POPA ADAPTASI MASYARAKAT NIAS DI DESA POPIAN
KECAMATAN BADIRI KABUPATEN TAPANUPI TENGAH
(Analisa Sejarah Sosial)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sejarah
OPEH:
HESRI JENFRIANI WARUWU 3103121029
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKUPTAS IPMU SOSIAP
i ABSTRAK
HESRI JENFRIANI WARUWU, NIM 3103121029. Pola Adaptasi Masyarakat Nias di Desa Lopian Kecamatan Badiri Kabupaten Tapanuli(Sejarah Analisa Sosial). Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial,Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kedatangan masyarakat Nias ke desa Lopian, Untuk mengetahui bagaimana adaptasi masyarakat Nias dengan lingkungan sekitar serta pola penghidupan masyarakat Nias dan perkembangannya.Dalam penelitian ini, Metode yang digunakan oleh peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field researgh) dengan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu peneliti langsung terjun melakukan pengamatan pada objek penelitian yang akan diteliti. Serta menguraikan dan menggambarkan keadaan objek yang dibigarakan berdasarkan data-data yang diperoleh.Untuk memperkuat literatur dilakukan study pustaka (library researgh) dengan mengumpulkan literatur maupun referensi yang berkaitan dengan penelitian. Dari hasil penelitan berdasarkan hasil wawangara dari para informan diperkirakan orang Nias telah ada di desa lopian sejak tahun 1930.kemudian masyarakat etnis Nias mulai berdatangan ke kampung Badiri yaitu sekitar tahun 1960-an. proses migrasi suku Nias ke desa Lopian dari daerah asal terjadi segara bertahap, yaituproses migrasi yang dilakukan para migran tidak langsung ke daerah tujuan tetapi mereka pertama kali melakukan migrasi di berbagai daerah di kabupaten tapanuli Tengah. Keadaan yang tidak aman dari daearh asal dan mmemperbaiki taraf perekonomian menjadi salah satu fagtor pendorong masyarakat Nias melakukan Migrasi. Berdasarkan hasil penelitian juga disimpulkan bahwa kedatangan etnis nias di desa lopian karena daerah lopian yang berkembang dan strategis. masyarakat etnis nias berperan besar dalam pembukaan lahan kosong di desa lopian kemudian di jadikan sebagai tempat pemukiman dan diolah menjadi lahan pertanian. Kehidupan masyarakat Nias di desa Lopian masih menggunakan bahasa Nias,dengan mata pengaharian sebagai petani,nelayan dan wiraswasta. Selain itu system kepergayaan masih lebih dominan beragama kristem protestan.Dalam rangka adaptasi di desa lopian, masyarakat etnis nias berusaha terbuka dan berbaur dengan etnis setempat yang telah terlebih dahulu menetap di desa lopian. Adaptasi yang sangat mengolok terjadi pada penggunaan bahasa,system kekerabatan dan kemasyarakatan,system kepergayaan,mata pengaharian,dan teknologi. Adat istiadat suku Nias ada yang masih dipertahankan ada juga yang mulai bergeser karena terjadinya penyerdehanaan dan penyesuaian dengan lingkungan dan masyarakat suku lain di desa lopian.
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan YME, atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik pada waktu yang telah ditetapkan. Penulis menyusun skripsi ini guna memenuhi syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan Fakultas Ilmu Sosial , Universitas Negeri Medan. Dalam rangka memenuhi tugas tersebut dan didorong oleh keinginan penulis untuk menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman maka penulis menyuusun skripsi yang berjudul “POLA ADAPTASI MASYARAKAT NIAS DI DESA LOPIAN KECAMATAN BADIRI KABUPATEN TAPANULI TENGAH .(Analisis Sejarah Sosial).”
Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala. Penulis sudah berusaha semaksimal mungkin didalam menyelesaikan skripsi ini walaupun penulis menyadari bahwa masih memiliki kekurangan didalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan agar para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk melengkapi skripsi ini.
iii
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Bapak Dr. H. Restu,MS. Selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial. 3. Bapak dan Ibu wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial
4. Ibu Dra. Flores Tanjung,MA selaku Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah 5. Bapak Drs. Yushar Tanjung, M.Si selaku sekretaris Jurusan Pendidikan
Sejarah dan dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak membantu penulis didalam menyelesaikan skripsi ini. Terimakasih buat pemikiran-pemikiran bapak yang telah merubah beberapa pemikiran penulis. Terimakasih juga buat bimbingan,arahan, dan masukan-masukan yang selama ini diberikan kepada penulis dalam menyusun skripsi ini. 6. Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum selaku dosen pembimbing akademik dan
penguji penulis yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa perkuliahan.
7. Bapak Dr. Hidayat, M.Si selaku dosen penguji ahli yang telah banyak memberikan pemikiran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Dra.Hafnita Sari Dewi Lubis,M.Si selaku dosen pembanding bebas yang banyak memberikan pandangan serta masukan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan sejarah serta tata usaha,terimakasih atas semua ilmu yang diberikan kepada penulis selama perkuliahan.
10. Pengurus Bappeda Tapanuli Tengah,Camat Kecamatan Badiri dan
stafnya,Lurah Kelurahan Lopian,serta para Narasumber. Terimakasih atas
bantuan dan segala informasi yang dibutuhkan oleh penulis baik data
iv
11. Kedua orangtua penulis yang terkasih,Rusudi Waruwu dan Yustania Lase. Terimakasih untuk setiap kasih dan cinta yang tidak pernah berkesudahan,motivasi dan dukungan yang diberikan kepada penulis. Ketiga adik-adik penulis yang terkasih Santo S. Waruwu,Nover Sulaiman Waruwu,sibungsu James Van alex waruwu, terimakasih atas dukungan dan kasih sayang kalian kepada penulis.
v
Skripsi ini bisa terselesaikan berkat bantuan dan doa dari semua pihak termasuk juga kepada pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satupersatu namanya. Akhir kata penulis mengucapjan terimakassih dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pembaca.
Medan, Desember 2014
Penulis
Hesri Jenfriani Waruwu
vi
T. Identifikasi Masalah ... 6
C. Perumusan Masalah ………. 6
TAT III METODOLOGI PENELITIAN ………. 21
A. Metodologi Penelitian ……… 21
T. Lokasi Penelitian ……… 22
C. Sumber Data ………... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ……… 23
vii
TAT 1V PEMTAHASAN ……… 25
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ……….. 25
1. Aspek Sejarah ………... 27
2. Aspek Demografis ………. 27
3. Aspek Pendidikan ………. 30
4. Aspek Agama ………. 31
T Sejarah Proses Masuknya Etnis Nias ke Desa Lopian Kecamatan Tadiri ... ………. 31
C. Kehidupan Masyarakat Etnis Nias di Desa Lopian ... 39
1. Tahasa ... 39
2. Sistem Kepercayaan... 40
3. Sistem Mata Pencaharian... 40
D. Pola Adaptasi Masyarakat etnis Nias Di Desa Lopian Kecamatan Tadiri……… .. 42
E. Tradisi Kehidupan Kaum Wanita Nias di Perantauan ... 57
TAT V KESIMPULAN DAN SARAN ………. 60
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA ………. 67
DAFTAR INFORMAN ………. 68
viii
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1. Luas wilayah Kecamatan Badiri ... 26 2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 28 3. Mata pencaharian masyarakat Desa Lopian ... 29 4. Sarana Pendidikan di Desa Lopian Berdasarkan
Tingkat Pendidikan ... 30 5. Jumlah Penduduk Desa Lopian Berdasarkan Agama
Yang dianut ... 31 6. istilah-istilah Pertalian keluarga suku Nias
Dan Perubahannya ... 45 7. Tata Cara adat Perkawinan Suku Nias Dan
1
BABBIB
PENDAHULUANB
A. LatarBBelakang
B
Letak wilayah yang strategis dari suatu daerah dan relatif mudah
dikunjungi dari transportasi apapun sering menjadi primadona bagi pendatang
yang ingin keluar dari tempat asalnya. Tidak jarang orang melintas wilayah
kampung halamannya untuk mendapatkan tempat pemukiman yang baru. Daya
tarik daerah luaar merupakan penariok yang membawa perantau meninggalakan
kampung halamannya. Demikian juga Tapanuli Tengah sebagai daerah yang
didiami oleh masyarakat yang multietnis antara lain suku Batak, Nias, Minang,
Jawa - Madura, Bugis, Cina, Aceh, dan lain-lain. Rupa-rupanya telah menjadi
daya tarik yang kuat sehingga mampu memikat perantau dari daerah yang
dimaksud di atas. Secara administratif Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah
terdiri atas 19 kecamatan, 24 kelurahan dan 154 desa. Luasnya wilayah ini
memberi peluang bagi masyarakat dari daerah lain untuk bermukim di daerah ini.
