• Tidak ada hasil yang ditemukan

View of PSIKOEDUKASI POLA ASUH POSITIF UNTUK MENGURANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI DESA KARANGREJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "View of PSIKOEDUKASI POLA ASUH POSITIF UNTUK MENGURANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI DESA KARANGREJA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 104 Desa Karangreja, Pebayuran

PSIKOEDUKASI POLA ASUH POSITIF UNTUK MENGURANGI PERILAKU KENAKALAN REMAJA DI

DESA KARANGREJA

Annisa Dwi Rahma1, Novita Dian Iva Prestiana2, Nurlaila Maysaroh Chairunnisa3 Universitas Islam 45

[email protected]1, [email protected]2, [email protected]3

Abstract

Children and teenagers often engage in delinquent behavior at their age. However, this can still be avoided and even reduced this behavior. Parenting style is the first education that parents give to children, how they can provide positive parenting so as to create a child's character with positive behavior. If children have positive behavior, they will be able to have good social relationships. The parenting style provided focuses on democratic parenting. The aim of this activity is to provide several ways of good parenting to reduce juvenile delinquent behavior. The method used is psychoeducation by presenting material regarding positive parenting patterns and supported by image media and sharing sessions.

The results of this activity show that there has been a change in parents' parenting patterns towards their children, parents have started to try to implement democratic parenting patterns, although it is not yet significant.

Keywords: Parenting, Delinquency, Positive Behavior

1. Pendahuluan

Keluarga merupakan lembaga sosialisasi dan pendidikan pertama bagi seorang anak. Peran keluarga tidak hanya memenuhi kebutuhan anak dalam bentuk materi, tetapi sebagai jalan dalam pembentukan karakter, moral dan pribadi anak serta memberikan sarana dan prasarana untuk mengembangkan kemampuan sebagai bekal dalam berkehidupan sosial dan menanamkan nilai sosial dan budaya (Hakim, 2017; Putra, 2020; Putra & Sawarjuwono, 2019). Hal tersebut dapat terjadi apabila dalam pola pengasuhan yang positif serta peran orang tua yang baik. Dalam kaitannya dengan keluarga juga membentuk perilaku sosial anak kedepannya, perilaku sosial merupakan aktivitas dalam hubungannya dengan orang lain, baik dengan teman sebaya, guru, dan lingkungannya (Machmud, 2021).

Menurut Matondang (2019) kehidupan sosial anak sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua dalam keluarga. Pola asuh pada prinsipnya adalah parental control yaitu bagaimana cara orang tua mengontrol, membimbing dan mendampingi anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan menuju pendewasaan. Pola asuh yang dilakukan orang tua akan membentuk suatu perilaku anak, karena pada umumnya orang tua merupakan cerminan sang anak (Ayun, 2017). Sikap orang tua yang baik dalam pengasuhan penuh kasih sayang, perhatian, mengajarkan hal baik dan buruk, mengajarkan tanggung jawab dan

(2)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 105 Desa Karangreja, Pebayuran

disiplin serta menciptakan komunikasi yang baik dengan anak (Christina et al., 2022). Maka dari itu, semakin baik pola asuh yang dilakukan, maka semakin baik juga terciptanya pola perilaku yang baik pada anak. Fatchurahman (2012) mengemukakan ada tiga tipe pola asuh orang tua, yaitu pola asuh otoriter (kecenderungan membatasi, menghukum, tegas dan ketat), pola asuh demokratis (bersifat positif, menghargai dan mendengarkan anak, menciptakan hubungan harmoni), dan pola asuh permisif (kurangnya peran orang tua dalam kehidupan anak).

