PROSES PEMBUATAN VALVE FLANGE
PADA CROSS-FLOW TURBINE
LAPORAN KERJA PRAKTEK
Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Kurikulum Dalam Mencapai Gelar Diploma Tiga
Disusun Oleh,
Nama :Muhammad Dimas Kumarudin
NPM : 2113015
Jurusan : D3 Teknik Mesin
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA ( STT MANDALA )
BANDUNG 2023
LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN KERJA PRAKTEK
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI MANDALA BANDUNG
Judul : PROSES PEMBUATAN VALVE FLANGE
PADA CROSS-FLOW TURBINE
Nama : Muhammad Dimas Kumarudin
NPM : 2113015
Jurusan : Teknik Mesin
Program : Diploma Tiga (D-3)
Bandung, 08 September 2023 Mengetahui,
Dosen Pembimbing Rusman,S.T,M.T NIDN.0414035901
Pembantu Ketua 1 Bidang
Akademik Dan
Kemahaiswaan
Ketua Program Studi
Dr. Ir. Samun Haris, M.T NIDK. 8876223419
Dadang Jatnika, Ir. M.Eng.
NIDK. 8813520016
LEMBAR PENGESAHAN PIHAK PERUSAHAAN
CV. PRIMA TUNGGAL TEKNIK
Laporan ini disetujui oleh : CV. PRIMA TUNGGAL TEKNIK
Disetujui oleh :
Direktur Utama Pembimbing Lapangan
Jajang Permana Yana
SURAT KETERANGAN PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
Bersamaan ini disampaikan bahwa :
Nama Mahasiswa : Muhammad Dimas Kumarudin
NPM : 2113015
Jurusan : Teknik Mesin
Program : Diploma Tiga (D-3)
Untuk diisi
perusahaan :
Keterampilan : 5 6 7 8 9 10 Kerajinan : 5 6 7 8 9 10 Etika : 5 6 7 8 9 10
Tanggal : 08 Desember 2023
Nama Penilai : Yana
Jabatan : Production Departement
Nama Perusahaan : CV. PRIMA TUNGGAL TEKNIK
Alamat : Jl. Kampus 2A Dalam No. 21 Babakan Sari -kiaracondong Bandung 40283
Bandung, 8 September 2023 Penilai,
Yana
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya bagi Tuhan Yang Maha Esa oleh karena anugerah-Nya yang melimpah, kemurahan dan kasih setia yang besar,akhirnya penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul Proses Pembuatan Valve
Flange Pada Cross-Flow Turbine ini tepat pada waktunya dan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti proyek akhir.
Kerja praktek yaitu suatu kegiatan yang diwajibkan oleh Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung yang mempunyai tujuan agar para mahasiswa/mahasiswi mampu mempunyai pengalaman bekerja langsung dilapangan dan dapat mengimplementasikan ilmu yang telah dipelajari selama bangku perkuliahan. Adapun laporan ini disusun berdasarkan kerja di lapangan, sharing dengan pembimbing lapangan dan pengumpulan materi atau data yang sesuai dengan kerja praktek dilapangan. Kerja praktek ini dilaksanakan dari tanggal 04 September 2023 sampai dengan 04 Desember 2023 yang bertempat di CV.Prima Tunggal Teknik.
Tak lupa penulis menyampaikan Terimakasih yang sedalam-dalamnya atas bimbingan, Ilmu, nasehat, dan mendoakan saya serta bantuannya selama kerja praktek ini sehingga penulis mendapatkan pengalaman yang sangat berharga dan ilmu yang sangat bermanfaat, beberapa diantarannya.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyampaikan Ucapan Terimakasih yang tak Terhingga Kepada Pihak-Pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, Khususnya Kepada :
1. Bapak Prof. H. Dwiyono, MT selaku ketua Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung.
2. Bapak Dr. Ir. Samun Haris, M.T selaku Pembantu Ketua 1 Bidang Akademik Dan Kemahaiswaan
3. Bapa Rusman ST., MT, Selaku Dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungannya.
4. Bapak Dadang jatnika, Ir., M.Eng, Selaku Ketua Jurusan Program Studi Teknik Mesin D-III
5. Bapak Kuncoro, yang telah membingbing saya untuk Kerja Praktek di Cv.Prima Tunggal Teknik (workshop)
6. Bapak Yana, Selaku ketua pembimbing di Cv.Prima Tunggal Teknik (Workshop)
7. Kepada dosen dosen Sekolah Tinggi Teknologi Mandala Bandung yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta dukungannya.
8. Rekan-rekan kerja di Cv.Prima Tunggal Teknik (workshop)
9. Keluarga tercinta, yang selalu mendukung saya,Mendoakan saya dan membantu baik berupa moril maupun materil.
10. Teman Terdekat Saya Rizqi Hidayatusshoimah yang Sangat Membantu Dalam Menyelesaikan Laporan Akhir ini dari segi Waktu, Pemikiran serta Suportnya.
11. Teman-teman Satu angkatan STT-Mandala atas dukungan dan motivasinya.
Dari segi penulisan laporan ini penulis merasa masih banyak kekurangan kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu kritik dan sasaran dari semua pihak sangat di harapkan oleh penulis demi penyempurnaan pembuatan laporan ini.
Bandung, 8 September 2023
Muhammad dimas kumarudin
BAB I PENDAHULUAN
Latar belakang
Dalam sebuah sistem PLTA, turbin air merupakan salah satu peralatan utama selain generator. Turbin air adalah alat yang dirancang untuk merubah energi potensial air menjadi energi puntir. Energi puntir inilah yang kemudian diubah menjadi energi listrik oleh generator. Turbin air adalah mesin penggerak, dimana energy fluida kerja dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin.
Jadi berbeda dengan yang terjadi dengan mesin torak, pada turbin tidak terdapat bagian mesin yang bergerak translasi. Bagian turbin yang berputar dinamakan rotor atau roda turbin, sedangkan bagian yang tidak begerak dinamakan stator atau rumah turbin. Roda turbin terletak didalam rumah turbin dan roda turbin memutar poros daya yang menggerakan atau memutar beban (genertor listrik, baling- baling, dan lain-lain.
Valve flange pada cross-flow turbine. Valve Flange adalah jenis sambungan yang menggunakan paking antara flensa katup dan pipa untuk menutup sambungan. Itu diamankan dengan baut, dan jika dipasang dengan benar, sambungan flange membuat segel kedap cairan.
Pada perkembangan teknik manufaktur menuntut produk yang berkualitas, maka diperlukan suatu alat yang efisien dan efektif. pada awalnya cross- flow turbine dilakukan secara manual dengan memanfaatkan tenaga manusia, akan tetapi hal tersebut membutuhkan waktu yang sangat lama. kemudian berubah menggunakan teknologi modern seperti mesin turbin sekaligus dengan porosnya.
Program studi D3 Teknik mesin sekolah tinggi teknologi mandala Bandung selalu berupaya dari waktu ke waktu untuk memperbaiki mutu Pendidikan guna menyiapkan tenaga kerja yang professional pada bidangnya.
Mutu dan kompetensi lulusan selalu diupayakan agar sedekat mungkin dengan kebutuhan penggunaan jasa kelulusan, dalam hal ini pihak industri , seperti tertuang dalam kebijakan mutu lulusan, program studi D3 Teknik mesin bertekad menghasilkan lulsan yang mempunyai kemampuan sesuai dengan standar kompetensi industry dan siap dalam menyelenggarakan Pendidikan yang memiliki kekhasan dengan daya saing yang tinggi .
Sekolah tinggi Teknologi Mandala Bandung sebagi Lembaga akademisi yang berorientasi pada ilmu pengetahuan dan teknologi, melakukan salah satu perwujudan usaha mencetak tenaga kerja ahli adalah dengan kewajiban mahasiswa melakukan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ). Pada program studi D3 Teknik Mesin mahasiswa diwajibkan untuk melakuka
Terkait uraian diatas, penulis melakukan kegiatan PKL di CV. Prima Tunggal Teknik Bandung. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur yang memproduksi suku cadang ( spart part ), permesinan khususya untuk alat-
alat produksi pembangkit tenaga listrik air (PLTA). Pelaksanaan kegiatan PKL ini dimulai pada tanggal ( 04 September 2023 ) sampai dengan ( 04 desember 2023 ).
Studi kasus yang penulis angkat saat melakukan kegiatan PKL, adalah “ proses pembuatan Valve Flange di CV. Prima Tunggal Teknik “. diharapkan dengan dibuatnya tahapan proses pembuatan ini akan membantu proses produksi di CV. Prima Tunggal Teknik. Bersama bila mana akan membuat parts tersebut diwaktu yang akan datang.
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya:
1. Membuat dan merancang gambar valve flange di turbin cross flow 2. Proses pembuatan valve flange
3. Poros diteliti dalam kondisi tanpa beban atau dalam posisi netral 1.3 Batasan masalah
Dari banyak permasalahan yang telah diidentifikasi, maka laporan ini hanya dibatasi pada proses pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine.
1.4 Rumusan masalah
1.2 Identifikasi masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasikan beberapa masalah diantaranya:
1. Membuat dan merancang gambar valve flange di turbin cross flow 2. Proses pembuatan valve flange
3. Poros diteliti dalam kondisi tanpa beban atau dalam posisi netral
1.3 Batasan masalah
Dari banyak permasalahan yang telah diidentifikasi, maka laporan ini hanya dibatasi pada proses pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine.
