya proses mental dalam memahami bagaimana individu memperoleh, mengolah, menyimpan, dan menggunakan pengetahuan. Teori ini berfokus pada cara berpikir, persepsi, ingatan, perhatian, dan pemecahan masalah sebagai bagian dari proses belajar. Dalam teori ini, belajar dipandang bukan hanya sebagai hasil dari rangsangan eksternal atau respons, melainkan sebagai proses aktif yang terjadi di dalam pikiran seseorang.

Menurut Jean Piaget, salah satu tokoh utama dalam teori kognitif, proses belajar terjadi melalui tahapan perkembangan kognitif, yaitu bagaimana anak-anak membangun pengetahuan secara bertahap seiring dengan pertumbuhan usia dan pengalamannya. Piaget menjelaskan bahwa individu belajar melalui proses asimilasi, akomodasi, dan

28 Muhammad Rusdi Rasyid, Kurikulum Pendidikan Islam: Teori, Praktek dan pengembangan (Yogyakarta: Deepublish Digital, 2024), hlm. 234.

29 Ferry Wibowo, Ringkasan Teori-Teori Dasar Pembelajaran (Guepedia), hlm.25.

(38)

ekuilibrasi, yang membantu mereka menyesuaikan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.30

Selain itu, Jerome Bruner juga berkontribusi dalam teori kognitif dengan menyatakan bahwa pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa dilibatkan secara aktif dalam proses pencarian pengetahuan dan mampu mengorganisasikan informasi baru ke dalam struktur yang mereka pahami sendiri. Bruner juga memperkenalkan konsep pembelajaran penemuan (discovery learning) sebagai metode yang sejalan dengan pendekatan kognitif.

Secara umum, teori kognitif menekankan bahwa siswa bukan sekadar penerima informasi pasif, melainkan pembelajar aktif yang membangun pengetahuannya sendiri melalui proses berpikir. Oleh karena itu, dalam praktik pendidikan, teori kognitif mendorong guru untuk menciptakan lingkungan belajar yang mendorong eksplorasi, pemecahan masalah, diskusi, dan refleksi, sehingga siswa dapat memahami dan menginternalisasi materi pelajaran secara lebih mendalam. Kelebihan teori belajar kognitif:

1) Memudahkan siswa untuk memahami materi belajar;

2) Siswa menjadi mandiri dan lebih kreatif, 3) Kekurangan teori belajar kognitif,

4) Teori yang belum bisa digunakan pada semua tingkat pendidikan, 5) Pada pendidikan tingkat lanjut, teori ini susah untuk diterapkan

30 Assoc dan Efrida Norman, Teori Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Jakarta:

Publica Indonesia Utama, 2024), hlm.12.

(39)

Teori konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang menekankan bahwa individu membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan. Dalam teori ini, pembelajaran bukan sekadar penerimaan informasi secara pasif, tetapi lebih kepada proses aktif dalam mengkonstruksi makna.31

Berbeda dengan teori kognitif, yang berfokus pada proses mental internal siswa, teori konstruktivistik menyoroti peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka sendiri melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman mereka Teori konstruktivistik menyatakan bahwa pengetahuan bersifat relatif, selalu berubah, dan dibentuk oleh konteks. Alih-alih melihat pengetahuan sebagai fakta yang tidak dapat diubah dan obyektif, pandangan ini menyatakan bahwa pengetahuan bersifat subyektif dan dibentuk oleh serangkaian pengalaman, hubungan, dan lingkungan budaya yang unik dari setiap orang. Belajar dengan cara konstruktivis lebih tentang perjalanan daripada tujuan, lebih mengutamakan pemahaman di atas hafalan.32

Teori Kognitif-Konstruktivisme dalam metode demonstrasi merupakan pendekatan pembelajaran yang berpijak pada pandangan bahwa siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui proses berpikir aktif berdasarkan pengalaman yang mereka peroleh. Dalam konteks metode demonstrasi, teori ini menekankan bahwa siswa bukan hanya

hlm.11.

31 Kadek Ayu Astuti, dkk, Teori Psikologi Konstruktivisme (Bandung: Nilacakra, 2024),

32 Ayi Abdurahman, dkk, Buku Ajar Teori Pembelajaran (Jambi: PT. Sonpedia Publishing Indonesia, 2024), hlm.87.

(40)

sebagai penerima informasi pasif, tetapi sebagai individu yang secara aktif mengamati, memahami, dan menghubungkan apa yang didemonstrasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya.

