• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proposal Tesis Komunikasi Interpersonal Dalam Kisah Nabi Sulaiman A.S. Dalam Al-Qur'an (Surat An-Naml)

N/A
N/A
Affirman @syh

Academic year: 2024

Membagikan "Proposal Tesis Komunikasi Interpersonal Dalam Kisah Nabi Sulaiman A.S. Dalam Al-Qur'an (Surat An-Naml)"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PROPOSAL TESIS

STUDI LINGUISTIK TENTANG KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM KISAH NABI SULAIMAN A.S

DALAM AL-QUR’AN (SURAH AN-NAML)

Oleh:

Ahmad Verri Virmansyah.,S.Ag NIM: 31333224

PROGRAM PASCASARJANA (S2)

MAGISTER ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)

JAWA TENGAH DI WONOSOBO 2024

DAFTAR ISI...xvii

(2)

BAB I PENDAHULUAN...1. A. Latar Belakang ...1 B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian...

D. Kajian Pustaka...

...

E. Kerangka Teori...1

F. Metodologi dan Jenis Penelitian...

G. Metode Analisis Data...15 H. Hipotesis ...

I. Sistematika Pembahasan...16 19

BAB I PENDAHULUAN...

Daftar Pustaka ... 108

(3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Komunikasi adalah merupakan aktivitas internasional, memperlihatkan kesetaraan antara messages dan meanings serta membukakan pintu untuk melakukan studi atas kedua sisi (messages and meanings) tersebut.1 Onong Uchjana memberikan pengertian komunikasi sebagai proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.2 Pesan adalah apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima baik dalam bentuk simbol verbal maupun non verbal.3

Bahasa merupakan alat komunikasi untuk menyampaikan informasi, ide, bahkan ungkapan isi hati, dan Al-Qur’an merupakan sumber utama untuk menjelaskan praktik dan aturan komunikasi. Abdul Rohman mengungkapkan bahwa bahasa dalam hal tersebut memiliki tiga model, yakni lisan, tulisan, dan kode.4 Dalam konteks Al-Qur’an sebagai wahyu, Allah SWT sebagai pihak pertama atau yang bertutur dan Nabi Muhammad SAW sebagai lawan tutur atau pihak kedua atau penerima pesan, dann pesan yang diterima Nabi Muhammad SAW akan disampaikan kepada penerima pesan yang lainnya, yakni umat.

Kisah para Nabi dalam Al-Qur’an adalah beberapa diantara

1 Em Griffin, From the Third of A First Look at Communication Theory, Dalam buku M.

Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm. 30

2 Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009), hlm. 4

3 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm. 97.

4 Abd. Rohman, Komunikasi dalam Al-Qur‟an: Relasi Ilahiyah dan Insaniyah, (Malang,

UIN-Malang Press, 2007), hlm. 60-61

(4)

menjelaskan praktik dan aturan komunikasi. Diantara kisah yang ada yaitu, kisah Nabi Sulaiman A.S dalam berkomunikasi dengan binatang-binatang yang menjadi perhatian penulis untuk meneliti lebih dalam. Dengan melihat kisah Nabi, diharapkan dapat mengambil pelajaran dari pengalaman dan kesudahan tokoh atau masyarakat yang dikisahkan, dan dapat dijadikan teladan dikemudian hari.

Kita ketahui bahwa seekor semut senantiasa mengelus ubun-ubun atau kepala dengan antena dibagian atas untuk mendapatkan Vibrasi atau getaran. Untuk jarak dekat mereka komunikasi lewat cairan kimia, untuk jarak jauh mereka lewat vibrasi. Contohnya jika ratu semut atau rayap mati, semua anak buahnya seperti kehilangan perintah karena semua perintah ditransmit oleh induk ke anak buahnya lewat udara, bukan lewat cairan kimia. Sains tentang kehidupan binatang mendapatkan perhatian yang tidak kurang besarnya dalam Al-Qur’an dibandingkan tentang aspek kehidupan lainnya. Terdapat banyak ayat dalam Al-Qur’an yang menguraikan kehidupan binatang dalam berbagai konteks.5 Sesungguhnya ilmu akan selalu berkembang. Tatkala akal bertambah pengetahuannya terhadap alam sekelilingnya, bertambah luas pula ruang yang ia tidak ketahui. Serta bertambah pengetahuannya mengenai objek yang masih tersembunyi di alam semesta, makhluk hidup, benda mati dan fenomena-fenomena alam lainnya.

5 Afzalur Rahman, Ensilokpediana Ilmu Dalam Al-Qur‟an: Rujukan Terlengkap Isyarat-

Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. (Bandung: Mizan, 2007), hlm. 191-193

(5)

Manusia diberi kelebihan berupa akal pikiran, kelebihan tersebut juga harus digunakan oleh manusia untuk menyadari kekuasaan Allah SWT.

Kajian tentang Al-Qur’an dari berbagai sudut pandang telah dilakukan dan dibuktikan bahwa kitab tersebut selalu sesuai dengan ilmu pengetahuan manusia untuk segala zaman. Beberapa prediksi ilmu pengetahuan yang belum ditemukan bukti empirisnya pada saat ini juga dapat ditelaah dalam kandungan Al-Qur’an. Hewan selain diposisikan sebagai permisalan dan mukjizat, dalam banyak ayat Al-Qur’an menjelaskan proses perkehidupannya.

Hubungan manusia dan hewan dimulai dengan peringatan. Allah SWT menyatakan bahwa hewan adalah makhluk Allah SWT seperti halnya manusia. Walau mereka mempunyai ciri, kekhususan dan sistem kehidupan yang berbeda-beda pada hakikatnya mereka sama dengan manusia di mata Allah SWT. Manusia diwajibkan mengingat hal itu, bahwa mereka semua ummah. Secara mendalam hal ini memberi pengertian bahwa “ummah”

merupakan kelompok atau himpunan apa pun di bumi, yang memiliki sisi persamaan antara manusia dan binatang, baik binatang darat, laut atau udara dalam berbagai hal, seperti hidup dan berkembang, memiliki indera serta naluri seperti naluri seksual, atau penindasan yang kuat atas yang lemah.