1.4 Rumusan masalah
Mengacu pada Batasan masalah diatas, maka yang dapat dikemukakan dalam rumusan masalah ini adalah :
1. Bagaimana proses dan urutan pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine?
2. Apa bahan yang digunakan untuk Valve flange pada cross-flow turbine?
3. Apa saja peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine
4. Bagaimana fungsi komponen Valve flange pada cross-flow turbine setelah diuji coba ?.
1.5 Tujuan masalah
Sesuai dengan rumusan masalah yang dihadapi maka tujuan pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine adalah :
1. Menentukan proses dan urutan pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine
2. Menentukam peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine
3. Menentukan bahan yang digunakan dalam proses pembuatan Valve flange pada cross-flow turbine
4. Mampu mengetahui hasil fungsi komponen Valve flange pada cross-flow turbine
1.6 Tujuan Kerja Praktek
Kerja praktek dilaksanakan dengan tujuan agar mahasiswa memiliki kemampuan secara professional dalam menyelesaikan masalah-masalah bidang mesin yang ada dalam dunia kerja. Selain itu, mahasiswa dapat mengetahui aplikasi Teknik mesin di dunia industry, dengan bekal ilmu yang diprileh pada masa kuliah.
1.7 Lokasi,Waktu,Dan Lama Kerja Praktek
Nama Perusahaan : CV. PRIMA TUNGGAL TEKNIK
Alamat : Jl. Kampus 2A Dalam Kiaracondong, Bandung
Email : [email protected]
Waktu : 08 September 2023 s.d 08 Desember 2023
1.8 Metode penelitian
Metode yang digunakan penulis yaitu metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan untuk memperoleh data dan informasi-informasi yang berhubungan erat dengan permasalahan yang sedang diteliti. Sedangkan untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan, maka penyusun menggunakan cara yaitu :
1. Penelitian lapangan ( field Research ), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara dating langsung ke tempat kerja yang menjadi objek penelitian.
2. Observasi, yaitu Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dengancara mengamati kegiatan perusahaan, terutama yang berhubungan erat dengan masalah yang diteliti.
3. Wawancara langsung dengan para karyawan atau pemimpin dilapangan.
4. Penelitian perusahaan ( liberay research ), yaitu Teknik penelitian yang dilakukan dengan cara membaca buku atau catatan serta literatur yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
1.9 Manfaat penelitian
Manfaat yang diperoleh dari dari pembuatan valve flange adalah : 1. Bagi mahasiswa, yaitu :
a. memenuhi mata kuliah kerja praktek ( KP ) Yang wajib ditempuh untuk persyaratan mengikuti proyek akhir
b. sebagai suatu penerapan teori dan praktik kerja yang telah diperoleh suatu dibangku perkuliahan
c. mengetahui fungsi dan tujuan tujuan pembuatan valve flange 2. bagi dunia industry , yaituh :
a. mempercepat proses produksi dan efisiensi waktu b. meningkatkan jumlah produktifitas
1.10 Sistematika Penulisan
Dalam hal ini, penulis membuat sistematika kedalam 5 ( lima ) Bab dan setiap bab akan dibagi lagi atas sub-sub bab sesuai dengan yang diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, Batasan masalah, Rumusan masalah, Tujuan masalah, Tujuan Kerja Praktek, Lokasi, Waktu, dan Lama kerja praktek, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, serta Sistematika Penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini merupakan Tinjauan Pustaka, sumber-sumber buku tentang Mesin Bubut, Mesin Frais, serta mesin lainnya yang digunakan untuk pembuatan valve flange.
BAB III DATA TEKNIS DARI SISTEM YANG DITUNJAU
Pada bab ini merupakan Data Tekinis Dari Sistem Yang Ditinjau yang mengacu pada Alat dan Bahan serta Langkah-langkah nya.
BAB IV ANALISA DATA DARI SISTEM YANG DITINJAU
Pada bab ini merupakan Analisa Data dari Sistem yang Ditinjau membahas tentang pembuatan valve flange.
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari laporan ini yang berisikan simpulan dan saran atas pembahasan dari Kerja Praktek ( KP ) yang telah dilakukan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Mesin Bubut
Defini Mesin Bubut (bahasa Inggris: lathe) adalah mesin perkakas yang memutar benda kerja pada sumbu rotasi untuk melakukan berbagai proses seperti pemotongan, pengamplasan, knurling, pengeboran, deformasi, pembubutan muka, dan pemutaran, dengan alat yang diterapkan pada benda kerja untuk membuat objek dengan simetri terhadap sumbunya. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
2.2 Jenis -jenis Pembubutan
a. Pembubutan tepi (facing)
Pengerjaan benda kerja terhadap tepi penampangnya atau tegak lurus terhadap sumbu benda kerja.
b. Pembubutan silindris ( turning )
Pengerjaan benda kerja dilakukan sepanjang garis sumbunya. Baik pengerjaan tepi maupun pengerjaan silindris posisi dari sisi potong pahatnya harus terletak senter terhadap garis sumbu dan ini berlaku untuk semua proses pemotongan pada mesin bubut.
c. Pembubutan alur ( grooving )
Pembubutan yang di lakukan di antara dua permukaan.
d. Pembubutan tirus (chamfering) Adapun caranya sebagai berikut:
- Dengan memutar compound rest - Dengan menggeser sumbu tail stock - Dengan menggunakan taper attachment.
e. Pembubutan ulir (threading)
Bentuk ulir didapat dengan cara menggerinda pahat menjadi bentuk yang sesuai dengan menggunakan referensi mal ulir (thread gauge). Atau bisa juga menggunakan pahat tertentu ukurannya yangsudah di jual di pasaran, biasanya untuk ulir-ulir standar.
f. Drilling
Membuat lubang awal pada benda kerja g. Boring
Memperbesar lubang pada benda kerja h. Kartel ( Knurling )
Membuat profil atau grif pegangan pada benda kerja seperti pada pegangan tang,obeng agar tidak licin
i. Reaming
Memperhalus lubang pada benda kerja. Hal ini dilakukan untuk hasil pembubutan dalam atau pengeboran di atas mesin bubut. Pada tingkatan tertentu dibutuhkan kehalusan sesuai ketentuan. Untuk kegiatan tersebut dipergunakan alat Reamer. Benda berlubang yang akan dihaluskan dikepit pada cekam kepala tetap, sementara reamer dipasang pada hower dan dijepit di senter kepala lepas. Pada saat proses penghalusan, posisi kepala lepas didekatkan sehingga reamer dapat masuk ke lubang benda kerja.
Selanjutnya, mesin dinyalakan dan putaran reamer digerakkan memasuki lubang sehingga geriginya bergesek dengan dinding lubang. Pada saat itulah terjadi proses penghalusan dinding lubang.
2.3 Definisi Pahat Bubut
Pahat Bubut adalah suatu alat potong yang digunakan pada saat proses pembubutan, dan jenisnya juga cukup beragam, disesuaikan dengan fungsinya.
Penggunaan pahat bubut harus disesuaikan dengan fungsinya agar pahat tidak rusak atau aus. Jadi pengguna harus bisa membedakan pahat yang akan digunakan pada mesin bubut. Berbagai pengerjaan yang bisa dilakukan yaitu pembubutan Material Pahat Bubut
Bahan material yang digunakan pada pahat bubut dikategorikan beberapa jenis yaitu pahat bubut dari karbon, HSS / Baja kecepatan tinggi, Paduan cor
nonferri, Keramik, Karbida, CBN / cubic boron nitrides, dan Intan yaitu Sintered dan Natural diamond.
2.4 Jenis – jenis pahat Bubut
1. Pahat Bubut Rata Kiri
Pahat bubut rata kiri berfungsi untuk membubut diameter luar pada benda kerja, dengan arah pemakanannya dari kiri ke arah kanan.
2. Pahat Bubut Sisi
Pahat bubut sisi fungsinya hampir sama dengan pahat bubut rata.
Perbedaannya terletak pada besar sudut puncaknya, dimana pahat bubut muka puncaknya hanya mencapai 55°.Pahat bubut ini digunakan untuk membubut permukaan ujung benda kerja hingga rata, baik benda kerja yang ditahan oleh senter atau tidak. Pemakanannya di mulai dari bagian tengah (titik senter) ke arah sisi benda kerja, sehingga gerakannya mundur ke atas dan dalam membubut menggunkan pahat bubut sisi, putaran benda kerja harus benar. Karena jika putaran salah dapat mengakibatkan benda kerja tidak tersayat dengan benar, serta memberi beban pada pahat yang dapat menyebabkan pahat menjadi aus.
3. Pahat Bubut Potong
Pahat bubut potong berfungsi untuk memotong benda kerja dengan cara menyayat benda kerja yang berputar. Pemotongan ini dilakukan dengan memutar spindel eretan lintang untuk menghasilkan gerakan memotong benda kerja.
4. Pahat Ulir
Pahat ulir berfungsi untuk membuat ulir pada proses pembubutan dan ulir yang bisa dibuat dari pahat ini adalah ulir ganda, ulir tunggal, ulir kanan dan ulir kiri. Proses pembuatan ulir ini sendiri biasanya akan dilakukan secara otomatis yang bisa diatur pada mesin bubut untuk menghasilkan ulir yang presisi.