Pola asuh yang baik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam mengembangkan perilaku yang positif. Apabila minimnya peran orang tua dalam pola asuh yang baik maka anak diasumsikan dapat mengalami kesulitan dalam hubungan sosial dan menimbulkan perilaku negatif berupa kenakalan- kenakalan anak dan remaja (Fhadila, 2017). Dalam mengurangi perilaku negatif atau kenakalan remaja, hal yang dapat mempengaruhi yaitu keberfungsian keluarga. Apabila sebuah keluarga melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya dengan baik, maka akan meningkatnya keberfungsian keluarga, sehingga kenakalan remaja akan semakin rendah. Studi Thoomaszen (2017) menunjukkan bahwa keluarga dengan anak yang melakukan kenakalan remaja mempunyai keberfungsian keluarga yang lebih buruk. Peran orang tua dalam pola asuhnya harus mengajarkan anak dalam pemilihan lingkungan yang baik serta pertemanan yang bersifat positif, dalam hal ini peran orang tua juga harus mengawasi anak (Fatchurahman, 2012). Kenakalan remaja memiliki banyak faktor, salah satunya ekonomi sehingga akan menciptakan gaya pengasuhan yang dilandasi kekerasan. Pengasuhan dengan gaya tersebut akan menciptakan anak yang tidak percaya diri, tidak berguna, tidak mampu mengendalikan diri, memendam hingga memberontak. Remaja yang menunjukkan sikap tersebut ingin mendapatkan pengakuan sosial dan perhatian dari orang tuanya, namun mereka tidak mendapatkannya dirumah sehingga mereka mencari pengakuan di luar rumah (Nurlaela et al., 2020). Selain itu, pola asuh yang kurang baik akan menyebabkan anak hingga remaja memiliki sikap abai terhadap lingkungan dan juga kebersihannya. Anak dengan sikap positif akan memberikan perilaku seperti membuang sampah pada tempat yang seharusnya, mencuci tangan sebelum makan, tidak berpartisipasi kegiatan kebersihan lingkungan dan lainnya (Anggraini et al., 2022).

Berdasarkan hasil dan wawancara dengan beberapa warga Desa Karangreja diperoleh bahwa terdapatnya kenakalan pada anak seperti perkelahian anak SD yang dilakukan pada pukul sekitar 2 malam dengan membawa senjata tajam berupa celurit hingga pasifnya remaja di lingkungan desa. Sehingga kurangnya pengawasan orang tua di desa tersebut belum menerapkan pola asuh yang positif sehingga bisa menyebabkan terjadinya kenakalan anak yang tidak sesuai dengan usianya serta terjadinya minim motivasi anak dalam berkegiatan sosial. Selama ini, pola asuh yang diterapkan masih mengikuti pola asuh yang diturunkan dari orang tua mereka sebelumnya. Dengan cara pikir bahwa setiap kesalahan anak adalah kesalahannya sendiri tanpa penyebab apapun dan harus diberikan

(3)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 106 Desa Karangreja, Pebayuran

hukuman berupa makian dan juga kekerasan. Dilihat dari permasalahan tersebut, dapat disimpulkan bahwa adanya kebutuhan untuk orang tua mengenai pengetahuan yang lebih tentang pola asuh yang baik sehingga dapat menciptakan perilaku anak yang positif. Hal ini dilakukan bertujuan untuk mengurangi terjadinya kenakalan remaja di proses pendewasaannya nanti. Sehingga, materi mengenai pola asuh menjadi pilihan untuk bisa mengedukasi ibu-ibu warga setempat.

2. Metode Pelaksanaan

Metode yang digunakan dalam pengimplementasikan program ini adalah metode sosialisasi. Dalam tahap ini, metode yang dilakukan yaitu psikoedukasi berupa penyampaian materi mengenai pola asuh positif untuk mengurangi kenakalan remaja dan menumbuhkan sikap peduli lingkungan. Sasaran kegiatan ini ialah ibu-ibu yang memiliki anak dan calon ibu. Kegiatan materi pola asuh ini dilakukan seperti :

1. Memaparkan materi tentang pola asuh positif, dan

2. Mengadakan sharing session, tujuannya agar ibu-ibu dapat menceritakan bagaimana cara mereka dalam mengasuh anak dan kemudian penulis memberikan gambaran positif dalam pengasuhan untuk membantu membentuk perilaku positif pada anak.

Sosialisasi juga dilakukan pada ibu-ibu dan juga calon ibu di Dusun 1, Desa Karangreja, Pebayuran. Cara yang dilakukan pada kegiatan ini yaitu penyampaian materi dengan cara memberikan media gambar berupa brosur berisi pola asuh ideal untuk anak dan tips pola pengasuhan ditujukkan untuk mengenalkan pola asuh yang positif untuk dapat membentuk perilaku anak juga menjadi positif.

