• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROTEKSI ISI USULAN PENELITIAN - Unissula

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROTEKSI ISI USULAN PENELITIAN - Unissula"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PROTEKSI ISI USULAN PENELITIAN: Dilarang menyalin, menyimpan, memperbanyak sebagian atau seluruh isi laporan ini dalam bentuk apapun kecuali oleh peneliti dan

pengelola administrasi penelitian

USULAN PENELITIAN INTERNAL UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG

IDENTITAS PENELITIAN

A. JUDUL PENELITIAN

Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir

B. BIDANG, TEMA, TOPIK, DAN RUMPUN BIDANG ILMU

Bidang Unggulan Perguruan Tinggi Topik Unggulan Penelitian Rumpun Bidang Ilmu Teknik Sipil dalam Rekayasa Rekayasa Transportasi Transportasi

Konstruksi Berwawasan Berwawasan Lingkungan

Lingkungan Untuk Mitigasi

Bencana

C. KATEGORI, SKEMA, TARGET TKT, DAN LAMA PENELITIAN Skema Penelitian (Penelitian

Lama

Dasar/Terapan/Pengembangan/B Target

Kategori Penelitian

erbasis Nilai-nilai Akhir TKT

(Tahun)

Islam/Penugasan)

Penelitian Internal Penelitian Dasar 2 1 Tahun

D. IDENTITAS PENGUSUL

Nama,

Peran (Ketua, Institusi Program

Tugas

ID Sinta H-

Anggota 1, (Fakultas) Studi Index

Anggota 2)

Ir. Gata Dian Fakultas Teknik 1. Bertanggung 314 -

Asfari, MT Teknik Sipil jawab atas semua

kegiatan

penelitian,

terutama yang

berkaitan dengan

aktivitas tim di

2. Memimpin tim

dalam melakukan

diskusi serta

pelaksanaan di

(2)

lapangan.

Wahyu Fakultas Teknik 1.Bertanggung

Satyaning Teknik Sipil jawab atas semua

Budhi, S.ST., kegiatan penelitian

M.T 2.Membantu ketua

dalam melakukan diskusi,

pengumpulan data

E. MITRA KERJASAMA PENELITIAN (JIKA ADA)

Pelaksanaan penelitian dapat melibatkan mitra kerjasama, yaitu mitra kerjasama dalam melaksanakan penelitian, mitra sebagai calon pengguna hasil penelitian, atau mitra investor

Mitra Nama Mitra Peran Mitra

- - -

F. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN (Luaran Wajib)

Status target capaian

Keterangan (url dan nama

Tahun (accepted, published,

Jenis Luaran jurnal, penerbit, url paten,

Luaran terdaftar atau granted,

keterangan sejenis lainnya)

atau status lainnya)

2022 Jurnal Terakreditasi

Nasional

Luaran Tambahan

Tahun

Luaran Jenis Luaran

Status target capaian (accepted, published, terdaftar atau granted,

atau status lainnya)

Keterangan (url dan nama jurnal, penerbit, url paten, keterangan sejenis lainnya)

G. ANGGARAN

Rencana anggaran biaya penelitian mengacu pada PMK yang berlaku dengan besaran minimum dan maksimum sebagaimana diatur pada buku Panduan Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat UNISSULA. Total RAB: Rp. 10.000.000,-

(3)

HALAMAN PENGESAHAN PENELITIAN INTERNAL PERGURUAN TINGGI UNIVERSITAS ISLAM

SULTAN AGUNG (UNISSULA)

Judul : Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana

Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir Peneliti/Pelaksana

Nama Lengkap : Ir. Gata Dian Asfari, MT

NIDN / NIK : 06-2805-5801/210288008

Jabatan Fungsional : Lektor

Program Studi : Teknik Sipil

HP : 0816666164

Alamat surel (e-mail) : [email protected]

Anggota (1)

Nama Lengkap : Wahyu Satyaning Budhi, S.ST., M.T

NIDN / NIK : 210221098

Anggota (2)

Nama Lengkap : -

NIDN / NIK : -

Institusi Mitra (jika ada)

Nama Institusi Mitra : -

Alamat : -

Penanggung Jawab : -

Jumlah Mahasiswa Terlibat : - Jumlah TendikTerlibat : -

Tahun Pelaksanaan : 2021

Biaya Tahun Berjalan : Rp 10.000.000,-

Mengetahui, Semarang, 10 Juli 2021

Dekan Fakultas Teknik Ketua,

(Ir. Rachmat Mudiyono, MT., Ph.D) NIK. 210293018

(Ir. Gata Dian Asfari, MT) NIK. 220292016 Menyetujui,

(

(4)

USULAN PENELITIAN

Pengisian poin A sampai dengan poin G mengikuti template berikut dan tidak dibatasi jumlah kata atau halaman namun disarankan seringkas

mungkin. Dilarang menghapus/memodifikasi template ataupun menghapus penjelasan di setiap poin.

A. RINGKASAN

Kota Semarang pada sebelah Utara berbatasan langsung dengan Laut Jawa dan terdapat 4 kecamatan yang berada pada wilayah pesisir yang kerap dilanda banjir rob. Genangan banjir rob yang disebabkan pasang air laut menyebabkan gangguan terhadap fungsi infrastruktur, salah satunya yaitu susahnya akses jalan yang tergenang oleh banjir rob. Selain itu banjir rob juga dapat menimbulkan kerugian pada daerah yang produktif. Selain itu, jalan raya yang dipenuhi genangan banjir rob juga menyebabkan transportasi berjalan tidak lancar. Salah satu solusi yang ditawarkan yaitu dengan jembatan apung yang dapat dimanfaatkan pada wilayah perairan.

Jembatan apung merupakan solusi yang hemat biaya, karena jembatan apung memanfaaatkan permukaan air sebagai landasan jembatan. Tahapan yang dilakukan dimulai dari tahapan persiapan yang mencakup penyusunan proposal, persiapan peralatan, studi literatur, mobilisasi personel; pengumpulan data primer dan data sekunder; tahapan analisis yang mencakup studi komparasi model, analisis bahan dan analisis konsep serta perancangan prototype jembatan apung; dan tahapan yang terakhir yaitu tahapan hasil dan penarikan kesimpulan. Diharapkan dengan jembatan apung pada wilayah pesisir dapat menjadi solusi permasalahan terhadap susahnya akses jalan karena banjir rob.