Sebagaimana diketahui bahwa Nabi Sulaiman merupakan seorang pemimpin suatu kerajaan yang mana beliau memiliki bala tentara yang begitu berbeda dengan raja atau penguasa lainnya, terdiri dari jin, manusia dan hewan. Sebagaimana firman Allah SWT pada Q.S. An-Naml (27):17,

(6)

yaitu sebagai berikut:

نَوعُزَويُ مْهُفَ رِيْطَّلاوَ سِنْلْإِاوَ نِّجِلا نِّمِ هُدُونُجُ نَامَيْلَسُل رِشِحُوَ

Artinya:“Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan)”. (Q.S.

An-Naml (27):17).6

Ayat diatas menginformasikan secara umum tentang anugerah Allah kepada Nabi Sulaiman yakni beliau dianugerahi segala sesuatu sebagai pemimpin yang dapat menjadi inspirasi tegaknya nilai-nilai kepemimpinan yang dibangun di atas prinsip kenabian. Allah SWT menghimpunkan bagi Nabi Sulaiman A.S pengikut yang terdiri dari jin, manusia dan burung.

Maksudnya, Sulaiman dapat menguasai dan menyatukan mereka dalam satu kesatuan yang besar.7

Kisah dalam Al-Qur’an seperti tersebut diatas, sebenarnya tidak bisa dipisahkan dari proses pewarisan nilai yang terkandung di dalamnya, tidak terkecuali nilai-nilai pendidikan. Karena itu, penelusuran nilai-nilai pendidikan pada sebuah kisah dalam Al-Qur’an menjadi penting untuk manusia secara intelektual yang berorientasi pada pembentukan manusia berwatak dan beretika. Nabi Sulaiman A.S mengajari manusia untuk membalas pelayanan yang telah diberikan oleh binatang-binatang mereka dengan memperlakukan binatang itu sebaik mungkin. Manusia diharuskan membantu memenuhi kebutuhan binatang menurut cara yang dibenarkan, karena mereka juga ciptaan Allah SWT. Sudah jelas bahwa hewan tidak punya kemampuan untuk menuntut haknya dari manusia. Namun demikian,

6 Mushaf Al-Qur’an Standar Kementerian Agama Republik Indonesia, hlm. 377

7 Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syihabuddin, ( Jakarta: Gema Insani,

2014), hlm. 454

(7)

menurut perspektif Islam, seseorang wajib berbuat baik dan memperhatikan apa yang menjadi hak hewan. Dengan ini Nabi melarang manusia membunuh hewan apa pun tanpa tujuan yang dibenarkan. Selain itu, Nabi mengajarkan bahwa sikap dan tindakan manusia terhadap binatang akan menentukan nasib mereka di akhirat.8

Komunikasi interpersonal merupakan salah satu aspek penting dalam interaksi manusia, yang melibatkan penyampaian pesan, pemahaman, dan pengaruh timbal balik antara individu. Dalam Islam, Al-Qur’an memberikan banyak pelajaran tentang komunikasi yang efektif dan etis melalui kisah- kisah para nabi. Salah satu kisah yang menarik untuk diteliti dalam konteks komunikasi interpersonal yaitu kisah Nabi Sulaiman A.S yang dikenal sebagai Nabi yang memiliki Mu’jizat untuk berkomunikasi dengan berbagai makhluk, termasuk manusia, hewan, dan jin.9

Komunikasi yang dilakukan antara Nabi Sulaiman A.S dengan Ratu Bilqis serta pembesarnya tercantum dalam Al-Qur’an barangkali terdapat perbedaan cara komunikasi dibandingkan kisah yang terjadi antara Nabi Musa A.S dengan Raja Fir’aun, maupun kisah Nabi Ibrahim A.S dengan ayahnya. Selain hal tersebut, Ratu Bilqis memang sudah terkenal sebagai pemimpin perempuan yang tidak bengis dalam memerintah.10 Seperti yang diceritakan dalam Q.S. An-Naml (27):32, yakni:

8 Kementrian Agama RI dan LIPI, Tafsir Ilmi: Hewan Dalam Perspektif Al-Qur’an dan

Sains, ( Jakarta: Widya Cahaya, 2015), hlm. 17-18

9 Farah Faiqatul Himmah, Moh Abdul Kholiq Hasan, And Dr Lc. Model Komunikasi Nabi

Sulaiman Dengan Binatang-Binatang; Dalam Perspektif Tafsir Almishbah. Diss. Iain Surakarta, 2020

10 Akhmad Muzakki, Stilistika Al-Qur’an; Gaya Bahasa Al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi. Malang: UIN-Maliki Press, 2020, hlm. 18

(8)

&ىٰتَّحُ ا )رِمِأَ )ةًعَطِاقَ تُنُكُ امِ يرِمِأَ يفَ ينْوتَّفَأَ لَأُمَلا اهُ4يُأَ ايُ تُلاقَ

نَوَدُهُشِتَ

Artinya:”Berkata Dia (Ratu negeri Saba’): "Hai Para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".(Q.S.

An-Naml (27):32).11

Al-Qur’an memberikan gambaran yang mendalam mengenai prinsip- prinsip komunikasi yang efektif, baik dalam hubungan interpersonal maupun dalam konteks kepemimpinan. Nabi Sulaiman A.S menunjukkan kecakapan dalam memahami lawan bicara, memilih bahasa yang tepat, dan menyampaikan pesan dengan hikmah. Misalnya, dialognya dengan burung Hud-hud menunjukkan pentingnya komunikasi lintas budaya dan tanggung jawab menyampaikan informasi. Sementara itu, interaksinya dengan Ratu Balqis menggambarkan komunikasi persuasif yang santun untuk mengajak kepada kebenaran.

Kajian ini menjadi penting karena komunikasi interpersonal dalam Al- Qur’an bukan hanya relevan dalam konteks historis, tetapi juga mengandung nilai-nilai universal yang dapat diterapkan dalam kehidupan modern. Analisis linguistik terhadap kisah Nabi Sulaiman A.S dapat mengungkap prinsip- prinsip komunikasi yang mengedepankan etika, keadilan, dan kebijaksanaan.

Selain itu, studi ini dapat memberikan kontribusi dalam memperluas wawasan tentang hubungan antara linguistik dan ajaran Islam, khususnya dalam memahami strategi komunikasi yang efektif dan berlandaskan nilai-nilai

11 Mushaf Al-Qur’an Standar Kementerian Agama Republik Indonesia, hlm. 380

(9)

moral.12 Akan tetapi, studi linguistik tentang komunikasi interpersonal dalam kisah ini masih jarang dibahas secara spesifik. Sebagian besar penelitian cenderung fokus pada tafsir konvensional atau aspek teologis, sementara aspek linguistik seperti penggunaan tindak tutur, kesantunan berbahasa, dan retorika dalam komunikasi Nabi Sulaiman A.S belum dieksplorasi secara mendalam.

