PROTEKSI ISI USULAN PENELITIAN: Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali oleh peneliti dan
pengelola administrasi penelitian
USULAN PENELITIAN INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
IDENTITAS PENELITIAN
A. JUDUL PENELITIAN
Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir
B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU
Bidang Unggulan Perguruan Tinggi Topik Unggulan Penelitian Rumpun Bidang Ilmu Teknik Sipil dalam Rekayasa Rekayasa Transportasi Transportasi
Konstruksi Berwawasan Berwawasan Lingkungan
Lingkungan Untuk Mitigasi
Bencana
C. KATEGORI, SKEMA, TARGET TKT, DAN LAMA PENELITIAN Skema Penelitian (Penelitian
Lama
Dasar/Terapan/Pengembangan/B Target
Kategori Penelitian
erbasis Nilai-nilai Akhir TKT
(Tahun)
Islam/Penugasan)
Penelitian Internal Penelitian Dasar 2 1 Tahun
D. IDENTITAS PENGUSUL
Nama,
Peran (Ketua, Institusi Program
Tugas
ID Sinta H-
Anggota 1, (Fakultas) Studi Index
Anggota 2)
Ir. Gata Dian Fakultas Teknik 1. Bertanggung 314 -
Asfari, MT Teknik Sipil jawab atas semua
kegiatan
penelitian,
terutama yang
berkaitan dengan
aktivitas tim di
2. Memimpin tim
dalam melakukan
diskusi serta
pelaksanaan di
lapangan.
Wahyu Fakultas Teknik 1.Bertanggung
Satyaning Teknik Sipil jawab atas semua
Budhi, S.ST., kegiatan penelitian
M.T 2.Membantu ketua
dalam melakukan diskusi,
pengumpulan data
E. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)
Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor
Mitra Nama Mitra Peran Mitra
- - -
F. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN (Luaran Wajib)
Status target capaian
Keterangan (url dan nama
Tahun (accepted, published,
Jenis Luaran jurnal, penerbit, url paten,
Luaran terdaftar atau granted,
keterangan sejenis lainnya)
atau status lainnya)
2022 Jurnal Terakreditasi
Nasional
Luaran Tambahan
Tahun
Luaran Jenis Luaran
Status target capaian (accepted, published, terdaftar atau granted,
atau status lainnya)
Keterangan (url dan nama jurnal, penerbit, url paten, keterangan sejenis lainnya)
G. ANGGARAN
Rencana anggaran biaya penelitian mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan maksimum sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNISSULA. Total RAB: Rp. 10.000.000,-
HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN INTERNAL PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS ISLAM
SULTAN AGUNG (UNISSULA)
Judul : Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana
Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap : Ir. Gata Dian Asfari, MT
NIDN / NIK : 06-2805-5801/210288008
Jabatan Fungsional : Lektor
Program Studi : Teknik Sipil
HP : 0816666164
Alamat surel (e-mail) : [email protected]
Anggota (1)
Nama Lengkap : Wahyu Satyaning Budhi, S.ST., M.T
NIDN / NIK : 210221098
Anggota (2)
Nama Lengkap : -
NIDN / NIK : -
Institusi Mitra (jika ada)
Nama Institusi Mitra : -
Alamat : -
Penanggung Jawab : -
Jumlah Mahasiswa Terlibat : - Jumlah TendikTerlibat : -
Tahun Pelaksanaan : 2021
Biaya Tahun Berjalan : Rp 10.000.000,-
Mengetahui, Semarang, 10 Juli 2021
Dekan Fakultas Teknik Ketua,
(Ir. Rachmat Mudiyono, MT., Ph.D) NIK. 210293018
(Ir. Gata Dian Asfari, MT) NIK. 220292016 Menyetujui,
(
USULAN PENELITIAN
Pengisian poin A sampai dengan poin G mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas
mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.
A. RINGKASAN
Kota Semarang pada sebelah Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan terdapat 4 kecamatan yang berada pada wilayah pesisir yang kerap dilanda banjir rob. Genangan banjir rob yang disebabkan pasang air laut menyebabkan gangguan terhadap fungsi infrastruktur, salah satunya yaitu susahnya akses jalan yang tergenang oleh banjir rob. Selain itu banjir rob juga dapat menimbulkan kerugian pada daerah yang produktif. Selain itu, jalan raya yang dipenuhi genangan banjir rob juga menyebabkan transportasi berjalan tidak lancar. Salah satu solusi yang ditawarkan yaitu dengan jembatan apung yang dapat dimanfaatkan pada wilayah perairan.
Jembatan apung merupakan solusi yang hemat biaya, karena jembatan apung memanfaaatkan permukaan air sebagai landasan jembatan. Tahapan yang dilakukan dimulai dari tahapan persiapan yang mencakup penyusunan proposal, persiapan peralatan, studi literatur, mobilisasi personel; pengumpulan data primer dan data sekunder; tahapan analisis yang mencakup studi komparasi model, analisis bahan dan analisis konsep serta perancangan prototype jembatan apung; dan tahapan yang terakhir yaitu tahapan hasil dan penarikan kesimpulan. Diharapkan dengan jembatan apung pada wilayah pesisir dapat menjadi solusi permasalahan terhadap susahnya akses jalan karena banjir rob.
