PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Dosen Pengampu :
Laily Mualifah, S. Kep, Ns, M. Kep
Anggota Kelompok :
Annisa Raffi Rachmawati (221679) Asta Kurnia Amin (221680)
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain.
Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri.
Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain. Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan respon sosial dan harga diri.
Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung.
Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah. Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Pasien dapat mencegah perilaku kekerasan 2. Tujuan Khusus
Pasien dapat mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
C. TINJAUAN PUSTAKA 1. Definisi
Resiko perilaku kekerasan merupakan perilaku seseorang yang menunjukkan bahwa ia dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain atau lingkungan, baik secara fisik, emosional, seksual, dan verbal (NANDA, 2016). Resiko perilaku kekerasan terbagi menjadi dua, yaitu resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri (risk for self-directed violence) dan risiko perilaku kekerasan terhadap orang lain (risk for other-directed violence).
2. Penyebab perilaku kekerasan
Menurut (Keliat, 2011) penyebab Resiko Perilaku Kekerasan ada dua faktor antara lain:
a. Faktor Predisposisi 1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat timbul agresif, masa kanak-kanak yang tidak menyenangkan yaitu perasaan ditolak, dihina, dan dianiaya. Seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan keinginan yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas. Jika tidak mampu mengendalikan frustasi tersebut maka, dia melakukannya dengan cara kekerasan.
2) Perilaku
Reinforcement yang diterima pada saat melakukan kekerasan. sering melihat kekerasan di rumah atau di luar rumah, semua aspek ini memancing individu mengadopsi perilaku kekerasan
3) Sosial budaya
Budaya tertutup dan membalas secara diam (pasif agresif) dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah perilaku kekerasan diterima (permissive).
4) Bioneurologis
Banyak pendapat bahwa kerusakan sistem limbik, neurotransmitter turut berperan dalam terjadinya perilaku kekerasan. lobus frontal, Lobus Temporal dan ketidakseimbangan
b. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dapat bersumber dari pasien, lingkungan atau interaksi dengan orang lain. Kondisi pasien seperti kelemahan fisik (penyakit fisik), keputusasaan, ketidakberdayaan, percaya diri yang kurang dapat menjadi penyebab perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintai/pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor penyebab yang lain. Interaksi sosial yang provokatif dan konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan.
Hilangnya harga diri juga berpengaruh pada dasarnya manusia itu mempunyai kebutuhan yang sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung. lekas marah, dan sebagainya. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
3. Tanda dan Gejala Perilaku Kekerasan
Tanda dan gejala perilaku kekerasan menurut Direja (2011) sebagai berikut : 1. Fisik
Mata melotot, pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wjah merah dan tegang, serta postur tubuh kaku.
2. Verbal
Mengancam, mengumpat dengan kata-kata kasar, bicara dengan nada keras, kasar, dan ketus.
3. Perilaku
Menyerang orang lain, melukai diri sendiri/orang lain, merusak lingkungan, amuk/agresif
4. Emosi
Tidak adekuat, tidak aman dan nyaman, merasa terganggu, dendam, jengkel, tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk, ingin berkelahi, menyalahkan, dan menuntut.
5. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, du jarang mengeluarkan kata-kata bernada sarkasme.
6. Spiritual
Merasa dirinya berkuasa, merasa dirinya benar, keragu-raguan, tidak bermoral, dan kreativitas terhambat
7. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.
8. Perhatian
Bolos, melarikan diri, dan melakukan penyimpangan seksual 4. Perilaku Kekerasan
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan definisi ini maka perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain. dan lingkungan. Perilaku kekerasan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan atau riwayat perilaku kekerasan (Dermawan dan Rusdi, 2013).