Kata kunci: Kota Semarang, pesisir, banjir rob, jembatan apung

B. PENDAHULUAN

Kota Semarang memiliki batas sebelah utara berupa laut jawa dan memiliki garis pantai sepanjang 13,6 km (BPS Kota Semarang, 2021). Elevasi terendah kota semarang yaitu 0,75 meter diatas garus pantai, sedangkan untuk evelasi tertinggi berada pada 348 meter di atas garis pantai (BPS Kota Semarang, 2021). Terdapat 4 kecamatan di Kota Semarang yaitu Kecamatan Tugu, Kecamatan Semarang Barat, Kecamatan Semarang Utara, dan Kecamatan Genuk yang berada pada wilayah pesisir Kota Semarang (Safitri et al., 2019). Kawasan pesisir pantai rentan terhadap kenaikan permukaan air laut yang dapat menyebabkan rob, perubahan garis pantai, serta

(5)

erosi pantai (Primasti et al., 2021). Banjir rob dapat menyebabkan beberapa gangguan, diantaranya yaitu gangguan terhadap kawasan pesisir dan kota pantai, serta gangguan terhadap fungsi infrastuktur seperti jaringan jalan, pelabuhan, maupun bandara (Nicholls & de la Vega- Leinert, 2000).

Pasang surut air laut turut serta memberikan dampak terhadap garis pantai yang dapat berpindah dan manjadi tidak tetap (Safitri et al., 2019). Selain itu, pasang surut juga memberikan dampak terhadap genangan yang terjadi (Asrofi et al., 2017). Air laut yang mengalami pasang menyebabkan area genangan meningkat dan meluas ke daratan (Asrofi et al., 2017). Genangan banjir rob yang disebabkan pasang air laut menyebabkan timbulnya kerugian pada daerah yang produktif khususnya Kota Semarang (Kusumaning & Puriningsih, 2014). Akibat dari banjir rob yang terjadi di Kota Semarang dapat menurunkan kualitas lingkungan dan kehidupan masyarakat (Ramadhany et al., 2012). Salah satu kerugian yang ditimbulkan banjir rob adalah susahnya akses jalan yang tergenang (Haloho & Purnaweni, 2020). Genangan memenuhi beberapa jalan raya saat banjir rob terjadi di Kota Semarang yang menyebabkan transportasi tidak berjalan lancar, khususnya pada daerah pesisir yang dekat dengan garis pantai (Jawa Pos, 2021; Merdeka, 2020).

Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk menanggulangi masalah transportasi yang disebabkan oleh faktor alam yaitu dengan jembatan apung (Putra et al., 2013). Jembatan apung dapat dimanfaatkan sebagai akses pada wilayah perairan (Nugraha & Sukmara, 2017). Jembatan apung adalah solusi hemat biaya untuk melintasi badan air besar dengan kedalaman yang tidak biasa dan dasar yang sangat lunak di mana dermaga konvensional tidak praktis (Lwin, 2000).

Dimana jembatan apung memanfaatkan permukaan air sebagai landasan jembatan untuk melintasi wilayah perairan diantara wilayah daratan (Nugraha & Sukmara, 2017). Diharapkan dengan adanya jembatan apung yang diterapkan pada wilayah pesisir dapat menjadi salah satu solusi terhadap masalah akses jalan yang terhambat karena banjir rob.

Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah mengkaji kebutuhan prasarana transportasi penghubung wilayah pesisir yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana infrastruktur yang tepat untuk penghubung di kawasan pesisir ketika terjadi banjir rob?

2. Bagaimana jembatan yang cocok untuk pedestrian dan pengendara motor di kawasan pesisir?

(6)

3. Bagaimana konsep jembatan apung yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban- beban diatasnya melintas?

Dengan Ruang Lingkup Penelitian ini adalah Peruntukan jembatan apung khusus di wilayah pesisir serta penelitian ini difokuskan kepada konsep jembatan apung sederhana. Sehingga, tujuan yang ingin dicapai dalam mengkaji kebutuhan prasarana transportasi penghubung wilayah pesisir antara lain :

1. Mengetahui jenis infrastruktur yang tepat untuk penghubung di kawasan pesisir saat terjadi banjir rob

2. Mengetahui jembatan yang cocok untuk pedestrian dan pengendara motor di kawasan pesisir

3. Mengetahui konsep jembatan apung yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban- beban diatasnya melintas

Dengan adanya kajian kebutuhan prasarana penghubung daerah pesisir yang rawan banjir rob, maka adapun output penelitian ini adalah :

1. Mengetahui jenis infrastruktur yang tepat sebagai penghubung kawasan pesisir saat terjadi banjir rob, sehingga penelitian ini diharapkan mampu memberikan solusi untuk mempermudah aksesisbilitas masyarakat pesisir pantai

2. Mengetahui jembatan yang cocok untuk pedestrian dan pengendara motor di kawasan pesisir, sehingga penelitian ini diharapkan mampu menjadi salah satu rekomendasi penerapan perancangan jembatan yang mudah

3. Mengetahui konsep jembatan apung yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban- beban yang terjadi, sehingga konsep tersebut dapat meminimalisir guling dan runtuh pada jembatan tersebut

C. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi jembatan

Jembatan adalah suatu bangunan yang memungkinkan suatu jalan menyilang sungai/saluran air, lembah atau menyilang jalan lain yang tidak sama tinggi permukaanya (Supriyadi, 1997).

Sehingga, jembatan merupakan suatu sistem transportasi yang mancakup 3 hal (Supriyadi &

Muntohar, 2007), yaitu:

1) Pengontrol kapasitas dari sistem

(7)

2) Mempunyai biaya tertinggi per mil dari sistem 3) Jika jembatan runtuh, system akan lumpuh

Secara umum suatu jembatan berfungsi untuk melayani arus lalu lintas dengan baik, dalam perencanaan dan perancangan jembatan sebaiknya mempertimbangkan fungsi kebutuhan transportasi, persyaratan teknis dan estetika-arsitektural yang meliputi : Aspek lalu lintas, Aspek teknis, Aspek estetika (Supriyadi & Muntohar, 2007).