Kata kunci: Kota Semarang, pesisir, banjir rob, jembatan apung
B. PENDAHULUAN
Kota Semarang memiliki batas sebelah utara berupa laut jawa dan memiliki garis pantai sepanjang 13,6 km (BPS Kota Semarang, 2021). Elevasi terendah kota semarang yaitu 0,75 meter diatas garus pantai, sedangkan untuk evelasi tertinggi berada pada 348 meter di atas garis pantai (BPS Kota Semarang, 2021). Terdapat 4 kecamatan di Kota Semarang yaitu Kecamatan Tugu, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara, dan Kecamatan Genuk yang berada pada wilayah pesisir Kota Semarang (Safitri et al., 2019). Kawasan pesisir pantai rentan terhadap kenaikan permukaan air laut yang dapat menyebabkan rob, perubahan garis pantai, serta
erosi pantai (Primasti et al., 2021). Banjir rob dapat menyebabkan beberapa gangguan, diantaranya yaitu gangguan terhadap kawasan pesisir dan kota pantai, serta gangguan terhadap fungsi infrastuktur seperti jaringan jalan, pelabuhan, maupun bandara (Nicholls & de la Vega- Leinert, 2000).
Pasang surut air laut turut serta memberikan dampak terhadap garis pantai yang dapat berpindah dan manjadi tidak tetap (Safitri et al., 2019). Selain itu, pasang surut juga memberikan dampak terhadap genangan yang terjadi (Asrofi et al., 2017). Air laut yang mengalami pasang menyebabkan area genangan meningkat dan meluas ke daratan (Asrofi et al., 2017). Genangan banjir rob yang disebabkan pasang air laut menyebabkan timbulnya kerugian pada daerah yang produktif khususnya Kota Semarang (Kusumaning & Puriningsih, 2014). Akibat dari banjir rob yang terjadi di Kota Semarang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Ramadhany et al., 2012). Salah satu kerugian yang ditimbulkan banjir rob adalah susahnya akses jalan yang tergenang (Haloho & Purnaweni, 2020). Genangan memenuhi beberapa jalan raya saat banjir rob terjadi di Kota Semarang yang menyebabkan transportasi tidak berjalan lancar, khususnya pada daerah pesisir yang dekat dengan garis pantai (Jawa Pos, 2021; Merdeka, 2020).
Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah transportasi yang disebabkan oleh faktor alam yaitu dengan jembatan apung (Putra et al., 2013). Jembatan apung dapat dimanfaatkan sebagai akses pada wilayah perairan (Nugraha & Sukmara, 2017). Jembatan apung adalah solusi hemat biaya untuk melintasi badan air besar dengan kedalaman yang tidak biasa dan dasar yang sangat lunak di mana dermaga konvensional tidak praktis (Lwin, 2000).
Dimana jembatan apung memanfaatkan permukaan air sebagai landasan jembatan untuk melintasi wilayah perairan diantara wilayah daratan (Nugraha & Sukmara, 2017). Diharapkan dengan adanya jembatan apung yang diterapkan pada wilayah pesisir dapat menjadi salah satu solusi terhadap masalah akses jalan yang terhambat karena banjir rob.
Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan prasarana transportasi penghubung wilayah pesisir yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimana infrastruktur yang tepat untuk penghubung di kawasan pesisir ketika terjadi banjir rob?
2. Bagaimana jembatan yang cocok untuk pedestrian dan pengendara motor di kawasan pesisir?
3. Bagaimana konsep jembatan apung yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban- beban diatasnya melintas?
Dengan Ruang Lingkup Penelitian ini adalah Peruntukan jembatan apung khusus di wilayah pesisir serta penelitian ini difokuskan kepada konsep jembatan apung sederhana. Sehingga, tujuan yang ingin dicapai dalam mengkaji kebutuhan prasarana transportasi penghubung wilayah pesisir antara lain :
1. Mengetahui jenis infrastruktur yang tepat untuk penghubung di kawasan pesisir saat terjadi banjir rob
2. Mengetahui jembatan yang cocok untuk pedestrian dan pengendara motor di kawasan pesisir
3. Mengetahui konsep jembatan apung yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban- beban diatasnya melintas
Dengan adanya kajian kebutuhan prasarana penghubung daerah pesisir yang rawan banjir rob, maka adapun output penelitian ini adalah :
1. Mengetahui jenis infrastruktur yang tepat sebagai penghubung kawasan pesisir saat terjadi banjir rob, sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi untuk mempermudah aksesisbilitas masyarakat pesisir pantai
2. Mengetahui jembatan yang cocok untuk pedestrian dan pengendara motor di kawasan pesisir, sehingga penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu rekomendasi penerapan perancangan jembatan yang mudah
3. Mengetahui konsep jembatan apung yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban- beban yang terjadi, sehingga konsep tersebut dapat meminimalisir guling dan runtuh pada jembatan tersebut
C. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi jembatan
Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaanya (Supriyadi, 1997).
Sehingga, jembatan merupakan suatu sistem transportasi yang mancakup 3 hal (Supriyadi &
Muntohar, 2007), yaitu:
1) Pengontrol kapasitas dari sistem
2) Mempunyai biaya tertinggi per mil dari sistem 3) Jika jembatan runtuh, system akan lumpuh
Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika (Supriyadi & Muntohar, 2007).
