PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN KELAS II SDN 4 MENTENG TAHUN PEMBELAJARAN 2024/2025
PROPOSAL
OLEH:
AGUSTINA AMBAR WATI NIM : 21.23.024012
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PGSD 2024/2025
i
mahasiswa, yakni dalam bentuk tugas yang diberikan dalam rangka menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kami sehingga dapat menyelesaikan proposal yang Berjudul ANALISIS KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN KELAS II SDN NEGERI 4 MENTENG TAHUN PEMBELAJARAN 2024/2025
Dalam menyusun dan penulisan proposal ini saya sadar akan segala kekurangan dan keterbatasannya. Untuk itu saya mengharapkan masukan, kritik dan saran yang membangun dan konstruktif agar penyusunan proposal ini lebih sempurna di masa yang akan datang. Bersama ini pula dengan segala kerendahan hati, penulis menghantarkan banyak terima kasih kepada pihak yang mendukung:
1. Bapak Dr. H. Muhammad Yusuf, S,Sos., M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
2. Bapak Hendri, M.Pd selaku Dekan FKIP Uiversitas Muhammadiyah Palangka Raya .
3. Bapak Agung Riadin, M.Pd., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
4. Bapak Alfani, S.E., M.AP, selaku Wakil Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiya Palangka Raya
5. Ibu Nurun Ni’mah, M.Pd selaku Kaprodi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangka Raya.
6. Ibu Kepala Sekolah SDN 4 Menteng 7. Dewan guru SDN 4 Menteng
8. Teman-teman mahasiswa angkatan 2021 Universitas Muhammadiyah Palangka Raya dan berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan sehingga penelitian selesai.
ii
DAFTAR TABEL...1
DAFTAR GAMBAR...1
BAB I PENDAHULUAN...1
A.Latar Belakang Masalah...7
B.Fokus Masalah...7
C.Kegunaan Penelitian...10
D.Tujuan Penelitian...11
E. Definisi Operasional...11
BAB II KAJIAN TEORITIK...13
A.Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian...13
1.Belajar ... 13
2.Pembelajaran Matematika...14
3.Materi Penjumlahan dan Pengurangan...17
4.Soal Cerita... 19
B.Penelitian yang Relevan...23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN...22
A.Tempat dan Waktu Penelitian...21
B.Alur Penelitian...23
C.Metode dan Prosedur Penelitian...25
D.Data dan Sumber data...29
E.Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data...32
F. Prosedur Analisis Data...40
G.Pemeriksaan Keabsahan Data...44
DAFTAR PUSTAKA...48
iii
Tabel 3 Pedoman Wawancara Kepada Guru...
Tabel 4 Pedoman Wawancara Kepada Peserta Didik...
iv
v
Latar Belakang Masalah
Tentang Sisdiknas, pendidikan diartikan sebagai usaha yang sadar dan terencana untuk menciptakan lingkungan belajar serta proses pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan beragam potensi seperti kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang berguna bagi dirinya sendiri maupun masyarakat.
Pasal 4 dari undang-undang tersebut menjelaskan bahwa peserta didik merupakan bagian dari masyarakat yang berupaya mengembangkan potensi individunya melalui proses pembelajaran yang tersedia dalam berbagai jalur, jenjang, dan jenis pendidikan.
Pendidikan diakui sebagai elemen krusial dalam upaya pembangunan di setiap negara. Pendidikan menjadi suatu indikator yang sangat penting dalam menentukan kemajuan sebuah bangsa. Pengaruh pendidikan cukup untuk menumbuhkan dan meningkatkan taraf sumber daya manusia. Berdasarkan pendapat diatas sesuai dengan Undang-Undang sistem pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 bab 2 pasal 3, yang berbunyi:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakawa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta tanggung jawab.
1
Oleh karena itu, pendidikan mencakup semua langkah dan tindakan yang bertujuan untuk memungkinkan masyarakat mengoptimalkan potensi individu peserta didik, sehingga mereka memiliki kekuatan spiritual keagamaan, kemampuan pengendalian diri, karakter yang kuat, kecerdasan, moral yang baik, serta keterampilan yang diperlukan untuk berperan sebagai anggota masyarakat dan warga negara.
Sekolah dasar merupakan institusi yang diatur dan dikelola oleh pemerintah dalam ranah pendidikan formal, yang berlangsung selama enam tahun dari kelas satu hingga kelas enam bagi peserta didik di seluruh Indonesia. Sebagai bagian dari sistem pendidikan formal, sekolah dasar dirancang sesuai dengan karakter dan budaya bangsa, yang kemudian diimplementasikan melalui kurikulum. Kurikulum ini menjadi landasan bagi proses pendidikan di sekolah dasar. Dalam pelaksanaannya, peserta didik diberikan sejumlah materi atau mata pelajaran, termasuk pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa Indonesia, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, pendidikan jasmani dan olahraga, dan matematika.
Matematika memegang peranan krusial dalam berbagai aspek kehidupan, memfasilitasi perkembangan pesat di berbagai bidang seperti ekonomi, teknologi, dan industri. Kehadiran matematika tidak terpisahkan dari kemajuan dalam bidang-bidang tersebut. Karena signifikansinya, matematika diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Dalam pembelajaran matematika, tujuan utamanya adalah mengubah
persepsi peserta didik bahwa matematika tidak hanya sebatas perhitungan angka. Banyak peserta didik menganggap matematika sulit, sehingga cenderung menyerah sebelum
mempelajarinya. Seringkali, peserta didik hanya menghafal konsep tanpa memahami esensi atau maknanya. Kesulitan belajar adalah tantangan umum yang dapat dihadapi dalam proses pembelajaran, yang menggambarkan kesulitan peserta didik dalam memahami atau menyerap materi pelajaran.
Kesulitan belajar matematika dapat dibuktikan dengan adanya fenomena yang di alami peserta didik seperti kurang mampu dalam memahami maksud soal dan kebingungan saat menentukan operasi hitung yang akan digunakan. Selain itu, peserta didik kesulitan dalam menentukan operasi hitung yang akan digunakan.
Berdasrkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas II SDN 4 Menteng peneliti mendapatkan informasi terkait kesulitan peserta didik dalam pembelajaran matematika hal tersebut di buktikan dengan kesulitan yang dialami peserta didik terutama saat menyelesaikan soal cerita yang berdampak pada nilai dibawah KKM, untuk KKM di SD 4 Menteng adalah 68.
Berdasarkan hal tersebut hasil observasi dan wawancara pada bulan Agustus, dengan guru kelas II SDN 4 Menteng menerangkan bahwa masih ada beberapa peserta didik yang belum paham dalam menyelesaikan soal cerita. Peserta didik merasa kesulitan karena kurang mampu memahami
maksud soal dan kebingungan saat menentukan operasi hitung yang akan dipakai. Hal tersebut terlihat dari tugas yang dikumpulkan masih terdapat beberapa dalam penyelesaiannya tidak sesuai dengan cara pengerjaannya.
Berdasarkan fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar matematika dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pada peserta didik kelas II SDN 4 Menteng”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan pada pembelajaran Matematika di SDN 4 Menteng, maka yang menjadi fokus penelitian ini adalah “Apa saja faktor penyebab kesulitan belajar matematika dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pada peserta didik kelas II SDN 4 Menteng?”
C. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pemahaman mengenai ilmu pengetahuan dasar khususnya dalam pelajaran matematika terkait dengan kesulitan peserta didik dan penanganannya dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi penjumlahan dan pengurangan yang dialami oleh peserta didik kelas II di SDN 4
Menteng.
2. Manfaat praktis 1. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan dalam hal proses belajar mengajar.
2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu solusi peserta didik, serta untuk mengetahui kesulitan belajar matematika yang dialami peserta didik.
3. Bagi peserta didik
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi untuk membantu peserta didik yang menghadapi kesulitan belajar agar peserta didik lebih giat belajar.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus masalah diatas tujuan penelitian ini adalah “Untuk menganalisis apa saja kesulitan belajar matematika dalam menyelesaikan soal cerita penjumlahan dan pengurangan pada peserta didik kelas II SDN 4 Menteng”
E. Definisi Operasional
Untuk menghindari kekeliruan penafsiran terhadap variabel kata dan istilah teknis yang di terdapat dalam judul, maka penulis merasa perlu untuk
mencantumkan definisi operasional. Jadi judul penelitian ini adalah Analisis kesulitan belajar peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita pada materi
penjumlahan dan pengurangan. Dengan pengertian antara lain:
1. Belajar
Belajar adalah interaksi terhadap semua interaksi di sekitar individu, suatu usaha yang dilakukan manusia untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan keterampilan atau melalui latihan.
2. Matematika
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan dan konsep dengan bahasa simbolis yang mempunyai fungsi praktis sehingga dapat digunakan untuk memecahkan masalah.
3. Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan adalah prosedur, metode, dan penjumlahan. Total dimaksud kan untuk menggabungkan dua komponen terpisah.
Pengurangan adalah penghilangan angka, pengurangan adalah metode untuk melakukannya. Dapat ditarik kesimpulan bahwa reduksi merupakan prosedur untuk membuat entitas baru. Pengurangan merupakan kebalikan dari penjumlahan, namun tidak memiliki sifat identitas, asosiasi, dan subtitusi (Subrinah, 2006).
4. Soal cerita
Menurut Wijaya (dalam Wahyudin, 2016:151), soal cerita adalah masalah
dalam bentuk kalimat yang memiliki makna yang mudah dipahami oleh siapa pun. Menurut Putri (2018:892), ada dua jenis soal yang umumnya dihadapi oleh peserta didik, yaitu soal rutin dan non rutin. Menurut penjelasan Aisyah (2008:4), soal rutin adalah soal matematika yang dapat langsung dipecahkan dengan cara yang telah dipelajari di kelas, sementara soal non rutin adalah soal yang memerlukan pemikiran lebih lanjut dan harus diselesaikan dengan prosedur khusus. Soal non rutin dalam pembelajaran matematika dapat berupa soal cerita, representasi fenomena atau kejadian, ilustrasi gambar, atau teka- teki.
A. Deskripsi Konseptual dan Subfokus Penelitian 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Hariyanto (2014) belajar merujuk pada suatu proses perilaku atau pribadi atau perubahan struktur kognitif seseorang berdasarkan praktik atau penegelaman tertentu hasil interaksi aktifnya dengan lingkungan da sumber- sumber pembelajaran di sekitarnya. Menurut Wardana & Djamaludin (2020) belajar adalah suatu proses perubahan kepribadian seseorang dimana perubahaan tersebut dalam bentuk peningkatan kualitas perilaku, seperti peningkatan pengetahuan, keterampilan, daya pikir, pemahaman, sikap, dan berbagai kemampuan lainnya.
Dari pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bawha belajar merupakan suatu proses yang dilakukan oeh semua orang untuk suatu tujuan perubahan perilau yang lebih baik. Belajar juga bisa dari pengalaman di lingkungan sekitar kita. Belajar juga mempelajari kegiatan yang dinamis dan perlu memperhatikan adnya perubahan-perubahan pada peserta didik.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang ditujukan untuk mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
8
diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta ketermpilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara.
Pendapat lain, seperti menurut Sadirman A.M (2016) mengemukakan bahwa tujuan belajar adalah ingin mendapatkan pengetahuan, keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai.
Kesimpulan dari pendapat diatas adalah tujan belajar tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 yang ditujukan untuk mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia, serta ketermpilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa, dan negara. Pendapat lain, seperti menurut Sadirman
2. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika
Menurut Fahrurrozi & Syukrul (2017) matematika adalah suatu disiplin ilmu yang sistematis menelaah pola hubungan, pola berpikir, seni dan bahasa yang semuanya dikaji dengan logika serta bersifat deduktif, matematika berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam. Artinya, matematika pada dasarnya adalah ilmu yang hampir selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Definisi tentang matematika menurut Badriyah, dkk (2020) merupakan salah satu ilmu dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan
beragumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari- hari dan dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Menurut definisi diatas dapat diketahui bahwa matematika memiliki peranan penting dalam penyelesaian masalah sehari-hari manusia bahkan hampir selalu berguna dalam setiap proses pemecahan masalah.
Kesimpulan dari teori diatas bahwasannya matematika adalah suatu disiplin ilmu yang sistematis menelaah pola hubungan, pola berpikir, seni, dan bahasa yang semuanya dikaji dengan logika serta bersifat deduktif.
Matematika berguna untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan alam. Matematika pada dasarnya adalah ilmu yang hampir selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari
b. Definsi Pembelajaran Matematika
Menurut Susanto (Lihu & Zulfikar, 2021) pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap Matematika. Pendapat lain seperti menurut Hamzah &
Muhlisrarini mengatakan bahwa, pembelajaran Matematika adalah
suatu proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar Matematika (Melani & Rini, 2022).
Dengan demikian dapat disimpulkan dari teori diatas adalah pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa, meningkatkan kemampuan berpikir, serta meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru untuk meningkatkan penguasaan Matematika yang baik.
c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Menurut Siagian (2016:86) menyatakan tujuan pembelajaran matematika diantaranya adalah agar peserta didik memliki kemampuan: 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efesien, dan tepat dalam pemecahan masalah, 2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, 3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, 5) memiliki sikap
menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.
Pendapat lain dari tujuan pembelajaran matematika di sekolah adalah agar peserta didik memiliki kemampuan; (1) menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, (2) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi
yang diperoleh, (3) mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah, (4) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah”. (Rizal, Tayeb, Latuconsina, 2016:176).
Dapat disimpulkan dari teori diatas bahwasannya tujuan pembelajaran Matematika mencakup berbagai aspek, termasuk kemampuan berfikir, rasa ingin tahu, dan minat dalam mempelajari matematika serta percaya diri dalam pemecahan masalah.
3. Materi Penjumlahan dan Pengurangan
a. pengertian Materi Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan merupakan penggabungan jumlah dua atau lebih angka sehingga menjadi angka yang baru. Angka tersebut beranggotakan semua jumlah anggota angka pembetukannya. Dalam penjumlahan memiliki beberapa teknik diantaranya adalah penjumlahan tanpa teknik menyimpan. Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bukanlah termasuk topik yang terlalu sulit diajarkan di Sekolah Dasar, karena teknik ini biasa diajarkan untuk kelas bawah yang dimana pada kelas bawah merupakan kelas yang menerima materi yang masih ringan dan mudah dipahami. Artinya bahwa materi penjumlahan biasa di ajarkan untuk kelas yang menerima materi yang masih ringan dan mudah dipahami (Elmy Adekayatri, 2021).
