• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Skripsi Manajemen Sumberdaya Perikanan: Studi Budidaya Ikan Nila dan Kualitas Air

N/A
N/A
MATEK 2017

Academic year: 2025

Membagikan "Proposal Skripsi Manajemen Sumberdaya Perikanan: Studi Budidaya Ikan Nila dan Kualitas Air"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL SKRIPSI

Sebagai Syarat Untuk Menyusun Skripsi Program Studi Manajemen Sumberdaya Perikanan

Diajukan Oleh:

Abdul Aziz NIM. 1711001

PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SINJAI TAHUN 2023

i

(2)

DAFTAR ISI

SAMPUL... i

HALAMAN JUDUL... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

KATA PENGANTAR... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR GAMBAR... xi

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan Penelitian... 5

C. Rumusan Masalah... 5

D. Manfaat Masalah... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

A. Definisi Dan Morfologi Ikan Nila... 6

B. Laju Pertmbuhan Ikan Nila... 7

C. Kualitas Air... 8

D. Standar Baku Mutu Air... 10

E. Komponen Pencemaran Air... 11

F. Kolam Budidaya Ikan Nila... 15

BAB III METODE PENELITIAN... 16

A. Metode Penelitian... 16

B. Waktu Dan Tempat Penelitin... 16

C. Alat Dan Bahan... 16

D. Pelaksanaan Penelitian... 16

E. Parameter Pengamatan... 17

DAFTAR PUSTAKA... 20

ii

(3)

Salah satu jenis perikanan yang dibudidayakan di Indonesia adalah ikan nila. Berdasarkan data kementerian kelautan dan perikanan mencatat jumlah produksi ikan nila pada tahun 2021 mencapai 1,35 juta ton dengan nilai jual Rp.

33,62 trilun. Jumlah ini lebih besar dari tahun 2019 sebesar 9,63% dimana jumlah produksinya mencapai 1,23 juta ton dengan nilai jual mencapai Rp. 29,19 triliun (Sarnita Sadya, 2022). Pada tahun 2022 jumlah Produksi perikanan di provinsi Sulawesi Selatan sesuai data badan sktatistik dinas kelautan dan perikanan mencapai 1.099.229.3ton. Adapun jumlah produksi ikan nila di provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 11, 82 ribu ton pada tahun 202. Jenis perikanan yang menjadi komoditas unggul dalam perikanan budidaya di Sulawesi Selatan adalah ikan nila (Mochamad Asry Aziz, 2023). Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa komoditas ikan nila menjadi salah satu komoditas yang dibudidayakan oleh masyarakat di Indoensia.

Pada awal nya ikan nila merupakan salah satu komoditas perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan nila bukan asli perairan Indonesia, melainkkan dari Afrika. Menurut sejarah, ikan nila berasal dari Afrika kemudian ikan nila pertama kali di datangkan dari Taiwan di balai penelitian Air Tawar Bogor pada tahun 1969. Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini di sebarluaskan kepada petani diseluruh Indonesia dan dikatakan ikan nila berdasarkan ketetapan Direktor jenderal perikanan tahun 1972. Jadi nama ikan nila di berikan oleh pemerintah Indonesia. Nama ini di ambil dari spesies ikan ini yakni Nilotica yang kemudian di ubah menjadi ikan nila.Para pakar perikanan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus dan Oreochromis sp. dan dalam bahasa inggris di kenal sebagai nila tilapia (Zainul Imran, 2018).

1

(4)

2

Ikan nila merupakan salah satu organisme tingkatan tropik tertinggi dalam suatu perairan. Kelangsungan hidup ikan nila dipengaruhi oleh faktor fisik, kimia dan biologis. Ikan nila adalah ikan air tawar yang memiliki kemampuan adaptasi diri yang baik terhadap lingkungan, sehingga menjadi salah satu komoditas yang unggul bagi budidaya perikanan di Indonesia. Ikan nila adalah salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki kandungan nutrisi seperti protein yang memiliki jumlah yang cukup tinggi dalam daging ikan nila (Deidy Azhari dan Aprelia Martina Tomasoa, 2018).

Budidaya ikan nila yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia sebagian besar dilakukan di kolam. Hal ini di dasarkan pada alasan operasional antara lain mempermudah pemberian pakan, pengawasan dan keamanan, pengendalian hama dan penyakit serta proses pemanenan. Kondisi kolam yang digunakan sangat berpengaruh terhadap hasil akhir kegiatan budidaya ikan nila, sehinggan di butuhkan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menghasilkan ikan nila dengan yang baik dan bernilai ekonomis yang tinggi.

Salah satu hal yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan nila adalah pemberian pakan yang baik dan kualiatas air. Air adalah media pemeliharaan ikan yang harus selalu diperhatikan kualitasnya karena sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan. Kualiatas suatu perairan merupakan syarat penting yang dapat mempengaruhi kelangsungan hidup ikan, baik pada perkembangan, pertumbuhan, dan produksi ikan (Safira Rahma Fauzia dan Sugeng Heri Suseno, 2020).

Kualiatas pada budidaya ikan nila memiliki peranan penting untuk menetukan keberhasilan budidaya ikan nila. Kualitas air yang tidak baik akan mempengaruhi kesehatan ikan yang dapat mengakibatnya terjadinya gagal panen. Beberapa faktor yang mempengaruhi kualitas air adalah pH dan kekeruhan air (Satya Pradhana, Hurriyatul Fitriyah Dan Mochammad Hannats Hanafi Ichsan, 2021).