2.2. Klasifikasi Jembatan
Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut:
1. Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan) 1) jembatan tetap dapat terbuat dari:
a. jembatan kayu b. jembatan baja
c. jembatan beton bertulang balok T d. jembatan pelat beton
e. jembatan beton prategang f. jembatan batu
g. jembatan komposit
2) jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja) dibagi menjadi:
a. jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar, seperti:
jembatan angkat
jembatan baskul
jembatan lipat strauss
b. jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang dapat berpindah sejajar mendatar
c. jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak atau jembatan putar d. jembatan yang dapat bergeser kearah tegak lurus atau mendatar:
jembatan angkat
jembatan beroda
jembatan goyah
2. Klasifikasi jembatan menurut fungsinya
Klasifikasi jembatan menurut fungsingnya adalah sebagai berikut:
1) jembatan jalan raya 2) jembatan jalan rel
3) jembatan untuk talang air/aquaduk
4) jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas)
3. Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai adalah sebagai berikut:
1) jembatan kayu 2) jembatan baja
3) jembatan beton bertulang (konvensional, prategang) 4) jembatan bambu
5) jembatan pasangan batu kali/bata 6) jembatan komposit
4. Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya adalah sebagai berikut:
1) jembatan balok/gelagar 2) jembatan pelat
3) jembatan pelengkung/busur (arch bridge) 4) jembatan rangka
5) jembatan gantung (suspension bridge) 6) jembatan cable stayed
5. Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan
1) jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan permanen,
2) jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas serta umur jembatan menjadi bertambah baik,
3) jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal dengan umur rencana 50 tahun)
2.2.1. Bentuk-bentuk struktur jembatan
Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan strukturnya maupun dari bentuk strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan cocok digunakan untuk kondisi yang berbeda. Menurut Satyarno (2003), sesuai dengan perkembangan, bentuk jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yang sangat komplek. Secara garis besar terdapat sembilan macam perencanaan jenis jembatan yang dapat digunakan, yaitu:
1. Jembatan balok (beam bridges)
Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana yang dapat berupa balok dengan perletakan sederhana (simple spans) maupun dengan perletakan menerus (continous spans).
Gambar 2. 1 Jembatan Balok Tipe Sederhana Dan Menerus
Jembatan balok terdiri dari struktur berupa balok yang didukung pada kedua ujungnya, baik langsung pada tanah/batuan atau pada struktur vertikal yang disebut pilar atau pier. Jembatan balok tipe simple spans biasa digunakan untuk jembatan dengan bentang antara 15 meter sampai 30 meter dimana untuk bentang yang kecil sekitar 15 meter menggunakan baja (rolled-steel) atau beton bertulang dan bentang yang berkisar sekitar 30 meter menggunakan beton prategang.
2. Jembatan kantilever (cantilever bridges)
Jembatan kantilever adalah merupakan pengembangan jembatan balok. Tipe jembatan kantilever ini ada dua macam yaitu tipe cantilever dan tipe cantilever with suspended span sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pada jembatan kantilever, sebuah pilar atau tower dibuat dimasing-masing sisi bagian yang akan disebrangi dan jembatan dibangun menyamping berupa kantilever dari masing-masing pilar atau tower. Pilar atau tower ini mendukung seluruh beban pada lengan kantilever.
Gambar 2. 2 Jembatan Kantilever Tipe Cantilever Dan Cantilever With Span
Selama pembuatan jembatan kantilever sudah mendukung sendiri beban- beban yang bekerja.
Jembatan kantilever biasanya dipilih apabil a situasi atau keadaan tidak memungkinkan penggunaan scaffolding atau pendukung- pendukung sementara yang lain karena sulitnya kondisi di lapangan. Jembatan kantilever dapat digunakan untuk jembatan dengan bentang antara 400 m sampai 500 m. Umumnya konstruksi jembatan kantilever berupa box girder dengan bahan beton presstress pracetak.
3. Jembatan lengkung (arch bridges)
Jembatan lengkung adalah suatu tipe jembatan yang menggunakan prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan di transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3, jembatan lengkung dapat dibagi menjadi 11 macam yaitu:
fixed arch
one-hinged arch
two-hinged arch
three-hinged arch
solid ribbed arch (tied arch)
spandrel braced (cantilever) arch
trussed deck arch
trussed through arch (tied arc)
trussed through arch
closed spandrel deck arch
open spandrel deck arch
Jembatan lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja maupun beton bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil maupun bentang yang besar.
Jembatan lengkung tipe closed spandrel deck arch biasa digunakan untuk bentang hanya sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa disebut dengan gorong-gorong. Untuk bentang besar jembatan lengkung dapat digunakan untuk bentang sampai 500 m.
Gambar 2. 3 Tipe-Tipe Jembatan Lengkung 4. Jembatan rangka (truss bridges)
Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe jembatan rangka yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut:
pratt truss
parker pratt truss
baltimore pratt truss
pennsylvania-petit pratt truss
warren truss
subdivided warren truss
howe truss
whicert truss
cantilever through top truss
cantilever through top and bottom trus
Gambar 2. 4 Tipe-Tipe Jembatan Rangka 5. Jembatan gantung (suspension bridges)
Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau kabel utama yang menggantung dari dua pilar atau tiang utama dimana ujung-ujung kabel tersebut diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari beton. Dek jembatan digantungkan pada kabel uatma dengan mengunakan kabel-kabel yang lebih kecil ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Struktur dek dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Kabel utama mendukung beban struktur jembatan dan mentransfer beban tersebut ke pilar utama dan ke angkur. Jembatan gantung merupakan jenis jembatan yang digunakan untuk betang-bentang besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.