Penjumlahan merupakan operasi hitung yang pertama kali diajarkan kepada anak-anak. Operasi penjumlahan digunakan untuk memperoleh hasil atau jumlah dari dua buah bilangan atau merupakan hasil penggabungan
dari 2 kumpulan benda menjadi satu kumpulan benda yang hasilnya selalu lebih banyak dari dua kumpulan benda yang hasilnya selalu lebih banyak dari dua kumpulan benda sebelumnya. Operasi penjumlahan yaitu apabila a & b dijumlahkan, maka hasilnya ditunjukan dengan a+b.
Jadi 3+2=5 . pengertian penjumlahan menurut Hasan yang diambil dari kata jumlah yang berati banyaknya (bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi sutu). Pengertian penjumlahan adalah penggabungan dari dua kelompok (himpunan) (Erni Widiastuti, 2018).
Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa penjumlahan merupakan penggabungan atau penambahan sekelompok bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang disebut jumlah.
Pengurangan merupakan mengambil sejumlah angka dari angka tertentu.
Misal mempunyai 5 buah apel kemudian diambil 3 buah maka apa yang dilakukan tersebut dengan metode pengurangan. Dalam pengurangan memiliki beberapa teknik diantaranya adalah pengurangan tanpa teknik peminjman. Pengurangan tanpa teknik peminjam bukanlah termasuk toik yang terlalu sulit diajarkan di Sekolah Dasar, karena teknik ini biasa di ajarkan untuk kelas bawah yang dimana pada kelas bawah merupakan kelas yang menerima materi yang masih ringan dan mudah dipahami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:637) menyebutkan pengurangan merupakan proses, cara, perbuatan mengurangi (mengambil sebagian). Sedangkan menurut Ken Adams (2006:93) pengurangan adalah pengambilan/pemindahan sebuah benda.
Dari beberapa diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemahaman pengurangan merupakan kemampuan diri sendiri dalam memahami
porsoses, cara dengan memindahkan benda.
b. Kesalahan Siswa dalam Penjumlahan dan Pengurangan
Penyebab kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dapat dilihat dari beberapa hal yang disebabkan oleh
kurangnya pemahaman dan penguasaan materi pokok yang dipelajari, kurangnya penguasaan bahasa matematika, keliru dalam menerapkan rumus, salah perhitungan dan kurang teliti serta tidak menuliskan kesimpulan.
Kesalahan yang dibuat siswa adakalanya timbul secara internal maupun eksternal. Kondisi kognitif berkaitan dengan kemampuan intelektual guna mencerna (memproses) materi pelajaran yang dihadapi sedangkan hal-hal yang timbul secara eksternal adakalanya akibat sifat, bobot, media, dan lain-lain dalam mentransfer pengajaran kepada siswa. Faktor penyebab kesalahan adalah sesuatu yang menyebabkan terjadinya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal ditinjau dari pemahaman siswa terhadap konsep, prinsip, algoritma dan operasi hitung.
Permasalahan yang sering terjadi yaitu banyak siswa yang kurang mampu dalam menguasai pelajaran matematika terutama yang berhungngan dengan soal penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat matematika.Karena dalam menyelesaikan soal tidak dapat dilakukan dengan satu langkah saja, tetapi siswa harus melalui beberapa tahapan yang membutuhkan pemahaman dan keterampilan yang baik dalam memahami soal, melakukan perhitungan dan keterampilan yang baik dalam memahami soal, melakukan perhitungan dan
keterampilan menarik kesimpulan. Apabila siswa tidak menguasai salah satu tahap dalam menyelesaikan soal, maka siswa tersebut kesulitan
bahkan gagal dalam menyelesaikan soal matematika (Wardhani, 2010)
4. Soal Cerita Matematika
a. Pengertian Soal Cerita Matematika
Soal cerita adalah soal yang dingkapkan dalam bentuk cerita yang diambil dari pengalaman sehari-hari yang berkaitan dengan konsep matematika.
Soal dengan kata-kata merupakan soal yang tidak mudah untuk diselesaikan. Soal dengan kata-kata biasa disebut dengan soal cerita karena disusun dalam bentuk cerita yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (Yunus Abidin dkk, 2018).
Soal cerita dalam matematika adalah soal tertentu dalam matematika yang istilah lamanya disebut soal persamaan tersamar, dalam proses penyelesaiannya dibutuhkan kemampuan membaca yang baik dan merupakan salah satu syarat dalam memahami isi pokok dari soal cerita tersebut. Peserta didik dapat menyelesaikan soal cerita apabila ia mampu memahami isi dari soal tersebut dan dapat mengubahnya kedalam bentuk kalimat matematika sehingga peserta didik akan memiliki kemampuan menghitung dengan benar (Siti Nurajizah dan Nelly Fitriani, 2020).
Kesimpulan dari pendapat para ahli tersebut, Soal cerita dalam matematika adalah soal yang berbentuk cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan memerlukan kemampuan membaca yang baik serta kemampuan mengubah cerita menjadi kalimat matematika. Untuk menyelesaikan soal cerita, peserta didik harus mampu memahami isi
soal dan mengubahnya menjadi bentuk matematika yang dapat dihitung dengan benar.
b. Langkah Mengerjakan Soal Cerita Matematika
Masalah-masalah yang berhubungan dengan matematika sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan yang demikian biasanya dituangkan dalam soal-soal berbentuk cerita. Soal cerita merupakan bentuk soal mencari (problem to find) yaitu mencari, menentukan atau mendapatkan nilai atau objek tertentu yang diketahui dalam soal dan memenuhi kondisi atau syarat yang sesuai dengan soal. Pada umummnya masalah metematika dapat berupa soal cerita meskipun tidak semuanya.
Menurut Abdurrahman (Novita, 2020) hal yang penting yang perlu dikasai oleh peserta didik agar mampu menyelesaikan soal cerita dengan baik, seperti (1) kemampuan untuk membuat permodelan matematika; (2) penugasan konsep dan prosedur matematika; (3) penugasan tentang berbagai strategi pemecahan masalah; (4) kemampuan memverivikasi apakah penyelesaian yang diperoleh penyelesaian yang diharapkan . Adapun pendapat lain seperti menurut Polya mengatakan terdapat beberapa
tahapan yang sering digunakan dalam dalam menyelesaikan soal cerita, yaitu:
1) Understanding the problem (memahami masalah)
Langkah pertama pada tahap ini peserta didik dituntut untuk memahami
masalah. Memahami informasi yang diberikan dalam pernyataan masalah dan memahami tujuan yang dimaksud.
2) Devising a plan (merencanakan penyelesaian masalah)
Setelah memahami masalah, peserta didik menuliskan rencana-rencana yang akan dilakukan untuk dapat menyelesaikan masalah yang telah diberikan
3) Carrying out the plan (Menyelesaikan masalah sesuai rencana)
Pada tahap ketiga, peserta didik harus mampu menyelesaikan rencana permasalahan. Tugas peserta didik pada tahap ini untuk menentukan strategi yang akan dipilih untuk menghasilkan petunjuk yang berarti untuk mengungkapkan masalah.