2.2. Klasifikasi Jembatan

Menurut Siswanto (1999), jembatan dapat diklasifikasikan menjadi bermacam-macam jenis/tipe menurut fungsi, keberadaan, material yang dipakai, jenis lantai kendaraan dan lain-lain seperti berikut:

1. Klasifikasi jembatan menurut keberadaannya (tetap/dapat digerakkan) 1) jembatan tetap dapat terbuat dari:

a. jembatan kayu b. jembatan baja

c. jembatan beton bertulang balok T d. jembatan pelat beton

e. jembatan beton prategang f. jembatan batu

g. jembatan komposit

2) jembatan yang dapat digerakkan (umumnya dari baja) dibagi menjadi:

a. jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar, seperti:

 jembatan angkat

  jembatan baskul

  jembatan lipat strauss

b. jembatan yang dapat berputar diatas poros mendatar dan yang dapat berpindah sejajar mendatar

c. jembatan yang dapat berputar diatas poros tegak atau jembatan putar d. jembatan yang dapat bergeser kearah tegak lurus atau mendatar:

 jembatan angkat

  jembatan beroda

  jembatan goyah

(8)

2. Klasifikasi jembatan menurut fungsinya

Klasifikasi jembatan menurut fungsingnya adalah sebagai berikut:

1) jembatan jalan raya 2) jembatan jalan rel

3) jembatan untuk talang air/aquaduk

4) jembatan untuk menyebrangkan pipa-pipa (air, minyak, gas)

3. Klasifikasi jembatan menurut material yang dipakai adalah sebagai berikut:

1) jembatan kayu 2) jembatan baja

3) jembatan beton bertulang (konvensional, prategang) 4) jembatan bambu

5) jembatan pasangan batu kali/bata 6) jembatan komposit

4. Klasifikasi jembatan berdasarkan bentuk struktur atasnya adalah sebagai berikut:

1) jembatan balok/gelagar 2) jembatan pelat

3) jembatan pelengkung/busur (arch bridge) 4) jembatan rangka

5) jembatan gantung (suspension bridge) 6) jembatan cable stayed

5. Klasifikasi jembatan berdasarkan lamanya waktu penggunaan

1) jembatan sementara/darurat, merupakan jembatan yang penggunaannya hanya bersifat sementara, sampai terselesaikannya pembangunan jembatan permanen,

2) jembatan semi permanen yaitu jembatan sementara yang dapat ditingkatkan menjadi jembatan permanen, misalnya dengan cara mengganti lantai jembatan dengan bahan/material yang lebih baik/awet, sehingga kapasitas serta umur jembatan menjadi bertambah baik,

3) jembatan permanen, merupakan jembatan yang penggunaannya bersifat permanen serta direncanakan mempunyai umur pelayanan tertentu (misal dengan umur rencana 50 tahun)

(9)

2.2.1. Bentuk-bentuk struktur jembatan

Struktur jembatan mempunyai berbagai macam tipe, baik dilihat dari bahan strukturnya maupun dari bentuk strukturnya. Masing-masing tipe struktur jembatan cocok digunakan untuk kondisi yang berbeda. Menurut Satyarno (2003), sesuai dengan perkembangan, bentuk jembatan berubah dari yang sederhana menjadi yang sangat komplek. Secara garis besar terdapat sembilan macam perencanaan jenis jembatan yang dapat digunakan, yaitu:

1. Jembatan balok (beam bridges)

Jembatan balok adalah jenis jembatan yang paling sederhana yang dapat berupa balok dengan perletakan sederhana (simple spans) maupun dengan perletakan menerus (continous spans).

Gambar 2. 1 Jembatan Balok Tipe Sederhana Dan Menerus

Jembatan balok terdiri dari struktur berupa balok yang didukung pada kedua ujungnya, baik langsung pada tanah/batuan atau pada struktur vertikal yang disebut pilar atau pier. Jembatan balok tipe simple spans biasa digunakan untuk jembatan dengan bentang antara 15 meter sampai 30 meter dimana untuk bentang yang kecil sekitar 15 meter menggunakan baja (rolled-steel) atau beton bertulang dan bentang yang berkisar sekitar 30 meter menggunakan beton prategang.

2. Jembatan kantilever (cantilever bridges)

Jembatan kantilever adalah merupakan pengembangan jembatan balok. Tipe jembatan kantilever ini ada dua macam yaitu tipe cantilever dan tipe cantilever with suspended span sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.2. Pada jembatan kantilever, sebuah pilar atau tower dibuat dimasing-masing sisi bagian yang akan disebrangi dan jembatan dibangun menyamping berupa kantilever dari masing-masing pilar atau tower. Pilar atau tower ini mendukung seluruh beban pada lengan kantilever.

(10)

Gambar 2. 2 Jembatan Kantilever Tipe Cantilever Dan Cantilever With Span

Selama pembuatan jembatan kantilever sudah mendukung sendiri beban- beban yang bekerja.

Jembatan kantilever biasanya dipilih apabil a situasi atau keadaan tidak memungkinkan penggunaan scaffolding atau pendukung- pendukung sementara yang lain karena sulitnya kondisi di lapangan. Jembatan kantilever dapat digunakan untuk jembatan dengan bentang antara 400 m sampai 500 m. Umumnya konstruksi jembatan kantilever berupa box girder dengan bahan beton presstress pracetak.

3. Jembatan lengkung (arch bridges)

Jembatan lengkung adalah suatu tipe jembatan yang menggunakan prinsip kestabilan dimana gaya-gaya yang bekerja di atas jembatan di transformasikan ke bagian akhir lengkung atau abutment. Sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.3, jembatan lengkung dapat dibagi menjadi 11 macam yaitu:

 fixed arch

  one-hinged arch

  two-hinged arch

  three-hinged arch

  solid ribbed arch (tied arch)

  spandrel braced (cantilever) arch

  trussed deck arch

  trussed through arch (tied arc)

  trussed through arch

  closed spandrel deck arch

  open spandrel deck arch

(11)

Jembatan lengkung dapat dibuat dari bahan batu, bata, kayu, besi cor, baja maupun beton bertulang dan dapat digunakan untuk bentang yang kecil maupun bentang yang besar.

Jembatan lengkung tipe closed spandrel deck arch biasa digunakan untuk bentang hanya sekitar 0.5 m sampai 2 m dan biasa disebut dengan gorong-gorong. Untuk bentang besar jembatan lengkung dapat digunakan untuk bentang sampai 500 m.