(5)

Dalam pembudidayaan ikan nila, sumber air yang digunakan harus memenuhi persyaratan baik parameter fisik dan kimia. Sifat fisik air bertujuan untuk menyediakan ruang gerak bagi ikan dan sifat kimia bertujuan sebagai penyedia unsur-unsur ion, gas-gas terlarut, pH dan sebagainya. Permasalahan yang sering timbul dalam budidaya ikan nila adalah kualitas perairan atau air yant tidak stabil, sedangkan kualiatas air sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, mengingat air adalah media hidup ikan, jika perairan tercemar, maka akan mengganggu pertumbuhan ikan yang dibudidayakan (Willem H. Siegers, Yudi Prayitno Dan Annita Sari, 2019).

Dalam melakukan kegiatan budidaya perlu dilakukan analisis terhadap lingkungan perairan yang akan digunakan, kegiatan ini merupakan aspek yang penting untuk dilakukan dalam penentuan keberhasilan kegiatan budidaya.

Kualitas suatu perairan memiliki pengaruh besar dalam menentukan kelangsungan hidup organism dalam kegiatan budidaya, yang meliputi aspek fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika merupakan aspek yang diamati akibat adanya perubahan fisika perairan yang meliputi cahaya, suhu perairan, kecerahan perairan, kekeruhan air, warna air, padatan tersuspensi air, padatan terlarut serta salinitas perairan. Sedangkan untuk parameter kimia dilakukan pengamatan akibat adanya reaksi kimia yang disebabkan oleh pertukaran ion-ioon terlarut dalam perairan, serta parameter biologi yang disebabkan oleh organisme akuatik yang hidup bersalam dalam perairan budidaya seperti tumbuhan maupun hewan mikro dan makro (Yadus, 2020).

Ketersediaan air yang digunakan dalam pemeliharaan pembenihan ikan nila harus sesuai dan memenuhi persyaratan. Kualitas air merupakan komponen vital untuk pertumbuhan ikan, sehingga kualitas air yang kurang baik akan mengakibatkan pertumbuhan ikan menjadi terganggu dan lambat. Adapun suhu yang optimal untuk ikan nila berkisar antara 250 C-300 C, konsentrasi oksigeen terlarut (DO) yang semakin banyak akan semakin bagus bagi budidaya perairan,

(6)

4

tetapi yang baik untuk DO air antara 5-7 ppm, pH air yang baik untuk budidaya ikan nila antara 6-8,5 dengan kisaran optimum 7-8, dan kecerahan air yang baik dan disukai oleh ikan nila berkisar antara 20-35 cm (Indrianti dan hafiludin, 2022).

Dalam bidang budidaya perikanan kualitas air memegang peranan penting karena seluruh siklus hidup biota yang dipelihara berada dalam air.

Selain air yang harus jernih, bebas pencemaran, air yang dikhususkan untuk kegiatan budidaya harus pula diperhatikan sifat fisika dan kimia dari air tersebut.

Sifat fisika dan kimia merupakan parameter kelayakan kualitas air dalam sebuah budidaya perikanan. Parameter kualitas air pada lokasi budidaya merupakan cerminann dari faktor fisika, kimia dan biologi perairan, dimana parameter tersebut harus dapat dikelolah dengan baiik, sehinggga dapat mendukung pertumbuhan ikan (Yuniari Koniyo,2020).

Berdasarkan penjelasan diatas bahwa kualitas air menjadi faktor penting dalam budidaya ikan nila, dimana kualitas air yang tidak baik akan mengganggu proses perkembanngan dan pertumbuhan ikan nila yang dapat berdampak pada keberhasilan budidaya. Sehingga dalam hal ini, peneliti akan melakukan penelitian mengenai “Analisis Kualiatas Air Budidaya Ikan Nila Kolam di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat”, agar keberhasilan budidaya dan hasil produksi yang baik dapat dicapai.

Analisis kualitas air diperlukan agar peneliti dapat mengetahui bagaimana status kelayakan kualitas air yang digunakan terhadap budidaya ikan nila yang dilakukan di Desa Turungan Baji. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan diatas bahwa perlukanya dilakukan analisis agar agar dapat mengetahui apakah kualitas air yang digunakan selama penelitian sesuai dengan standar parameter kelayakan hidup ikan nila, hal ini bertujuan agar ikan nila yang dibudidayakan dapat memperoleh sumber air dan kualitas air yang sesuai terhadap kelangsungan dan kemampuan hidup ikan nila.

(7)

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil analisis terhadap kelayakan kualitas air dalam budidaya ikan nila kolam di desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana kelayakan kualitas air terhadap pertumbuhan ikan nila yang dipelihara pada kolam di desa Turungan Baji..

2. Bagaimana pengaruh kualitas air terhadap pertumbuhan ikan nila.

3. Bagaimana pengaruh kualitas air terhadap keberhasilan budidaya dan hasil produksi ikan nila kolam di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat.

D. Manfaat penelitian

Sejalan dengan permasalah dan tujuan yang diteliti, maka manfaat dalam peneltian ini yatu sebagai berikut :

1. Sebagai referensi dan bahan pertimbangan bagi pemerintah dan pembudidaya agar usaha budidaya yang dilakukan semakin baik.

2. Sebagai bahan refrensi bagi masyarakat khususnya petani budidaya ikan nila untuk mengetahui bagaimana pengaruh kualitas air terhadap keberhasilan budidaya.

3. Sebagai bahan referensi bagi masyarakat, civitas akademik untuk mengetahui bagaimana kualitas air yang sesuai dan hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam budidaya ikan nila.