Sumber daya alam yang melimpah terutama dari laut dan juga sumber daya alam
dari darat yang belum diolah dan dapat diolah menjadi daya tarik masyarakat luar.
Salah satu etnis yang banyak merantau ke Kabupaten Tapanuli Tengah
adalah etnis Nias. Masyrakat perantau Nias merupakan komunitas sosial yang
berasal dari pulau Nias. Kelompok perantau Nias menetap di berbagai wilayah di
pesisir barat sumatera. Penyebaran orang Nias dapat dilihat dari Aceh sampai
Sumatera Barat. Di Aceh, komunitas yang merantau dapat dilihat pada
2
pulau pantai barat provinsi Aceh seprti di Aceh Barat dan juga di Aceh Selatan.
Mereka hidup beradaptasi di wilayah itu.
Masyarakat Nias juga merantau ke Sumatera Barat, mereka tinggal di
daerah pesisir seperti Pasaman dan pariaman. Di Sumatera Utara, perantau Nias
umumnya bermukim di Sibolga dan Tapanuli Tengah. Letak Nias dengan sibolga/
Tapanuli Tengah yang lebih dekat memudahkan masyarakat memasuki wilayah
ini melalalui jalur laut. Sibolga/ Tapanuli Tengah merupakan pilihan tempat
tinggal.
Migrasi masyarakat Nias ke luar dari daerah asalnya bukanlah merupakan
gerakan spontan. Karena keadaan geografis Nias yang berbukit-bukit
menyebabkan mata pencaharian penduduk terbagi atas dua, yaitu penduduk yang
tinggal di pesisir pantai berpenghidupan dari perikaanan(nelayan), dan penduduk
yang berada di dataran tinggi akan mengusahakan pertanian dalan perladangan
sebagai mata pencaharian. Dalam mengusahakan pertanian dan perkebunan,
relatif sederhana dengan sistem irigasi yang tidak berkembang. Mata pencaharian
yang lainnya adalah beternak , yaitu beternak babi dan ayam serta jenis hewan
lainnya yang dapat dikelola dalam skala kecil di tiap rumah tangga. Pengelolaan
sumber daya ekonomi yang termasuk sederhana dan tradisional, telah mendorong
masyarakat untuk mengembangkan sumber daya ekonomi lain. Wilayah pertanian
yang terbatas, variasi tanaman yang cenderung monoton. Kurang dinamisnya
perekonomian di Nias merupakan fenomena yang cenderung masyarakat untuk
mencari alternatif lain.(Legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias, Ketut
3
Beban hidup masyarakat Nias dengan pola budaya konsumtif dapat
diamati dari siklus kehidupan dan tradisi “Bōwō”. Tradisi Bowo lazim
ditampilkan dalam proses perkawinan. Sebagai masyarakat yang hidup dalam
lingkungan adat dan tradisi lokal,terutama dalam sistem Perkawinan, di dalam
masyarakat Nias dikenal istilah Böwö (mahar)yang sangat tinggi. Hal ini bisa
terjadi karena kebiasaan masyarakat Nias jika pesta perkawinan banyak sekali
yang harus di folaya (dihormati dengan cara memberi babi). Selain itu, babi pun
banyak yang harus disembelih dengan berbagai macam fungsional adatnya.