Dalam teori ini, pembelajaran dipandang sebagai proses internal yang terjadi dalam pikiran siswa. Ketika guru melakukan demonstrasi—

misalnya menunjukkan cara kerja alat, proses pembuatan suatu produk, atau langkah-langkah eksperimen siswa akan mengamati dan kemudian membangun pemahaman melalui proses mental mereka sendiri. Proses ini melibatkan keterlibatan aktif seperti bertanya, mencoba menganalisis, hingga menguji kembali informasi dalam konteks yang berbeda.

Salah satu tokoh penting dalam teori konstruktivisme adalah Jean Piaget, yang menjelaskan bahwa pengetahuan dibentuk melalui proses asimilasi dan akomodasi dalam skema berpikir siswa. Dalam metode demonstrasi, ketika siswa melihat suatu proses yang baru, mereka akan mencoba menyesuaikannya dengan kerangka berpikir yang telah ada (asimilasi), atau bahkan membentuk skema baru jika pengetahuan tersebut berbeda (akomodasi).

Demikian pula, Lev Vygotsky memperkuat teori ini dengan konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yaitu bahwa siswa dapat mencapai pemahaman yang lebih tinggi melalui bimbingan guru atau kolaborasi dengan teman sebaya. Dalam demonstrasi, guru berperan sebagai fasilitator yang memberikan dukungan awal (scaffolding) agar

(41)

siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan secara bertahap hingga mereka bisa memahami materi secara mandiri.

Dengan demikian, penerapan metode demonstrasi berdasarkan teori kognitif-konstruktivisme tidak hanya menitikberatkan pada kejelasan penjelasan guru, tetapi juga memberikan ruang kepada siswa untuk mengolah, mempertanyakan, dan mengaitkan informasi dengan pengalaman mereka sendiri, sehingga terjadi pembelajaran yang bermakna.

e. Teori Kreativitas

J.P. Guilford merupakan salah satu pelopor dalam penelitian kreativitas. Ia mengembangkan model Structure of Intellect, yang mengidentifikasi lebih dari 150 kemampuan kognitif, termasuk kreativitas. Guilford membedakan antara berpikir konvergen dan divergen. Berpikir konvergen berkaitan dengan menemukan satu jawaban yang benar atas suatu masalah, sedangkan berpikir divergen—yang menjadi inti kreativitas melibatkan kemampuan menghasilkan berbagai ide atau solusi yang beragam untuk satu masalah. Ia menekankan bahwa kreativitas terdiri dari empat komponen utama: fluency (kelancaran dalam menghasilkan ide), flexibility (kemampuan beradaptasi dengan berbagai perspektif), originality (keunikan ide), dan elaboration (pengembangan lebih lanjut dari sebuah gagasan).33

33 Jayadih, dkk, Strategi dan Peningkatan Kualitas Layanan Guru: Transformersi Melalui Kepemimpinan, Teknologi, Kreativitas dan Enterpreneurship (Surabaya: Media Publishing, 2024), hlm.57.

(42)

Menurut para ahli, kreativitas adalah kemampuan menghasilkan ide-ide baru, solusi inovatif, serta karya orisinal. Kreativitas adalah kemampuan seseoorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative dan berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Yang penting dalam kreativitas itu bukanlah penemuan sesuatu yang belum pernah diketahui oeang sebelumnya, melainkan bahwa produk kreativitas itu merupakan sesuatu yang baru bagi orang lain pada umumnya. Kreativitas sebagai kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, yang relative berbeda denga napa yang telah ada sebelumnya. Kreativitas adalah kemampuan untuk menggunakan akal sehat dalam membuat sesuatu yang baru dan asli atau orsinil.34

Teori kreativitas dalam metode demonstrasi menekankan pentingnya unsur daya cipta dan inovasi dalam proses belajar mengajar.

Kreativitas merupakan kemampuan untuk menghasilkan ide-ide baru, solusi unik, atau pendekatan berbeda yang belum pernah terpikirkan sebelumnya. Dalam konteks pembelajaran, khususnya melalui metode demonstrasi, teori kreativitas berperan penting dalam mendorong siswa untuk tidak hanya meniru apa yang didemonstrasikan, tetapi juga mengembangkan gagasan baru berdasarkan apa yang mereka pelajari.