Perilaku yang berkaitan dengan perilaku kekerasan antara lain:
a.Menyerang atau menghindar (fight of flight) Pada keadaan ini respon fisiologis timbul karena system syaraf otonom bereaksi terhadap sekresi
b.Menyatakan secara asertif (assertiveness) Perilaku yang sering ditampilkan individu dalam mengekspresikan kemarahannya yaitu dengan perilaku pasif,agresif, dan asesif. Perilaku asertif adalah cara yang terbaik untuk mengekspresikan marah karena individu dapat mengekspresikan rasa marahnya tanpa menyakiti orang lain secara fisik maupun psikologis. Di samping itu perilaku ini dapat juga untuk mengembangkan diri pasien.
c.Memberontak (acting out) Perilaku yang muncul basanya disertai akibat konflik perilaku “acting out ” untuk menarik perhatian orang lain.
d.Perilaku kekerasan Tindakan kekerasan atau amuk yang ditujukan kepada diri sendiri,orang lain, maupun lingkungan
5. Akibat Perilaku Kekerasan
Akibat dari resiko perilaku kekerasan yaitu adanya kemungkinan mencederai diri, orang lain dan merusak lingkungan adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami perilaku yang dapat membahayakan secara fisik baik pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Kondisi ini biasanya akibat ketidakmampuan mengendalikan amarah secara konstruktif (Yoseph, 2009).
D. JADWAL KEGIATAN
Pelaksanaan kegiatan terapi aktivitas kelompok pada pasien dengan Resiko perilaku kekerasan, yaitu
a. Hari/Tanggal: Jumat, 13 Oktober 2023 b. Waktu: Pukul 09.00-selesai
c. Alokasi waktu:
1) Perkenalan dan pengarahan (5 menit) 2) Terapi kelompok (30 menit)
3) Penutup (5 menit) d. Tempat: Ruang Bermain Arimbi
E. SESI YANG DIGUNAKAN
Dalam terapi aktivitas kelompok menjadi 1 sesi, yaitu:
SESI I: Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan
F. PESERTA TAK a. Kriteria pasien
1) Pasien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya Terapi Aktivitas Kelompok
2) Kondisi fisik dalam keadaan baik.
3) Mau mengikuti kegiatan terapi aktivitas b. Proses seleksi
1) Mengobservasi pasien yang masuk kriteria.
2) Mengidentifikasi pasien yang masuk kriteria.
3) Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.
4) Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK, meliputi: menjelaskan tujuan TAK pada pasien, rencana kegiatan kelompok dan aturan main dalam kelompok.
G. ANTISIPASI MASALAH
1. Penanganan terhadap pasien yang tidak aktif dalam aktivitas a. Memanggil pasien
b. Memberi kesempatan pada pasien untuk menjawab sapaan perawat atau pasien lain 2. Bila pasien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a. Panggil nama pasien
b. Tanyakan alasan pasien meninggalkan kegiatan c. Bila pasien lain ingin ikut
d. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada pasien yang telah dipilih e. Katakan pada pasien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin diikuti oleh pasien
tersebut.
H. URAIAN TUGAS DAN SUSUNAN PELAKSANA
Berikut merupakan uraian tugas dari terapis baik sebagai leader, co-leader, observer, dan fasilitator.
Uraian tugas:
a. Leader
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan 2) Memimpin jalannya terapi kelompok 3) Memimpin diskusi
b. Co-leader
Menyampaikan uraian materi c. Observer
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu, tempat dan jalannya acara
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota kelompok dengan evaluasi kelompok
d. Fasilitator
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
Nama-Nama Tim Terapis Leader:
Co Leader:
Observer:
Fasilitator:
I. RENCANA PELAKSANAAN
a. Memilih pasien yang mengikuti TAK sesuai dengan kriteria telah ditetapkan di Ruangan Arimbi Rumah Sakit Jiwa Provinsi DIY.