5. Pahat Alur
Pahat alur digunakan untuk membuat celah alur pada benda kerja sesuai dengan kebutuhan dan biasanya digunakan untuk pembatas pada anak ulir benda kerja.
6. Pahat Bentuk
Pahat bentuk adalah pahat yang mata pemotongannya berbentuk sedemikian rupa sehingga hasil pemotongannya akan berbentuk sesuai dengan bentuk mata potongnya.
Pada umumnya pahat ini memiliki sudut-sudut bebas sehingga dapat bergerak ke kiri atau ke kanan serta maju tegak lurus.
7. Pahat Chamfer
Pahat bubut chamfer berfungsi untuk membuat bentuk chamfer umumnya sampai 45º pada benda kerja atau membuat diameter sisi benda kerja menjadi tidak tajam (tumpul).
8. Pahat Bubut Rata Dalam
Pahat bubut rata dalam berfungsi untuk membubut lubang atau bagian dalam benda kerja. Umumnya digunakan untuk memperbesar diameter benda kerja.
9. Pahat Bubut Muka Dalam (Facing)
Pahat bubut facing dalam ini digunakan untuk meratakan bagian muka dalam lubang benda kerja kerja pada saat pembubutan dalam.
10. Pahat Alur Dalam
Pahat alur dalam berfungsi untuk membuat alur dalampada lubang benda kerja.
2.5 Bagian – Bagian Mesin
Mesin bubut terdiri dari kepala tetap dan meja. Adapun penjelasannya sebagai berikut
1. Kepala Tetap
Kepala tetap adalah bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kiri mesin, dan bagian inilah yang memutar benda kerja yang di dalamnya terdapat transmisi roda gigi. Pada Kepala tetap ini ditempatkan berbagai bagian mesin yang memudahkan kita melakukan pekerjaan. beberapa bagian yang ada di kepala tetap adalah Plat mesin; engkol pengatur pasangan roda gigi;cakra bertingkat;
motor penggerak mesin.Pada kepala tetap ini pula kita memasang alat pemegang benda kerja sehingga aman pada saat dikerjakan. Alat pemegang atau penjepit ini disebut Cekam. Cekam ini dibedakan menjadi dua, yaitu Cekam rahang tiga dan cekam rahang empat.
2. Selang Cooland atau Pendingin
Berfungsi untuk menyemprotkan cairan coolant saat membubut. Coolant berguna untuk menyetabilkan suhu alat potong dan sehingga ketajaman mata potong bisa lebih awet dan hasil pembubutan lebih optimal. Contohnya dalam proses pengeboran benda kerja. Namun tidak semua jenis alat membutuhkan coolant dalam proses pembubutan.
3. Tool post atau adukan pahat
Tool post ini berada di atas eretan atas. Digunakan untuk memegang atau menjepit pahat bubut saat proses pembubutan. Secara umum, tool post ada dua macam, yaitu :Standar tools post Tool post yang dalam pengaturan ketinggian mata pahat menggunakan ganjal. Cara pengencangan pahat dengan cara mengencangkan baut-baut yang terdapat di bagian atas tool post. Menurut jumlah rumah pahatnya tool post standar ada dua macam, yaitu memiliki rumah pahat satu dan rumah pahat empat. Tool post dengan satu rumah pahat, menyebabkan jumlah pAahat yang dapat dipasang hanya satu. Ketika harus mengganti pahat, operator harus mengatur ketinggian lagi untuk pahat selanjutnya.
4. Adjustable tool post
Tool post yang dalam mengatur ketinggian mata pahat tanpa menggunakan ganjal. Karena sudah dilengkapi dengan perlengkapan mekanik
yang dapat mengatur ketinggian pahat. Tool post ini ada dua macam, yaitu memiliki rumah pahat satu dan lebih dari satu. Penggunaannya sama dengan standar tool post.
5. Kepala Lepas
Bagian dari mesin bubut yang letaknya disebelah kanan dari mesin bubut, yang berfungsi untuk menopang benda kerja yang panjang. Pada saat mengerjakan benda berukuran panjang, kemungkinan bengkok sangat besar sehingga harus ditopang pada kedua ujung, yaitu di kepala tetap dan kepala lepas ini. Beberapa bagian yang ada di kepala lepas adalah; Center Putar, untuk memompang benda kerja,agar tidak terjadi gesekan, Handwill, pengunci poros,Pengunci alas.
6. Eretan
Eretan adalah alat yang digunakan untuk melakukan proses pemakanan pada benda kerja dengan cara menggerakkan ke kiri dan ke kanan sepanjang meja.
Eretan utama akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang dan eretan atas dan dudukan pahat.
Eretan alas
Ialah eretan yang kedudukannya pada alas mesin dan dapat bergerak ke kiri atau ke kanan sepanjang alas. Di dalamnya terdapat perlengkapan mekanik yang menggerakkan eretan tersebut secara otomatis atau digerakkan dengan tangan.
Eretan Lintang
Berada diatas eretan alas dan kedudukannya melintang terhadap alas.
Gerakan melintang, yaitu menjauhi atau mendekati operator, baik diputar dengan tangan maupun secara otomatis. Kegunaan eretan ini antara lain untuk memberikan tebal pemakanan pahat atau menggerakan pemakanan pahat. Pada bagian yang dekat dengan pemutarnya terdapat skala ukuran. Dengan skala ini kita dapat mengatur tebal penyayatan pahat.
Eretan Atas
erletak di atas eretan lintang dan diikat oleh 2 baut. Pada eretan ini terpasang rumah pahat. Kedudukan eretan dapat diubah-ubah atau diputar 360°
sesuai dengan kebutuhan. Pada bagian alasnya terdapat skala derajat. Eretan ini khususnya untuk membuat tirus dengan sudut yang besar pada jarak pendek.
Gerakannya tidak otomatis.
7. Motor Penggerak
Motor penggerak berada dibawah kepala tetap atau gearbox. Berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik atau memberikan mesin tenaga untuk bergerak.
8. tombol emergency stop
Digunakan dalam keadaan darurat untuk mematikan mesin. Tombol ini termasuk hal yang penting untuk keselamatan kerja. Umumnya mesin-mesin memiliki tombol ini.
9. Handle atau Tuas
Handle pada setiap mesin bubut berbeda-beda. Beda pabrik, beda ukuran, berbeda pula handle-handlenya. Cara menggunakan handle dapat disesuaikan atau berpedoman pada tabel yang menempel pada mesin. Fungsi dari handle ini ada berbagai macam, antara lain :
• Pengaturan kecepatan spindle (rpm)
• Pengaturan feeding atau kecepatan pemakanan secara otomatis
• Pengaturan arah pemakanan
• Pengaturan penguliran
• Menyalakan dan mematikan mesin
• Pengaturan arah putaran spindle 10. lampu penerangan
Lampu ini digunakan untuk membantu operator melihat benda kerja saat dibubut. Berguna juga untuk membantu operator melihat hasil pengukuran benda kerja. Namun tidak semua mesin bubut dilengkapi dengan lampu.
11. Alas Mesin
Alas mesin digunakan sebagai tumpuan gaya pemakanan pada waktu pembubutan dan juga sebagai tempat kedudukan kepala lepas, eretan, penyangga diam (steady rest).
12. Poros Transportir dan Poros Pembawa
Poros transportir adalah poros berulir berbentuk segi empat atau trapesium dengan jenis ulir withworth (inchi) atau metrik (mm) yang terletak dibawah eretan alas. Berfungsi untuk membawa eretan pada waktu pembubutan secara otomatis, misalnya pembubutan arah memanjang/ melintang dan ulir. Poros transporter untuk mesin bubut standar pada umumnya kisar ulirnya antara dari 6 sampai 8 mm. Poros pembawa adalah poros yang selalu berputar untuk membawa atau mendukung jalannya eretan dalam proses pemakanan secara otomatis. Untuk pengaturan kecepatan pemakanan otomatis, dapat dilihat dari tabel pemakanan pada mesin. Agar dapat memilih kecepatan yang tepat dan mendapatkan hasil pembubutan sesuai. dengan kebutuhan. Cara pengaturannya mirip dengan pengaturan rpm dengan mengatur handle.
13. Rem Kaki
Digunakan untuk menghentikan mesin. Rem ini sangat berguna ketika mengulir dan berhenti pada posisi tertentu. Dalam keadaan darurat, operator juga bisa menggunakan rem kaki untuk menghentikan mesin. Demikianlah pembahasan lengkap mengenai komponen utama mesin bubut dan fungsinya.
Semoga bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Jangan lupa untuk share informasi ini dengan tema-teman yang lain.
2.6 Jenis Lain Mesin Bubut Secara Prinsip
1. mesin bubut centre Latte
Mesin bubut ini dirancang untuk berbagai macam bentuk dan yang paling umum digunakan, cara kerjanya benda kerja dipegang (dicekam) pada poros spindle dengan bantuan chuck yang memiliki rahang pada salah satu ujungnya, yaitu pada pusat sumbu putarnya, sementara ujung lainnya dapat ditumpu dengan center lain.
2. mesin bubut sabuk
Poros spindel akan memutar benda kerja melalui piringan pembawa sehingga memutar roda gigi yang digerakkan sabuk atau puli pada poros spindel.
Melalui roda gigi penghubung, putaran akan disampaikan ke roda gigi poros ulir.