Tingginya mahar tersebut tidak sebanding dengan mata pencaharian masyarakat
Nias yang sangat terbatas,sehingga memperburuk keadaan ekonomi masyarakat
Nias itu sendiri sehingga mengarah ke kemiskinan.
Kemiskinan menjadi salah satu pendorong yang membuat warga Nias
banyak yang keluar dari Nias dan merantau ke berbagai daerah luar Nias.
Kemiskinan fungsional telah melanda kondisi masyarakat secara struktural.
Fungsi-fungsi budaya yang mengikat secara struktur sosial mengakibatkan
munculnya budaya kemiskinan yang dihadapi dengan ringkih anggota masyarakat
yang tidak kuat dengan tradisi lokal yang cenderung mengikat, menjadi
pendorong untuk keluar secara fisik. Keluar secara fisik maksudnya adalah
meninggalkan kampung halamn secara permanen dan mencoba peruntungan di
daerah lain. Daerah lain yang dimaksud adalah kawasan atau tempat yang
ditengarai dapat memberikan jalan keluar dari beban hidup secara tradisional
dengan tetap mempertahankan tradisi yang dapat memperkuat identitas sebagai
4
konsumtif. Salah satu daerah yang dituju adalah Tapanuli Tengah- Sibolga.
Alasan mengapa daerah-daerah ini menjadi daerah sasaran perantauan warga Nias
tidak lebih dari pertimbangan jarak dan strasegisnya daerah yang dituju tersebut.
Awalnya,kebanyakan masyarakat Nias lebih memilih merantau ke daerah
yang jauh dari perkotaan dan sebagiannya lagi ke kawasan perkotaan untuk
melanjutkan pendidikan. Pemilihan wilayah sesuai keahlian dan komunikasi yang
dikuasai. Hampir di seluruh daerah kecamatan Badiri dan tersebar masyarakat
Nias,salah satunya desa Lopian. Desa Lopian merupakan salah kawasan
pemukiman etnis Nias di Kecamatan Badiri, karena kawasan ini dinilai dapat
menunjang penghidupan masyarakat.
Untuk menunjang hidupnya setiap masyarakat pasti memiliki
penghidupan( mata pencaharian utama). Karena keterbatasan keahlian dan
kemampuan, masyarakat Nias awalnya memilih membuka lahan dan bertani.pada
saat itu, wilayah desa lopian sebagian besar terdiri dari hutan. Perkampungan
penduduk masih sedikit dan masih banyak lahan kosong. Keadaan ini menjadi
penarik bagi masyarakat Nias melakukan penjajakan terhadap lahan yang kosong
dan membuka lahan pertanian. Akan tetapi, karena lahan yang kurang
mendukung dan seiring berjalannya waktu masyarakat Nias mulai beradaptasi
dengan daerah dan masyarakat setempat yang adalah nelayan( parbagan) .
Masyarakat Nias pun beralih profesi menjadi nelayan. Penghidupan menjadi
nelayan ternyata tidak selamanya berjalan dengan lancar, terutama pasca kejadian
5
itu bahan bakar minyak sangat susah diperoleh dan terjadi pelunjakan harga.
Masyarakat Nias di daerah ini banyak mengalami kerugian.