Berdasarkan uraian di atas, diperlukan penelitian yang mendalam untuk menganalisis Komunikasi Interpersonal Dalam Kisah Nabi Sulaiman A.S Melalui Pendekatan Linguistik. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menginterpretasikan elemen-elemen komunikasi, seperti tindak tutur, semantik, dan pragmatik, yang terkandung dalam kisah tersebut, serta relevansinya dalam kehidupan sehari-hari.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Struktur Komunikasi Interpersonal yang Terjadi Pada Kisah Nabi Sulaiman A.S. Dalam Surah An-Naml ?

2. Apa Saja Elemen Pragmatik dalam Komunikasi Interpersonal Kisah Nabi Sulaiman A.S. Sebagaimana yang diceritakan Pada Al-Qur’an ? 3. Bagaimana Fungsi Komunikasi Interpersonal dalam Mendukung

Kepemimpinan Nabi Sulaiman A.S. Berdasarkan Surah An-Naml ? C. Manfaat dan Tujuan Penelitian

12 Yusuf Al-Qaradawi, Islamic Awakening between Rejection and Extremism (Kairo:

Dararul Tauhid, 2006), hlm. 58-60

(10)

Manfaat dan Tujuan Penelitian dalam Komunikasi Interpersonal Nabi Sulaiman a.s. berdasarkan Al-Qur’an dapat dilihat dari beberapa perspektif penting yang memberikan wawasan tidak hanya tentang komunikasi dalam konteks kepemimpinan, tetapi juga tentang nilai-nilai moral, etika, dan pemahaman antar makhluk. Berikut adalah beberapa manfaat dan tujuan penelitian tersebut:

1. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoristis

1) Penelitian ini dapat memperkaya kajian komunikasi lintas budaya dan spesies, serta memberikan perspektif tentang bagaimana komunikasi berfungsi dalam konteks yang lebih luas, termasuk antara manusia dan alam.

2) Menganalisis nilai-nilai ini dapat membantu mengembangkan teori etika komunikasi yang menekankan pada pentingnya nilai-nilai moral dalam menyampaikan pesan, yang dapat diterapkan dalam berbagai konteks komunikasi.

3) Penelitian ini memberikan kontribusi pada pengembangan studi linguistik, khususnya dalam hubungan antara bahasa dan konteks komunikasi dalam cerita-cerita religius, serta penerapannya dalam komunikasi sehari-hari.

b. Manfaat Praktis

1) Komunikasi ini memberikan pelajaran untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang lebih berbasis pada dialog dan

(11)

pengertian bersama, yang relevan dalam berbagai interaksi antar individu, organisasi, atau bahkan antar negara.

2) Menggunakan komunikasi yang berbasis pada nilai-nilai moral akan meningkatkan kualitas hubungan interpersonal dalam kehidupan pribadi dan profesional, sehingga tercipta saling percaya dan respect.

3) Pemimpin dapat belajar untuk mendengarkan dan memahami kebutuhan serta perasaan orang lain, sehingga tercipta hubungan yang lebih harmonis dan produktif.

D. Kajian Pustaka

Untuk mencari kajian pustaka terkait dengan linguistik Al-Qur'an, beberapa tesis dan penelitian dapat memberi wawasan mendalam mengenai analisis linguistik dalam tafsir Al-Qur'an. Salah satu kajian menarik adalah yang menghubungkan pendekatan linguistik dalam memahami ayat-ayat Al- Qur'an, seperti yang dilakukan oleh ahli tafsir kontemporer. Diantara penelitian yang berkaitan dengan komunikasi dan kisah Nabi dalam al-Qur’an yang dapat dijadikan sebagai referensi dalam penulisan proposal tesis ini yaitu:

Pertama, Jurnal Al-Waraqah dengan judul “Analisis Linguistik Dalam Al-Qur’an (Studi Semantik Terhadap Qs Al-‘Alaq)” Karya Baiq Raudatussolihah Ritazhuhriah Universitas Nahdatul Wathan Mataram, IAIN Bone. Dalam Studi tersebut menghasilkan sebagai berikut: Hasil penelitian pertama, menjunkukkan bahwa pada surah Al-‘Alaq ini Allah banyak

(12)

menggunakan kata kerja (fi’il) atau bentuk jumlah fi’liyah. Makna dasar dari struktur jumlah fi’liyah adalah al-hudus dan al-tajaddud (ation dan temporal).

Oleh karena itu, awal dari ayat ini merupakan perintah membaca dengan memohon pertolongan kepada Allah SWT agar apa yang dibaca tersebut bisa berguna bagi orang banyak. Membaca itu bukan hanya sekali tapi dituntut untuk membaca secara berulang-ulang, karena dengan perulangan dan kebiasaan akan membuatnya melekat di pikiran dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dan pengulangan tersebut mampu menelaah dan mengkaji bacaan secara mendetail. Bacaan yang telah dikaji kemudian ditulis dan dicetak agar mampu menjadi peradaban dunia yang akan terus berkembang dari waktu ke waktu.

Hasil penelitian yang kedua menunjukkan bahwa jenis makna yang digunakan oleh para Mufasir dalam menafsirkan ayat- ayat al-Qur’an pada surah al-Alaq yaitu, makna referensial, makna dasar atau makna kamus (al- ma’na al-asasi wa al-mu’jami), makna kiasan (al-ma’na al-majazi), dan makna denotatif (al-ma’na al-haqiqi). Sedangkan relasi makna antara kata-kata atau lafal al-Qur’an dengan kata-kata penafsirannya terjadi dalam empat macam relasi (hubungan makna) yaitu: sinonim (al-taraduf), polisemi (ta’addud al-ma’na), konsep hiponimi dan hipernimi (al-isytimal wa al- masymul, dan hubungan makna yang bersifat subjektif.13

13Baiq Raudatussolihah, dan Ritazhuhriah. “Analisis Linguistik Dalam Al-Qur’an (Studi Semantik Terhadap Qs Al-‘Alaq)”. Jurnal Al-Waraqah Vol. 1 No. 1, Januari-Juni 2021

(13)

Kedua, Skripsi dari Sartika Sari Dewi, dengan judul Kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Qur‟an (Tinjauan Pragmatik). Dalam skripsi ini merupakan penelitian yang membahas tentang pragmatik. Pragmatik adalah telaah mengenai makna dalam hubungannya dengan aneka situasi. Adapun yang menjadi obyek penelitian adalah Al-Qur‟an yang terdiri dari 30 juz dan 114 surat. Permasalahan yang diteliti adalah prinsip sopan santun apa saja yang teedapat pada kisah Nabi Sulaiman ditinjau dari segi pragmatik.14

Ketiga, Tesis dari Drs. Bambang Heru Nurwoto “Analisis Stilistika pada Kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam Al-Qur’an” Penelitian ini menggunakan pendekatan stilistika untuk menganalisis lima aspek linguistik utama: fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan imagery dalam kisah Nabi Sulaiman. Tujuan dari analisis kisah Nabi Sulaiman a.s adalah untuk mengungkap lima unsur dalam stilistika yaitu fonologi, morfologi, semantik, sintaksis dan imagery dengan nuansa atau efek yang ditimbulkannya, serta gaya alur pemaparan kisahnya.