Gambar 2. 3 Tipe-Tipe Jembatan Lengkung 4. Jembatan rangka (truss bridges)

Jembatan rangka dibuat dari struktur rangka yang biasanya terbuat dari bahan baja dan dibuat dengan menyambung beberapa batang dengan las atau baut yang membentuk pola-pola segitiga. Jembatan rangka biasanya digunakan untuk bentang 20 m sampai 375 m. Ada banyak tipe jembatan rangka yang dapat digunakan diantaranya sebagai berikut seperti ditunjukkan pada Gambar 2.4 berikut:

 pratt truss

  parker pratt truss

  baltimore pratt truss

  pennsylvania-petit pratt truss

  warren truss

  subdivided warren truss

  howe truss

  whicert truss

(12)

 cantilever through top truss

  cantilever through top and bottom trus

Gambar 2. 4 Tipe-Tipe Jembatan Rangka 5. Jembatan gantung (suspension bridges)

Jembatan gantung terdiri dari dua kabel besar atau kabel utama yang menggantung dari dua pilar atau tiang utama dimana ujung-ujung kabel tersebut diangkurkan pada fondasi yang biasanya terbuat dari beton. Dek jembatan digantungkan pada kabel uatma dengan mengunakan kabel-kabel yang lebih kecil ukurannya. Pilar atau tiang dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Struktur dek dapat terbuat dari beton atau rangka baja. Kabel utama mendukung beban struktur jembatan dan mentransfer beban tersebut ke pilar utama dan ke angkur. Jembatan gantung merupakan jenis jembatan yang digunakan untuk betang-bentang besar yaitu antara 500 m sampai 2000 m atau 2 km.

Gambar 2. 5 Jembatan Gantung 6. Jembatan kabel (cable stayed bridges)

Jembatan kabel merupakan suatu pengembangan dari jembatan gantung dimana terdapat juga dua pilar atau tower. Akan tetapi pada jembatan kabel dek jembatan langsung di hubungkan ke tower dengan menggunakan kabel-kabel yang membentuk formasi diagonal sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 2.6. Kalau pada jembatan gantung struktur dek dapat terbuat dari rangka baja maupun beton, pada jembatan kabel umumnya deknya terbuat dari beton.

(13)

Gambar 2. 6 Jembatan Kabel (Cable Stayed Bridges)

7. Jembatan bergerak (movable bridges)

Jembatan bergerak biasanya dibuat pada sungai dimana kapal besar yang lewat memerlukan ketinggian yang cukup tetapi pembuatan jembatan dengan pilar sangat tinggi dianggap tidak ekonomis. Ada tiga macam tipe jembatan bergerak yaitu:

1) jembatan terbuka (bascule bridges),

2) jembatan terangkat vertikal (verticalift bridges), 3) jembatan berputar (swing bridges).

Jembatan terbuka atau bascule bridges biasanya digunakan untuk bentang yang tidak terlalu panjang dengan bentang maksimum 100 m. Jembatan terangkat vertikal atau vertical lift bridges biasanya digunakan untuk bentang yang lebih panjang yaitu sekitar 175 m, tetapi jarak bersih yang didapat tergantung dari seberapa tinggi jembatan dapat dinaikan. Pada umumnya ketinggian maksimum untuk mendapatkan jarak bersih adalah sekitar 40 m. Jembatan berputar mempunyai keuntungan karena kapal yang akan lewat tidak dibatasi ketinggiannya.

Jembatan berputar dapat digunakan dengan bentang sampai dengan 160 m. Contoh jembatan bergerak dapat dilhat pada Gambar 2.7.

Gambar 2. 7 Jembatan Bergerak 8. Jembatan terapung (floating bridges)

Jembatan terapung dibuat dengan mengikatkan dek jembatan pada pontonponton sebagaimana dilihat pada Gambar 2.8. Ponton-ponton ini biasanya jumlahnya banyak sehingga jika salah

(14)

satu ponton terjadi kebocoran maka tidak begitu mempengaruhi atau membahayakan kestabilan jembatan apung secara keseluruhan. Kemudian ponton yang terjadi kebocoran ini dapat diperbaiki.

Jembatan terapung pada mulanya banyak digunakan sebagai jembatan sementara oleh militer.

Namun kini jembatan terapung banyak digunakan apabila kedalaman air yang akan dibuat jembatan cukup dalam dan kondisi tanah dasar sangat jelek sehingga sangat sulit untuk membuat fondasi jembatan. Saat ini ponton-ponton yang digunakan pada jembatan terapung dapat dibuat dari beton dimana bentang total dapat mencapai sebesar 2 km.

Gambar 2. 8 Jembatan Terapung

9. Jembatan kombinasi (combination bridges)

Jembatan kombinasi adalah jembatan yang menggunakan lebih dari satu jenis jembatan. Hal ini terutama untuk jembatan dengan bentang sangat besar dimana penggunaan satu jenis jembatan tidak ekonomis.

2.3. Jenis Platform Bangunan Apung

Dalam dunia desain arsitek dan ilmu Sipil ada beberapa jenis bangunan apung yang telah diaplikasikan dan dikembangkan di beberapa negara berdasarkan jenis pondasi, bentuk dan fungsi bangunannya. Di antaranya adalah sebagai berikut.

2.3.1. Bangunan Apung dengan Platform Drum Plastik

Bangunan apung dengan pondasi drum plastik merupakan bangunan apung yang didesain dengan menggunakan drum plastik sebagai pondasi strukturnya yang berfungsi untuk menampung dan mengapungkan bangunan yang ada di atasnya, drum plastik bisa mengapung karena di dalamnya terdapat hambatan udara yang menekan beban di antara dua lempeng yang berbeda. Drum plastik adalah alat apung yang elastis lebih murah dan lebih mudah dalam pemasanganya, yaitu dengan cara disambung menggunakan baut ke balok–balok kayu (Sugiri et al., 2017). Semua drum plastik di apit dengan kayu balok agar semua drum plastik itu tetap bersatu dan rapat seperti Gambar 2.9 di bawah ini.