4) Looking back (Melakukan pengecekan kembali)
Setelah menyelesaikan masalah sesuia rencana, tahap terakhir peserta didik meninjau kembali terhadap proses solusi terdapat dua alasan. Alasan pertama memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengevaluasi dan memperbaiki hasil akhir. Alasan kedua membawa proses solusi ke dalam fokus yang lebih tajam (Utami, dkk., 2018) Kesimpulan dari teori diatas bahwasannya masalah-masalah matematika
sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan biasanya dituangkan dalam soal-soal berbentuk cerita. Untuk menyelesaikan soal cerita, peserta didik perlu memiliki kemampuan:
1) Membuat permodelan matematika
2) Menggunakan konsep dan prosedur matematika 3) Menggunakan berbagai strategi pemecahan masalah
4) Memverifikasi apakah penyelesaian yang diperoleh adalah penyelesaian yang diharapkan.
Terdapat beberapa tahapan yang digunakan dalam menyelesaikan soal cerita, yaitu:
1) Memahami masalah
2) Merencanakan penyelesaian masalah 3) Menyelesaikan masalah sesuai rencana 4) Melakukan pengecekan kembali
Dengan demikian, peserta didik perlu memiliki kemampuan berpikir kritis dan strategis untuk menyelesaikan masalah matematika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Strategi Mengerjakan Soal Cerita
Menurut Ramadhana (2023) Untuk dapat menyelesaikan soal cerita dengan benar, setiap peserta didik harus memperhatikan tahap-tahap
penyelesaian soal cerita tersebut, yaitu:
1) Mendata hal-hal yang diketahui berdasarkan keterangan yang termuat dalam soal, dan menvermati apa yang ditanyakan, termasuk satua- satuan yang ditanyakan.
2) Menyelesaikan permasalahn berdasarkan apa yang diketahui dan apa
yang ditanyakan.
Pendapat tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Winarni & Harmini (Fauziah, ) tentang langkah-langkah untuk menyelesaikan soal ceita.
1) Temukan apa yang dicari dan ditanyakan dari soal tersebut.
2) Cari informasi atau keterangan yang esensial.
3) Pilih operasi hitung sesuai.
4) Tulis kalimat matematikanya.
5) Nyatakan jawaban itu dalam bahasa indonesia.
Kesimpulan daari teori diatas bahawasannya untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar, setiap peserta didik harus memperhatikan tahap-tahap penyelesaian soal cerita sebagai berikut: Mendata hal-hal yang diketahui berdasarkan keterangan yang termuat dalam soal, dan menvermati apa yang ditanyakan, termasuk satua-satuan yang ditanyakan. Menyelesaikan permasalahan berdasarkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan. Dengan demikian, peserta didik harus memperhatikan tahap-tahap penyelesaian soal cerita dan menggunakan langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikan soal cerita dengan benar.
B. Hasil Penelitian Yang Relevan
Hasil pencarian merupakan hasil yang diperoleh dari pencarian yang dilakukan sebelum penelitian. Penelitian terkait untuk menunjang dan menjadi dasar penelitian yang sedang berlangsung.
Penelitian oleh Kurnia Ully Wardani, Siti Rahayu, Lovika Ardana Riswari dengan judul “Analisis Kesulitan Belajar Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Peserta Didik Kelas 1” pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik mengumpulkan data yaitu observasi, wawanvara, dan dokumentasi. Data yang dikumpulkan melalui wawancara dengan guru kelas I dan peserta didik yang mendapat nilai terendah pada ujian soal cerita materi penjumlahan. Peserta didik SD Pati Wetan 01 yang menjadi tempat peneliti melakukan penelitian ditemukan beberapa kendala yang sering terjadi dalam proses pembelajaran selama dikelas ketidakmampuan peserta didik dalam proses pembelajaran serta ketidakmampuan peserta didik dalam menangkap pembelajaran yang ada pada proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran selama ini dalam permasalahan yang terjadi di kelas 1 pada pembelajaran metematika dalam bentuk cerita dengan narasi yang berkata-kata panjang yang membuat anak mengalami kesalahan dalam hal memahami ssampai menjawab soal yang diberikan guru kepada peserta didik, pemahaman dalam membaca cerita sangat mempengaruhi hasil yang akan didapat kan oleh peserta didik diakhir jawaban. Persamaan dari penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan metode peneltian deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data menggunakan hasil observasi dan wawancara. Sementara itu perbedaan
dari penelitian terdahulu terdapat pada kelas yang menjadi tempat penelitian yaitu kelas 1.
Penelitian oleh Aminah, Kiki Riska Ayu Kurniawati dengan judul
“Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Topik Pecahan Ditinjau Dari Gender” Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah lima orang perempuan dan lima orang laik-laki.peneliti menggunakan langkah-langkah menurut Soedjadi, (a) Membaca soal dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat, (b) Memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui dalam soal, apa yang diminta/ditanyakan dalam soal operasi pengerjaan yang diperlukan, (c) Membuat model matematika dari soal, (d) Menyelesaikan model menurut aturan-aturan matematika, sehingga mendapatkan jawaban dari model tersebut, (e) Mengembalikan jawaban soal kepada jawaban jawaban asal. Hasil penelitian menunjukan siswa perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan operasi memahami konsep pecahan (menyamakan penyebut), mengalami kesulitan dalam menentukan operasi pengerjaan seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian serta tidak menuliskan kesimpulan terakhir sedangkan siswa laki-laki menyelesaikan hasil akhir serta menyamakan penyebut. Cara mengatasi faktor-faktor kesulitan dalam soal cerita matematika adalah memberikan intensitas latihan, menguatkan kembali konsep pecahan
pada siswa
perempuan dan meningkatkan komunikasi matematika siswa.
Persamaan penelitian ini adalah dilihat dari penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian ini berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi yang akan dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung di dalam kelas.
Sementara itu perebedaan dari penelitian ini adalah tidak fokus pada satu materi saja, tetapi mencakup banyak dari pembagian, menyamakan penyebut (konsep pecahan).
1. Tempat Penlitian
Tempat penelitian ini dilakukan di SDN 4 Menteng bertempat di jalan M.H Thamrin, Kecamatan Pahandut, kota Palangka Raya. Di tempat
tersebut peneliti menemukan masih adanya peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita pada mata pelajaran matematika di kelas II SDN 4 Menteng Palangka Raya.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus sampai bulan November tahun 2024.
Tabel 1. Waktu Penelitian
No Kegiatan Agustus
2024
Septembe r 2024
Oktober 2024
Novem ber 2024
Desember 2024
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 2 3 4
1. Seminar Proposal
24
2. Revisi Proposal
3. Pembimbinga n 4. Pelaksanaan
Penelitian
5. Menyusun
Skripsi 6. Ujian Skripsi
7. Revisi
Skripsi
B. Alur Penelitian
Dalam penelitian ini, langkah pertama yang dilakukan oleh peneliti dalam pelaksanaan peneliti adalah mempersiapkan segala sesuatu yang akan diperlukan untuk melaksanakan penelitian baik secara fisik, moral, materi.