Dengan menerapkan teori kreativitas, guru tidak hanya memperlihatkan prosedur atau cara kerja suatu kegiatan, tetapi juga

34 Masganti Sit, Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini Teori dan Praktik (Medan:

Perdana Mulya Sarana,2016), hlm.1-2

(43)

mengajak siswa berpikir lebih luas dan berani bereksperimen. Misalnya, setelah menyaksikan demonstrasi, siswa dapat diajak untuk mencoba membuat variasi dari proses yang ditunjukkan, mengembangkan bentuk baru dari karya yang sama, atau memecahkan masalah dengan pendekatan alternatif. Hal ini akan memperkuat kemampuan berpikir divergen dan membentuk pola pikir inovatif.

Menurut para ahli pendidikan, metode demonstrasi yang dikombinasikan dengan pengembangan kreativitas akan membangkitkan rasa ingin tahu siswa, memperluas imajinasi, serta mendorong mereka untuk berani bereksplorasi dan mengemukakan pendapat. Guru yang kreatif juga memainkan peran penting dalam menyajikan demonstrasi yang menarik, interaktif, dan tidak monoton, sehingga menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggugah partisipasi aktif siswa.

Dengan demikian, teori kreativitas dalam metode demonstrasi bukan hanya menekankan aspek penyampaian materi, tetapi juga memperhatikan bagaimana proses tersebut dapat menginspirasi siswa untuk berpikir kreatif, bereksperimen, dan menciptakan sesuatu yang orisinal.

B. Kerangka Teori

Kerangka Bepikir adalah suatu cara yang menggambarkan dimana seorang peneliti menjelaskan bagaimana cara kerja dan isi penelitiannya, maupun hal-hal

(44)

yang akan dilakukan secara singkat dan jelas yang bertujuan untuk mempermudah pembaca dalam memahami alur dari proses penelitiannya.

TEORI Langkah- Kreativitas

KOGNITIF- Langkah KONSTRUKTIVIS Demonstrasi ME

Gambar 2.1

Skema Penelitian Tindakan Kelas

C. Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No. Peneliti &

Judul

Hasil Penelitian

Kelebihan Kekurangan Persamaan dengan Penelitian Penulis 1. Hermawati -

"Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Membuat Karya Seni Makrame Sederhana Dengan Metode Demonstrasi

Terjadi peningkatan kreativitas siswa dalam membuat karya seni makrame sederhana melalui metode demonstrasi.

Aktivitas guru meningkat dari 66% (pra-

- PTK dengan model siklus jelas dalam analisis perbaikan pembelajaran.

- Data

kuantitatif yang jelas

menunjukkan efektivitas metode

- Fokus hanya pada satu jenis karya seni (makrame sederhana).

- Tidak membahas aspek keterampilan lain dalam seni rupa.

- Sama-sama meneliti keterampilan seni rupa di tingkat SD.

-

Menggunakan metode demonstrasi untuk

meningkatkan keterampilan PENINGKATAN

KETERAMPIL

KETERAMPILAN

SENI RUPA METODE

DEMONSTRAS

Teknik Berkarya Unsur Seni

Rupa

(45)

di Kelas V SDN

Sumedangan 3 Pademawu Kabupaten Pamekasan"35

siklus) menjadi 87,5% (siklus II). Kreativitas siswa

meningkat dari 62,61% (pra- siklus) menjadi 87,38% (siklus II)

eksperimen. seni siswa.

2. Rizka Dewi Wulansari, Penerapan Metode Demonstrasi Untuk

Meningkatkan Kemampuan Siswa Dalam Membuat Kolase Pada Siswa Kelas I SDN

Sukoharjo 02 Kota Malang36

Penerapan metode demonstrasi terbukti efektif dalam

meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kolase. Siswa menjadi lebih aktif,

memahami langkah- langkah secara visual, dan hasil karya kolase meningkat secara signifikan.

- Metode demonstrasi mempermudah pemahaman siswa

- Meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran - Hasil belajar lebih optimal

- Metode ini memerlukan persiapan media dan waktu yang cukup banyak -

Pembelajaran cenderung berpusat pada guru saat

demonstrasi

Sama-sama menggunakan metode demonstrasi sebagai strategi pembelajaran untuk

meningkatkan kemampuan keterampilan siswa pada aspek praktik.

Fokus pada peningkatan hasil belajar melalui pendekatan langsung yang konkret.