Fokusnya adalah pada elemen gaya bahasa dan efek retoris dari kisah ini, misalnya penggunaan pengulangan kata atau struktur kalimat tertentu untuk menekankan nilai-nilai tertentu. Adapun hasil yang diperoleh adalah dari aspek fonologi, bunyi yang muncul pada ayat-ayat yang mengisahkan tentang Nabi Sulaiman a.s adalah konsonan plosif/ Ṣawāmit al infijāriyyah, yaitu huruf ba’ dan qof, konsonan nasal/ Ṣawāmit anfiyah, yaitu huruf mim dan nun, dan konsonan getar/ Ṣawāmit mukarroroh, yaitu ro’. Al-Nabr atau

14 Sartika Sari Dewi, “Kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Qur‟an (Tinjauan Pragmatik)”, (Skripsi S1 Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara, 2010).

(14)

aksen yang digunakan adalah ketika pengucapan wawu yang bertasydid didahului harakat fatḥah, sedangkan tempo yang digunakan pada ayat-ayat tersebut adalah tempo pelan, yang berfungsi mempengaruhi keterlibatan orang yang mendengar ayat ini agar hanyut kedalam keindahan teks yang dibacakan.

Pada aspek Morfologi, ada Ikhtiyār al- Ṣighah atau pemilihan bentuk kata. Adapun bentuk kata yang akan dibahas pada analisis ini adalah bentuk kata kerja, yaitu mȃḍi, muḍȃri’ dan amr dan juga ada penggunaan ism, yaitu nakirah, ma’rifah dan iḍȃfah. Selain itu, dalam pembahasan ini juga ada perpindahan satu bentuk kata ke bentuk kata yang lain dalam konteks yang sama, atau disebut juga Al-‘Udūl bi al-Ṣīgah ‘an al-Aṣl al- Siyāqi.

Pada aspek Sintaksis terdapat repetisi (pengulangan) baik dalam ranah kata, kalimat atau pengulangan kisah dan rahasia dari penggunaan struktur kalimat tertentu. Pada aspek Semantik, yang dibahas adalah tarȃduf (sinonim), taḍāddu (antonim) dan musytarak lafdzi (polisemi). Pada aspek Imagery, terdapat tasybih dan majaz. Alur yang terlihat dalam pemaparan kisah Nabi Sulaiman adalah alur maju yang menjelaskan secara berurutan kejadian-kejadian penting yang terdapat dalam kisah tersebut. Metode yang terdapat dalam penggambaran kisah Nabi Sulaiman a.s adalah metode dramatik.15

Keempat, Jurnal dari Fatkhurrozi “Memahami Bahasa Al-Qur’an Berbasis Gramatikal (Kajian Tehadap Kontribusi Pragmatik Dalam Kajian

15 Drs. Bambang Heru Nurwoto , “Analisis Stilistika pada Kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam

Al-Qur’an”, (Tesis Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2019).

(15)

Tafsir)”. Dari penelitiannya, diperoleh hasil sebagai berikut: Pertama, pragmatika Alquranadalah suatu disiplin ilmu yang mengkaji Alqurandari sudut pandang relasi antara konteks linguistik (linguistic meaning) yang bersifat diadik; dan konteks non-linguistik (speaker meaning) yang bersifat triadik. Kedua, asumsi dasar prgamtika Al-Qur’an adalah bahwa upaya interpretasi terhadap kitab suci yang hanya diorientasikan pada analisis kelas struktur gramatikalnya tidak akan cukup memadai mengejar kebenaran hakiki yang diusung teks. Karena itu, diperlukan pengembangan pada analisa kelas, struktur sosial dan budaya yang melatari kehadiran teks yang disebut ilmu pragmatik.

Sedangkan langkah-langkahnya adalah analisa pada konteks linguistik, kemudian analisa pada konteks non linguistik dan diakhiri dengan kajian pada implikatur dan tindak tutur. Ketiga, kontribusi pragamtik dalam kajian tafsir Al-Qur’an menunjukkan bahwa, kehadiran teori perlokusi sebagai instrumen penentu maksud penutur, implikatur sebagai solusi kebuntuan pemahaman tekstual-gramatikal dan kehadiran pragmatika itu sendiri sebagai alat pemahaman berdasar konteksnya yang berorientasi pada appropriateness in meaning.16

E. Kerangka Teori

Dalam kerangka teori mengenai Studi Linguistik tentang Komunikasi Interpersonal dalam Kisah Nabi Sulaiman A.S. dalam Al-Qur'an (Surah An- Naml), penulis merujuk pada berbagai teori linguistik dan komunikasi yang

16 Fatkhurrozi, “Memahami Bahasa Al-Qur’an Berbasis Gramatikal (Kajian Tehadap Kontribusi Pragmatik Dalam Kajian Tafsir)”. Jurnal At-Tibyan Volume 3 No. 1, Juni 2018

(16)

relevan. Setiap teori ini menawarkan perspektif berbeda, baik itu terkait dengan fungsi komunikasi, makna linguistik, dan dimensi sosial dalam interaksi antara Nabi Sulaiman A.S, dan makhluk lainnya.