Arikunto (Agustian, 2020) alur penelitian adalah kronologi prosedural yang dilakukan seorang peneliti dalam kerya penelitiannya dan bukan sekedar urutan apa yang mesti dilalui di SD.
Diplan dan Setiawan (2018) proses penelitian dalam pendekatan kualitatif, menjelajahi masalah dan mengembangkan memahami rinci tentang fenomena sentral, memiliki tinjuan literatur memainkan peran kecil
Prapenelitian Subjek Penlitian Pengambilan data awal
Analisis data Pengambilan data terakhir
Penelitian
Penarikan kesimpulan
namun membenarkan masalah, menyatakan tujuan dan menyatakan penelitian secra umum dan luas, mengumpulkan data-data berdasarkan kata-kata dari sejumlah kecil individu sehingga pandangan partisipan diperoleh, menganalisis data untuk deskripsi dan tema menggunakan analisis teks dan menafsirkan makna yang lebih besar dari temuan, menulis laporan menggunakan fleksibel, struktur yang muncul dan kriteria evaluatif, dan termasuk refleksivitas subyektif penelitian.
Gambar 1 Alur Penelitian
Penlitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dimana peneliti dituntut untuk melakukan observasi dan wawancara serta terlihat langsung dalam proses penelitian agar memperoleh informasi dan data yang lebih mendalam. Menurut Diplan dan Andi Setiawan (2018) sebagai berikut:
“Penelitian kualitatif tidak ada batasan jarak dengan antara peneliti dan yang diteliti. Hubungan yang terjadi dalam penelitian kualitatif
berdasarkan adanya rasa percaya diantara peneliti dan yang diteliti.
Ketika di lapangan peneliti melakukan hubungan yang iintens dengan maksud untuk mendekatkan diri dan bisa mendapatkan data yang lebih mendalam”
Jenis penelitian ini menuntut peneliti untuk terlibat langsung dan hadir dalam proses pembelajaran untuk melakukan observasi selama 2 bulan untuk
mendapatkan data penelitian. Observasi yang dilakukan berupa pengamatan dalam
berlangsungnya proses pembelajaran, aktivitas guru dan peserta didik, kelengkapan fasilitas belajar dan rekapan hasil belajar peserta didik.
Penelitian yang dilakukan berupa obeservasi untuk meneliti kebenaran masalah yang terjadi. Hal ini dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan keakuratan data yang diperoleh. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara pada pihak sekolah seperti guru kelas, dan peserta didik kelas II SDN 4 Menteng. Wawancara yang dilakukan dengan guru kelas II berkaitan tentang kesulitan peserta didik dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita.
Untuk mendapatkan data tentang hasil belajar, peneliti bekerja sama dengan guru mengalisis kesulitan dalam memahami materi pembagian dalam bentuk soal cerita pada hasil tugas peserta didik. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan peserta didik peserta didik yang
menjadi objek penelitian. Wawancara yang dilakukan dengan peserta didik berkaitan dengan penyebab kesulitan dalam memahami materi penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita.
C. Metode dan Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode yang dilakukan oleh peneliti untuk pelaksanaan penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Danuri &
Maisaroh, 2019).
Adapun jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Dalam penelitian ini peneliti berupaya untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi terhadap peserta didik yang kesulitan belajar memahami pembelajaran matematika.
Menurut Sukmadinata (2017) Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang ditunjukan untuk menggambarkan fenomena- fenomena
yang ada, yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau.
Penelitian ini tidak mengadakan manipulasi atau perubahan pada variabel- variabel bebas, tetapi menggambarkan suatu kondisiapa adanya. Penggambaran kondisi bisa individual atau kelompok, dan menggunakan angka.
Berdasarkan pendapat ahli, jenis penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan fenomena yang terjadi secara nyata, realistik, dan aktual. Dengan penelitian ini peneliti mencoba mengungkapkan penyebab kesulitan belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika. Adapun simpulan dari peneliti ini berlaku bagi peserta didik di kelas yang diteliti.
2. Prosedur Penelitian
Sugiyono, (2019) Pada desain dan prosedur untuk penelitian kualitatif tidak dapat ditentukan secara tetap karena desain dan prosedur penelitian kualitatif bersifat fleksibel atau seni (kurang berpola). Hal ini juga ditegaskan oleh Moleong (Enira, 2017).
Peneliti kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan dilapangan. Jado, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi.
Meskipun demikian, peneliti harus tetap dan perlu untuk menentukan prosedur penelitian sebagai panduan yang digambarkan sebagai berikut:
a. Observasi awal
Dalam penelitian kualitatif, saat observasi awal dibutuhkan untuk dapat memperjelas fenomena yang terjadi sehingga fokus penelitian dapat ditentukan. Observasi awal ini dilakukan pada kelas II SDN 4 Menteng dengan tujuan dapat memperoleh data atau gambaran awal dari sebuah permasalahan. Dengan begitu, dapat meyakinkan bahwa penelitian meungkinkan untuk dilaksanakan.
b. Penetapan fokus penelitian
Diketahui bahwa penelitian kualitatif bersifat fleksibel tetapi fokus penelitian tetap harus dibutuhkan sebagai koridor unuk mengarahkan suatu penelitian. Oleh sebab itu, ditetapkan bahwa penelitian akan di fokuskan pada fakto-faktor kesulitan belajar peserta didik dalam pembelajaran matematika di kelas II SDN 4 Menteng.
c. Menetapkan setting dan subyek penelelitian
Penutupan pada setting dalam penelitian kualitatif adalah hal yang penting karena setting pada penelitian menunjukan suatu komunitas yang akan diteliti dan sekaligus melihat kondisi fisik dan sosial dari mereka.
Setting pada penelitian yang langsung melekat pada fokus penelitian yang telah ditetapkan sejak awal sehingga seting penelitian ini tidak dapat diubah kecuali pada fokus penelitian. Selain itu, untuk penetapan subyek penelitian merupakan hal yang penting karena subyek penelitian menjadikan sumber informasi yang pening unuk memberikan berbagai informasi yang diperlukan selama dalam proses penelitian.
d. Menentukan pengumpulam, pengolahan, dan analisi data
Pada penelitian kualitatif ini, pada proses pengumpulan, pengolahan dan analisis data dilakukan secara bersama secara siklus. Maksudnya, pengolahan data tidak harus dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah data terkumpul, atau analisis data tidak mutlak dilakukan setelah pengolahan data selesai.
Dalam hal ini, semesntara data peneliti dapat kembali ke lapangan untuk dapat memperoleh tambahan sata yang masih dianggap perlu dan mengolah data kembali.
e. Melakukan pemeriksaan keabsahan data
Pemeriksaan dari keabsahan data temuan adalah tahapan yang menjamin kualitas dan kredibilitas data penelitian kualitatif. Jika dalam penelitian kualitatif dilakukan uji realibitas dan validitas instrumen penelitian, maka dalam penelitian kualitatif yang dilakukan adalah melakukan pemeriksaan keabsahan data yang ditemukan. Dari pemeriksaan ini, peneliti dapat menentukan tingkat dari data yang diperoleh.
f. Menyajikan data dan menarik kesimpulan
Pada tahap akhir dalam penelitian kualitatif adalah menyajikan
data hasil temuan untuk kemudian ditari kesimpulan. Penarikan kesimpulan penelitian kualitatif juga masih mengandung fleksibelitas, sehingga temuan dan kesimpulan itu mungkin untuk masih bisa diperbaiki lagi jika pada saat yang sama ditemukan fakta yang baru tentang hal tersebut, baik itu dari fakta yang bersifat mendukung ataupun yang
menolak kesimpulan. Selain itu juga, dilakukannya wawancara terhadap guru kelas dan peserta didik. Sehingga diperolehnya data yang menunjukan penyebab kesulitan belajar pada peserta didik dalam pembelajaran matematika yang diajarkan oleh guru kelas II SDN 4 Menteng.