Oleh klem berulir, putaran poros ulir tersebut diubah menjadi gerak translasi pada eretan yang membawa pahat. Akibatnya pada benda kerja akan terjadi sayatan yang berbentuk ulir.
3. mesin bubut vertical turning and boring miling
Mesin ini bekerja secara otomatis, pada pembuatan benda kerja yang dibubut dari tangan, pekerjaan yang tidak dilakukan secara otomatis hanyalah pemasangan batang-batang yang baru dan menyalurkan produk-produk yang telah dikerjakan, oleh sebab itu satu pekerja dapat mengawasi beberapa buah mesin otomatis dengan mudah.
4. mesin bubut faching lathe
Sebuah mesin bubut terutama digunakan untuk membubut benda kerja berbentuk piringan yang besar. Benda-benda kerjanya dikencangkan dengan cakar-cakar yang dapat disetting pada sebuah pelat penyeting yang besar, tidak terdapat kepala lepas.
5. mesin bubut turret
Mesin bubut turret mempunyai ciri khusus terutama menyesuaikan terhadap produksi. “Ketrampilan pekerja” dibuat pada mesin ini sehingga memungkinkan bagi operator yang tidak berpengalaman untuk memproduksi kembali suku cadang yang identik. Kebalikannya, pembubut mesin memerlukan
operator yang sangat terampil dan mengambil waktu yang lebih lama untuk memproduksi kembali beberapa suku cadang yang dimensinya sama.
Karakteristik utama dari mesin bubut jenis ini adalah bahwa pahat untuk operasi berurutan dapat disetting dalam kesiagaan untuk penggunaaan dalam urutan yang sesuai. Meskipun diperlukan keterampilan yang sangat tinggi untuk mengunci dan mengatur pahat dengan tepat tapi satu kali sudah benar maka hanya sedikit keterampilan untuk mengoperasikannya dan banyak suku cadang dapat diproduksi sebelum pensettingan dilakukan atau diperlukan kembali.
6. mesin bubut turret jenis sadel
Mempunyai turret yang dipasangkan langsung pada sadel yang bergerak maju mundur dengan turret.
7. mesin bubut turret vertical
Mesin bubut vertikal adalah sebuah mesin yang mirip Freis pengebor vertikal, tetapi memiliki karakteristik pengaturan turret untuk memegang pahat.
Terdiri atas pencekam atau meja putar dalam kedudukan horizontal, dengan turret yang dipasangkan di atas rel penyilang sebagai tambahan, terdapat paling tidak satu kepala samping yang dilengkapi dengan turret bujur sangkar untuk memegang pahat.
Semua pahat yang dipasangkan pada turret atau kepala samping mempunyai perangkat penghenti masing-masing, sehingga panjang pemotongan dapat sama dalam daur mesin yang berurutan. Pengaruhnya adalah sama seperti bubut turret yang berdiri pada ujung kepala tetap. Dan mempunyai segala ciri yang diperlukan untuk memudahkan pemuat, pemegang dan pemesinan dari suku cadang yang diameternya besar dan berat. Pada mesin ini hanya dilakukan pekerjaan pencekaman.
2.7 Identifikasi Alat Dan Mesin Yang Digunakan
Proses pembuatan poros pengaduk selai pada alat ini menggunakan beberapa mesin beserta alat bantu yang sesuai dengan bentuk komponen yang
akan dibuat. Tabel 1 menunjukan beberapa mesin beserta alat pendukung yang digunakan dalam proses pembuatan poros mesin pengaduk selai.
Tabel 2.1. Daftar mesin dan alay yang digunakan untuk pembuatan Valve Flange.
No Alat atau mesin yang digunakan
Jumlah Keterangan
1 Mesin gergaji dan
kelengkapannya
1 2 Mesin bubut dan alat
kelengkapannya
1 3 Mesin frais dan kelengkapannya 1
4 Jangka sorong 2 Ketelitian 0,05 & 0,01 mm
5 Mistar baja 1
6 Pahat bubut carbida 3
7 Center drill 1
8 End mill 1 ∅6,∅12,∅12mm
9 Collet 1
10 Kacamata 1
11 Sarung tangan 1
12 Mesin las smaw 1 Elektroda 2,6
Secara garis besar proses pembuatan poros utama dan poros eksentrik menggunakan alat yang sama dengan demikian alat-alat tersebut bisa dijelaskan satu persatu diantaranya:
1.Mesin gergaji
Langkah awal pada proses pengerjaan poros utama yaitu mengukur dan memotong bahan sesuai ukuran, tetapi pada pemotongan dengan gergaji tidak akan menghasilkan permukaan yang halus oleh sebab itu ukuran pemotongan bahan kerja dengan menggunakan gergaji harus ditambah panjang sedikit sekitar
± 5 mm. Hal ini dilakukan agar benda kerja masih memiliki panjang lebih dar tuntutan gambar kerja, sehingga masih terdapat sisa panjang tersebut untuk pekerjaan facing. Dengan cara tersebut hasil dari benda kerja akan lebih presisi dan lebih halus. Mesin gergaji (lihat Gambar 1 ) adalah alat perkakas yang digunakan untuk memotong benda kerja secara cepat.
Gambar 2.1. Mesin gergaji Sumber : galeri pribadi
Cara kerja mesin gergaji yaitu dengan memanfaatkan perputaran motor yang dihubungkan dengan eksentrik. Eksentrik inilah yang mengakibatkan gergaji dapat bergerak maju dan mundur. Pemakanan terjadi ketika gerakan gergaji maju.Ukuran daun gergaji juga berbeda ukuran, panjang, lebar, dan tebalnya dibandingkan dengan gergaji tangan. Pada umumnya mempunyai gigi tunggal, sifatnya kaku, dan mudah patah, banyaknya gigi antara (6-14) gigi tiap incinya. 13 Kebanyakan letak gigi harus menghadap kearah mesin agar pemotongan tertuju pada badan mesin, dan gigi gergaji tidak tercekam benda kerja hingga melenting dan patah karna tekanan pemakanan. (Daryanto, 2006: 106-109 ). Macam-macam kecepatan potong berdasarkan bahannya dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 kecepatan potong
No Bahan Langkah permenit
Dengan cairan Tanpa cairan
1 Baja karbon rendah 100 – 140 70 – 100
2 Baja karbon menengah 100 – 140 70
3 Baja karbon tinggi 100 70
4 Baja carbida 100 70
5 Baja campuran 100 70
6 Besi tuang 70 – 100
7 Alumunium 100
8 Perunggu 70
Selain itu Vector E reff Juga memberikan pedoman mengenai hubungan table bahan yang akan dipotong dengan lebar daun mata gergaji serta jarak antar puncak gigi pemotong dengan puncak gigi pemotong berikutnya atau jumlah gigi pemotong pada setiap 1 (satu) inchi panjang daun mata gergaji. Pedoman table tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Hubungan tebal bahan, lebar daun dan jarak puncak gigi gergaji Tebal bahan yang
dipotong
Lebar daun gergaji Jarak puncak gigi-gigi pemotong Sampai 16 mm
16-25 mm 25-100 mm 100-250 mm 250-500 mm
25 mm 25 mm 25 mm 25-32 mm 32-50 mm
2,5 mm 3 mm 4 mm 6 mm 8 mm
2.Mesin bubut ( machine )
Mesin bubut atau turning machine (lihat Gambar 5) adalah suatu mesin perkakas yang digunakan untuk merubah ukuran dan bentuk dari benda kerja dengan cara menyayat benda kerja dengan menggunakan pahat. Benda kerja yang berputar tersebut dipasang pada cekam mesin bubut, kemudian pahat melakukan penyayatan memanjang, melintang, atau kombinasi dari keduanya.
Mesin bubut juga dapat diartikan sebagai salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Ukuran dari mesin bubut diukur dari jarak senter kepala tetap sampai senter kepala lepas, ini merupakan jarak terpanjang dari benda kerja yang dapat dibubut (Wirawan Sumbodo dkk, 2008:227).
Gambar 2.2. Mesin bubut Sumber: Galeri Pribadi
Pada proses cara kerja mesin bubut yaitu benda kerja diikat atau dipegang dengan suatu alat pemegang atau pengikat yang disebut chuck. Cekam ditempatkan atau dipasang pada ujung poros utama mesin bubut dengan sambungan pasak atau sambungan ulir, sehingga benda kerja pada chuck ikut berputar pada saat mesin dijalankan. Alat potong (Tools) dipasang pada tool post yang kemudian dipakai untuk membentuk benda kerja dengan cara disayatkan pada benda kerja yang berputar (Widarto, 2008:144). Pada saat penyayatan pahat bergerak secara memanjang maupun melintang atau kombinasi dari gerak tersebut. Putaran sumbu utama diperoleh dari motor listrik dengan menggunakan penghantar sabuk penggerak. Proses pembubutan sendiri diklasifikasikan menjadi dua, yaitu pengerjaan bagian luar benda kerja (outside turning) dan pengerjaan bagian dalam benda kerja (inside turning). Proses pengerjaan tersebut diantaranya:
a.Membubut silindris (turning), yaitu proses mengurangi diameter luar dari benda kerja.
b. Membubut muka (facing), yaitu proses mengurangi Panjang benda kerja c. Membubut alur (Grooving), yaitu proses pembubutan alur pada benda kerja d. Pembuatan lubang (drilling), yaitu proses pembuatan lubang pada benda kerja menggunakan mata bor.
e. Reamer (reaming), yaitu membubut lubang dari hasil pengeboran yang memiliki akurasi, kebulatan dan kehhalusan dalam derajat yang tinggi.
f. Pemotongan (cut off), yaitu proses pemotongan benda kerja pada mesin bubut dengan pahat potong.
g. Membuat lubang (boring), yaitu proses pembuatan dengan memperbesar
diameter lubang dapat dilakukan dengan pahat bubut.
h. Membuat eksentrik (ecentrik turning), yaitu proses membubut benda kerja yang memiliki sumbu tidak sepusat dengan sumbu utama mesin bubut.
i. Membubut tirus (taper turning), yaitu proses membubut tirus pada benda kerja dengan sudut kemiringan tertentu.
j. Membubut ulir (tread cutting), yaitu pembuatan ulir luar maupun ulir dalam pada benda kerja.
k. Membubut profil (profile turning), yaitu proses membubut profil pada benda kerja.