Gambar 2. 5 Jembatan Gantung 6. Jembatan kabel (cable stayed bridges)
Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari jembatan gantung dimana terdapat juga dua pilar atau tower. Akan tetapi pada jembatan kabel dek jembatan langsung di hubungkan ke tower dengan menggunakan kabel-kabel yang membentuk formasi diagonal sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6. Kalau pada jembatan gantung struktur dek dapat terbuat dari rangka baja maupun beton, pada jembatan kabel umumnya deknya terbuat dari beton.
Gambar 2. 6 Jembatan Kabel (Cable Stayed Bridges)
7. Jembatan bergerak (movable bridges)
Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal besar yang lewat memerlukan ketinggian yang cukup tetapi pembuatan jembatan dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak ekonomis. Ada tiga macam tipe jembatan bergerak yaitu:
1) jembatan terbuka (bascule bridges),
2) jembatan terangkat vertikal (verticalift bridges), 3) jembatan berputar (swing bridges).
Jembatan terbuka atau bascule bridges biasanya digunakan untuk bentang yang tidak terlalu panjang dengan bentang maksimum 100 m. Jembatan terangkat vertikal atau vertical lift bridges biasanya digunakan untuk bentang yang lebih panjang yaitu sekitar 175 m, tetapi jarak bersih yang didapat tergantung dari seberapa tinggi jembatan dapat dinaikan. Pada umumnya ketinggian maksimum untuk mendapatkan jarak bersih adalah sekitar 40 m. Jembatan berputar mempunyai keuntungan karena kapal yang akan lewat tidak dibatasi ketinggiannya.
Jembatan berputar dapat digunakan dengan bentang sampai dengan 160 m. Contoh jembatan bergerak dapat dilhat pada Gambar 2.7.
Gambar 2. 7 Jembatan Bergerak 8. Jembatan terapung (floating bridges)
Jembatan terapung dibuat dengan mengikatkan dek jembatan pada pontonponton sebagaimana dilihat pada Gambar 2.8. Ponton-ponton ini biasanya jumlahnya banyak sehingga jika salah
satu ponton terjadi kebocoran maka tidak begitu mempengaruhi atau membahayakan kestabilan jembatan apung secara keseluruhan. Kemudian ponton yang terjadi kebocoran ini dapat diperbaiki.
Jembatan terapung pada mulanya banyak digunakan sebagai jembatan sementara oleh militer.
Namun kini jembatan terapung banyak digunakan apabila kedalaman air yang akan dibuat jembatan cukup dalam dan kondisi tanah dasar sangat jelek sehingga sangat sulit untuk membuat fondasi jembatan. Saat ini ponton-ponton yang digunakan pada jembatan terapung dapat dibuat dari beton dimana bentang total dapat mencapai sebesar 2 km.
Gambar 2. 8 Jembatan Terapung
9. Jembatan kombinasi (combination bridges)
Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan lebih dari satu jenis jembatan. Hal ini terutama untuk jembatan dengan bentang sangat besar dimana penggunaan satu jenis jembatan tidak ekonomis.
2.3. Jenis Platform Bangunan Apung
Dalam dunia desain arsitek dan ilmu Sipil ada beberapa jenis bangunan apung yang telah diaplikasikan dan dikembangkan di beberapa negara berdasarkan jenis pondasi, bentuk dan fungsi bangunannya. Di antaranya adalah sebagai berikut.
2.3.1. Bangunan Apung dengan Platform Drum Plastik
Bangunan apung dengan pondasi drum plastik merupakan bangunan apung yang didesain dengan menggunakan drum plastik sebagai pondasi strukturnya yang berfungsi untuk menampung dan mengapungkan bangunan yang ada di atasnya, drum plastik bisa mengapung karena di dalamnya terdapat hambatan udara yang menekan beban di antara dua lempeng yang berbeda. Drum plastik adalah alat apung yang elastis lebih murah dan lebih mudah dalam pemasanganya, yaitu dengan cara disambung menggunakan baut ke balok–balok kayu (Sugiri et al., 2017). Semua drum plastik di apit dengan kayu balok agar semua drum plastik itu tetap bersatu dan rapat seperti Gambar 2.9 di bawah ini.
Gambar 2. 9 Bangunan Apung dengan Platform Drum Plastik (Sumber: https://travel.detik.com)
2.3.2. Bangunan Apung dengan Platform Bambu
Penggunaan material pada bangunan terapung di nusantara sangat dipengaruhi oleh ketersediaan material di sekitar lokasi pemukiman. Material kayu dan bambu merupakan material utama yang sering dijumpai dan digunakan sebagai material bangunan pada bangunan apung. Kayu biasanya digunakan sebagai material pondasi dan material pembentuk badan rumah, sedangkan bamboo lebih banyak digunakan sebagai material pondasi dengan metode konstruksi tertentu sehingga pondasi pada rumah terapung juga berfungsi sebagai rakit (Adi, 2020). Hal inilah yang menyebabkan rumah terapung dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti pada Gambar 2.10 di bawah ini.
Gambar 2. 10 Bangunan Apung dengan Platform Bambu (Sumber: https://travel.detik.com)
2.3.3. Bangunan Apung dengan Platform Pipa PVC
Bangunan apung dengan platform pipa PVC merupakan bangunan apung yang didesain dengan menggunakan pipa PVC sebagai pondasi strukturnya dengan cara disambung menggunakan angkur dan baut ke balok–balok kayu (sloof), sehingga menjadi satu kesatuan struktur (platform) (Asrasal et al., 2018). Pipa PVC merupakan material plastik yang memiliki rongga udara di dalamnya sehingga dapat mengapung di atas air seperti pada Gambar 2.11 di bawah ini.