Berikut adalah beberapa kerangka teori yang dapat digunakan dalam penelitian ini:

1. Teori Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi, ide, perasaan, dan makna antara dua atau lebih individu melalui media verbal maupun non-verbal. Proses ini dianggap sebagai inti dari interaksi manusia karena melibatkan hubungan langsung yang bersifat personal. Komunikasi interpersonal mencakup komunikasi yang terjadi pada tingkat individu. Ciri-ciri utamanya meliputi: 1). Adanya umpan balik langsung antara partisipan, 2). Keintiman atau kedalaman hubungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan komunikasi massa, dan 3). Menggunaan elemen verbal dan non-verbal untuk menyampaikan pesan.17

Barnlund (Johanessen, 1986) menjabarkan “komunikasi antarpribadi merupakan orang-orang yang bertemu secara bertatap muka dalam situasi sosial informal yang melakukan interaksi terfokus melalui pertukaran isyarat verbal dan nonverbal yang saling berbalasan”.18 Dengan kata lain, komunikasi interpersonal merupakan

17 Herbert Blumer. Symbolischer Interaktionismus: Aufsätze zu einer Wissenschaft der Interpretation. Heinz Bude und Michael Dellwing (Hg.). Berlin: Suhrkamp, 2013.

18 Bendle, James, Antoni RosellMelé, and Patrizia Ziveri. "Variability of unusual distributions of alkenones in the surface waters of the Nordic seas." Paleoceanography 20.2 (2005).

(17)

komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan secara tatap muka dan dianggap paling efektif dalam mengubah sikap, perilaku, atau pendapat melalui komunikasi lisan yang dilakukan tersebut.

Menurut teori Lasswell (Mulyana, 2011:147) komunikasi interpersonal mempunyai 5 unsur yang saling berkaitan antara satu sama lain, yaitu:

a. Sumber (source)

Sering disebut juga dengan komunikator yaitu orang yang akan menyampaikan pesan kepada penerima. Pesan yang disampaikan melalui proses encoding, yaitu proses mengubah gagasan menjadi simbol-simbol yang umum dapat berupa kata, bahasa, tanda, atau gambar sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh penerima.

b. Pesan (message)

Pesan merupakan apa yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pesan dapat berupa hal-hal yang bersifat verbal maupun nonverbal yang dapat mewakili perasaan, pikiran, keinginan, ataupun maksud dan tujuan yang ingin disampaikan kepada komunikan.

c. Saluran atau media (channel)

Yaitu alat atau wahana yang digunakan komunikator untuk menyampaikan pesannya kepada komunikan.

(18)

d. Penerima (receiver)

Sering disebut juga dengan komunikan yaitu orang yang menerima pesan dari sumber/komunikator. Penerima pesan akan menerjemahkan apa saja yang disampaikan oleh sumber yang berupa simbol-simbol verbal maupun nonverbal sehingga maksud dan tujuan dari komunikator dapat dipahami olehnya.

e. Efek (effect)

Efek merupakan apa yang terjadi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator. Sesuatu atau hal yang ditunjukkan bisa berupa perubahan sikap, perilaku, atau bahkan dapat menambah pengetahuan dalam diri komunikan.

2. Teori Pragmatik

Pragmatik adalah cabang linguistik yang mempelajari bagaimana konteks memengaruhi pemahaman makna dalam komunikasi. Berkaitan dengan itu, Mey (dalam Rahardi, 2003:12) mendefinisikan pragmatik bahwa “pragmatics is the study of the conditions of human language uses as there determined by the context of society”, ‘pragmatik adalah studi mengenai kondisikondisi penggunaan bahasa manusia yang ditentukan oleh konteks masyarakat’.

Levinson (dalam Rahardi, 2003:12) berpendapat bahwa pragmatik sebagai studi perihal ilmu bahasa yang mempelajari relasi- relasi antara bahasa dengan konteks tuturannya. Konteks tuturan yang

(19)

dimaksud telah tergramatisasi dan terkodifikasikan sedemikian rupa, sehingga sama sekali tidak dapat dilepaskan begitu saja dari struktur kebahasaannya.

Berbeda dengan semantik, yang berfokus pada makna literal dari kata-kata atau kalimat, pragmatik mempertimbangkan faktor eksternal seperti situasi, hubungan antar pembicara, dan maksud tersembunyi di balik pernyataan. Dengan kata lain, Pragmatik dapat didefinisikan sebagai studi tentang bagaimana konteks mempengaruhi makna dalam komunikasi. Konteks ini meliputi berbagai aspek, seperti latar belakang budaya, situasi komunikasi, hubungan antara penutur dan pendengar, serta niat dan tujuan komunikatif penutur

.

Pragmatik dapat diartikan sebagai studi tentang bagaimana makna dihasilkan dan dipahami berdasarkan: 1). Lingkungan atau situasi komunikasi (Konteks), 2). Perbuatan atau tindakan yang dilakukan melalui kata-kata (Tindak Tutur)., dan 3). Makna tambahan yang dipahami meskipun tidak dinyatakan secara eksplisit (Implicature).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pragmatik adalah telaah mengenai kemampuan pemakai bahasa yang menghubungkan serta menyerasikan kalimat dan konteks. Namun dihubungkan dengan situasi atau konteks di luar bahasa tersebut, dan dilihat sebagai sarana interaksi atau komunikasi di dalam masyarakat. Bahasa dan pemakai bahasa tidak teramati

(20)

secara individual tetapi selalu dihubungkan dengan kegiatan dalam masyarakat. Bahasa tidak hanya dipandang sebagai gejala individual tetapi juga gejala sosial. 19

Salah satu bidang pragmatik yang menonjol adalah tindak tutur. Pragmatik dan tindak tutur mempunyai hubungan yang erat. Hal itu terlihat pada bidang kajiannya. Secara garis besar antara tindak tutur dengan pragmatik membahas tentang makna tuturan yang sesuai konteksnya. Hal itu sesuai dengan, David R dan Dowty (dalam Rahardi, 2003:12), secara singkat menjelaskan bahwa sesungguhnya ilmu bahasa pragmatik adalah telaah terhadap pertuturan langsung maupun tidak langsung, presuposisi, implikatur, entailment, dan percakapan atau kegiatan konversasional antara penutur dan mitra tutur.

3. Teori Fungsionalisme Bahasa

Teori Fungsionalisme Bahasa adalah pendekatan dalam linguistik yang memandang bahasa sebagai alat komunikasi yang utama. Teori ini fokus pada fungsi bahasa dalam kehidupan sosial, daripada melihat bahasa sebagai sistem formal yang terstruktur.

Dalam pendekatan ini, bahasa dipahami sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan komunikasi manusia, seperti menyampaikan informasi, mengekspresikan emosi, atau membangun hubungan sosial.