D. Data dan sumber data
Berikut adalah data dan sumber data penelitian yang dideskripsikan di bawah ini:
1. Data Penelitian
Analisi data adalah proses menyususn secara sistematis sebuah penelitian.
Sumber daya yang akan diperoleh yaitu dari dari hasil wawancara, catatan alapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan, memiih mana yang lebih panjang dan yang akan dipelajari, dan membuat kseimpulan.
Data kualitatif berkaitan dengan informasi mengenai sifat, karakter, dan berupa seminimal mungkin tidak berbentuk angka.
a. Data Primer
Menurut Asep kurniawan (2018) “data primer adalah data yang hanya bisa peneliti dapatkan dari sumber pertama atau asli. Data primer adalah data yang
dikumpulkan oleh dirinya sendiri atau peneliti sendiri. Ini adalah data yang tidak pernah dikumpulkan sebelumnya, baik pada periode waktu
tertentu atau dengan cara tertentu. Data penelitian ini diperoleh dengan baik pada periode waktu tertentu atau dengan cara tertentu. (Asep Kurniawan, 2018) “teknik sampling probality sampling, probality sampling adalah pengeambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh anggota untuk dijadikan sampel. Dari 11 peserta didik dikelas II sampel yang digunakan dalam penelitian ini peserta didik sekolah SDN 9 Langkai Palangka Raya, yaitu 4 peserta didik karena selam proses pengamatan dan lembar kerja peserta didik yang diberikan guru ke empat peserta didik ini kesulitan dalam memahami materi pembagian dalam bentuk soal cerita.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara, hal tersebut berarti bahwa peneliti berperan sebagai pihak kedua, karena tidak didapatkan secara langsung. Data sekunder adalah data tambahan yang diperoleh bukan dari tangan pertama tetapi dari kedua, ketiga atau setereusnya.
Pengecualian juga pada
penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2016) data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpulan data, misalnya melalui orang lain atau lewat dokumen. Sumber data sekunder merupakan sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data yang diperlukan data primer.
Data sekunder dalam penelitian berasal dari guru kelas II dan kepala sekolah SDN 4 Menteng.
2. Sumber Data Penelitian
Dalam penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah guru dan peserta didik kelas II di SDN 4 Menteng. Menetapkan subjek utama dalam penelitian ini, diharapkan mampu memberikan informasi yang mendukung hasil penelitian, tetapi tidak menutup kemungkinan jika dalam pelaksanaanya nanti peneliti akan mengembangkan subjek pendukung penelitian, mengingat sifat dari penelitian kualitatif adalah naturalistic.
Diplan & Setiawan (2018) data yang didapat dalam penelitian kualitatif dapat berupa gejala-gejala yang dinamakan dalam bentuk seperti foto, dokumen, maupun berupa catatan-catatan lapangan pada saat penelitian.
Dalam penelitian kualitatif penentuan sampel (objek) bukan berdasarkan banyaknya jumlah subjek tetapi lebih kepada kualitas dari subjek penelitian yang diambil. Ada dua jenis data berdasrkan sumbernya yang umumnya, yaitu data primer dan Data sekunder.
E. Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data seperti observasi, wawancar, dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran real suatu peristiwa atau
kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian. Jika wawancara dan kuesioner selalu berlomunikasi dengan orang, maka obeservasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.
Menurut Sukmaditama (2017), observasi atau pengamatan, merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Sedangkan menurut Arifin (2014) observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistemastis, logis, objektif, dan rasional. Alur untuk melakukan observasi disebut pedoman observasi berikut ini tujuan dari observasi:
a. Untuk mengumpulkan data dari informasi mengenai suatu fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan.
b. Untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar, berdiskusi, mengajarkan tugas dan lain-lain. Pada tahapan penelitian kualitatif ini yaitu melakukan observasi terlebih dahulu untuk menemukan permasalahan yang terjadi. Setelah ditemukannya permasalahan yang
akan diteliti, maka akan dilakukan pengamatan terhadap permasalahan yang terjadi. Peneliti melakukan observasi secara langsung pada proses belajar mengajar pembelajaran.
Tabel 2 Kisi-kisi Observasi
No VARIABEL INDIKATOR
1. Faktor Kesulitan Belajar a) Kelemahan dalam berhitung b)Kesulitan dalam mentransfer
pengetahuan
c)Pemahaman bahasa matematika yang kurang
2. Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih. Tujuan dari wawancara untuk mendapatkan sebuah informasi yang tepat.
Pada dasarnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam dari sumber terpercaya tentang tema yang diangkat dalam penelitian. Hasil wawancara bisa sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yakni:
mengenalkan diri, menjelaskan maksud
kedatangan, menjelaskan materi wawancara, dan mengajukan pertanyaan.
Menurut sugiyono (2016) wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan- keterangan.
Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih. Tujuan dari wawancara untuk mendapatkan sebuah informasi yang tepat. Pada dasarnya wawancara
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam dari sumber terpercaya tentang tema yang diangkat dalam penelitian. Hasil wawancara bisa sesuai atau berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui yakni: mengenalkan diri, menjelaskan maksud kedatangan, menjelaskan materi wawancara, dan mengajukan pertanyaan.
Dalam wawancara ini peneliti menggunakan wawancara terpimpin yaitu wawancara berstruktur atau wawancara sistematis merupakan wawancara yang dilakukan pewancara dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu.
Tabel 3 Pedoman Wawancara Kepada Guru
No Indikator Pertanyaan
1 Kelemahan dalam berhitung
1. Menurut ibu apakah ada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dalam
pembelajaran matematika materi cerita penjumlahan dan pengurangan?
2. Kapan peserta didik mulai mengenal materi cerita penjumlahan dan pengurang?
3. Di mana letak kesulitan peserta didik saat belajar matematika?
4. Bagaimana cara peserta didik mengerjakan soal yang diberikan oleh ibu?
5. Bagaimana cara ibu mengajarkan materi cerita penjumlahan dan pengurangan kepada peserta
didik?
2 Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan
1. Apakah peserta didik dapat memeahami materi cerita penjumlahan dan pengurangan yang disampaikan oleh ibu dengan baik?
2. Apa yang membuat peserta didik sulit memahami penjelasan ibu dengan baik?
3. Mengapa pserta didik sulit dalam memahami penjelasan dari ibu?
4. Menurut ibu di mana letak kesulitan yang peserta didik alami ketika belajar materi cerita penjumlahan dan pengurangan?
5. Mengapa peserta didik merasa kesulitan dalam memahami materi cerita penjumlahan dan pengurangan dengan dan cara berhitung dalam
pelajaran matematika.