(15)

Gambar 2. 9 Bangunan Apung dengan Platform Drum Plastik (Sumber: https://travel.detik.com)

2.3.2. Bangunan Apung dengan Platform Bambu

Penggunaan material pada bangunan terapung di nusantara sangat dipengaruhi oleh ketersediaan material di sekitar lokasi pemukiman. Material kayu dan bambu merupakan material utama yang sering dijumpai dan digunakan sebagai material bangunan pada bangunan apung. Kayu biasanya digunakan sebagai material pondasi dan material pembentuk badan rumah, sedangkan bamboo lebih banyak digunakan sebagai material pondasi dengan metode konstruksi tertentu sehingga pondasi pada rumah terapung juga berfungsi sebagai rakit (Adi, 2020). Hal inilah yang menyebabkan rumah terapung dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat yang lain seperti pada Gambar 2.10 di bawah ini.

Gambar 2. 10 Bangunan Apung dengan Platform Bambu (Sumber: https://travel.detik.com)

2.3.3. Bangunan Apung dengan Platform Pipa PVC

Bangunan apung dengan platform pipa PVC merupakan bangunan apung yang didesain dengan menggunakan pipa PVC sebagai pondasi strukturnya dengan cara disambung menggunakan angkur dan baut ke balok–balok kayu (sloof), sehingga menjadi satu kesatuan struktur (platform) (Asrasal et al., 2018). Pipa PVC merupakan material plastik yang memiliki rongga udara di dalamnya sehingga dapat mengapung di atas air seperti pada Gambar 2.11 di bawah ini.

(16)

Gambar 2. 11 Bangunan Apung dengan Platform Pipa PVC (Sumber: Karyadi K, et al., 2010)

2.3.4. Bangunan Apung dengan Platform Styrofoam

Bangunan apung dengan platform styrofoam merupakan desain bangunan apung yang menggunakan Styrofoam sebagai pondasi strukturnya, yaitu dengan cara diikat menggunakan angkur dan baut ke balok-balok kayu, sehingga menjadi struktur pondasi apung yang sangat kuat dan dapat mengapung dengan baik (Wahyudi et al., 2020). Styrofoam adalah material gabus yang memiliki berat jenis lebih kecil dari berat jenis air sehingga dapat mengapung dengan baik di atas permukaan air, seperti pada Gambar 2.12 di bawah ini.

Gambar 2. 12 Rumah Apung dengan Platform Styrofoam (Sumber: Karyadi K, et al., 2010)

2.4. Hukum Archimedes

Hukum Archimedes menyatakan bahwa sebuah benda yang tercelup sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkannya. Sebuah benda yang tenggelam seluruhnya atau sebagian dalam suatu fluida akan mendapatkan gaya angkat ke atas yang sama besar dengan berat fluida yang dipindahkan. Besarnya gaya ke atas menurut Hukum Archimedes ditulis dalam persamaan berikut:

dengan:

Fa = gaya ke atas (N)

V = volume benda yang tercelup (m3) ρ = massa jenis zat cair (kg/m3) g = percepatan gravitasi (N/kg)

(17)

penjumlahan gaya pada arah sumbu vertikal dalam keadaan setimbang adalah nol, yaitu:

Pada hukum Archimedes terdapat tiga kondisi dimana sebuah benda yang dicelupkan ke dalam fluida dapat terapung, melayang dan tenggelam, pada penelitian ini benda yang dimasukkan ke dalam fluida termasuk pada kondisi yang pertama yaitu benda terapung.

Gambar 2. 13 Skema benda terapung

Dari gambar 2.13 dapat dilihat bahwa benda tidak seluruhnya tercelup kedalam fluida(cairan) melainkan hanya tercelup sebagian, atau benda dapat dikatan diam terapung, hal itu dikarenakan adanya perbedaaan massa jenis antara benda dan fluida(cairan). Penjelasan selengkapnya seperti dibawah ini:

Dimana:

Va = volume benda yang terapung diataas fluida Vc = volume benda yang tercelup didalam fluida Vb = volume banda

M = massa benda

g = percepatan gravitasi

dan berdasarkan persamaan , maka

(18)

;

dimana ;

ρf = massa jenis fluida(cairan)

ρb = massa jenis benda

karena Vc < Vb

maka nilai ρf > ρb,

Sehingga dapat disimpulkan bahwa suatu benda yang tercelup ke dalam fluida (cairan) akan diam terapung jika massa jenis fluida(cairan) lebih besar dari massa jenis benda.

2.5. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sejenis telah dilakukan oleh beberapa peneliti khususnya yang terkait jembatan apung secara terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Sejenis

No Peneliti, Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian

Penelitian

Melakukan Analisis Jembatan Apung Gunung Jembatan Apung kondisi kekinian Jati menggunakan pondasi

pencetus gagasan, ponton tersebut Gunung Jati

Arief Wiratama Putra, melakukan analisis dapat menyesuaikan dengan Dengan Pondasi

Meutia Ikawidjaja, terkait kondisi alam kondisi topografi bawah Pontoon Tanpa

Brian Pradipta yang selanjutnya laut pada wilayah Selat

Menggunakan

1 Anjasmara, Ardhi menjadi dasar Sunda. Perencanaan konsep

Tiang Penyangga

Ichsandyarrachman, I. pembuatan konsep gagasan menjadi lebih Sebagai Solusi

Dewa Ayu Dwika gagasan jembatan matang, melakukan

Transportasi Darat

Puspita Dewi, 2013 penelitian lebih lanjut

Penghubung

terkait dengan bahan Jawa-Sumatera

materiil untuk realisasi

jembatan

Evaluasi Beban Melakukan uji Jembatan pejalan kaki 2 Widi Nugraha, Gatot Layan Jembatan pembebanan pada dengan pembatasan beban

Sukmara, 2017 Apung Pejalan jembatan layan yang diijinkan yaitu Kaki Tipe menggunakan metode setara dengan 125 % beban

(19)

No Peneliti, Tahun Judul Metodologi Hasil Penelitian Penelitian

Pelengkung pengujian beban uji statis atau 1,10 kN/m2 Rangka Baja secara statis, dan setara dengan 2 orang Berdasarkan Uji Melakukan yang berjalan bersama Pembebanan Pemodelan dan dalam luasan lantai 1 m x 1

analisis struktur m dengan berat rata-rata 55 jembatan apung, yag kg per orang.

selanjutnya dilakukan Hasil uji dinamis, yaitu evaluasi bebam layan frekuensi natural jembatan

ijin sebesar 2,2 Hz, sehingga

jembatan apung ini layak untuk digunakan dan memenuhi aspek keamanan serta kenyamanan struktur jembatan, baik secara statis maupun dinamis.