19 Austin, John Langshaw. How to do things with words. Harvard university press, 1975.

(21)

Fungsionalisme bahasa berpendapat bahwa:

a. Bahasa adalah alat sosial: Bahasa tidak hanya dilihat dari struktur formalnya (seperti tata bahasa), tetapi dari bagaimana bahasa digunakan untuk memenuhi fungsi sosial dan komunikasi.

b. Konteks sangat penting: Makna suatu ujaran tidak dapat dipahami secara penuh tanpa mempertimbangkan situasi, hubungan antar pembicara, dan tujuan komunikasi.

c. Interaksi bahasa dengan lingkungan: Bahasa berkembang sesuai dengan kebutuhan komunikatif masyarakat yang menggunakannya.

Pendekatan fungsionalisme dapat digunakan untuk memahami bagaimana bahasa dalam Al-Qur'an berfungsi untuk: 1). Fungsi referensial untuk memberikan informasi tentang keesaan Allah SWT, 2). Membangun hubungan dengan manusia. Fungsi interpersonal antara Allah SWT dan manusia, dan 3). Mengatur masyarakat, yaitu fungsi konatif melalui perintah dan larangan.20

4. Teori Semantik

Salah satu bidang linguistik yang diminati para linguis adalah semantik. Kata semantik sebenarnya adalah istilah teknis yang mengacu pada studi tentang makna. Istilah semantik berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti menandakan atau menafsirkan.

Artinya kajian semantik adalah kajian tentang makna sebagai bagian

20 Halliday, M. A. K. Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language

and Meaning. Edward Arnold, (1978).

(22)

dari bahasa. Semantik merupakan salah satu komponen tata bahasa (dua komponen lainnya adalah sintaksis dan fonologi), dan makna sebuah kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik tersebut.

Menurut Palmer, ketiga komponen tersebut memiliki relation, yaitu : (a) bahasa pada mulanya merupakan bunyi abstrak yang mengisyaratkan adanya simbol-simbol tertentu, (b) simbol adalah sekumpulan sistem dengan tatanan dan hubungan tertentu, dan (c) seperangkat simbol yang memiliki bentuk dan hubungan yang mengikat makna tertentu.21

Semantik merupakan bidang bahasa membahas mengenai makna. Dalam pengertian, semantik mewujudkan makna. Definisi ini didasarkan pada asal kata sema (bahasa Yunani), sejenis objek, artinya

“tanda” ("simbol") dan samen, artinya “menandai”

("melambangkan)." Sedangkan lambang adalah simbol linguistik.

Istilah semantik menggambarkan cabang ilmu bahasa yang menelaah kaitan antara simbol bahasa dengan maknanya.22

Ruang lingkup Semantik Merujuk pada kajian tentang:

a. Makna Leksikal: Makna dasar atau literal dari kata-kata, seperti

"rumah" yang berarti tempat tinggal.

b. Makna Gramatikal: Makna yang dihasilkan oleh struktur tata bahasa, misalnya perbedaan "saya makan" dan "saya dimakan."

21, Sarah M. Ward, Theodore M. Webster, and Larry E. Steckel. "Palmer amaranth (Amaranthus palmeri): a review." Weed Technology 27.1 (2013): 12-27.

22 Kase, Y., Nishimura, T., Ohgane, T., Ogawa, Y., Kitayama, D., & Kishiyama, Y. (2019).

A Study on Close DOA Estimation with Deep Learning. IEICE Technical Report; IEICE Tech. Rep.

119(108), 155-160.

(23)

c. Makna Kontekstual: Makna yang dipengaruhi oleh situasi atau konteks, misalnya makna humor dalam suatu ujaran.

5. Teori Interaksi Antara Manusia dan Alam

Teori ini menyoroti hubungan saling memengaruhi antara manusia dan lingkungan alamnya. Dalam konteks ini, alam tidak hanya menjadi sumber daya, tetapi juga mitra interaktif dalam kehidupan manusia. Pendekatan teoritis ini digunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti ekologi, antropologi, geografi, dan studi agama, untuk menjelaskan bagaimana manusia memahami, memanfaatkan, dan menghormati lingkungan alam.

Hubungan manusia dan alam didasarkan pada dua perspektif utama, yaitu:23

a. Antroposentris: Pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat, di mana alam dianggap sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan manusia.

b. Ekosentris: Pandangan yang mengakui bahwa manusia adalah bagian integral dari ekosistem, sehingga memiliki tanggung jawab untuk menjaga keseimbangan lingkungan.

F. Hipotesa

1. Hipotesis Umum

a. H1: Komunikasi interpersonal yang dilakukan Nabi Sulaiman a.s.

dalam Surah An-Naml menunjukkan penerapan prinsip-prinsip

23S. H. Nasr. Man and Nature: The Spiritual Crisis in Modern Man. ABC International Group, (1996).

(24)

pragmatik dan semantik dalam konteks hubungan antara manusia dan makhluk lain.

b. H2: Struktur linguistik dan pragmatik dalam kisah Nabi Sulaiman a.s. menggambarkan fungsi komunikasi interpersonal yang mendukung kepemimpinan efektif.

2. Hipotesis Khusus

1) Dari Perspektif Pragmatik

a. H1:Ujaran Nabi Sulaiman dalam Surah An-Naml mencerminkan penggunaan tindak tutur direktif yang efektif dalam menyampaikan perintah kepada burung Hudhud dan merespon laporan makhluk lainnya.

b. H2: Prinsip-prinsip implikatur pragmatik Grice teridentifikasi dalam interaksi Nabi Sulaiman dengan semut dan burung Hudhud, menunjukkan kemampuan untuk memahami makna di luar ujaran literal.

2) Dari Perspektif Semantik

a. H1: Istilah-istilah kunci dalam kisah ini, seperti "namlah"

(semut) dan burung hud--hud memiliki makna simbolis yang memperkuat pesan moral dalam komunikasi interpersonal.

b. H2: Pola penggunaan makna literal dan kontekstual dalam kisah ini menunjukkan harmoni antara makhluk hidup, yang digambarkan melalui makna semantik kata-kata tersebut.

3) Dari Perspektif Fungsionalisme Bahasa

(25)

a. H1: Komunikasi dalam kisah ini memiliki fungsi sosial dan instrumental yang mendukung kepemimpinan Nabi Sulaiman dalam mengelola kerajaan dan alam semesta.

b. H2: Struktur komunikasi dalam kisah Nabi Sulaiman mencerminkan hubungan hierarkis dan harmoni antar makhluk, sesuai dengan prinsip fungsionalisme linguistik..