3 Pemahaman bahasa matematika yang kurang
1. Apakah ibu pernah
memberikan soal berbentuk cerita yang berkaiatan dengan materi penjumlahan dan pengurangan?
2. Apakah ada peserta didik yang mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita?
3. Di mana letak kesulitan yang dialami peserta didik ketika menyelesaikan soal
penjumlahan dalam bentuk soal cerita?
4. Bagaimana cara ibu
membantu peserta didik yang
mengalami kesulitan menyelesaikan soal
penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita?
5. Mengapa peserta didik seringkali merasa kebingungan dalam soal cerita matematika
Tabel 4 Pedoman Wawancara Peserta Didik
No Indikator Pertanyaan
1. Kelemahan dalam berhitung
1. Menurut kamu apakah berhitung perlu dipelajari?
2. Apakah kamu mengalami keseulitan belajar pada pembelajaran matematika materi cerita penjumlahan dan pengurangan?
3. Di mana letak kesulitan kamu saat belajar matematika materi cerita penjumlahan dan pengurangan?
4. Bagaimana cara kamu mengerjakan soal yang diberikan oleh guru mu?
5. Mengapa kamu merasakan kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi penjumlahan dan
pengurangan?
2. Kesulitan dalam mentransfer pengetahuan
1. Kapan kamu mengenal materi cerita penjumlahan dan pengurangan?
2. Apa yang membuat kamu sulit memahami penjelasan yang diberikan oleh guru?
3. Mengapa kamu sulit dalammemahami penjelasan dari guru?
4. Dimana letak kesulitan yang kamu alami ketika belajar
materi cerita penjumlahan dan pengurangan?
5. Apakah kamu sering bertanya apabila kamu mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita materi
penjumlahan dan pengurangan?
3. Pemahaman bahasa matematika yang kurang
1. Apakah guru mu pernah memberikan tugas berbentuk soal cerita yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan?
2. Apakah kamu pernah mengalami kesulitan saat menyelesaikan soal penjumlahan dalam bentuk cerita?
3. Dimana letak kesulitan saat kamu menyelesaikan soal penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita?
4. Bagaimana cara kamu menyelesaikan soal
penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk cerita?
5. Ketika kamu mengalami kesulitan dalam memahami bahasa matematika yang kurang jelas, apakah kamu meminta guru untuk
menjelaskan ulang?
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental seseorang. Dokumentasi merupakan catatan atau karya seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen tentang orang atau sekelompok orang, peristiwa, atau kejadian dalam situasi sosial
yang sesuai dengan terkait dengan fokus penelitian adalah sumber informasi yang sangat berguna dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012).
Dokumen ini dapat berupa teks tertulis, gambar, maupun foto. Dokumen tertulis dapat pula sejarah kehidupan, biografi, karya tulis, dan cerita. Di samping
itu ada pula material budaya, atau hasil karya seni yang merupakan sumber informasi dalam penelitian kualitatif.
Dalam penelitian ini, dokumen digunakan peneliti sebagai pelengkap dari pengumpulan data yang sudah peneliti kumpulkan disaat proses observasi dan wawancara. Dengan metode ini peneliti mengumpulkan data dari dokumen yang sudah ada, sehingga peneliti dapat memperoleh catatan-catatan yang berhubungan dengan penelitian seperti: gambaran umum sekolah, struktur organisasi sekolah, catatan-catatan, foto-foto, dan sebagainya.
F. Prosedur Analisi Data
Menurut Miles, dkk., (2014), analisis data adalah proses yang melibatkan tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Reduksi data adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah data kasar. Penyajian data adalah proses mengorganisasikan data ke dalam bentuk yang memungkinkan penarikan kesimpulan.
Penarikan kesimpulan/verifikasi adalah proses mencari makna dari data yang telah disajikan.
Berdasarkan pendapat Miles diatas dapat disimpulkan bahwa, ia menawarkan analisis data dengan pola umum yang mengikuti model interaktif sebagai berikut:
Gambar 2. Analisis Interaktif Sumber : Miles, dkk., (2014) 1. Reduksi Data
Data yang diperoleh di lapangan sangat besar, jadi perlu dicatat dengan teliti dan rinci. Semakin lama peneliti bekerja di lapangan, jumlah data yang diperoleh akan menjadi lebih kompleks dan rumit. Untuk mencapai hal ini, data harus segera dianalisis melalui proses reduksi. Mereduksi data berarti mencari tema dan pola, memilih dan memfokuskan pada hal-hal penting. Menurut Sugiyono (2018), Reduksi data adalah merangkum, memiliki hal-hal yang
Penyajian Data
Reduksi Data
Kesimpulan- kesimpulan/Verifikasi Pengumpulan data
pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting yang sesuai dengan topik penelitian, mencari tema dan polanya, pada akhirnya meberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
Adapun pendapat lain seperti menurut Milles, dkk., (2014) yang menyatakan bahwa reduksi data adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah data kasar yang muncul dari catatan lapangan atau transkrip. Reduksi data merupakan bagian integral dari analisis data kualitatif dan dilakukan terus-menerus sepanjang proyek. Proses ini membantu peneliti menyaring data untuk menemukan esensi yang paling relevan dengan pertanyaan penelitian.
Berdasarkan kedua pandapat diatas maka dapat simpulkan bahwa, reduksi data adalah proses memilih, memfokuskan, menyederhanakan, mengabstraksi, dan mengubah data kasar yang muncul dari catatan lapangan atau transkrip. Reduksi data merupakan bagian integral dari analisis data kualitatif dan dilakukan terus-menerus sepanjang proyek.
Proses ini membantu peneliti menyaring data untuk menemukan esensi yang paling relevan dengan pertanyaan penelitian.
2. Penyajian Data (Data Display)
Setelah mereduksi data, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
sejenisnya namun yang sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan, dan tersusun sehingga akan semakin mudah dipahami (Sugiyono, 2018).
Pendapat lain seperti menurut Creswell dan Poth (2018) mendefinisikan penyajian data sebagai proses mengorganisasikan dan menyusun data ke dalam
format yang sistematis dan logis untuk memudahkan pemahaman dan interpretasi. Penyajian data ini sering dilakukan melalui narasi terstruktur, tabel, dan visualisasi data yang membantu dalam mengidentifikasi tema dan pola.
Berdasarkan kedua pendapat berikut maka dapat disimpulkan bahwa Penyajian data adalah proses mengorganisasikan dan menyusun data ke dalam format yang sistematis dan logis, seperti narasi terstruktur, tabel, bagan, dan visualisasi data lainnya, untuk memudahkan pemahaman dan interpretasi, serta membantu mengidentifikasi tema dan pola dalam penelitian kualitatif.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam menganalisis penelitian kualitatif adalah penarikan kesimpulan. Menurut Sugiyono (2018) kesimpulan dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti telah dikemukakan bahwa
masalah dan perumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.