2.6. Road Map Penelitian

Berikut ini adalah beberapa kegiatan penelitian yang telah dan akan dilakukan oleh pengusul dalam topik perencanaan transportasi sebagai pendukung aksesibilitas yang diuraikan dalam sub judul, sebagaimana dapat dijelaskan oleh bagan tersebut di bawah ini :

Gambar 2. 14 Roadmap Penelitian

Berdasarkan Roadmap penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian dengan judul “Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir” sesuai dengan rencana pengembangan penelitian dalam bidang transportasi.

(20)

D. METODE PENELITIAN

Bab ini menjelaskan secara detail tentang metode penelitian yang digunakan. Adapun pengertian metode penelitian yaitu proses atau langkah yang digunakan pada penelitian. Pada bab metode penelitian ini juga akan digambarkan bagan alir/ flow chart.

3.1 Tahapan Penelitian

Secara umum tahapan penelitian dapat diuraikan menjadi empat tahapan. Tahapan tersebut antara lain adalah tahapan persiapan, tahapan pengumpulan data, tahapan Analisa serta tahapan analisa dan kesimpulan.

1. Tahap Persiapan

Tahap persiapan merupakan tahap awal dalam melakukan penelitian. Langkah yang dilakukan pada tahap ini yaitu penyusunan proposal yang berisi rancangan penelitian. Dalam tahap awal ini disusun hal-hal penting yang harus dilakukan dengan tujuan mengefektifkan waktu dan pekerjaan.Selain itu tahapan persiapan ini juga mencakup persiapan peralatan, studi literatur, serta pengurusan surat izin. Persiapan-persiapan tersebut harus dilakukan secara cermat untuk menghindari pekerjaan yang berulang sehingga tahap pengumpulan data menjadi tidak optimal.

2. Tahap Pengumpulan Data

Setelah dilakukannya tahap identifikasi dilakukan kajian secara teoritis dengan tahap pengumpulan dan pengolahan data. Pada penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan dua data yaitu data primer dan data sekunder. Data Primer didapatkan dengan cara survey material yang akan digunakan sebagai ponton.Sedangkan data sekunder didapatkan dari studi literatur.

3. Tahap Analisa

Tahap Analisa dibagi menjadi tiga, yaitu pelaksanaan studi komparasi model floating bridge yang ada di dunia, analisis bahan dan kekuatan bahan, serta analisis konsep floating bridge.

Selain itu pada tahapan ini juga dilakukan perancangan prototype floating bridge.

4. Tahap Hasil dan Kesimpulan

Dari hasil data yang telah diolah akan didapatkan data berupa hasil kondisi jembatan apung terhadap beban-beban yang melintas serta desain jembatan apung sederhana yang dapat mempertahankan posisinya ketika beban-beban diatasnya melintas, seperti halnya pejalan kaki dan sepeda motor. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini dapat menjadi rekomendasi

(21)

untuk stakeholders terkait dan saran agar bisa dilakukan penelitian lebih lanjut.

3.2 Diagram Alir Penelitian

Alur penelitian ini disajikan pada Gambar 3.1.

Mulai

Tahap Persiapan

Tahap pengumpunlan data

Tahap analisa

-pelaksanaan studi komparasi model floating bridge yang ada di dunia

- analisis bahan dan kekuatan bahan - analisis konsep floating bridge

perancangan prototype floating bridge.

Hasil dan Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

E. BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

Pada bab berikut ini akan disampaikan rincian anggaran yang diusulkan serta tabel jadwal penelitian pada penelitian Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir.

4.1. Anggaran Biaya

Untuk melaksanakan penelitian ini diperlukan biaya total sebesar Rp. 10.000.000,- (Sepuluh Juta

(22)

Rupiah). Dana tersebut dipergunakan untuk mendukung seluruh kegiatan pada penelitian ini yang secara terperinci dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

No Jenis Pengeluaran Biaya yang diusulkan

1 Honorarium pelaksana (sesuai ketentuan maksimum Rp3,000,000.00 30%

2 Bahan habis pakai dan peralatan (maksimum 40%) Rp4,000,000.00

3 Perjalanan maksimum 15% Rp1,500,000.00

4 Lain-lain: publikasi, seminar, lainnya (maksimum Rp1,500,000.00 15%)

Jumlah Rp10,000,000.00

4.2 Justifikasi Anggaran

Berikut adalah penjelasan secara terperinci justifikasi rencana anggaran biaya (RAB) detail penelitian “Kajian Konsep Jembatan Apung Sebagai Prasarana Transportasi Penghubung di Wilayah Pesisir” berdasar jenis pengeluarannya :

Honorarium pelaksana (sesuai ketentuan maksimum 30%)

Item Satuan Volume Biaya Satuan Total

Honor Pembantu Peneliti jam 64 Rp7,500.00 Rp480,000.00

Tenaga Administrasi jam 120 Rp7,500.00 Rp900,000.00

Tenaga Analisis jam 180 Rp9,000.00 Rp1,620,000.00

Sub Jumlah: Rp3,000,000.00

Bahan habis pakai dan peralatan (maksimum 40%)

Item Satuan Volume Biaya Satuan Total

ATK lumpsum 1 Rp850,000.00

Konsumsi buah 10 Rp15,000.00 Rp150,000.00

Biaya pembuatan prototype lumpsum 1 Rp3,000,000.00

Sub Jumlah: Rp4,000,000.00

Perjalanan maksimum 15%

Item Satuan Volume Biaya Satuan Total

Perjalanan Untuk Publikasi lumpsum 1 Rp1,500,000.00

Sub Jumlah: Rp1,500,000.00

(23)

Lain-lain: publikasi, seminar, lainnya (maksimum 15%)

Item Satuan Volume Biaya Satuan Total

Biaya publikasi Artikel 1 Rp800,000.00 Rp800,000.00

Seminar seminar 1 Rp500,000.00 Rp500,000.00

Cetak Buku Luaran Penelitian Eksemplar 2 Rp100,000.00 Rp200,000.00 Sub Jumlah: Rp1,500,000.00