G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan (library research), dimana segala yang dianalisa bersumber dari literatur tertulis.

2. Metodologi penelitian

Metodologi penelitian ini memerlukan pendekatan yang komprehensif karena melibatkan studi linguistik, analisis komunikasi interpersonal, dan penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan tekhnik Deskriptif-Analitis.

Metode ini digunakan untuk memahami makna dan fungsi komunikasi interpersonal dalam konteks kisah Nabi Sulaiman A.S secara mendalam.

Penulis menggunakan tekhnik Deskriptif-Analitis dikatrenakan fokus pada deskripsi fenomena komunikasi interpersonal dalam teks Al- Qur’an dan analisis makna berdasarkan teori linguistik.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yakni;

a. Sumber Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung oleh

(26)

pengumpulan data dari obyek penelitiannya.24 Adapun obyek penelitiannya adalah ayat-ayat tentang kisah Nabi Sulaiman A.S menghadapi Ratu negeri Saba’ beserta para pembesarnya dalam Al- Qur’an. Dan Ayat-ayat Al-Qur'an yang terkait dengan kisah Nabi Sulaiman A.S dalam Surah An-Naml, khususnya ayat 17-20 yang melibatkan komunikasi dengan semut dan burung Hud-hud.

b. Sumber Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber yang menganalisa sumber, yakni buku-buku pendukung seperti: Kitab tafsir, Literatur tentang linguistik Al-Qur’an, dan Buku atau jurnal yang membahas teori komunikasi interpersonal dan pragmatik.

4. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini adalah penelitian dengan analisa kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Qur’an dengan menggunakan teori linguistika, dan teorikomunikasi interpersonal. Maka dalam mengumpulkan data-data yang diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Studi Literatur

1) Mengumpulkan data dari Al-Qur’an, kitab tafsir, dan karya akademik terkait linguistik dan komunikasi.

2) Menggunakan terjemahan resmi Al-Qur'an, seperti dari Kementerian Agama RI, untuk memastikan akurasi.

b. Analisis Teks

Menganalisis struktur linguistik dan pragmatik dari

24Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 18

(27)

komunikasi Nabi Sulaiman dengan semut dan burung Hudhud.

c. Kontekstualisasi

Memahami konteks sosial, budaya, dan historis dari komunikasi yang tercantum dalam Surah An-Naml.

5. Teknik Analisis Data

a. Analisis Semantik dan Pragmatik

1) Mengidentifikasi makna leksikal (literal) dan kontekstual dari istilah atau frasa dalam ayat yang dianalisis.

2) Mengkaji penggunaan pragmatik seperti implikatur, maksud tersirat, atau fungsi ujaran.

b. Analisis Komunikasi Interpersonal:

4) Menggunakan teori komunikasi interpersonal untuk memahami hubungan antara Nabi Sulaiman dan makhluk lain (semut, burung Hud-hud).

5) Mengidentifikasi fungsi komunikasi interpersonal, seperti memberikan perintah atau menyampaikan informasi.

c. Analisis Fungsional

Menggunakan teori fungsionalisme linguistik untuk menjelaskan bagaimana komunikasi mendukung kepemimpinan Nabi Sulaiman A.S.

H. Sistematika Pembahasan

Secara garis besar, penulis membagi hasil penelitian ini menjadi lima bab. Adapun sistematika pembahasan dalam peroposal tesis ini

(28)

yaitu:

BAB I : Berisi pendahuluan penelitian yang menjelaskan latar belakang kajian, problematika yang berbentuk rumusan masalah, tujuan untuk menjawab rumusan masalah, kegunaan penelitian, kajian pustaka, kerangka teori yang akan menyusun pola pikir agar lebih sistematis, metode penelitian yang digunakan untuk untuk memperoleh jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini, dan sistematika pembahasan yang menjelaskan rangkaian pembahasan dalam penelitian secara runtut..

BAB II : Membahas mengenai penjelasan teori Kajian Teori yang relevan, seperti Teori Linguistik, Teori Komunikasi Interpersonal, dan Teori Interaksi Manusia dan Alam.

Selanjutnya akan dibahas mengenai Tinjauan Kontekstual yang didalamnya berupa: Konteks Kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Ngeri Saba’ dalam Surah An-Naml, Tafsir Ayat-Ayat Terkait, dan Konteks Kepemimpinan Nabi Sulaiman.

BAB III : Isi bab ini berfokus pada penguraian kisah dalam Surah An- Naml dengan pendekatan linguistik, memberikan wawasan mendalam tentang cara Nabi Sulaiman A.S berkomunikasi dan relevansinya dengan teori-teori komunikasi, yaitu berupa Kajian Linguistik terhadap Ayat-ayat dalam Surah An-Naml, Komunikasi Interpersonal Nabi Sulaiman A.S dengan Makhluk Lain, Komunikasi Interpersonal Nabi Sulaiman A.S dengan Ratu Negeri Saba’ dan Karakteristik Komunikasi Nabi Sulaiman A.S

BAB IV : Mencakup analisis lebih mendalam dan penerapan temuan linguistik dari Bab III. Berikut adalah poin-poin utama yang dapat dibahas dalam bab ini: Analisis Tematik dan Makna Komunikasi Interpersonal, Refleksi Linguistik pada

(29)

Karakteristik Komunikasi Nabi Sulaiman A.S, dan Implikasi Studi Linguistik terhadap Pemahaman Al-Qur'an.

BAB V : Pada bagian ini berisi penutup, yakni terdiri dari kesimpulan, saran-saran.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qaradawi, Yusuf. (2006). Islamic Awakening between Rejection and Extremism (Kairo: Dararul Tauhid).

Arikunto, Suharsimi (1999). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta).

Ar-Rifa’i, Muhammad Nasib. (2014)Tafsir Ibnu Katsir, terj. Syihabuddin, ( Jakarta: Gema Insani).

Austin, John Langshaw. (1975.). How to do things with words. Harvard university press,

Bendle, James, Antoni Rosell‐Melé, and Patrizia Ziveri. (2005)."Variability of unusual distributions of alkenones in the surface waters of the Nordic seas." Paleoceanography 20.2

Blumer, Herbert Symbolischer Interaktionismus: Aufsätze zu einer Wissenschaft der Interpretation. Heinz Bude und Michael Dellwing (Hg.). Berlin:

Suhrkamp, 2013.