3. Anastasia &

Heru -

"Meningkatkan Kreativitas Seni Melalui Pelatihan Membuat Karya Dengan Memanfaatkan Botol Plastik

Pelatihan membantu siswa memahami unsur desain (titik, garis, bidang, warna, tekstur) dan prinsip desain (keselarasan,

- Mengajarkan seni rupa berbasis daur ulang,

meningkatkan kesadaran lingkungan.

-

Menghubungkan kurikulum seni

- Fokus hanya pada penggunaan botol plastik bekas.

- Tidak membahas metode pembelajaran eksperimen

- Sama-sama meneliti peningkatan keterampilan seni rupa pada siswa SD.

- Sama-sama menekankan kreativitas

35 Hermawati, Y. Upaya Meningkatkan Kreativitas Siswa Dalam Membuat Karya Seni Makrame Sederhana Dengan Metode Eksperimen di Kelas V SDN Sumedangan 3 Pademawu Kabupaten Pamekasan (Doctoral dissertation, Institut Agama Islam Negeri Madura, 2024).

36 Rizka Dewi Wulansari, Penerapan metode demonstrasi untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membuat kolase pada siswa kelas I SDN Sukoharjo 02 Kota Malang, (Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP), 2012).

(46)

Bekas" ritme,

keseimbangan, dll.). Siswa lebih kreatif dalam mengolah bahan bekas menjadi karya seni.

rupa dengan praktik nyata.

secara eksplisit.

dan inovasi dalam berkarya.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang masalah, kajian teori, dan kerangka berpikir diatas, maka hipotesis tindakan, maka penelitian ini mengajukan hipotesis tindakan sebagai berikut, Jika metode demonstrasi diterapkan dalam pembelajaran seni rupa pada siswa kelas V SDN 100109 Panobasan Lombang Kecamatan Angkola Barat Tapanuli Selatan, maka keterampilan siswa dalam berkarya seni rupa akan meningkat.

Hipotesis ini didasarkan pada asumsi bahwa metode demonstrasi dapat membantu siswa lebih memahami teknik dalam membuat karya seni rupa melalui pengalaman langsung. Dengan metode ini, siswa tidak hanya mendengar penjelasan guru, tetapi juga melihat dan mencoba sendiri proses pembuatan karya seni. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mereka terhadap konsep seni rupa, keterampilan dalam mengolah bahan dan alat, serta kreativitas dalam berkarya.

Selain itu, metode demonstrasi memungkinkan siswa untuk belajar secara aktif melalui praktik langsung, sehingga mereka lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Dengan adanya bimbingan dari guru dan kesempatan untuk bereksperimen, siswa dapat mengembangkan keterampilan seni rupa mereka

(47)

secara bertahap. Oleh karena itu, penerapan metode ini diyakini mampu meningkatkan kualitas pembelajaran seni rupa serta mendorong siswa untuk lebih percaya diri dalam menghasilkan karya seni yang lebih baik.

Referensi

Dokumen terkait

(2) Faktor yang menjadi hambatan pelaksanaan pembelajaran seni rupa terapan nusantara dalam mata pelajaran seni budaya dan keterampilan pada siswa kelas V SD Negeri di

Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode demonstrasi dalam pembelajaran gaya magnet untuk meningkatkan keterampilan proses siswa pada mata pelajaran IPA di kelas

Peningkatan Kemampuan Membaca Unsur Batin Puisi Melalui Metode Demonstrasi Pada Peserta Didik Kelas V SDN 71 Pontianak Barat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Peningkatan Kemampuan Membaca Unsur Batin Puisi Melalui Metode Demonstrasi Pada Peserta Didik Kelas V SDN 71 Pontianak Barat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

Karya seni rupa terapan daerah setempat yaitu karya seni rupa yang memiliki fungsi pakai/guna, dibuat dengan teknik (cara) dan media yang ada di daerah setempat, sebagai aset

a. Seni rupa mancanegara berawal dari seni rupa... Seni rupa Mesir terjadi pada... Tembikar merupakan salah satu hasil karya snei rupa Mesir yang termasuk dalam karya.....

Makalah ini membahas tentang pememerkaan karya seni rupa dua dan tiga dimensi hasil

Sebagai mata pelajaran tambahan yang ada di setiap SMA 3 TARUNA ANGKASA JAWA TIMUR , siswa yang mendapatkan mata pelajaran seni rupa diwajibkan membuat lukisan untuk tugas akhir.. Karya