Sebagaimana yang umum diketahui bahwa pada saat terjadinya
perpindahan penduduk maka tak dapat dipungkiri bahwa kelompok etnis
pendatang yakni kaum perantau di daerah yg baru dimasuki itu, maka segala
atribut yang melekat pada diri dan kebudayaannya dari daerah asal akan terbawa
ke daerah yang baru tersebut. Begitu juga dengan masyarakat nias yang erat
kaitannya dengan minuman khasnya tuak suling(tuo nifaro). Di tengah krisis
ekonomi yang terjadi pada saat itu, para perantau masyarakat Nias korban gempa
mulai mengenalkan dan mengembangkan pengolahan tuak suling di Desa Lopian.
Usaha kecil tersebut menghasilkan keuntungan yang cukup menjanjikan. Sejak
saat itu, masyarakat Nias yang telah lama bermukim di desa tersebut kembali
beralih profesi mengolah tuak suling dan meninggalkan penghidupan nelayan.
Usaha tersebut masih bertahan hingga sekarang walaupun izin dari usaha
pengolahan tuak tersebut tidak ada(tidak resmi). Karena banyaknya permintaan
konsumen dari luar, hampir 90% masyarakat Nias yang bermukim di desa lopian
memiliki penghidupan(mata pencharian) menjadi pengolah tuak suling.
Agar dapat berinteraksi dengan baik dan demi kelangsungan hidup,
masyarakat etnis Nias harus bisa beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Adaptasi perlu agar manusia atau kelompok masyarakat dapat
bertahan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada ditempat baru. Masyarakat
Nias dapat bertahan hidup dan memilih tinggal menetap di desa Lopian
6
menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan lingkungan yang ada. Dimana di desa
Lopian terdiri dari beberapa etnis yaitu Batak Toba, Mandailing, dan sebagian
etnis Jawa(madura) dan memiliki perbedaan agama yaitu Islam , dan Kristen,
namun mereka bisa hidup secara berdampingan damai dan harmonis. Berdasarkan
uraian di atas, peneliti tertarik untuk lebih jauh mengetahui tentang pola adaptasi
masyarakat etnis Nias di Desa Lopian Kecamatan Badiri,Kabupaten Tapauli
Tengah.
B. IdentifikasiBMasalahB
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi identifikasi
masalah dalam penelitian adalah :
1. Latar belakang masyarakat etnis Nias merantau ke Tapanuli Tengah
2. Adaptasi masyarakat etnis Nias di Desa Lopian kecamatan Badiri,
Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Penghidupan masyarakat etnis Nias di Desa Lopian, Kecamatan Badiri
C. PerumusanBMasalahB
Adapun yang menjadi perumusan masalah adalah :
1. Apa yang melatarbelakangi migrasi masyarakat Nias?
2. Bagaimana proses masuknya masyarakat Nias ke Desa Lopian
Kecamatan Badiri, Kabupaten Tapanuli Tengah.
3. Bagaimana adaptasi masyarakat Nias dengan lingkungan sekitar Desa
Lopian
4. Apa mata pencaharian masyarakat Nias di Desa Lopian?
7
D. TujuanBPenelitianB
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui proses kedatangan masyarakat Nias ke desa
Lopian,
2. Untuk mengetahui Kehidupan masyarakat Nias di Desa Lopian
Kecamatan Badiri.
3. Untuk mengetahui bagaimana pola adaptasi masyarakat Nias dengan
lingkungan sekitar.
E. ManfaatBPenelitianB
Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menanbah pengetahuan dan informasi tentang masuknya
masyarakat etnis Nias ke desa Lopian kecamatan Badiri, Kabupaten
Tapanuli Tengah serta pola penghidupannya.
2. Sebagai bahan masukan bagi peneliti khususnya dalam pembuatan
karya tugas ilmiah berbentuk skrpsi.
3. Sebagai bahan masukan dan perbandingan bagi mahasiswa jurusan
pendidikan sejarah maupun mahasiswa lainnya dengan bidang
penelitian yang sama pada lokasi yang berbeda.