4. Sebagai bahan refrensi bagi mahasiswa maupun civitas akademik untuk penelitian lebih lanjut mengenai analisis kelayakan kualitas air bagi pertumbuhan ikan nila kolam.

(8)

BAB II KAJIAN TEORI A. Definisi Dan Klasifikasi Ikan Nila

Ikan nila adalah salah satu ikan air tawar yang memiliki nilai konsumsi yang cukup tinggi. ikan nila berasal dari sungai nil dan danau-danau disekitarnya, dan saat ini tersebar di lima benua beriklim tropis dan subtropis. Ikan nila tidak dapat bertahan dengan baik diwilayah yang dingin (Suprianto, Endan Sri Redjeki, dan Muh. Sulaiman Dadiono, 2018).

Ikan nila merupakan salah satu komudita perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan nila bukan asli perairan Indonesia, melainkkan dari afrika.

Menurut sejarah, ikan nila berasal dari Afrika kemudian ikan nila pertama kali di datangkan dari Taiwan dibalai penelitian Air Tawar Bogor pada tahun 1969.

Setelah melalui masa penelitian dan adaptasi, ikan ini di sebarluaskan kepada petani di seluruh Indonesia dan di katakan ikan Nila berdasarkan ketetapan Direktor jenderal perikanan tahun 1972. Jadi nama ikan nila di berikan oleh pemerintah Indonesia. Nama ini di ambil dari spesies ikan ini yakni Nilotica yang kemudian di ubah menjadi ikan nila.Para pakar perikanan bahwa nama ilmiah yang tepat untuk ikan nila adalah Oreochromis niloticus dan Oreochromis sp.dan dalam bahasa inggris di kenal sebagai nila tilapia (Zainul Imran, 2018).

Secara morfologi ikan nila memiliki bentuk tubuh yang pipih dan lebar, tubuhnya relatif lebih kecil daripada panjang tubuhnya, memiliki sisik yang besar dan kasar, serta kepala relatif kecil. Berdasarkan jenis siripnya untuk ikan nila merah mempunyai sirip dada, sirip perut, sirip punggung, sirip ekor, serta sirip anal, selain itu ada gurat sisi pada ikan nila tidak terputus (Achmad Rofi Andrean, 2018).

Ikan nila memiliki ciri morfologis yaitu berjari-jari keras, sirip perut torasik, letak mulut subterminal dan berbentuk meruncing. Selain itu, tanda

6

(9)

lainnya yang dapat dilihat dari ikan nila adalah warna tubuhnya hitam dan agak keputihan. Bagian tutup insang berwarna putih, sedangkan pada nila lokal putih agak kehitaman bahkan kuning. Sisik ikan nila berukuran besar, kasar dan tersusun rapi. Sepertiga sisik belakang ikan nila menutupi sisi bagian depan. Ikan nila mempunyai garis linea lateralis yang terputus antara bagian atas dan bawah.

Linea lateralis bagian atas memanjang mulai dari tutup insang hingga belakang sirip punggung sampai pangkal sirip ekor (Sri Lestari, 2018).

Adapun klasifikasi ikan nila menurut Saanin (1984) dalam Sayu Kade Rahayu Ningsi (2021) dapat dijelaskan sebagai berikut :

Gambar 2.1 ikan nila (Oreochromis niloticus) Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata Kelas : Osteichtyes Subkelas : Achanthopterygii Ordo : Perchmorphi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus B. Laju Pertumbuhan Ikan Nila

pertumbuhan didefinisikan sebagai perubahan ikan dalam bobot, panjang, maupun volume seiring dengan berubahnya waktu. Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang

(10)

8

berhubungan dengan sifat genetik ikan. Faktor eksternal meliputi sifat fisika dan kimia air, ruang gerak serta ketersediaan makanan (Suprianto, Endah Sri Redjeki dan Sulaiman Dadiono, 2018).

Pertumbuhan merupakan proses terjadinya suatu perubahan pada tubuh suatu organism seperti pertambahan panjang dan juga berat yang dapat dilihat dari perubahan ukuran panjang dan berat dalam satuan waktu. Kualitas dan kuantitas pakan mempengaruhi pertumbuhan ikan nila, selain itu umur dan kualitas air mampu mempengaruhi pertumbuhann ikan nila (Nurul Ellen Francisca dan Firman Farid Muhnsoni, 2021).

Ikan nila jantan memiliki laju pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan ikan nila betina. Laju pertumbuhan ikan nila jantan rata-rata 2,1 gram/hari, sedangkan laju pertumbuhan ikan nila betina rata-rata 1,8 gram/hari.

Pada waktu pemeliharaan 3-4 bulan, dapat diperoleh ikan nila berukuran rata-rata 250 gram dari berat awal ikan nila 30-50 gram. Selain pertumbuhannya 12 yang cepat, ikan nila juga memiliki tingkat kelangsungan hidup yang tinggi pada masa pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila dalam kegiatan pembenihan adalah 80%, kemudian untuk kegiatan pembesaran adalah 65-75%. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup benih ikan nila adalah faktor genetik, kualitas air, pakan, serta hama dan penyakit (Suriadi, 2019).

C. Kualitas Air

Air merupakan sebuah zat yang dapat berwujud berupa padatan (es), cairan (air), dan gas (uap air). Air adalah zat yang memiliki subtansi kimia dengann rumus H2O, satu atom oksigen. Air memiliki sifat yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau dalam kondisi standar (Gde Raka Wyadnyana, 2020).