Pada proses pembubutan yang perlu diperhatikan di antaranya kecepatan putar spindel (spindle speed), gerak makan (feed), kedalaman pemakanan (dept of cut), waktu pemotongan, jenis pahat dan bahan benda kerja yang digunakan Parameter-parameter penyayatan dapat dilihat pada Gambar 3
Gambar2.3. Parameter penyayatan pada proses bubut Sumber: Galery Pribadi
a. Kecepatan potong (cutting speed)
Kecepatan potong (cutting speed) yaitu kemampuan sebuah alat potong untuk menyayat bahan dengan aman dan menghasilkan tatal dalam satuan panjang/waktu (m/menit atau feet/menit) atau panjang tatal yang dihasilkan dalam satu menit (Wirawan Sumbodo dkk, 2008 : 260-261).
Rumusnya yaitu:
vc=π . d , n 1000
Ket :
n = putaran (rpm)
Vc = cutting speed (m/menit) d = diameter benda kerja (mm)
Kecepattan potong (cutting speed) juga bisa didapat dari pembacaan table yang harganya tergantung dari jenis bahan dan jenis pahat yang digunakan, lihat Tabel 5. Dari rumus tersebut diperoleh angka putaran mesin (rpm).
b. Kecepatan pemakanan ( feeding )
Kecepatan pemakanan (feeding) pada mesin bubut adalah jarak tempuh gerak maju pisau/benda kerja dalam satuan millimeter permenit atau feet per menit. Pada gerak putar, kecepatan pemakanan, f adalah gerak maju alat potong/bendakerja dalam n putaran benda kerja/pisau permenit.
Rumus
V f=F . n Keterangan :
Vf = kecepatan makan ( mm/ menit ) F = gerak makan ( mm/put )
N = putaran poros utama ( benda kerja ) ( rpm) c. Waktu pembubutan
Waktu pembubutan adalah waktu yang digunakan untuk melakukan pembubutan benda kerja yang dipengaruhi oleh kecepatan pemakanan, kedalaman potong, panjang pembubutan, dan putaran mesin.
Rumus
τ h= L a. η Keterangan :
th= waktu kerja mesin ( menit ) L= Panjang benda kerja total a= kecepatan pemakanan ( mm/put )
n= putaran permenit ( rpm ) d. Kedalaman potong
kedalaman potong (dept of cut) adalah besarnya atau dalamnya pemotongan dalam satu pengerjaan pembubutan. Kedalaman pemotongan juga dipengaruhi oleh putaran mesin, bahan benda kerja, jenis pahat yang digunakan, dan kecepatan potong.
Rumus
α=D−d 2.i (mm) Keterangan :
a= kedalaman potong
D= Diameter besar benda kerja ( mm) d= diameter kecil benda kerja ( mm )
e. Putaran mesin ( rpm )
Putaran mesin adalah angka yang menunjukan berapa kali putaran (revolusi) spindel mesin dalam satu menit.
Rumus
n=1000.V . c π d (rpm) Keterangan :
Vc=kecepatan potong n= putaran mesin (rpm)
π = keliling benda kerja ( mm ) d=¿ diameter benda kerja ( mm )
f. Kecepatan penghasilan bram ( widarto 2008 : 151) : Rumus
Z=A,v
Keterangan : A = a .f (mm²)
v = Kecepatan potong (m/menit)
Z = Kecepatan penghasilan bram (cm²/menit) g. Pencekaman benda kerja pada mesin
Pencekaman/pemegangan benda kerja pada mesin bubut bisa menggunakan beberapa cara. Cara yang pertama adalah benda kerja tidak dicekam, yaitu menggunakan dua senter di kedua sisi. Cara kedua yaitu dengan menggunakan alat pencekam. Alat pencekam yang bisa digunakan adalah: Cekam rahang tiga (untuk benda silindris). Alat pencekam ini tiga rahangnya bergerak bersamaan menuju sumbu cekam apabila salah satu rahangnya digerakkan
Gambar2.4 . cekam rahang empat Sumber: Galeri Pribadi h. Pahat bubut
enis pahat bubut yang digunakan yaitu pahat baja HSS. Adapun macam- macam pahat bubut dapat dilihat pada Gambar 5
Gambar 2.5. Pahat bubut
Sumber: Galeri Pribadi i. Eretan
Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (cross carriage) yang bergerak melintang alas mesin dan eretan atas (top carriage) yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas eretan melintang. Eretan adalah untuk memberikan pemakanan yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual.
Gambar 2.6 Eretan Sumber: Galeri Pribadi j. Kepala tetap
Kepala tetap berfungsi menampung dan menyangga spindle kerja dan penggeraknya. Karena kepala tetap merupakan lemari gigi. Unsur ini tidak hanya menyalurkan daya motor, melainkan juga harus memungkinkan perubahan besarnya putaran untuk pemilihan kecepatan putaran sayat yang ekonomis pada garis tengah benda kerja tertentu denganjalan memindahkan
Gambar 2.7 Kepala Tetap
Sumber: Galery Pribadi k. Center Drill
Center drill merupakan salah satu peralatan pendukung pada pengerjaan menggunakan mesin bubut. Bor senter digunakan untuk mengebor ujung benda kerja yang nantinya akan dipasang senter putar.
Gambar 2.8 Center Drill Sumber: www.Goggle.com l. Senter putar
Senter putar ada benda kerja dimaksudkan untuk mendukung benda kerja agar tetap senter dan memperkuat pencekaman.
Gambar 2.9 Senter Putar Sumber: www.Goggle.com m. Kepala Lepas
Kepala lepas terdiri atas dua bagian, yaitu alas dan badan. Kedua bagian itu diikat dengan 2 atau 3 baut dan dapat digerakan. Pergeseran itu dilakukan untuk kedudukan kedua senter tidak sepusat dan kedudukan kedua senter harus tidak sepusat, misal untuk membuat tirus.Kepala lepas berfungsi sebagai:
1) Sebagai pendukung pekerjaan yang akan dipasang antara dua senter 2) Sebagai tempat dudukan perkakas (mata bor, senter putar)
Gambar 2.10 Kepala Lepas Sumber: Galery pribadi n. Rumah Pahat ( Tool Post )
Rumah Pahat Pahat bubut dipasang pada tempat pahat tunggal atau pada tempat pahat yang berisi empat buah pahat. Apabila pengerjaan hanya butuh pahat satu macam saja lebih baik menggunakan tempat pahat tunggal.Apabila menggunakan pahat lebih dari satu macam, misalnya pahat rata, pahat alur, pahat ulir, maka sebaiknya gunakan tempat pahat yang bisa dipasang sampai empat pahat pada rumah pahat.
Gambar 2.11 Rumah Pahat Sumber: Galery Pribadi
3. Mesin frais
Mesin frais adalah salah satu jenis mesin perkakas untuk mengerjakan suatu benda kerja dengan menggunakan pisau frais (cutter) sebagai pahat penyayat yang berotasi (berputar pada sumbu mesin) dan benda kerja bergerak lurus. Benda kerja yang akan di frais dicekam kuat pada meja kerja dan pahat terpasang kuat pada spindel. Benda kerja bergerak linier dan mata potong bergerak secara simultan.
Mesin frais digunakan untuk mengerjakan bidang bidang datar, bentuk tertentu (profil), roda gigi, alur-alur lurus atau berbentuk spiral dan lain-lain. Mesin frais
yang digunakan untuk pembuatan poros utama dan eksentrik yaitu mesin frais vertical. Mesin frais vertical dengan poros utamanya sebagai pemutar dan pemegang alat potong dengan posisi tegak.
Gambar 2.12 Mesin frais Sumber: Galery pribadi Pada proses pengefraisan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
diantaranya:
a. Pencekaman benda kerja
Pencekaman benda kerja juga tidak kalah penting dengan lainnya. Mengapa benda kerja harus dicekam dengan tepat dan kuat karena jika benda kerja terlepas sewaktu proses pengefraisan, maka dapat merusak benda kerja dan pisau fraisnya.
b. Pemilihan putaran (revolution)
Jumlah putaran tergantung pada cutting speed yang telah disarankan dan pada diameter pisau yang digunakan:
n=
v.1000π . d… ….. ….. ….