4.3 Jadwal Penelitian

Penelitian ini dijadwalkan akan selesai dalam waktu 12 bulan yang didalamnya termasuk penulisan artikel ilmiah hasil penelitian yang akan dipublikasikan dalam jurnal nasional dan atau jurnal internasional sebagai output penelitian. Secara detail urutan kegiatan dan lamanya waktu yang dibutuhkan dapat dilihat pada tabel tersebut di bawah ini :

No Uraian Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Persiapan dan Koordinasi

2 Pengumpulan Data Sekunder

3 Pengumpulan Data Primer

4 Pengolahan Data

5 Studi komparasi model floating bridge

6 Analisis bahan dan kekuatan bahan

7 Analisis desain floating bridge

8 Pembuatan Prototype

9 Penyusunan Laporan

10 Penulisan Artikel Ilmiah

11 Publikasi hasil penelitian

DAFTAR PUSTAKA

Adi, H. P. (2020). Stabilitas Struktur Dan Sistem Sambungan Pada Platform Rumah Apung Dengan Bahan Expanded Polystyrene / Styrofoam. Jurnal Planologi, 17(2), 249.

(24)

https://doi.org/10.30659/jpsa.v17i2.10930

Asrasal, A., Imam Wahyudi, S., Pratiwi Adi, H., & Heikoop, R. (2018). Analysis of floating house platform stability using polyvinyl chloride (PVC) pipe material. MATEC Web of Conferences, 195, 1–8. https://doi.org/10.1051/matecconf/201819502025

Asrofi, A., Hardoyo, S. R., & Sri Hadmoko, D. (2017). Strategi Adaptasi Masyarakat Pesisir Dalam Penanganan Bencana Banjir Rob Dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Wilayah (Studi Di Desa Bedono Kecamatan Sayung Kabupaten Demak Jawa Tengah). Jurnal Ketahanan Nasional, 23(2), 1.

https://doi.org/10.22146/jkn.26257

BPS Kota Semarang. (2021). Kota Semarang Dalam Angka 2021. Badan Pusat Statistik Kota Semarang.

Haloho, E. H., & Purnaweni, H. (2020). Adaptasi Masyarakat Desa Bedono Terhadap Banjir Rob Di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Jawa Tengah. Journal of Public Policy and Management Review, 9(4), 150–158.

Jawa Pos. (2021). Banjir Rob di Kelurahan Bandengan dan Karangsari Makin Parah.

Radarsemarang.Jawapos.Com.

https://radarsemarang.jawapos.com/berita/jateng/kendal/2021/05/09/banjir-rob-di-kelurahan- bandengan-dan-karangsari-makin-parah/

Kusumaning, T., & Puriningsih, F. S. (2014). Kajian Strategi Penanganan Banjir/Rob di Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Warta Penelitian Perhubungan, 26(11), 677–688.

Lwin, M. M. (2000). Floating Bridges. In Bridge Engineering Handbook, Second Edition: Superstructure Design. CRC Press. https://doi.org/10.1201/b16523

Merdeka. (2020). 7 Fakta Banjir Rob Semarang, Sebabkan Tanah Turun 15 Cm per Tahun.

Merdeka.Com. https://www.merdeka.com/jateng/7-fakta-banjir-rob-semarang-sebabkan-tanah- turun-15-cm-per-tahun.html?page=1

Nicholls, R. J., & de la Vega-Leinert, A. (2000). Overview Of The Survas Project. APN/SURVAZ/LOICZ Joint Conference On Coastal Impacts Of Climate Change And Adaptation In The Asia-Pacific Region.

Nugraha, W., & Sukmara, G. (2017). Evaluasi Beban Layan Jembatan Apung Pejalan Kaki Tipe Pelengkung Rangka Baja Berdasarkan Uji Pembebanan. Jurnal Jalan-Jembatan, 34(2), 64–78.

Primasti, T. P. G., Hariyadi, Rochaddi, B., Widada, S., & Widiaratih, R. (2021). Pemantauan Kerentanan Fisik di Pesisir Kabupaten Demak (Studi Kasus Perubahan Garis Pantai). Indonesian Journal of Oceanography, 03(1).

Putra, A. W., Ikawidjaja, M., Anjasmara, B. P., Ichsandyarrachman, A., & Ardhi, I. D. A. D. P. D.

(2013). JEMBATAN APUNG GUNUNG JATI DENGAN PONDASI PONTOON TANPA MENGGUNAKAN TIANG PENYANGGA SEBAGAI SOLUSI TRANSPORTASI DARAT

(25)

PENGHUBUNG JAWA-SUMATERA. In Program Kreativitas Mahasiswa - Gagasan Tertulis (Issue PKM-GT 2013). Ditlitabmas, Ditjen DIKTI, Kemdikbud RI.

http://artikel.dikti.go.id/index.php/PKMGT/article/view/134

Ramadhany, A. S., Anugroho DS, A., & Subardjo, P. (2012). Daerah Rawan Genangan Rob di Wilayah Semarang. Journal Of Marine Reserach, 1(2), 174–180. http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jmr Safitri, F., Suryanti, S., & Febrianto, S. (2019). Analisis Perubahan Garis Pantai Akibat Erosi Di Pesisir

Kota Semarang. Geomatika, 25(1), 37. https://doi.org/10.24895/jig.2019.25-1.958

Sugiri, P. L., Husain, J. R., & Bakri, H. (2017). ANALISIS GAYA APUNG (BUOYANCY) PADA SISTEM PERPIPAAN GAS DI AREA FLOWLINE DAN TRUNKLINE. Jurnal Geomine, 4(3), 94–97. https://doi.org/10.33536/jg.v4i3.71

Supriyadi, B. (1997). Analisis Struktur Jembatan. Biro Penerbit KMTS FT UGM.

Supriyadi, B., & Muntohar, A. S. (2007). Jembatan (Edisi Pert). Beta Offset.

Wahyudi, S. I., Adi, H. P., Lekerkerk, J., Jansen, J., & Boogard, F. C. (2020). Expectation of Floating Building in Java Indonesia, Case Study in Semarang City. 2nd World Conference On Floating Solutions 2020, October.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pengusul (Download dari menu Profil Dosen).

Lampiran 2. Surat Pernyataan Keaslian Penelitian bermeterai 10.000 oleh ketua peneliti.