Air adalah sebuah unsur utama dalam protoplasma dan merupakan satu- satunya bahan dimana fenomena kehidupan diwujudkan. Air memiliki proses

(11)

perjalanan dimulai dari sumber asalnya sebelum sampai ke konsumen melalu berbagai cara. Dalam perjalanannya air mendapat pencemaran, baik pencemaran secara fisik, kimia maupun bakteriologis yang akibanya dapat menyebabkan beberapa dampak kepada yang mengkonsumsinya baik secara langsung maupun tidak langsung tergantung dari cara penyediannya. Secara langsung air yang dikonsumsi dapat menyebabkan terjadinya penyebaran penyakit diare. Melalui penyediaan air bersih yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas di suatu daerah diharapkan dapat menekan seminimal mungkin penyebaran penyakit menular melalui (Nasarius Salsus Yadus, 2020).

kualitas air adalah keadaan dan sifat fisik, kimia dan biologis suatu perairan yang dibandingkann dengan standar kelayakan untuk persyaratan keperluan tertentu, misalnya kualitas air untuk perikanan, pertanian, dan air minum, rumah sakit, industri dan lain sebagainya. Sehingga menjadikan persyaratan kualitas air berbeda-beda sesuai dengan peruntukannya (Yuniarti Koniyo, 2020).

Kualitas air adalah tingkat kesesuaian air pada penggunaan tertentu, seperti air minum, perikanan, perairan atau irigasi, rekreasi, dan sebagainya.

Kualiatas air menentukan kegunaan dari air tersebut (Sofiatul Afidah, 2021).

Kegunaan air menurut kelasnya telah diatur dalam peraturan pemerintah np. 82 tahun 2001 yaitu sebagai berikut :

1. Kelas satu, air yang dapat digunakan untuk bahan baku air minum atau peruntukan lainnya mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

2. Kelas dua, air yang dapat digunakan untuk prasarana/ sarana rekreasi air, budidaya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

(12)

10

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk budidaya ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu yang sama dengan kegunaan tersebut

4. Kelas empat, air yang dapat digunakan untuk mengairi pertanaman pertanian dan/atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut

D. Standar Baku Mutu Air

Baku mutu air adalah standar atau ukuran batasan kadar makhluk hidup, zat, energy atau komponen yang ada atau harus ada dan unsure pencemaran yang masih boleh ada di dalam badan air untuk berbagai kebutuhan (Redaksi, 2022).

Penentuan baku mutu air dapat diuji dan diukur menggunakkan parameter kimia, fisika dan biologis untuk menentukan kesesuaian air terhadap peruntukan air tersebut. Setiap parameter kimia sangat berpengaruh terhadap laju pertumbuhan ikan yang dibudidaya, sehingga sangat penting untuk dikelolah dan di perhatikan (sumber aneka karya abadi, 2020).

Status mutu air adalah tingkat kondisi mutu air yang menunjukkan bahwa air tersebut dikategorikan tercemar dalam kondisi baik dalam waktu tertentu dengan membandingkan baku mutu yang ditetapkan (Angel Dwi Gusti Linting, 2022)

Air yang digunakann sesua dengan peruntukannya harus memenuhi standar baku mutu air yang dapat digunakan ooleh makhluk hidup, koomponen, zat sehingga dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya dengann memperhatikan unsuur pencemaran sehingga dapat dilkkukan pengelolaan kualitas air dalam menngendalikan limbah cair sesuai dengan lampiran PP No.

82 tahun 2001 tentang pengendalian kualitas air dan pengendalian pencemaran air (Ade Lenty Hoya, 2021).

(13)

Peraturan pemerintah no. 82 tahun 2001 telah mengatur standar baku mutu air sesuai dengan kelas air yang dapat dilihat pada tabel 2.1, yaitu sebbagai berikut:

Tabel 2.1 Standar Parameter Baku Mutu Air Pada Kelas Air Parameter Baku Mutu Kelas Air

Satuan

I II III IV

Suhu Dev 3 Dev 3 Dev 3 Dev 3 oC

TSS 50 50 400 400 Mg/l

pH 6 6-9 6-9 6-9

Nitrit 0,06 0,06 0,06 - Mg/l

Nitrat 10 10 20 20 Mg/l

Amonia 0,5 - - - Mg/l

TDS 0,2 0,2 1 5 Mg/l

E. Komponen Pencemar Air

Pencemaran air adalah proses terlarutnya zat, energi atau komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia atau makhluk hidup, sehingga menyebabakan kualitas air menurun sampai pada tingkatan tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai peruntukannya. Air dikategorikan tercemar jika kualitas air mengalami penurunan disebabkan kadar zat atau energy yang didalam air telah melebihi kadar yang diperuntukan keberadaanya didalam air, sehingga dikatakan air telah melebihi baku mutu yang ditetapkan sehingga tidak bisa digunakan sesuai dengan peruntukannya (ersa pina safitri, 2021).

Pencemaran pada air dapat diakibatkan oleh faktor fisika dan kimia yang ditentukan dengan parameter pencemaran air untuk mengetahui kondisi terkini air. Berikut ini komponen pencemaran air berdasarkan parameter pencemaran :

(14)

12

1. Parameter Pencemaran Secara Fisika

a. Warna, bau, dan rasa (kecerahan dan kekeruan air)

Perubahan tersebut disebabkan adanya buangan dalam proses kimia atau dari degradasi senyawa organik larut di air. Namun air yang jernih bukan berarti bebas dari pencemar, ada juga buangan dari industri yang tidak berwarna sehingga tidak terlihat berbahaya, padahal terdapat bahan pencemar.

Warna merupakan estetika dalam air yang sering menjadi pertimbangan.