Gambar 2. 11 Bangunan Apung dengan Platform Pipa PVC (Sumber: Karyadi K, et al., 2010)
2.3.4. Bangunan Apung dengan Platform Styrofoam
Bangunan apung dengan platform styrofoam merupakan desain bangunan apung yang menggunakan Styrofoam sebagai pondasi strukturnya, yaitu dengan cara diikat menggunakan angkur dan baut ke balok-balok kayu, sehingga menjadi struktur pondasi apung yang sangat kuat dan dapat mengapung dengan baik (Wahyudi et al., 2020). Styrofoam adalah material gabus yang memiliki berat jenis lebih kecil dari berat jenis air sehingga dapat mengapung dengan baik di atas permukaan air, seperti pada Gambar 2.12 di bawah ini.
Gambar 2. 12 Rumah Apung dengan Platform Styrofoam (Sumber: Karyadi K, et al., 2010)
2.4. Hukum Archimedes
Hukum Archimedes menyatakan bahwa sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya. Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan berikut:
dengan:
Fa = gaya ke atas (N)
V = volume benda yang tercelup (m3) ρ = massa jenis zat cair (kg/m3) g = percepatan gravitasi (N/kg)
penjumlahan gaya pada arah sumbu vertikal dalam keadaan setimbang adalah nol, yaitu:
Pada hukum Archimedes terdapat tiga kondisi dimana sebuah benda yang dicelupkan ke dalam fluida dapat terapung, melayang dan tenggelam, pada penelitian ini benda yang dimasukkan ke dalam fluida termasuk pada kondisi yang pertama yaitu benda terapung.
Gambar 2. 13 Skema benda terapung
Dari gambar 2.13 dapat dilihat bahwa benda tidak seluruhnya tercelup kedalam fluida(cairan) melainkan hanya tercelup sebagian, atau benda dapat dikatan diam terapung, hal itu dikarenakan adanya perbedaaan massa jenis antara benda dan fluida(cairan). Penjelasan selengkapnya seperti dibawah ini:
Dimana:
Va = volume benda yang terapung diataas fluida Vc = volume benda yang tercelup didalam fluida Vb = volume banda
M = massa benda
g = percepatan gravitasi
dan berdasarkan persamaan , maka
;
dimana ;
ρf = massa jenis fluida(cairan)
ρb = massa jenis benda
karena Vc < Vb
maka nilai ρf > ρb,
Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu benda yang tercelup ke dalam fluida (cairan) akan diam terapung jika massa jenis fluida(cairan) lebih besar dari massa jenis benda.
2.5. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu sejenis telah dilakukan oleh beberapa peneliti khususnya yang terkait jembatan apung secara terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Sejenis
No Peneliti, Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian
Penelitian
Melakukan Analisis Jembatan Apung Gunung Jembatan Apung kondisi kekinian Jati menggunakan pondasi
pencetus gagasan, ponton tersebut Gunung Jati
Arief Wiratama Putra, melakukan analisis dapat menyesuaikan dengan Dengan Pondasi
Meutia Ikawidjaja, terkait kondisi alam kondisi topografi bawah Pontoon Tanpa
Brian Pradipta yang selanjutnya laut pada wilayah Selat
Menggunakan
1 Anjasmara, Ardhi menjadi dasar Sunda. Perencanaan konsep
Tiang Penyangga
Ichsandyarrachman, I. pembuatan konsep gagasan menjadi lebih Sebagai Solusi
Dewa Ayu Dwika gagasan jembatan matang, melakukan
Transportasi Darat
Puspita Dewi, 2013 penelitian lebih lanjut
Penghubung
terkait dengan bahan Jawa-Sumatera
materiil untuk realisasi
jembatan
Evaluasi Beban Melakukan uji Jembatan pejalan kaki 2 Widi Nugraha, Gatot Layan Jembatan pembebanan pada dengan pembatasan beban
Sukmara, 2017 Apung Pejalan jembatan layan yang diijinkan yaitu Kaki Tipe menggunakan metode setara dengan 125 % beban
No Peneliti, Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian Penelitian
Pelengkung pengujian beban uji statis atau 1,10 kN/m2 Rangka Baja secara statis, dan setara dengan 2 orang Berdasarkan Uji Melakukan yang berjalan bersama Pembebanan Pemodelan dan dalam luasan lantai 1 m x 1
analisis struktur m dengan berat rata-rata 55 jembatan apung, yag kg per orang.
selanjutnya dilakukan Hasil uji dinamis, yaitu evaluasi bebam layan frekuensi natural jembatan
ijin sebesar 2,2 Hz, sehingga
jembatan apung ini layak untuk digunakan dan memenuhi aspek keamanan serta kenyamanan struktur jembatan, baik secara statis maupun dinamis.
2.6. Road Map Penelitian
Berikut ini adalah beberapa kegiatan penelitian yang telah dan akan dilakukan oleh pengusul dalam topik perencanaan transportasi sebagai pendukung aksesibilitas yang diuraikan dalam sub judul, sebagaimana dapat dijelaskan oleh bagan tersebut di bawah ini :
Gambar 2. 14 Roadmap Penelitian
Berdasarkan Roadmap penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian dengan judul “Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir” sesuai dengan rencana pengembangan penelitian dalam bidang transportasi.
D. METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan. Adapun pengertian metode penelitian yaitu proses atau langkah yang digunakan pada penelitian. Pada bab metode penelitian ini juga akan digambarkan bagan alir/ flow chart.
3.1 Tahapan Penelitian
Secara umum tahapan penelitian dapat diuraikan menjadi empat tahapan. Tahapan tersebut antara lain adalah tahapan persiapan, tahapan pengumpulan data, tahapan Analisa serta tahapan analisa dan kesimpulan.
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian. Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu penyusunan proposal yang berisi rancangan penelitian. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan tujuan mengefektifkan waktu dan pekerjaan.Selain itu tahapan persiapan ini juga mencakup persiapan peralatan, studi literatur, serta pengurusan surat izin. Persiapan-persiapan tersebut harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan yang berulang sehingga tahap pengumpulan data menjadi tidak optimal.
2. Tahap Pengumpulan Data
Setelah dilakukannya tahap identifikasi dilakukan kajian secara teoritis dengan tahap pengumpulan dan pengolahan data. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer didapatkan dengan cara survey material yang akan digunakan sebagai ponton.Sedangkan data sekunder didapatkan dari studi literatur.
3. Tahap Analisa
Tahap Analisa dibagi menjadi tiga, yaitu pelaksanaan studi komparasi model floating bridge yang ada di dunia, analisis bahan dan kekuatan bahan, serta analisis konsep floating bridge.
Selain itu pada tahapan ini juga dilakukan perancangan prototype floating bridge.
4. Tahap Hasil dan Kesimpulan
Dari hasil data yang telah diolah akan didapatkan data berupa hasil kondisi jembatan apung terhadap beban-beban yang melintas serta desain jembatan apung sederhana yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban-beban diatasnya melintas, seperti halnya pejalan kaki dan sepeda motor. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi
untuk stakeholders terkait dan saran agar bisa dilakukan penelitian lebih lanjut.
3.2 Diagram Alir Penelitian
Alur penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.
Mulai
Tahap Persiapan
Tahap pengumpunlan data
Tahap analisa
-pelaksanaan studi komparasi model floating bridge yang ada di dunia
- analisis bahan dan kekuatan bahan - analisis konsep floating bridge
perancangan prototype floating bridge.
Hasil dan Kesimpulan
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
E. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN
Pada bab berikut ini akan disampaikan rincian anggaran yang diusulkan serta tabel jadwal penelitian pada penelitian Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir.
4.1. Anggaran Biaya
Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan biaya total sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta
Rupiah). Dana tersebut dipergunakan untuk mendukung seluruh kegiatan pada penelitian ini yang secara terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan
1 Honorarium pelaksana (sesuai ketentuan maksimum Rp3,000,000.00 30%
2 Bahan habis pakai dan peralatan (maksimum 40%) Rp4,000,000.00
3 Perjalanan maksimum 15% Rp1,500,000.00
4 Lain-lain: publikasi, seminar, lainnya (maksimum Rp1,500,000.00 15%)
Jumlah Rp10,000,000.00
4.2 Justifikasi Anggaran
Berikut adalah penjelasan secara terperinci justifikasi rencana anggaran biaya (RAB) detail penelitian “Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir” berdasar jenis pengeluarannya :
Honorarium pelaksana (sesuai ketentuan maksimum 30%)
Item Satuan Volume Biaya Satuan Total
Honor Pembantu Peneliti jam 64 Rp7,500.00 Rp480,000.00
Tenaga Administrasi jam 120 Rp7,500.00 Rp900,000.00
Tenaga Analisis jam 180 Rp9,000.00 Rp1,620,000.00
Sub Jumlah: Rp3,000,000.00
Bahan habis pakai dan peralatan (maksimum 40%)
Item Satuan Volume Biaya Satuan Total
ATK lumpsum 1 Rp850,000.00
Konsumsi buah 10 Rp15,000.00 Rp150,000.00
Biaya pembuatan prototype lumpsum 1 Rp3,000,000.00
Sub Jumlah: Rp4,000,000.00
Perjalanan maksimum 15%
Item Satuan Volume Biaya Satuan Total
Perjalanan Untuk Publikasi lumpsum 1 Rp1,500,000.00
Sub Jumlah: Rp1,500,000.00
Lain-lain: publikasi, seminar, lainnya (maksimum 15%)
Item Satuan Volume Biaya Satuan Total
Biaya publikasi Artikel 1 Rp800,000.00 Rp800,000.00
Seminar seminar 1 Rp500,000.00 Rp500,000.00
Cetak Buku Luaran Penelitian Eksemplar 2 Rp100,000.00 Rp200,000.00 Sub Jumlah: Rp1,500,000.00
4.3 Jadwal Penelitian
Penelitian ini dijadwalkan akan selesai dalam waktu 12 bulan yang didalamnya termasuk penulisan artikel ilmiah hasil penelitian yang akan dipublikasikan dalam jurnal nasional dan atau jurnal internasional sebagai output penelitian. Secara detail urutan kegiatan dan lamanya waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel tersebut di bawah ini :
No Uraian Kegiatan Bulan ke-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Persiapan dan Koordinasi
2 Pengumpulan Data Sekunder
3 Pengumpulan Data Primer
4 Pengolahan Data
5 Studi komparasi model floating bridge
6 Analisis bahan dan kekuatan bahan
7 Analisis desain floating bridge
8 Pembuatan Prototype
9 Penyusunan Laporan
10 Penulisan Artikel Ilmiah
11 Publikasi hasil penelitian
DAFTAR PUSTAKA
Adi, H. P. (2020). Stabilitas Struktur Dan Sistem Sambungan Pada Platform Rumah Apung Dengan Bahan Expanded Polystyrene / Styrofoam. Jurnal Planologi, 17(2), 249.