(26)

LAMPIRAN 1: BIODATA KETUA DAN ANGGOTA TIM PENGUSUL

BIODATA PENELITI

Nama Ir. Gata Dian Asfari, MT

NIDN/NIDK 06-2805-5801

Pangkat/Jabatan Lektor

E-mail [email protected]

ID Sinta 416

h-Index -

Publikasi di Jurnal Internasional terindeks

Peran (First author, Nama Jurnal, Tahun

No Judul Artikel Corresponding terbit, Volume, URL artikel (jika author, atau co- Nomor, P- ISSN/E- ada)

author) ISSN

Publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi Peringkat 1 dan 2

Peran (First Nama Jurnal,

author, Tahun terbit,

No Judul Artikel Corresponding Volume, URL artikel (jika ada)

author, atau co- Nomor, P-

author) ISSN/E- ISSN

Kajian Pengaruh Jurnal

Pembangunan Jalan Planologi, 2021, http://lppm-unissula.com/

1 Tol Semarang -

Co-author Vol. 18, No. 1

jurnal.unissula.ac.id/index.php/

Demak Terhadap E-ISSN: 2615-

Kinerja Jalan Raya 5257, P-ISSN: psa/article/view/13316/5444

Kaligawe 1829-9172

Evaluasi dan Prosiding

Penentuan Prioritas Seminar

Rehabilitasi Nasional Inovasi http://jurnal.unissula.ac.id/

2 Jaringan Irigasi Co-author Dalam index.php/smartcity/

(Studi Kasus Pada Pengembangan article/view/1729 Daerah Irigasi di SmartCity,2017,

Kabupaten Brebes) Vol 1, No 1,

Penilaian Kinerja Prosiding

Irigasi Berdasarkan Seminar http://lppm-unissula.com/

3 Pendekatan Co-author Nasional Inovasi jurnal.unissula.ac.id/index.php/

Permen PUPR Dalam smartcity/article/view/1726

NO.12/PRT/M/2015 Pengembangan

(27)

Dan Metode Masscote Dengan Evaluasi Rapid Appraisal

Procedure (Rap) Di Daerah Irigasi

SmartCity,2017, Vol 1, No 1,

Prosiding seminar/konverensi internasional terindeks Peran (First

Nama Jurnal, author,

Tahun terbit,

No Judul Artikel Corresponding URL artikel (jika ada)

Volume, Nomor, author, atau co-

P-ISSN/E- ISSN author)

Proceedings of International

Technical Conference:

http://jurnal.unissula.ac.id/

Economy Study on Problem,

index.php/ICCDA/article/

Jurang Jero Small Solution and

1 Co-author view/1999/1523

Dam Construction Development of

Project In Blora Coastal and

Regency Delta Areas,

2017, Paper No.

C-10

Proceedings of International

Flood/Rob Conference :

Handling Study Problem,

http://jurnal.unissula.ac.id/

with Polder Solution and

2 Co-author index.php/ICCDA/article/

System In Port of Development of view/2033

Tanjung Emas Coastal and

Area Semarang Delta Areas,

2017, Paper No.

C-43

Buku

No Judul Buku Tahun

ISBN Penerbit URL (jika

Penerbitan ada)

Perolehan KI

Tahun Status KI

URL (jika

No Judul KI Jenis KI Nomor (terdaftar/g

Perolehan ada)

ranted)

(28)

Riwayat penelitian didanai kemdikbud

No 1

Judul Tahun Dana Disetujui

(29)

BIODATA PENELITI

Nama Wahyu Satyaning Budhi, S.ST., M.T

NIDN/NIDK -

Pangkat/Jabatan III-b/Penata Muda TK 1 E-mail [email protected]

ID Sinta -

h-Index -

Publikasi di Jurnal Internasional terindeks No Judul Artikel

Peran (First author, Corresponding author, atau co-

author)

Nama Jurnal, Tahun terbit, Volume, Nomor, P-

ISSN/E-ISSN

URL artikel (jika ada)

Publikasi di Jurnal Nasional Terakreditasi Peringkat 1 dan 2 Peran (First author, Nama Jurnal, No Judul Artikel Corresponding Tahun terbit,

URL artikel (jika ada) author, atau co- Volume, Nomor,

author) P-ISSN/E- ISSN

Jurnal Aplikasi

Teknik Sipil,

Analisa Karakteristik

2018, Vol.16, https://iptek.its.ac.id/

dan Pola Perjalanan

1 Penumpang Bus Co-author No.2., P-ISSN index.php/jats/article/

Trans Sidoarjo

1907-753X/E- view/3536

ISSN 2579-891X

Prediksi Tingkat Jurnal Aplikasi

Teknik Sipil,

Pelayanan Jalan Rel 2020, Vol.18, https://iptek.its.ac.id/

2 Akibat First author No.2., P-ISSN index.php/jats/article/

Pembangunan 1907-753X/E- view/7034

Double Track ISSN 2579-891X

Prosiding seminar/konverensi internasional terindeks Peran (First author, Nama Jurnal, No Judul Artikel Corresponding Tahun terbit,

URL artikel (jika ada) author, atau co- Volume, Nomor,

author) P-ISSN/E- ISSN 1 Railway Capacity

Author IOP Conference https://iopscience.iop.org/

Analysis Using Series: Materials article/10.1088/1757-

(30)

Indonesian Method and UIC Code 405 Method

Science and Engineering, 2020, Vol.930

899X/930/1/012059

Buku

No Judul Buku Tahun

Penerbitan ISBN Penerbit URL (jika

ada)

Perolehan KI

No Judul KI Tahun

Perolehan Jenis KI Nomor

Status KI (terdaftar/g ranted)

URL (jika ada)

Riwayat penelitian didanai kemdikbud

No Judul Tahun Dana Disetujui

1

(31)

Gambar

Gambar 2. 1 Jembatan Balok Tipe Sederhana Dan Menerus
Gambar 2. 2 Jembatan Kantilever Tipe Cantilever Dan Cantilever With Span
Gambar 2. 3 Tipe-Tipe Jembatan Lengkung 4.  Jembatan rangka (truss bridges)
Gambar 2. 4 Tipe-Tipe Jembatan Rangka 5.  Jembatan gantung (suspension bridges)
+7

Referensi

Dokumen terkait