Namun sangat penting untuk dapat membedakan antara warna asli 15 air akibat zat-zat yang tersuspensi. Banyak konsumen dan pihak industri yang menolak penggunaan air yang warnanya mencolok karena estetika.

Warna juga dapat diakibatkan adanya kekeruhan ditandai dengan adanya partikel tanah liat lempung, limbah rumah tangga bahkan penanda adanya mikroorganisme dalam jumlah besar. Material berupa koloid juga menyebabkan air menjadi keruh sehingga kurang menarik dan mungkin bisa berbahaya.

Asal bau bisa dari gas ataupun senyawa kimia dari buangan industri.

Degradasi limbah rumah tangga dengan senyawa organik juga dapat menimbulkan gas bau karena adanya proses perubahan senyawa yang mengandung belerang dan nitrogen menjadi gas berbau. Air juga dapat berubah kadar rasanya. Perubahan terjadi akibat melarutnya garam menjadi ion berbentuk kation dan anion. Biasanya perubahan rasa akan mempengaruhi pH. Warna dan bau merupakan faktor fisik yang berhubungan dengan kandungan air, antara lain berkaitan dengan kandungan TSS dan BOD (Ade Lenty Hoya, 2021).

b. Suhu

Suhu sangat mempengaruhi pola penyebaran dan kelimpahan biota perairan. Secara umum laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan

(15)

kenaikan suhu. Dampak yang terjadi akibat peningkatan suhu berupa penurunan jumlah oksigen terlarut, peningkatan reaksi kimia, maka akan berkurangnya aktivitas kehidupan organisme perairan tersebut.

Peningkatan suhu mengakibatkan peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi, volatilisasi, serta menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air (gas O2,CO2, N2,CH4) (Merliyana, 2017)

c. TDS (Total Dissolved Solid)

Total disolve solid merupakan bahan terlarut dengan diameter kurang dari 10-6 mm serta koloid berdiameter 10-6 - 10-3 mm didalamnya ada senyawa kimia serta bahan lain tertinggal/ tak tersaring di kertas saring berukuran diameter 0,45µm, TDS dipengaruhi limpasan tanah, pelapukan batuan dan adanya pengaruh antropogenik (industri serta domestik) (Ade Lenty Hoya, 2021).

d. TTS (Total Suspended Solid)

TSS (Total Suspended Solid) merupakan semua zat padatan tersuspensi seperti pasir, lumpur, pasir halus tanah liat, kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa ke badan air maupun partikel-partikel yang tersuspensi dalam air dan dapat berupa komponen hidup (biotik) seperti fitoplankton, zooplankton, bakteri, fungi, ataupun komponen mati 16 (abiotik) seperti detritus (hasil dari penguraian sampah atau binatang yang telah mati seperti jasad renik), dan partikel-partikel anorganik (Selfina Mayada, 2020).

2. Parameter Pencemaran Secara Kimia a. Power Of Hydrogen (pH)

pH merupakan aktivitas relatif ion hidrogen dalam suatu larutan dan merupakan ukuran keasaman atau basa suatu larutan. Besarnya nilai pH antara 0-14 dimana pH dibawah 7 bersifat asam dan diatas 7 bersifat basa dan nilai pH 7 adalah netral. pH dengan nilai 6,5-8,2 merupakan kondisi

(16)

14

yang baik dan normal untuk mahluk hidup. pH yang terlalu asam atau terlalu basa tidak bisa dipakai oleh mahluk hidup dan dapat mematikan makhluk 17 hidup yang berada didalam air. Berubahnya nilai pH bisa ditimbulkan dari pencemaran yang dihasilkan industri, limbah domestik atau kondisi alam. Air sungai di Indonesia umumnya memiliki nilai pH antara 2-10 (Selfina Mayada, 2020).

b. Oksigen Biokimia (Bopchemical Oxygen Demand)

Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah standar jumlah zat organik yang dapat dioksidasi oleh bakteri aerob atau jumlah oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi sejumlah tertentu zat organik dalam keadaan aerob. BOD merupakan salah satu indikator pencemaran organik pada suatu perairan. Perairan dengan nilai BOD tinggi mengindikasikan bahwa air tersebut tercemar oleh bahan organik. Bahan organik akan distabilkan secara biologis dengan melibatkan mikroba melalui sistem oksidasi aerobik dan anaerobik. Oksidasi aerobik dapat menyebabkan penurunan kandungan oksigen terlarut di perairan sampai pada tingkat terendah, sehingga kondisi perairan menjadi anaerobik yang dapat mengakibatkan kematian organisme akuatik (Aulia Faraz Umaya, 2017).

c. Chemical Oxygen Demand (COD)

Chemical oxygen Demand (COD) atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk 31 mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO2 dan H2O. Pada reaksi ini hampir semua zat yaitu sekitar 85% dapat teroksidasi menjadi CO2 dan H2O dalam suasana asam, sedangkan penguraian secara biologi (BOD) tidak semua zat organik dapat diuraikan oleh bakteri. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat- zat organik yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses

(17)

mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut didalam air (Aulia Faraz Umaya, 2017).

d. Dissolved oxygen (DO)

Dissolved oxygen adalah total oksigen yang terlarut dalam air atau limbah yang dinyatakan dalam satuan milligram oksigen perliter (mg/l).

penentuan angka dissolved oxygen dapat digunakan sebagai analisa awal penentuuan kualitas air, apabila angka dissolved oxygen pada air berada dibawah sntadar mutu air, maka air tersebut mengalami penurunan kualitas air. Kecilnya angka DO dapat disebabkan oleh adanya cemaran pada air ditempat tersebut (Agung Sutisna,2018).