https://doi.org/10.30659/jpsa.v17i2.10930
Asrasal, A., Imam Wahyudi, S., Pratiwi Adi, H., & Heikoop, R. (2018). Analysis of floating house platform stability using polyvinyl chloride (PVC) pipe material. MATEC Web of Conferences, 195, 1–8. https://doi.org/10.1051/matecconf/201819502025
Asrofi, A., Hardoyo, S. R., & Sri Hadmoko, D. (2017). Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir Dalam Penanganan Bencana Banjir Rob Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi Di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah). Jurnal Ketahanan Nasional, 23(2), 1.
https://doi.org/10.22146/jkn.26257
BPS Kota Semarang. (2021). Kota Semarang Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik Kota Semarang.
Haloho, E. H., & Purnaweni, H. (2020). Adaptasi Masyarakat Desa Bedono Terhadap Banjir Rob Di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Journal of Public Policy and Management Review, 9(4), 150–158.
Jawa Pos. (2021). Banjir Rob di Kelurahan Bandengan dan Karangsari Makin Parah.
Radarsemarang.Jawapos.Com.
https://radarsemarang.jawapos.com/berita/jateng/kendal/2021/05/09/banjir-rob-di-kelurahan- bandengan-dan-karangsari-makin-parah/
Kusumaning, T., & Puriningsih, F. S. (2014). Kajian Strategi Penanganan Banjir/Rob di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Warta Penelitian Perhubungan, 26(11), 677–688.
Lwin, M. M. (2000). Floating Bridges. In Bridge Engineering Handbook, Second Edition: Superstructure Design. CRC Press. https://doi.org/10.1201/b16523
Merdeka. (2020). 7 Fakta Banjir Rob Semarang, Sebabkan Tanah Turun 15 Cm per Tahun.
Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/jateng/7-fakta-banjir-rob-semarang-sebabkan-tanah- turun-15-cm-per-tahun.html?page=1
Nicholls, R. J., & de la Vega-Leinert, A. (2000). Overview Of The Survas Project. APN/SURVAZ/LOICZ Joint Conference On Coastal Impacts Of Climate Change And Adaptation In The Asia-Pacific Region.
Nugraha, W., & Sukmara, G. (2017). Evaluasi Beban Layan Jembatan Apung Pejalan Kaki Tipe Pelengkung Rangka Baja Berdasarkan Uji Pembebanan. Jurnal Jalan-Jembatan, 34(2), 64–78.
Primasti, T. P. G., Hariyadi, Rochaddi, B., Widada, S., & Widiaratih, R. (2021). Pemantauan Kerentanan Fisik di Pesisir Kabupaten Demak (Studi Kasus Perubahan Garis Pantai). Indonesian Journal of Oceanography, 03(1).
Putra, A. W., Ikawidjaja, M., Anjasmara, B. P., Ichsandyarrachman, A., & Ardhi, I. D. A. D. P. D.
(2013). JEMBATAN APUNG GUNUNG JATI DENGAN PONDASI PONTOON TANPA MENGGUNAKAN TIANG PENYANGGA SEBAGAI SOLUSI TRANSPORTASI DARAT
PENGHUBUNG JAWA-SUMATERA. In Program Kreativitas Mahasiswa - Gagasan Tertulis (Issue PKM-GT 2013). Ditlitabmas, Ditjen DIKTI, Kemdikbud RI.
http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMGT/article/view/134
Ramadhany, A. S., Anugroho DS, A., & Subardjo, P. (2012). Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang. Journal Of Marine Reserach, 1(2), 174–180. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr Safitri, F., Suryanti, S., & Febrianto, S. (2019). Analisis Perubahan Garis Pantai Akibat Erosi Di Pesisir
Kota Semarang. Geomatika, 25(1), 37. https://doi.org/10.24895/jig.2019.25-1.958
Sugiri, P. L., Husain, J. R., & Bakri, H. (2017). ANALISIS GAYA APUNG (BUOYANCY) PADA SISTEM PERPIPAAN GAS DI AREA FLOWLINE DAN TRUNKLINE. Jurnal Geomine, 4(3), 94–97. https://doi.org/10.33536/jg.v4i3.71
Supriyadi, B. (1997). Analisis Struktur Jembatan. Biro Penerbit KMTS FT UGM.
Supriyadi, B., & Muntohar, A. S. (2007). Jembatan (Edisi Pert). Beta Offset.
Wahyudi, S. I., Adi, H. P., Lekerkerk, J., Jansen, J., & Boogard, F. C. (2020). Expectation of Floating Building in Java Indonesia, Case Study in Semarang City. 2nd World Conference On Floating Solutions 2020, October.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul (Download dari menu Profil Dosen).
Lampiran 2. Surat Pernyataan Keaslian Penelitian bermeterai 10.000 oleh ketua peneliti.