Keterangan :
n= putaran ( Rpm )
v= cutting speed ( m/menit ) d= diameter pisau ( mm )
a. Kecepatan pemakanan
Kecepatan pemakanan adalah gerakan pemakanan oleh pisau dengan menggeser benda kerja. Besarnya kecepatan pemakanan mempengaruhi pada kehalusan permukaan potong benda kerja yang dikehendaki.
b. Alat pencekam
Alat pencekam berfungsi untuk mencekam benda kerja yang akan disayat oleh mesin frais. Pencekam ini disebut dengan ragum. Ragum diklamp pada meja mesin frais dengan menggunakan baut T.
Gambar 2.13 Alat Pencekam Sumber: Galery Pribadi c. Pisau mesin frais
Pisau mesin frais atau Cutter mesin frais baik horizontal maupun vertical memiliki banyak sekali jenis dan bentuknya. Pemilihan pisau frais berdasarkan pada bentuk benda kerja, serta mudah atau kompleksnya benda kerja yang akan dibuat pada pembuatan poros utama dan eksentrik pisau frais yang digunakan yaitu: Pisau frais jari (End mill Cutter)
Pisau frais jari ukuran pisau jenis ini sangat bervariasi mulai ukuran kecil sampai ukuran besar. Pada pengoperasiannya biasanya dipakai untuk membuat alur pada bidang datar atau pasak dan jenis pisau ini pada umumnya dipasang pada posisi tegak (mesin frais vertical).
Gambar 2.14 Pisau frais jari Sumber: Galery Pribadi d. Pendingin
Pendinginan dengan bahan yang sesuai, digunakan untuk menjaga kualitas permukaan benda kerja dan juga untuk memperpanjang umur pahat frais itu sendiri. Cairan pendingin yang dipakai tergantung dari bahan benda kerja yang akan disayat.
e. Keselamatam kerja
1) Jangan sentuh pisau frais yang sedang berputar dengan jari 2) Jangan membersihkan chip/sisa penyayatan dengan tangan, tetap gunakanlah alat yang sudah disediakan.
3) Pengukuran dilakukan ketika mesin frais berhenti berputar
4. Jangka Sorong ( Vernier Caliper )
Gambar 2.15 Jangka Sorong Sumber: Galeri Pribadi
Jangka sorong adalah alat ukur yang ketelitiannya dapat mencapai seperseratus milimeter. Terdiri dari dua bagian, bagian diam dan bagian bergerak.
Pembacaan hasil pengukuran sangat bergantung pada keahlian dan ketelitian pengguna maupun alat.
5. Mesin las
Las adalah penyambungan (besi dan sebagainya) dengan cara membakar.[1]
Lebih lanjut, pengelasan adalah salah satu proses fabrikasi logam, termoplastik, atau semacamnya yang berupa penggabungan dua benda dari bahan-bahan tersebut dengan cara melelehkan ujung kedua benda bersama-sama menggunakan panas tinggi dan kemudian membiarkannya menjadi dingin sehingga kedua ujung tersebut menyatu. Pengelasan berbeda dengan teknik penyambungan logam bersuhu lebih rendah seperti pematrian dan penyolderan, yang harus menggunakan logam tambahan yang mudah meleleh dan tidak melelehkan logam dasar. Tergantung penerapannya, las boleh menggunakan logam pengisi pada sambungannya.
Gambar 2.16 Mesin Las Sumber: Galery Pribadi A. Sejarah Teknik Pengelasan
Pengelasan dengan metode yang dikenal sekarang, mulai dikenal pada awal abad ke 20. Sebagai sumber panas digunakan api yang berasal dari pembakaran gas acetylena yang kemudian dikenal sebagai las karbit. Waktu itu sudah dikembangkan las listrik namun masih langka. Pada Perang Dunia II, proses pengelasan untuk pertama kalinya dilakukan dalam skala besar. Dengan las listrik, dalam waktu singkat, Amerika Serikat dapat membuat sejumlah kapal sekelas dengan kapal SS Liberty, yang merupakan kapal pertama yang diluncurkan dengan di las. Di mana sebelumnya kapal yang dikeluarkan, proses
pengerjaan menggunakan paku keling (‘’rivets’’). Pada masa itu, muncul pula cara pertama untuk mengetes hasil pengelasan, seperti uji ‘’kerfslag’’ (lekukan yang tertutup lapisan)
a. Pra Sejarah : Pematrian mas & tembaga
b. Th. 1885 : Las busur listrik dgn elektroda grafit c. (Bernades)
d. Th. 1886 : Las Resistensi Listrik (Thomson)
e. Th. 1889 : Las busur listrik yg dihasilkan dari 2 batang f. elektroda grafit (Zerner).
g. Th. 1892 : Las busur listrik menggunakan elektroda h. yg turut mencair (Slavianof).
i. Th. 1895 : Las Thermit (Goldsmith).
j. Th. 1901 : Las Oxi-Acytelene (Fouche & Ficcard) B. Sejarah Teknik Pengelasan (Lanjutan)
•Th. 1926 : Las hidrogen atom (Lungumir).
a. Las busur logam dgn pelindung gas mulia b. (Hobart & Dener).
• Th. 1935 : Las busur rendam (Kennedy).
• Th. 1936 : Brazing dengan kekuatan tinggi (Wasserman).
• Th. > 1950 : Las tekan dingin a. Las listrik terak
b. Las busur dgn pelindung gas CO2 c. Las gesek
d. Las ultrasonic e. Las sinar Laser
C. Ruang Lingkup Pengelasan : a. Konstruksi rangka baja b. Jembatan
c. Perkapalan d. Bejana tekan
D. Klasifikasi Proses Pengelasan
1. Las Cair ( Las Busur Listrik, Las Gas, Las Termit, Las Sinar Elektron ) 2. Las Tekan ( Las Resistensi Listrik, Las Tempa, Las Induksi )
3. Las Patri ( Brazing, Solder )
E.Pengertian pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual Metal Arc Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses las elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas.
Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara setempat. Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las.Elektroda yang dipakai berupa kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan ini maka kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk, terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak (slag), seperti pada gambar
Gambar 2.17 Proses Pengelasan Busur Listrik Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Sumber www.google.com 1. KARAKTERISTIK SMAW
Logam Induk, Penjepit Benda Kerja, Kawat Las ( Elektroda ), Pemegang Elektroda, Posisi Pemegang Elektroda, Panjang Busur, Terak ( Slag )
Dalam hal Sumber DC Jika Elektroda dihubungkan dengan kutub negatip, disebut Polaritas Lurus (Stright Polarity) Jika sebaliknya, disebut Polaritas Terbalik (Reverse Polarity)
F. Pengertian Las Mig
Las MIG adalah pengelasan dengan menggunakan gas nyala yang dihasilkan berasal dari busur nyala listrik, dipakai sebagai pencair metal yang dilas dan metal penambah Disebut juga dengan Solid Wire. Sebagai pelindung oksidasi dipakai gas pelindung berupa gas kekal (inert), CO2 dan Arcal 21. Dan juga Wire Feeder berfungsi memutar elektroda menjulur keluar pada saat proses pengelasan berlangsung. MIG digunakan untuk mengelas besi atau baja, sedangkan gas pelindungnya adalah menggunakan Karbon dioxida CO2.
Gambar2.18 Pola Las Mig Sumbeer www.google.com
Di dalam logam gas mulia, kawat las MIG yang digunakan berfungsi sebagai elektroda yang diumpamakan terus menerus. Busur listriknya pun terjadi diantara kawat pengisi dan logam induk. Gas pelindung tersebut adalah gas argon, helium yang juga bisa dicampur keduanya. Dan untuk menetapkan busur terkadang ditembakkan gas O2 dari 2% sampai 5% ataupun CO2 diantara 5%
sampai 20%. Dengan banyaknya penggunaan las MIG sangat menguntungkan.
karena hal-hal yang disebabkan oleh pengelasan ini sangat baik.
Dari kesimpulan diatas, Las MIG biasanya banyak digunakan untuk pengelasan baja-baja yang memiliki kualitas yang baik, seperti baja yang memiliki daya tahan karat yang sangat tinggi ,maupun baja-baja yang sangat kuat ataupun logam-logam yang tidak bisa dilas menggunakan teknik las manapun selain las MIG.
Las MIG juga sering digunakan secara otomatik maupun secara semi- otomatik yang memiliki arus searah polaritas balik yang menggunakan kawat elektroda berdiameter diantara 1,2mm sampai 24mm. Karena perkembangan teknologi semakin canggih belakangan ini banyak menggunakan kawat elektroda yang memiliki diameter 3,2mm sampai 6,4mm yang digunakan untuk pengelasan aluminum yang sangat tebal, contohnya tangki penyimpanan gas alam cair. Las MIG ini juga digunakan yang memiliki kecepatan kawat elektroda yang tetap dengan cara pengumpan tarik dorong.
a.Las MIG sendiri juga bisa disebut dengan:
1. GMAW ( Gas Metal Arch Welding ) 2. MAG ( Metal Active Gas )
b.Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk melakukan pengelasan dengan las stick:
1. Mesin las 2. Kawat las 3. Stang las
4. Massa (Grounding) 5. Wire Feeder
6. Gas CO2 / Arcal 21
c. Keuntungan menggunakan Las MIG ( Metal Inert Gas )
1. lebih cepat dibandingkan dengan pengelasan SMAW dan menghasilkan hasil yang lebih tahan lama, terus-menerus.