b. Peserta TAK 5 orang
c. Persiapan waktu yang akan digunakan ada dalam Tabel
No Kegiatan Alokasi Waktu Keterangan
1 Tahap Orientasi :
● Memberi salam terapeutik : salam dari terapis
● Evaluasi/Validasi
:menanyakan perasaan pasien saat ini
● Kontrak
5 menit Dipimpin oleh Leader
2 Tahap Kerja
● Sesi I
30 menit Dipimpin oleh Leader
3 Tahap Terminasi
● Evaluasi
● Rencana tindak lanjut
● Kontrak yang akan datang
5 menit Dipimpin oleh Leader
d. Setting Tempat
J. PROSES PELAKSANAAN
Sesi 1 : Mengenal Perilaku Kekerasan yang Biasa Dilakukan a. Tujuan
1. Klien dapat menyebutkan stimulasi penyebab kemarahannya.
2. Klien dapat menyebutkan respons yang dirasakan saat marah (tanda dan gejala marah).
3. Klien dapat menyebutkan reaksi yang dilakukan saat marah (perilaku kekerasan).
4. Klien dapat menyebutkan akibat perilaku kekerasan.
b. Setting:
1. Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran 2. Ruangan nyaman dan tenang
c. Alat:
1. Kertas HVS
2. Buku catatan dan pulpen 3. Sound music
4. Nametag d. Metode:
1. Dinamika kelompok 2. Diskusi dan tanya jawab e. Langkah Kegiatan :
1.Persiapan
a. Memilih klien kooperatif b. Membuat kontrak dengan klien
c. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi
1) Salam Teraupetik
a. Salam dari terapis kepada klien.
b. Perkenalkan nama panggilan terapis kepada klien (pakai papan nama).
c. Menanyakan nama panggilan semua klien (beri papan nama).
2) Evaluasi /validasi
a. Menanyakan perasaan klien saat ini b. Menanyakan masalah yang dirasakan 3) Kontrak
1. Menjelaskan tujuan kegiatan yaitu mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
2. Menjelaskan aturan main berikut:
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis. Lama kegiatan 45 menit. Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
a. Mendiskusikan penyebab marah
1) Tanyakan pengalaman tiap klien marah 2) Tulis di papan tulis/flipchart/whiteboard
b. Mendiskusikan tanda dan gejala yang dirasakan klien saat terpapar oleh penyebab marah sebelum perilaku kekerasan terjadi.
1) Tanyakan perasaan tiap klien saat terpapar oleh penyebab (tanda dan gejala) 2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
c. Mendiskusikan perilaku kekerasan yang pernah dilakukan klien (verbal, merusak lingkungan, mencederai/memukul orang lain, dan memukul diri sendiri)
1) Tanyakan perilaku yang dilakukan saat marah 2) Tulis di papan tulis tulis/flipchart/whiteboard
d. Mendiskusikan dampak akibat perilaku kekerasan 1) Tanyakan akibat perilaku kekerasan
2) Tuliskan di papan tulis /whiteboard
e. Memberikan reinforcement pada peran serta klien
f. Dalam menjalankan a sampai h, upayakan semua klien terlibat
g. Beri kesimpulan penyebab, tanda dan gejala, perilaku kekerasan, dan akibat perilaku kekerasan
h. Menanyakan kesediaan klien untuk mempelajari cara baru yang sehat menghadapi kemarahan
4. Tahap Terminasi 1) Evaluasi
a. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK.
b. Memberikan reinforcement positif terhadap perilaku klien yang positif.
2) Tindak lanjut
a. Menganjurkan klien memulai dan mengevaluasi jika terjadi penyebab marah, yaitu tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang terjadi, serta akibat perilaku kekerasan.
b. Menganjurkan klien mengingat penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan dan akibatnya yang belum diceritakan.
3) Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati belajar cara baru yang sehat untuk mencegah perilaku kekerasan.
b. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.
1. Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung. khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan sesi 1, kemampuan yang diharapkan adalah mengetahui penyebab perilaku, mengenal tanda dan gejala, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. Formulir evaluasi sebagai berikut:
NO NAMA
KLIEN
PENYEBAB PERILAKU KEKERASAN
PERILAKU KEKERASAN
AKIBAT PERILAKU KEKERASAN
1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien.
2. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan mengetahui penyebab perilaku kekerasan, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan dan akibat perilaku kekerasan. serta mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam. Beri tanda (+) jika mampu dan beri tanda (-) jika tidak
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses keperawatan tiap klien
Contoh: Klien mengikuti Sesi 1. TAK stimulasi persepsi perilaku kekerasan. Klien mampu menyebutkan penyebab perilaku kekerasannya (disalahkan dan tidak diberi uang), mengenal tanda dan gejala yang dirasakan ("gregetan" dan "deg-degan"), perilaku kekerasan yang dilakukan (memukul meja), akibat yang dirasakan (tangan sakit dan dibawa ke rumah sakit jiwa), dan cara mengontrol perilaku kekerasan dengan latihan tarik nafas dalam