LAMPIRAN 1: BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENGUSUL
BIODATA PENELITI
Nama Ir. Gata Dian Asfari, MT
NIDN/NIDK 06-2805-5801
Pangkat/Jabatan Lektor
E-mail [email protected]
ID Sinta 416
h-Index -
Publikasi di Jurnal Internasional terindeks
Peran (First author, Nama Jurnal, Tahun
No Judul Artikel Corresponding terbit, Volume, URL artikel (jika author, atau co- Nomor, P- ISSN/E- ada)
author) ISSN
Publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi Peringkat 1 dan 2
Peran (First Nama Jurnal,
author, Tahun terbit,
No Judul Artikel Corresponding Volume, URL artikel (jika ada)
author, atau co- Nomor, P-
author) ISSN/E- ISSN
Kajian Pengaruh Jurnal
Pembangunan Jalan Planologi, 2021, http://lppm-unissula.com/
1 Tol Semarang -
Co-author Vol. 18, No. 1
jurnal.unissula.ac.id/index.php/
Demak Terhadap E-ISSN: 2615-
Kinerja Jalan Raya 5257, P-ISSN: psa/article/view/13316/5444
Kaligawe 1829-9172
Evaluasi dan Prosiding
Penentuan Prioritas Seminar
Rehabilitasi Nasional Inovasi http://jurnal.unissula.ac.id/
2 Jaringan Irigasi Co-author Dalam index.php/smartcity/
(Studi Kasus Pada Pengembangan article/view/1729 Daerah Irigasi di SmartCity,2017,
Kabupaten Brebes) Vol 1, No 1,
Penilaian Kinerja Prosiding
Irigasi Berdasarkan Seminar http://lppm-unissula.com/
3 Pendekatan Co-author Nasional Inovasi jurnal.unissula.ac.id/index.php/
Permen PUPR Dalam smartcity/article/view/1726
NO.12/PRT/M/2015 Pengembangan
Dan Metode Masscote Dengan Evaluasi Rapid Appraisal
Procedure (Rap) Di Daerah Irigasi
SmartCity,2017, Vol 1, No 1,
Prosiding seminar/konverensi internasional terindeks Peran (First
Nama Jurnal, author,
Tahun terbit,
No Judul Artikel Corresponding URL artikel (jika ada)
Volume, Nomor, author, atau co-
P-ISSN/E- ISSN author)
Proceedings of International
Technical Conference:
http://jurnal.unissula.ac.id/
Economy Study on Problem,
index.php/ICCDA/article/
Jurang Jero Small Solution and
1 Co-author view/1999/1523
Dam Construction Development of
Project In Blora Coastal and
Regency Delta Areas,
2017, Paper No.
C-10
Proceedings of International
Flood/Rob Conference :
Handling Study Problem,
http://jurnal.unissula.ac.id/
with Polder Solution and
2 Co-author index.php/ICCDA/article/
System In Port of Development of view/2033
Tanjung Emas Coastal and
Area Semarang Delta Areas,
2017, Paper No.
C-43
Buku
No Judul Buku Tahun
ISBN Penerbit URL (jika
Penerbitan ada)
Perolehan KI
Tahun Status KI
URL (jika
No Judul KI Jenis KI Nomor (terdaftar/g
Perolehan ada)
ranted)
Riwayat penelitian didanai kemdikbud
No 1
Judul Tahun Dana Disetujui
BIODATA PENELITI
Nama Wahyu Satyaning Budhi, S.ST., M.T
NIDN/NIDK -
Pangkat/Jabatan III-b/Penata Muda TK 1 E-mail [email protected]
ID Sinta -
h-Index -
Publikasi di Jurnal Internasional terindeks No Judul Artikel
Peran (First author, Corresponding author, atau co-
author)
Nama Jurnal, Tahun terbit, Volume, Nomor, P-
ISSN/E-ISSN
URL artikel (jika ada)
Publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi Peringkat 1 dan 2 Peran (First author, Nama Jurnal, No Judul Artikel Corresponding Tahun terbit,
URL artikel (jika ada) author, atau co- Volume, Nomor,
author) P-ISSN/E- ISSN
Jurnal Aplikasi
Teknik Sipil,
Analisa Karakteristik
2018, Vol.16, https://iptek.its.ac.id/
dan Pola Perjalanan
1 Penumpang Bus Co-author No.2., P-ISSN index.php/jats/article/
Trans Sidoarjo
1907-753X/E- view/3536
ISSN 2579-891X
Prediksi Tingkat Jurnal Aplikasi
Teknik Sipil,
Pelayanan Jalan Rel 2020, Vol.18, https://iptek.its.ac.id/
2 Akibat First author No.2., P-ISSN index.php/jats/article/
Pembangunan 1907-753X/E- view/7034
Double Track ISSN 2579-891X
Prosiding seminar/konverensi internasional terindeks Peran (First author, Nama Jurnal, No Judul Artikel Corresponding Tahun terbit,
URL artikel (jika ada) author, atau co- Volume, Nomor,
author) P-ISSN/E- ISSN 1 Railway Capacity
Author IOP Conference https://iopscience.iop.org/
Analysis Using Series: Materials article/10.1088/1757-
Indonesian Method and UIC Code 405 Method
Science and Engineering, 2020, Vol.930
899X/930/1/012059
Buku
No Judul Buku Tahun
Penerbitan ISBN Penerbit URL (jika
ada)
Perolehan KI
No Judul KI Tahun
Perolehan Jenis KI Nomor
Status KI (terdaftar/g ranted)
URL (jika ada)
Riwayat penelitian didanai kemdikbud
No Judul Tahun Dana Disetujui
1