F. Kolam Budidaya Ikan nila

Persiapan kolam budidaya merupakan tahap awal dalam melakukan budidaya ikan dan salah satu hal yang tidak dapat di perhatikan karena kolah merupakan tempat hidupnya ikan dan perlu mendapatkan perhatian khusus.

Kolam ikan dapat menggunakan beberapa media dan slah satunya adalah kolam tanah, kolam tanah sangat mudah dan murah karena tidak memrlukan bahan tambahan, dan kolam tanah memiliki keunggulan dimana dapat menjadi tempat bertumbuhnya tumbuhan dan hewan yang nantinnya akan berguna sebagai makanan alami ikan nila (Minapoli, 2021).

Kolam yang baik dan ideal untuk budidaya ikan nila salah satunya adalah kolam tanah denngan ukuran kolam berkisar antara 500- 1000 m2 dengan kedalaman 0,5-1 meter. Lokasi kolam harus berada pada wilayah yang mudah terkenah sinar matahari untuk membantu terciptanya oksigen di Dalam air sehingga terjadi fotosintesis di dalam kolam (Efishery, 2022).

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pengamatan langsung (mengamati setiap kegiatan yang dilakukan) dan metode experiment yaitu observasi dibawah kondisi buatan dimana kondisi tersebut dibuat dan diatur oleh si peneliti.

Penelitian Eksperimen yaitu suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti (Nana Darna dan Elin Herlina, 2018).

B. Waktu dan tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret - mei tahun 2023 di Desa Turungan Baji Kecamatan Sinjai Barat Kabupaten Sinjai.

C. Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 wadah kolam tanah berukuran 2,4 m x 2,4 m, thermometer unntuk mengukur suhu, DO meter untuk mengukur kadar DO (dissolved oxygen), pH meter untuk mengukur derajat keasaman air, spektrofometer digunakan untuk ammonia (NH3), sedangkan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah beni ikan nila untuk ukuran 8-10 cm dengan pada tebar 10-16 ekor/m2.

D. Pelaksanaan Penelitia

1. Penentuan lokasi budidaya

Lokasi budidaya harus diperhatikan, hal ini bertujuan agar peneliti atau pembudidaya dapat menyediakan lokasi yang strategis dalam melakukan budidaya ikan nila

2. Media budidaya ikan nila

16

(19)

Media budidaya yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan media kolam menggunakan kolam tanah. Ukuran kolam yang digunakan berukuran 2-3 meter. Selanjutnya kolam yang telah siap diberikan air yang bersih dan jernih.

3. Penyiapan benih ikan nila

Pemiliahan benih yang baik berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya ikan nila. beni ikan nila yang digunakan berukuran minimal 12 cm dengan bobot kurang lebih 30 gram, dan memastikan bahwa benih ikan nila tersebut sehat dan bebas dari penyakit.

4. Prosedur penebaran benih ikan nila

Kolam yang telah diisi air terlebih dahulu ditaburkan probiotik untuk mempercepat perkembangan mikroorganisme. Tahapan ini bisa memakan waktu 7 sampai 10 hari. Selanjutnya agar benih ikan nila tidak kaget dan bisa beradaptasi dengan baik, terlebih dahulu meletakkan ikan nila kedalam plastik yang berisi air dan udara. Plastik yang berisikan benih ikan nila diletakkan diatas air kolam terpal selama beberapa menit. Selanjutnya benih ikan nila dilepaskan secara perlahan

5. Pemberian pakan

Pemberian pakan dilakukan selama 2 sampai 3 kali dalam sehari sesuai dengan banyaknya ikan nila pada kolam.

E. Parameter Penelitian

Parameter penelitian yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu air, pH air, dissolved oxygen (DO), kecerahan air, dan laju pertumbuhan ikan nila.

adapun penjelasan lebih lanjut mengenai parameter yang akan diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Suhu air

Suhu adalah salah satu parameter kualitas air yang penting dan harus diperhatikan dalam budidaya ikan nila. Suhu yang optimal bagi budidaya ikan

(20)

18

adalah suhu normal dengan deviasi ± 3 0c yang megacuh pada peraturan pemerintah Republik Indonesia no. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air (Obed Lepa Saba Kulla, Ernik Yuliana, dan Eddy Supriyono, 2020).

Suhu yang optimum untuk budidaya ikan nila berkisar antara 28-32

0C. Pada suhu 18-25 0C ikan masih dapat bertahan , namun nafsu makan mengalami penurunan. Sedangkkan pada suhu 12-18 0C mulai berbahaya baggi kehidupan ikan hal tersebut dikarenakan, tingkat kelarutan oksigen sangat rendah bahkan bisa menyebabkan ikan mati kedinginan (Nurul Ellen Francisca dan Firman Farid Muhsoni, 2021).

2. pH air (Power Of Hydrogen)

ikan nila dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada lingkungan perairan dengan derajat keasaman (pH) yang netral atau alkanitas rendah. Keadaan pH air yang dapat ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 5-11. Pertumbuhan ikan nila yang optimal membutuhankan pH berkisar 7-8 (Putri Alfatika Indrianti dan Hafiludin, 2022).

3. Dissolved Oxygen (DO)

Pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) dilakukan setiap seminggu sekali, dimana pengukuran oksigen terlarut ini dilakukan pada pagi, siang dan sore hari pada kolam pemeliharaan. Kisaran optimal untuk budidaya ikan nila membutuhkan kandungan minimal 3 mg/l (Marini Wijayanti, dkk, 2019).