2. Tidak menghasilkan slag atau terak, layaknya terjadi pada las SMAW 3. Sangat efisien dan proses pengerjaan yang cepat
4. Proses pengelasan MIG ( Metal Inert Gas ) itu sendiri sangat cocok untuk pekerjaan konstruksi
d. Kerugian menggunakan las MIG ( Metal Inert Gas ) 1. Sewaktu waktu dapat terjadi burn back
2. Pada awalannya set-up yang sulit 3. Busur yang tidak stabil
4. Tidak dapat dipakai di tempat terbuka
5. sambungan yang akan di las harus dibersihkan dahulu untuk menghilangkan cairan seperti grease, minyak, karatan besi, dan kotoran bekas las agar terhindar dari porosity dan cacat-cacat las lain.
G.Posisi Pengelasan
Macam macam posisi pengelasan pada pelat dan Pipa – Posisi Pengelasan adalah jenis atau posisi sambungan yang akan dilakukan pengelasan, posisi pengelasan ini dilakukan berdasarkan material atau produk yang akan dilas.
Dalam teknologi pengelasan, semua itu ada pengkodeannya berdasarkan jenis sambungan. Untuk sambungan fillet maka disimbolkan dengan posisi 1F, 2F, 3F dan 4F, sedangkan untuk sambungan groove atau bevel maka disimbolkan dengan 1G, 2G, 3G dan 4G
Gambar 2.19 Macam Macam Posisi Las Sumber www.google.com
Setiap standar atau Code mempunyai istilah masing masing dalam menentukan posisi las, berikut posisi las menurut ASME Sec IX.
1. Posisi Pengelasan untuk Groove Welds Plate:
1. 1 G (Posisi Pengelasan datar).
2. 2G (Posisi Pengelasan Horizontal).
3. 3G (Posisi Pengelasan Vertikal).
4. 4G (Posisi Pengelasan di atas kepala atau Overhead).
2. Posisi pengelasan untuk Fillet Welds Plate:
1. 1F (Pengelasan datar).
2. 2F (Pengelasan Horizontal).
3. 3F (Pengelasan Vertikal).
4. 4F (Pengelasan di atas kepala atau Overhead).
3. Posisi Pengelasan pada Groove Welds Pipa:
1. 1G (Posisi Pengelasan datar pipanya dapat diputar).
2. 2G (Posisi Pengelasan Horizontal pipa dapat diputar).
3. 5G (Posisi Pengelasan Vertikal namun pipa tidak dapat diputar, sehingga tukang las yang berputar).
4. 6G (Posisi Pengelasan pipanya miring sekitar 45 derajat dan statis atau tidak dapat diputar).
4. Posisi Pengelasan pada Fillet Welds Pipa:
1. 1F Rotated.
2. 2F.
3. 2FR (Rotated).
4. 4F.
5. 5F.
Gambar 2.4 posisi pengelasan Sumber www.google.com
Posisi Pengelasan Standar ISO :
Dalam standar ISO 6947 terdapat beberapa welding position yang sebenarnya sama dengan yang ada di ASME namun istilahnya yang membedakan, lihat keterangan dan gambar dibawah ini.
Fillet Weld Plate.
1. PA : Datar atau Flat.
2. PB : Horizontal.
3. PF : Vertical Up.
4. PG : Vertical Down.
5. PD : Overhead.
Butt Weld Plate.
1. PA Datar atau Flat.
2. PB : Horizontal.
3. PF : Vertical Up.
4. PG : Vertical Down.
5. PE : Overhead.
Fillet Weld Pipe.
1. PA : Datar atau Flat, Axis 45 Degree, Pipe Rotated.
2. PB : Horizontal, Axis Vertical, Pipe Fixed.
3. PB : Horizontal, Axis Horizontal, Pipe Rotated.
4. PF : Vertical Up, Axis Horizontal, Pipe Fixed.
5. PG : Vertical Down, Axis Horizontal, Pipe Fixed.
6. PD : Overhead, Axis Vertical, Pipe Fixed.
Butt Weld Pipe.
1. PA : Flat, Axis Horizontal, Pipe Rotated.
2. PC : Horizontal, Axis Vertical, Pipe Fixed.
3. PF : Vertical Up, Axis Horizontal, Pipe Fixed.
4. PG : Vertical Down, Axis Horizontal, Pipe Fixed.
5. HL-045 : Upwards or Downwards, Axis Inclined, Pipe Fixed
BAB III
DATA TEKNIS DARI SISTEM/BAGIAN YANG DITINJAU
3.1 Identifikasi Gambar valve flange
Langkah identifikasi gambar kerja pada poros utama dan eksentrik merupakan langkah awal yang harus sangat diperhatikan, karena pada gambar tersebut merupakan suatu alat yang menyatakan maksud, pokok-pokok pikiran, atau gagasan dari seorang perancang teknik (juru gambar) kepada operator permesinan. Dalam membaca gambar kerja hal-hal yang harus diperhatikan adalah ukuran, tanda pengerjaan, toleransi dan unsur-unsur gambar kerja lainnya.
Hal tersebut akan memudahkan operator dalam membuat komponen sesuai pada gambar.
Gambar 3.1 Kerja valve flange Sumber: Galery Pribadi 3.2 Bahan material dan ukuran
Bahan yang digunakan untuk Valve flange adalah besi baja. Ss41 Q235 steel adalah baja struktural karbon. Ini setara dengan A3 dan C3 baja di standar lama gb700-79, yang adalah jumlah Rusia TOCT. Q untuk baja nomor adalah kekuatan hasil. Biasanya, baja digunakan tanpa perlakuan panas.
Q235 baja karbon Q merupakan hasil batas dari bahan ini, dan yang terakhir adalah nilai hasil dari bahan ini, yang adalah tentang 235MPa. Hasil nilai akan menurun dengan meningkatnya ketebalan material. Karena sedang karbon konten komprehensif kinerja yang baik dan kinerja kekuatan plastisitas,
pengelasan dan akomodasi lainnya dengan baik cocok, yang adalah yang paling banyak digunakan suasana ketahanan korosi.Kekuatan umum baja struktural dan kekuatan tinggi baja struktural
Tabel 3.1 tandar:ASTM,JIS GB,EN(DIN,BS NF
Bahan Ss41
Komposisi kimia Sifat mekanik (Di Dipadamkan & Kaca Negara Bagian)
C <0.25 Kekuatan tarik (MPA) 400
Si <0.40 Kekuatan hasil (MPA) 250
Mn 0.80-1.20 Pemanjangan (&
delta;5/%)
20 Cr <0.20 Pengurangan Area (&
psi;/%)
-
Mo <0.08 Dampak (J) -Lengthwise
P ≤0.04 Brinell Hardness (HBW)
S ≤0 .. 05
N
Ti <
Tabel 3.2 SImilar baja kelas & setara dengan bahan baja:
AMERIK A SERIKAT
Jepang Geman y
Inggris Peranci s
Perlakua n panas
Cina
ASTM &
AISI &
SAE
JIS EN
DIN
EN GUEST
HOUS E
EN NF ISO GB
36(250) SM400 B
Ss41 --- Q235q
C Karbon baja perkakas dapat diperoleh dengan kekerasan tinggi dan ketahanan aus.
Dapat digunakan untuk membuat alat dengan kekerasan tinggi, fleksibilitas, menolak Memakai kinerja. Seperti pukulan, pisau.
Tabel 3.3 produk Informasi:
Bahan Ss41 carbon steel bar
Ukuran Diameter:20mm-1000mm
Panjang: 25mm-8500mm Tempat Asal Dibuat Di Cina
Kondisi pengiriman Hot rolled,cold drawn, ditempa Permukaan
memerlukan
Hitam grinding, cerah bahasa Polandia Perlakuan panas Dipadamkan, Marah, Anil
Packing Kemasan layak laut, kasus kayu, karton, tas anyaman atau di Klien membutuhkan
Waktu pengiriman Dalam 10-50 hari Istilah Perdagangan EXW,FOB,CIF
Pembayaran T/T atau L/C pada pandangan
Port China Pelabuhan utama, seperti shanghai Dalian Shenzhen Port.
MOQ 1 Ton
Tabel 3.4 Produk Utama perusahaan:
Baja Paduan 5140,5115 5120,5130,5145,4118 4130,4135,6150,5115 4142,4130,4118,6150 4140,4720,4320
, E9310 8620,4340
Alat Baja H13 1.2344,SKD61,D2,SKD11 1.2379,1.2510
01,SKS3,95MnWCr5, d3, SKD1 1.2419,
SKS31,H21,SKD5 1.2581,P20,35CrMo7
1.2738,1.2316,M2,T7, cr06, SUJ2,t5,t3,t4,M2 Bantalan
Baja
GCr15 52100,SUJ1,SUJ2,100Cr6 1.2067,55C 8620,4320,9310,440C,M50,8620h
Musim semi Baja
9260 SUP6,SUP7 1.7108,54SiCr6 1.7102,5155,SUP9 1.7176,5160,1.7177,6150
SUP10,51CrV4 1.8159,SUP10, Stainless
Steel
317,sus321 1.405,304,SUS304 1.4301,410,SUS410 1.4006,420,1.4021,1.4028
434,1.4113,316L,SUS316L,1.4435,630,1 4542,431,1.4057,201,202,301,304,305.316
Besi Assental adalah bahan yang digunakan untuk banyak hal. Disebut juga dengan istilah Shafting Bar atau Bar Stock. Jika anda ingin mendapatkan berat dari material Assental ini maka anda bisa menggunakan rumus, luasa penampang x panjang x berat jenis. Namun karena setiap komposisi dari material sendiri sebenarnya memiliki berat jenis yang berbeda sehingga ada beberapa pendekatan yang dilakukan.