Dewi, (2010). Sartika Sari, “Kisah Nabi Sulaiman dalam Al-Qur‟an (Tinjauan Pragmatik)”, (Skripsi S1 Program Studi Sastra Arab, Fakultas Sastra Universitas Sumatra Utara).

Effendi, Onong Uchjana. (2010). Dinamika Komunikasi (Bandung: Remaja Rosda Karya).

Fatkhurrozi, (2018).“Memahami Bahasa Al-Qur’an Berbasis Gramatikal (Kajian Tehadap Kontribusi Pragmatik Dalam Kajian Tafsir)”. Jurnal At- Tibyan Volume 3 No. 1, Juni.

Griffin, Em. (2010). From the Third of A First Look at Communication Theory, Dalam buku M. Tata Taufik, Etika Komunikasi Islam (Bandung:

Pustaka Setia).

Halliday, M. A. K. (1978). Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. Edward Arnold

(31)

Halliday, M. A. K. (1978).Language as Social Semiotic: The Social Interpretation of Language and Meaning. Edward Arnold.

Heru Nurwoto, Drs. Bambang. (2019). “Analisis Stilistika pada Kisah Nabi Sulaiman a.s. dalam Al-Qur’an”, (Tesis Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta).

Himmah, Farah Faiqatul .(2020). Moh Abdul Kholiq Hasan, And Dr Lc. Model Komunikasi Nabi Sulaiman Dengan Binatang-Binatang; Dalam Perspektif Tafsir Almishbah. Diss. Iain Surakarta

Ilaihi, Wahyu. (2010). Komunikasi Dakwah, (Bandung: Remaja Rosdakarya).

John Langshaw Austin,. (1975).How to do things with words. Harvard university press.

Kase, Y., Nishimura, T., Ohgane, T., Ogawa, Y., Kitayama, D., & Kishiyama, Y.

(2019). A Study on Close DOA Estimation with Deep

Learning. IEICE Technical Report; IEICE Tech. Rep.119(108), 155-160.

Kementrian Agama RI dan LIPI. (2015). Tafsir Ilmi: Hewan Dalam Perspektif Al- Qur’an dan Sains, (Jakarta: Widya Cahaya,

Lestari, S. (2019). Analisis Tindak Tutur Dalam Novel “Bak Rambut Dibelah Tujuh” Karya Muhammad Makhdlori. Artikulasi: Jurnal Pendidikan1(1).

Mushaf Al-Qur’an Standar Kementerian Agama Republik Indonesia.

Muzakki, Akhmad. (2020). Stilistika Al-Qur’an; Gaya Bahasa Al-Qur’an dalam Konteks Komunikasi. Malang: UIN-Maliki Press).

Nasr, S. H. (1996). Man and Nature: The Spiritual Crisis in Modern Man. ABC International Group.

Nasr, S. H.. (1996). Man and Nature: The Spiritual Crisis in Modern Man. ABC International Group,

Nishimura Kase, Y, T., Ohgane, T., Ogawa, Y., Kitayama, D., & Kishiyama, Y. A . (2019). Study on Close DOA Estimation with Deep Learning. IEICE Technical Report; IEICE Tech. Rep.119.

Nurfadilah, Asifa; Mulyana, Agus; Suwirta, Andi. (2020). Peranan K.H. Abdul

(32)

Wahid Hasyim Dalam Pembaharuan Pendidikan Islam Di Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur, Indonesia, 1934- 1953. INSANCITA, , 5.1.

Palmer, Robert. (2010). "Kenneth King Robert Palmer."

Rahman, Afzalur. (2007). Ensilokpediana Ilmu Dalam Al-Qur‟an: Rujukan Terlengkap Isyarat-Isyarat Ilmiah Dalam Al-Qur’an. (Bandung:

Mizan).

Raudatussolihah, Baiq dan Ritazhuhriah. (2021).“Analisis Linguistik Dalam Al- Qur’an (Studi Semantik Terhadap Qs Al-‘Alaq)”. Jurnal Al- Waraqah Vol. 1 No. 1, Januari-Juni

Rohman., Abdur. (2007). Komunikasi dalam Al-Qur‟an: Relasi Ilahiyah dan Insaniyah, (Malang, UIN-Malang Press).

Sarah M. Ward, Theodore M. Webster, and Larry E. Steckel. (2013)."Palmer amaranth (Amaranthus palmeri): a review." Weed Technology 27.1 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:

Rineka Cipta, 1999), h. 18

Ward, Sarah M., Theodore M. Webster, and Larry E. Steckel. (2013). "Palmer amaranth (Amaranthus palmeri): a review." Weed Technology 27.1.

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam Al-Qur ’ an itu sendiri terdapat kisah-kisah umat terdahulu, salah satu yang dapat diambil ibrah yakni kisah dari Nabi Ibrahim A.S. Sifatnya yang sabar, teguh

• Nabi Sulaiman banyak ilmu, hargai ilmu yang datang walau dari Hudhud (27:23‐5), dikelilingi makhluk‐makhluk hebat dan berilmu seperti Ifrit dan ahli ilmu, berbincang untuk

Sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas dalam menyusun skripsi dengan judul “Nilai-nilai Pendidikan dalam Kisah Nabi Musa – Nabi Khidir (Analisis Surat al-Kahfi ayat 60

Tidak aneh jika seruannya disambut antusias oleh kalangan bawah (arâdzil) yang merupakan mayoritas masyarakat. Sedangkan kisah Nabi Mûsâ as. mengajarkan bahwa ajaran

Pertama, Palestina merupakan tempat dimana kerajaan nabi Sulaiman as berada, teks Al Qur’an secara lugas menyebutkan bahwasannya nabi Sulaiman as sama sekali tidak

Dari berbagai penjelasan di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dari interaksi pendidikan Islam dalam Al Qur’an (Kisah nabi Ibrahim dan Ismail adalah gambaran

Malaikat dalam kisah Al-Qur‟an mempunyai peranan seperti manusia, dan bahkan sering datang dalam bentuk manusia biasa. Di sini orang baru mengetahui bahwa mereka itu

Tafsir al-Iklil fi Ma'ani al-Tanzil karya Misbah Mustafa menafsirkan Surah al-Naml ayat 16 dengan riwayat bahwa ada burung merpati dan katak yang berdoa kepada Allah, pada Surah al-Naml ayat 44 menceritakan kisah Nabi Sulaiman dan Ratu Bilqis dengan riwayat Israiliyat yang bertentangan dengan hukum Islam, ketika menafsirkan kata