Adapun menurut Pramleonita (2018) mengayatakan kadar DO yang baik dalam budidaya ikan nila yang optimal berkisar antara 6,1-14,5 mg/l (Putri Alfatika Indrianti dan Hafiludin, 2022).

4. Kecerahan air

Kecerahan sangat erat kaitannya dengan kekeruhan karena kekeruhan dapat menjadi penghambat bagi masuknya cahaya matahari ke dalam kolam budidaya perairan dan mengganggu perkembangan plankton. Kekeruhan yang

(21)

semakin tinggi, menyebabkan kecerahan menjadi semakin berkurang. nilai kecerahan perairan yang baik untuk budidaya ikan nila adalah ˃45 cm.

Kecerahan air yang kurang dari 45 cm, akan menyebabkan pandangan ikan terganggu(Putri Alfatika Indrianti dan Hafiludin, 2022).

5. Laju pertumbuhan ikan nila

Pada laju pertumbuhan ikan ini, dalam hal ini peneliti melakukan pengukuran terhadap berat rata-rata ikan pada awal pemeliharan dan berat rata-rata pada akhir pemeliharaan dengan melakukan perbandingan terhadap lamanya waktu pemeliharaan ikan nila. perhitungan laju pertumbuhan spesifik ikan nila menggunakan rumus laju pertumbuhan harian (Arifaldianzah, dkk, 2022), yaitu sebagai berikut :

SGR= WtWo

t X100 % Keterangan :

SGR = Laju pertumbuhan harian (%/hari)

Wt = Berat rata-rata ikan diakhir pemeliharaan (gram) Wt = Berat rata-rata ikan diakhir pemeliharaan (gram) T = Lama waktu pemeliharaan (hari)

(22)

20

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, Sumber Aneka Karya. (2020). Analisis Kualitas Air Budidaya Ikan : Parameter Kimia. Sumber Aneka Karya Abadi. http://www.saka.co.id/news- detail/analisa-kualitas-air-budidaya-ikan--parameter-kimia

Afidah, S. (2021). Daya Tampung Beban Pencemaran Sebagai Dasar Pengelolaan Lingkungan Sungai Ciujung, Provinsi Banten. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Diponegoro.

Andrean, A. R. (2018). Pengaruh Penambahan Ekstrak Sargassum Sp Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Salin (Oreochromis Sp). Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Islam Nahdatul Ulama Jepara.

Arifaldianzah, Khaeriyah, A., Anwar, A., Burhanuddin, Insana Salam, N., & Syaiful Saleh, M. (2022). Laju Pertumbuhan Benih Ikan Nila Salin (Oreochromis sp.) yang dibudidaya Pada Sistem Bioflok Menggunakan Pakan Limbah Sayur Terfermentasi. Jurnal of Fisheries and Marine Science, 5(2), 118–128.

Azhari, D., & Tomasoa, A. M. (2018). Kajian Kualitas Air Dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dibudidayakan Dengan Sistem Akuaponik. Jurnal Akuatika Indonesia, 3(2). https: //doi.org/ 10.24198/ jaki.

v3i2.23392

Aziz, M. A. (2023). Menyongsong Sensus Pertanian 2023: Melihat Potensi Perikanan di Sulawesi Selatan. Tribun-Timur.Com. https://makassar.tribu nnews.com/2023/03/01/menyongsong-sensus-pertanian-2023-melihat-potensi -perikanan-di-sulawesi-selatan

Efishery. (2022). Cara Budidaya Ikan Nila Di Air Tidak Megalir. Efishery.Com.

https://efishery.com/cara-budidaya-ikan-nila-di-air-tidak-mengalir/

Fauzia, S. R., & Suseno, S. H. (2020). Resirkulasi Air Untuk Optimalisasi Kualitas Air Budidaya Ikan Nila Nirwana (Oreochromis niloticus). Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat, 2(5), 887–892.

Francissca, N. E., & Muhsoni, F. F. (2021). Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Salinitas Yang Berbeda.

Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 2(3), 166–175.

Hoya, A. L. (2021). Pengendalian Pencemaran Akibat Industri Di Sungai Sikendil

(23)

Dan Selilin Kabupaten Semarang. Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Unversitas Diponegoro.

Imran, Z. (2018). Tingkah Laku Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Berdasarkan Kualitas Cahaya Uni. Program Studi Tadrisbiologi, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi. In Skripsi.

Indriati, P. A., & Hafiludin, H. (2022). Manajemen Kualitas Air Pada Pembenihan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Di Balai Benih Ikan Teja Timur Pamekasan. Jurnal Ilmiah Kelautan Dan Perikanan, 3(2), 27–31.

Koniyo, Y. (2020). Analisis Kualitas Air Pada Lokasi Budidaya Ikan Air Tawar Di Kecamatan Suwawa Tengah. Jurnal Technopreneur (JTech), 8(1), 52–58.

Kulla, O. L. S., Yuliana, E., & Supriyono, E. (2020). Analisis Kualitas Air Dan Kualitas Lingkungan Untuk Budidaya Ikan Di Danau Laimadat, Nusa Tenggara Timur. Jurnal IPTEK Terapan Perikanan Dan Kelautan, 1(3), 135–

144.

Lestari, S. (2018). Pengaruh Pena Ambahan Serbuk Daun Tanaman Kayu Manis (Cinnamomum Burm Rmannii) Pada Pakan Terhadap Profil Darah (Kadar Hemato Tokrit, Kadar Hemoglobin, Tot Al Leukosit Dan Total Er Ritrosit) Ikan Nila (Oreochromis Nilo Loticus) Yang Diinfeksi Streptococcu. Program Studi Budidaya Perikanan, Universitas Muhammadiyah Gresik.