Besi Assental sendiri sebenanya adalah salah satu besi yang memiliki penampakan dari warna yang beragam. Ada Assental yang memiliki warna putih, namun ada juga yang memiliki warna abu – abu. Untuk bentuknya sendiri, Assental memiliki bentuk yang bulat atau biasanya disebut dengan round bars dan memiliki bentuk segi empat atau kotak yang biasa disebut dengan square bars.
Bahkan ada beberapa jenis besi Assental juga disebut juga dengan shafting bar, dimana jenis besi ini biasanya sering digunakan untuk proses pembuatan sparepart mobil, mur, baut dan juga beberapa funiture lain seperti kursi, rak dan masih banyak yang lainnya.
Gambar 3.2 Bahan Dan Kode Matrial Sumber: Galery Pribadi
3.3 Langkah – Langkah Pelaksanaan
Dalam melaksanakan suatu penelitian tentunya terdapat beberapa tahapan atau Langkah yang digunakan. Berikut ini adalah Langkah yang harus digunakan selama penelitian membuat poros .
1. Absensi masuk memasukki perusahaan
2. mencari data yang bersangkutan dalam pembuatan valve flange
3. mencari alat dan bahan yang diperlukan dalam pelaksanaan pembuatan berlangsung
4. melaksanakan dan memahami sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan dalam panduan dan referensi
5. mengumpulkan data yang diperoleh selama proses pembuatan berlangsung di lapangan
6. mengambil sebuah kesimpulan dari data yang telah ditetapkan 7. absensi pulang dari perusahaan
3.4 Alat Dan Bahan Pembuatan Valve flange 3.4.1 Mesin Bubut
Mesin bubut adalah salah satu jenis mesin perkakas yang digunakan untuk proses pemotongan benda kerja yang dilakukan dengan membuat sayatan pada benda kerja dimana pahat digerakkan secara translasi dan sejajar dengan sumbu dari benda kerja yang di putar. Dalam pembuatan poros Sebagian besar menggunakan mesin bubut.
3.4.2 Mesin Frais
Mesin frais adalah salah satu jenis mesin perkakas untuk mengerjakan suatu benda kerja dengan menggunakan pisau frais (cutter) sebagai pahat penyayat yang berotasi (berputar pada sumbu mesin) dan benda kerja bergerak lurus. Benda kerja yang akan di frais dicekam kuat pada meja kerja dan pahat terpasang kuat pada spindel. Benda kerja bergerak linier dan mata potong bergerak secara simultan. Mesin frais digunakan untuk mengerjakan bidang bidang datar, bentuk tertentu (profil), roda gigi, alur-alur lurus atau berbentuk
spiral dan lain-lain. Mesin frais Pada proses pengefraisan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya:
a. Pencekaman benda kerja
Pencekaman benda kerja juga tidak kalah penting dengan lainnya.
Mengapa
benda kerja harus dicekam dengan tepat dan kuat karena jika benda kerja terlepas sewaktu proses pengefraisan, maka dapat merusak benda kerja dan pisau fraisnya.
b. Pemilihan putaran (revolution)
Jumlah putaran tergantung pada cutting speed yang telah disarankan dan pada diameter pisau yang digunakan.
3.4.3 Jangka Sorong ( Vernier Calliper )
Jangka sorong adalah alat ukur yang kerap di gunakan oleh para engineer untuk mengukur benda-benda tertentu. Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur ketebalan plat atau benda lainnya yang berukuran kecil. Ada du jenis jagka sorong yang dapat digunakan, yakni manual dan digital.
Jangka sorong digunakan karena memiliki ketelitian yang lumayan presisi hingga 1/100 milimeter. Selain itu, alat ini juga diigunakan untuk mengukur diameter lubang. Jadi, sebenarnya kegunaan jangka sorong ini sangat beragam.
3.5 valve flange
a. diameter awal 300 mm b. diameter kedua 250 mm c. diameter ketiga 140 mm d. diameter lubang 40 mm
e. diameter lubang baut ke satu 16 mm f. diameter lubang baut ke dua 20 mm g. ulir dalam M 16 x 1.5
Gambar 3.3 Valve Flange Sumber: Galery Pribadi
BAB IV
ANALISA DATA TEKNIS DARI SISTEM/BAGIAN YANG DITINJAU 4.1 Proses Pembuatan valve flange
Berdasarkan analisa data dari bagian ditinjau di atas maka, pembuatan valve flange adalah:
1. Persiapan alat dan mesin yang digunakan
Mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk membuat poros utama yaitu:
a. Mesin yang digunakan:
1) Mesin bubut 2) Mesin Frais.
3) Mesin Bor duduk 4) Mesin Las
b. Peralatan yang digunakan:
1) Pahat bubut carbida7) Senter putar 2) Endmill 8) Kunci L
3) Drill Center 9) Tab dan tangkainya 4) Jangka sorong 10) Kuas
5) Ragum 11) Elektroda las 6) Mata Bor 12) Tap snai M16x1.5 2. Penyetelan mesin dan Langkah pengerjaan
Langkah penyetelan mesin pada Valve Flange meliputi : a. Melakukan running test
Langkah ini barguna bagi mesin agar mesin siap untuk digunakan.
Selanjutnya cek tombol-tombol pada mesin bubut dan memeriksa coolant pada mesin.
b. Pemasangan pahat
Langkah ini perlu diperhatikan dengan teliti. Pemasangan pahat pada tool post harus diperhatikan ujung sayat pahat harus benar-benar sejajar dengan ujung senter putar. Jika kurang harus ditambahkan plat tipis pada bawah pahat. jika ujung pahat terlalu tinggi maka tidak akan menyentuh benda kerja namun jika ujung pahat terlalu rendah maka akan
menghasilkan potongan yang kurang baik dikarenakan pahat ikut tertarik putaran benda kerja. Maka dari itu setting pahat harus benar benar setinggi ujung senter putar.
c. Penyetelan putaran spendel mesin
Penyetelan putaran mesin bubut perlu diatur karena akan mempengaruhi hasil benda kerja. Kecepatan putaran yang terlalu lemah akan
menghasilkan permukaan benda kerja yang kasar selain itu akan mempengaruhi pahat bubut, Pahat akan cepat tumpul.
3. Pembuatan valve flange a. Pemotongan bahan
Bahan yang akan di potong adalahbesi baja. Ss41 Q235 steel adalah baja struktural karbon dengan Ø300 mm. dengan spesifikasi adalah poros utama = Ø250 mm dengan panjang 110 mm, Proses pemotongan ini dilakukan agar dalam proses pemesinan tidak terlalu lama untuk membuat ukuran seperti yang dikehendaki dan mempermudah dalam penyelesaian permukaannya.
b. Jenis pekerjaan yang dilakukan di mesin bubut meliputi : 1) Penyetingan benda di chuk bubut
2) Bubut fasing / melintang sehingga rata
3) Bubut memanjang membentuk Ø213 mm dengan panjang 60 mm
4) Bubut panjang memanjang bentukØ186 mm dengan panjang 47 mm
Gambar 4.1 Proses Pembubutan Sumber: Galeri pribadi Mencari Panjang Total penyayatan ( L ) :
L =
l a+l=60+5=65mmMenghitung kecepatan pemakanan ( F ) :
F = f.n = 0,05 x 500 = 25 mm/menit Menghitung waktu pemakanan :
Tm=L F Tm=65
25
TM = 2,6 Menit
Jadi waktu yang dibutuhkan untuk membubutan rata sesuai hasil perhitungan diatas adalah 2,6 menit.
5) Chamfer benda kerja dengan 5x45º 6) Melepaskan dan balik benda kerja
Rumus : mencari RPM ( kecepatan Putar )
N: 1000.cs
π .d : 1000.25
3,14.186 : 42,806 Rpm 11) Chamfer benda kerja dengan 1x45º 12) Bersikan benda nya
12) Melepas benda kerja
c. Jenis pekerjaan yang di lakukan di mesin frais meliputi:
1) Seting benda pada meja frais
2) Setting edmil pada sudut yang mau difrais Rumus kecepatan putaran mesin Frais
n=1000x cs π x d
cs =Cutting speed atau kecepatan potong ( meter/menit)
π
=nilai konstanta 3,14
d=diameterobjek(mm)
n = putaran mesin ( rpm )
n=1000x1,2 3,14x219
= 174,4 rpm
3) Pengukuran benda kerja
4) Pemotongan Benda Jarak 219 Mm 5)
Rumus
F: f.n
Keterangan:
F = Kecepatan pemakanan
f = Besar pemakanan atau bergesernya pahat (mm/putaran) n = Putaran mesin (putaran/menit)
F: f.n : 1.2 x 174 : 209 mm/menit
Gambar 4.2 Froses Pengepfraisan Sumber: Galery Pribadi D. Jenis Pekerjaan Yang Dilakukan Di Mesin Bor
1) Penyetingan benda pada mesin bor 2) Seting pisau bor yang digunakan 3) Seting pola pada benda bor
4) Pengeboran Ø20 mm dengan panjang 60 mm 5) Pengeboran Ø16 mm dengan panjang