4. Sebagai bahan masukan terhadap sejarah lokal.
5. Menambah informasi bagi masyarakat umumnya dan mahasiswa
60
BABBV
KESIMPULANBDANBSARANB
A. KesimpulanBB
setelah penulis mempelajari dan meneliti kehidupan masyarakat Nias di desa Lopian serta adaptasinya, melalui observasi,wawancara dan peneliitian literatur maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini,yaitu :
1. kedatangan etnis nias di desa lopian karena daerah lopian yang berkembang dan strategis. Untuk mencari penghidupan yang lebih baik.
2. masyarakat etnis nias berperan besar dalam pembukaan lahan kosong
di desa lopian kemudian di jadikan sebagai tempat pemukiman dan diolah menjadi lahan pertanian.
3. Dalam rangka adaptasi di desa lopian, masyarakat etnis nias berusaha terbuka dan berbaur dengan etnis setempat yang telah terlebih dahulu menetap di desa lopian.
4. Adaptasi yang sangat mencolok terjadi pada penggunaan
bahasa,system kekerabatan dan kemasyarakatan,system
kepercayaan,mata pencaharian,dan teknologi.
5. Adat istiadat suku Nias ada yang masih dipertahankan ada juga yang
mulai bergeser karena terjadinya penyerdehanaan dan penyesuaian dengan lingkungan dan masyarakat suku lain di desa lopian.
B. SaranBB
1. sebagai etnis pendatang hendaknya suku nias khususnya di desa lopian dapat mempertahankan rasa kebersamaan diantara etnis-etnis lainnya. 2. Perilaku adaptasi perlu dikembangkan,baik itu sikap toleran yang
positif dan saling menghargai menerima perbedaan satu sama lain. 3. Mengenalkan dan mengajarkan kepada anak-anak generasi sekarang
tentang adat istiadat dan bahasa nias,karena saat ini banyak anak-anak
61
suku nias baik itu yang masih kecil dan remaja tidak mengetahui tentang adat istiadat suku nias dan bahasanya.
4. Sebagian adat Nias perlu diubah terutama mengenai bowo(mahar) tinggi yang masih dipertahankan dalam perkawinan.
5. Seiring berkembangnya kemajuan zaman masyaarkat etnis Nias harus
62
DAFTAR PUSTAKA
Bakker SJ, J.W.M,1984. Filsafat Kebudayaan: Sebuah Pengantar. Penerbit
Yayasan Kanisius: Yogyakarta.
BPS Kabupaten Tapanuli Tengah.2013. Kecamatan Badiri Dalam Angka 2013.
BPS Tap-Teng: Pandan.
Goldschider Calvin,1985.Populasi,Modernisasi, Dan struktur Sosial. Penerbit
CV. Rajawali: Jakarta.
Haviland William A.1985. Antropolgi Jilid 2. Erlangga:Jakarta
Ihromi T.O.2006. Pokok-pokok Antropologi Budaya. Yayasan Obor Indonesia:
Jakarta.
Koentjaraningrat.1983. Metode-Meode Penelitian Masyarakat.Penerbit
PT.Gramedia: Jakarta.
Koentajaraningrat.2002. Pengantar Ilmu Antropologi.Rineka Cipta:Jakarta
Koentjaraningrat.2007. Manusia Dan Kebudayaan di Indonesia.Penerbit
Djambatan: Jakarta.
Naim Mochtar.2013. Merantau: Pola Migrasi Suku Minangkabau.Rajawali Pers:
Jakarta.
Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Tengah.2007. Sejarah Singkat Hari Jadi
Kabupaten Tapanuli Tengah. CV. Kasih Photo: Pandan.
Soelaeman Munandar,2005. Ilmu Budaya Dasar. PT. Refika Aditama: Bandung.
63
Wiradnyana Ketut.2010.Legitimasi Kekuasaan Pada Budaya Nias. Yayasan
Pustaka Obor Indonesia; Jakarta.
Wisadirana Darsono,2002. Sosiologi Pedesaan: Kajian Kultural dan Struktural