Linting, A. D. G. (2022). Analisis Kualitas Air Dan Beban Pencemaran Di Danau Universitas Hasanuddin Di Tinjau Dari Parameter Fisik Dan Kimia Tahun 2022. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin Makassar.

Mayada, S. (2020). Analisis Kualitas Air Sungai Aek Riung Berdasarkan Parameter Fisika Dan Kimia Di Lingkungan Pabrik Karet Pt. Rubber Hock Lie Kabupaten Labuhanbatu Tahun 2020. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.

Merliyana. (2017). Analisis Status Pencemaran Air Sungai Dengan Makrobentos Sebagai Bioindikator Di Aliran Sungai Sumur Putri Teluk Betung. Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Raden Intan.

Minapoli. (2021). Budidaya Ikan Nila di Kolam Tanah Bagi Pemula. Minapoli.

https://www.minapoli.com/info/budidaya-ikan-nila-di-kolam-tanah-bagi- pemula

(24)

22

Nana, D., & Elin, H. (2018). Memilih Metode Penelitian Yang Tepat: Bagi Penelitian Bidang Ilmu Manajemen. Jurnal Ekologi Ilmu Manajemen, 5(1), 287–292.

Ningsih, S. K. R. (2021). Pendederan Ikan Nila Kekar (Oreochromis Niloticus) Pada Kolam Semen. politeknik negeri lampung.

Pradhana, S., Fitriyah, H., & Ichsan, M. H. H. (2021). Sistem Kendali Kualitas Air Kolam Ikan Nila Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan pH Dan Turbidity Berbasis Arduino Uno. Journal Pengembangan Teknologi Informasi Dan Ilmu Komputer, 5(10), 4197–4204.

Redaksi. (2022). Baku Mutu Air. Cekricek.Id. https://cekricek.id/baku-mutu-air/

Sadya, S. (2022). Produksi Perikanan Ikan Nila Indonesia Sebanyak 1,35 Juta Ton

Pada Tahun 2021. Dataindonesia.Id.

https://dataindonesia.id/sektor-riil/detail/produksi-ikan-nila-indonesia- sebanyak-135-juta-ton-pada-2021

Safitri, E. P. (2021). Uji Kualitas Air Sungai Semayam Kabupaten Nagan Raya Sebagai Penunjang Mata Kuliah Ekologi Dan Problematika Lingkungan.

Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam.

Siegers, W. H., Prayitno, Y., & Sari, A. (2019). Pengaruh Kualitas Air Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Nirwana ( Oreochromis Sp . ) Pada Tambak Payau.

The Journal Of Fisheries Development, 3(11), 95–104.

Suprianto, Redjeki, E. S., & Ddiono, S. (2018). Optimalisasi Dosis Probiotik Terhadapap Laju Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Pada Sistem Bioflok. Program Studi Budidaya Pertanian, Universitas Muhammadiyah Gresik.

Suriadi. (2019). Efesiensi Pakan Dan Laju Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Yang Dipuasakan Secara Periodik Pada Wadah Terkontrol.

Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Sutisna, A. (2018). Penentuan Angka Dissolved Oxygen (Do) Pada Air Sumur Warga Sekitar Industri CV. Bumi Waras Bandar Lampung. Jurnal Analis Farmasi, 3(4), 246–251.

Umaya, A. F. (2017). Uji Kualitas Air Pada Mata Air Di Desa Belabori Kecamatan Parangloe Kabupaten Gowa. Fakultas Sains Dan Teknologi, UIN Alauddin Makassar.

(25)

Wyadnyana, G. R. (2020). Gambaran Lingkungan Fisik Dan Kualitas Air Di Mata Air Beji Pura Dalem Kawi Banjar Kutuh Desa Sayan Kecamatan Ubud Tahun 2020. Program Studi Sanitasi, Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Yadus, N. S. (2020). Budidaya Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Menggunakan Keramba Jaring Apung. Program Studi Budidaya Peraira, Universitas Bosowa Makassar.

Gambar

Tabel 2.1 Standar Parameter Baku Mutu Air Pada Kelas Air Parameter Baku Mutu Kelas Air

Referensi

Dokumen terkait

Parameter, jenis data, sumber data dan analisis data yang akan digunakan pada penelitian analisis kualitas air danau sebagai dasar perbaikan manajemen budidaya perikanan di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strain ikan nila (nila larasati, gift, gesit) yang berbeda pada sistem budidaya minapadi terhadap pertumbuhan,

Program Sistem Informasi untuk Kajian kelayakan Budidaya Ikan Nila dibuat dengan tujuan untuk memudahkan masyarakat dalam mengalisa kelayakan Bisnis Budidaya Ikan Nila

Sampel Spirulina sp dan limbah budidaya ikan nila di ambil dari Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Ujung Batee Aceh besar, untuk setiap sampel dilakukan

Pengujian residu produk perikanan budidaya dan pengawasan kesehatan ikan adalah rangkaian kegiatan yang mendukung proses pembudidayaan ikan guna menghasilkan produk budidaya yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh strain ikan nila (nila larasati, gift, gesit) yang berbeda pada sistem budidaya minapadi terhadap pertumbuhan,

Berdasarkan analisis SWOT telah diketahui posisi pengembangan perikanan budidaya ikan nila di kolam air tenang di Kecamatan Sinjai borong terletak pada Kuadran III yang

Proposal penebaran benih ikan nila di Desa Buahan, Kabupaten Bangli, guna pelestarian sumber daya perikanan dan keberlanjutan usaha