Pendapat lain seperti menurut Flick (2018) yang menjelaskan bahwa penarikan kesimpulan adalah proses integratif di mana peneliti menyusun hasil akhir dari analisis data dengan mempertimbangkan konteks dan kerangka teoritis penelitian. Kesimpulan ini harus mencerminkan pemahaman mendalam dan analisis kritis terhadap data yang dikumpulkan.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah proses di mana peneliti menyusun hasil akhir dari analisis data dengan memperhatikan konteks dan teori yang digunakan. Kesimpulan ini harus menunjukkan pemahaman yang mendalam
dan analisis kritis terhadap data, serta harus fleksibel untuk menjawab pertanyaan penelitian yang mungkin berubah selama penelitian berlangsung.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari catatan lapangan, wawancara, dan dokumentasi dengan tujuan menemukan dan mengorganisasikan data ke dalam kategori yang relevan. Proses ini melibatkan pemecahan data menjadi
bagian yang lebih kecil, melakukan sintesis, menyusun pola, serta menentukan mana yang penting dan perlu dipelajari. Selain itu, analisis data juga bertujuan untuk menemukan pola dan tema yang sama di seluruh data yang dikumpulkan. Dalam konteks penelitian kualitatif, analisis data bersifat induktif, artinya analisis dimulai dari data yang ada dan dari sana peneliti mengembangkan hipotesis atau teori. Pendekatan ini memungkinkan peneliti untuk membangun pemahaman yang mendalam dan menyeluruh berdasarkan temuan empiris yang muncul selama proses penelitian.
Menurut Sugiono (2015) bahwa teknik pemeriksaan keabsahan data adalah derajat kepercayaan atas data penelitian yang diperoleh dan bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Untuk pemeriksaaan keabsahan data dalam penelitian kuantitatif meliputi uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji konfirmabilitas.
1. Uji Kredibilitas
Menurut Moleong (2016) mendefinisikan uji kredibilitas sebagai proses dalam penelitian kualitatif untuk memastikan keabsahan data dan temuan penelitian. Untuk mencapai kredibilitas, peneliti harus menggunakan berbagai teknik seperti triangulasi, pengecekan anggota (member checking), dan
observasi yang berkelanjutan. Moleong menekankan pentingnya validasi data melalui keterlibatan mendalam dengan peserta dan konteks
penelitian.
Uji kredibilitas data atau derajat kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif merupakan proses menggali lebih dalam fenomena yang ada dengan memperpanjang waktu observasi, melakukan triangulasi (yang mencakup triangulasi sumber, teknik, dan waktu), melibatkan diskusi dengan rekan sejawat, melakukan kajian atau analisis kasus negatif, serta menelusuri kesesuaian dan kelengkapan hasil analisis.
2. Uji Transferabilitas
Menurut Sugiono (2015) uji transferabilitas adalah teknik menguji validasi eksternal didalam penelitian kualitatif. Uji ini dapat menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel itu diambil.
Uji transferabilitas dalam penelitian ini, peneliti akan menyajikan hasil penelitian dengan cara yang terperinci, jelas, dan teratur. Penyajian yang terperinci, jelas, dan teratur bertujuan untuk mempermudah pemahaman bagi pembaca dan memungkinkan hasil penelitian dapat diaplikasikan dalam populasi yang menjadi fokus penelitian ini.
3. Uji Dependabilitas
Sugiyono (2018) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif melibatkan observasi, wawancara, kuesioner, dan dokumentasi. Uji dependabilitas dilakukan dengan menggabungkan keempat cara tersebut. Wawancara dilakukan secara semi terstruktur
untuk menggali fakta-fakta yang sesuai dengan kenyataan lapangan, sementara dokumentasi memungkinkan pengamatan terhadap interaksi anak dengan orang tua dan penggunaan media digital.
Pendapat menekankan bahwa uji dependabilitas merupakan proses untuk mengukur seberapa konsisten atau dapat diandalkan suatu instrumen pengukuran atau metode pengumpulan data dalam menghasilkan hasil yang serupa ketika digunakan berulang kali. Tujuan utama dari uji dependabilitas adalah untuk mengevaluasi sejauh mana instrumen atau metode tersebut dapat dipercaya dan dapat diandalkan dalam mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur.
4. Uji Konfirmabilitas
Uji konfirmabilitas merupakan salah satu aspek penting dalam penelitian kualitatif yang bertujuan untuk menegaskan bahwa temuan yang diperoleh dari penelitian tersebut sesuai dengan data yang terkumpul dan proses analisis yang dilakukan.
Sugiyono (2015) menjelaskan bahwa uji konfirmabilitas merupakan uji objektivitas dalam penelitian kuantitatif. Penelitian dapat dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah disepakati oleh banyak orang.
Konfirmabilitas menekankan pada kejelasan, ketelitian, dan kemungkinan untuk mengonfirmasi temuan oleh orang lain yang melakukan penelitian serupa.
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman (2016). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : PT Raja Grafindo
Abidin, Yunus., Mulyani, Tita., dan Hana, Yunansah. (2018).
Pembelajaran Literasi: Strategi Meningkatkan kemampun Literasi Matematika, sains, Membaca, dan Menulis. Jakarta: Bumi Aksara.
Ahmad, Susanto. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Arifin, Z. (2014). Penelitian Pendidikan: Metode dan Paradigma Baru.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Badriyah, N., Sukamto, S., & Subekti, E. E. (2020). Analisis Kesulitan Belajar Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Pada Materi Pecahan Kelas III SDN Lamper Tengah 02: Analysis of Student Learning Difficulty in Solving Mathematics Stories in Grade III Solution Materials SDN Lamper Central 02. Pedagogik: Jurnal Pendidikan, 15(1), 10-15.
Cahyadi, F., & Wakhyudin, H. (2020). Analisis kesulitan siswa kelas ii sekolah dasar dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika materi perkalian dan pembagian. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar, 5(2), 183-190.
Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2018). Qualitative Inquiry and Research Design: Choosing Among Five Approaches. Sage Publications
Fahrurrozi, F., & Hamdi, S. (2017). Metode Pembelajaran Matematika.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Fauziah, E. Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) untuk Meningkatkan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika (Bachelor's thesis, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta).
Flick, U. (2018). An Introduction to Qualitative Research. Sage Publications.
Gusteti, M. U., & Neviyarni, N. (2022). Pembelajaran berdiferensiasi pada pembelajaran Matematika di kurikulum merdeka. Jurnal Lebesgue:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika, Matematika Dan Statistika, 3(3), 636-646.
Hanik, U., & Liansari, V. (2023). Analisis Kesalahan Peserta Didik dalam Menyelesaikan Soal Operasi Hitung Perkalian dan Pembagian Kelas III Sekolah Dasar. Pendas: Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 8(2), 4596- 4609.
Hariyanto, S. D. (2014). Belajar dan Pembelajaran †œTeori Dan Konsep Dasar.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Hernawan, M., Setianingsih, E. S., & Purnamasari, I. (2023). Analilis Kesulitan Belajar Materi Pembagian di Kelas IV Sekolah Dasar Ngegeri Wangunrejo
01. Pena Edukasia, 2(1), 27-33.
J Lexy, Moleong. (2016). Metodologi penelitian Kualitatif. Bandung : PT.
Remaja Rosdakarya
Lihu, M. A., & Zulfikar, R. N. (2021). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika dengan Pendekatan Konstruktivisme. MEGA:
Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 192-200.
Maulidi, R. P., & Yuhana, Y. (2024). MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI PEMBAGIAN DI KELAS IV SEKOLAH DASAR. Pendas:
Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, 9(1), 1736-1742.
Melani, S., Amaliyah, A., & Rini, C. P. (2022). Analisis Proses