3. Pelaksanaan Pengabdian Masyarakat

Program umum dengan judul “Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja Di Desa Karangreja” memiliki berbagai rancangan pelaksanaan program dengan beberapa tahap, seperti yang dibawah ini:

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan yang bertema “Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja Di Desa Karangreja” dilaksanakan dalam beberapa tahap utama yang bisa dilihat dalam tabel 1 berikut:

Tabel 1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

NO Kegiatan Tanggal Pelaksanaan Lokasi

1. Observasi 22 Agustus 2023 Desa Karangreja

2. Perencanaan Program 29 Agustus 2023 Desa Karangreja 3. Perizinan program 30 Agustus 2023 Desa Karangreja 4. Psikoedukasi Pola Asuh Positif

Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja

02 Agustus 2023 Dusun 1, Desa Karangreja

5. Evaluasi 05 Agustus 2023 Desa Karangreja

(4)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 107 Desa Karangreja, Pebayuran

Berdasarkan tabel 1 maka dijelaskan bahwa proses langkah kegiatan pada program kerja ini sebagai berikut:

a. Observasi, dalam kegiatan ini dilakukan pembedahan masalah yang terdapat dalam lingkungan desa Karangreja dan didapatkan bahwa banyak terjadi tawuran antar pelajar atau kampung.

b. Perencanaan program, dalam kegiatan ini dilakukannya diskusi bersama dengan warga desa setempat yang menjadi fokus untuk mendapatkan persetujuan mengenai pemberian psikoedukasi pola asuh positif.

c. Perizinan program, dalam kegiatan ini dilakukan perizinan kepada warga setempat atas diadakannya sosialisasi mengenai psikoedukasi pola asuh positif untuk mengurangi perilaku kenakalan remaja di Desa Karangreja, Pebayuran.

d. Pelaksanaan program kerja, dalam kegiatan ini dilakukannya sosialisasi penyampaian materi mengenai psikoedukasi pola asuh positif untuk mengurangi perilaku kenakalan remaja, hal ini juga didukung dengan program kerja kelompok untuk penyampaiannya kepada remaja yaitu siswa/I SMP.

e. Evaluasi, dalam kegiatan ini melakukan evaluasi kepada ibu-ibu yang sebelumnya berpartisipasi dalam sosialisasi, hal ini bertujuan untuk melihat apakah terjadi perubahan pola asuh kearah yang positif.

3.2 Hasil Pelaksanaan Program

Pengabdian masyarakat ini diterima baik oleh masyarakat Dusun 1, RT 06, Desa Karangreja, Pebayuran dan dihadiri oleh 27 ibu-ibu. Dan dapat dijelaskan dalam setiap proses tahapan yang dilakukan sosialisasi, sebagai berikut.

Pada tahap awal yaitu dilakukannya pelaksanaan kegiatan berupa sosialisasi. Sosialisasi diberikan kepada ibu-ibu rumah tangga dan juga calon ibu mengenai pola asuh positif untuk mengurangi perilaku kenakalan remaja. Di tahap ini, diuraikan materi beberapa macam pola asuh beserta dampaknya yang biasa dilakukan orang tua dalam mengasuh anak, memberikan dasar pola asuh anak yang dapat mengubah pola asuh kearah positif, memberitahu dampak positif pada orang tua dan anak apabila menerapkan pola asuh positif, dan juga memberikan tips kepada orang tua dalam mencegah kenakalan remaja dengan pola asuh yang positif. Dalam kegiatan ini, materi yang diberikan fokus untuk mengenalkan pola asuh positif yaitu demokratis. Pola asuh demokratis adalah memberikan sebuah kebebasan pada anak agar dapat memicu kreativitasnya, namun disertai dengan penuh bimbingan orang tua. Pola asuh demokratis menerapkan aturan yang dikomunikasikan oleh orang tua dan anak, orang tua juga harus menghargai pendapat anak disertai pilihan yang baik (Nurlaela et al., 2020). Setelah materi disampaikan, brosur yang berisi tips pola pengasuhan dan pola asuh ideal untuk anak diberikan kepada ibu-ibu sebagai bekal dalam mengimplementasikannya dirumah.

(5)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 108 Desa Karangreja, Pebayuran

Gambar 1. Brosur Pola Asuh Ideal Untuk Anak dan Tips Pola Pengasuhan Tahap kedua yaitu dilakukannya tanya jawab dan sharing session. Dan terdapat beberapa pertanyaan dari ibu-ibu salah satunya yaitu dimana orang tua sudah menerapkan pola asuh yang positif seperti membebaskan anak tetap dengan arahan yang baik, memberikan kasih sayang yang stabil tidak memanjakannya, dan bisa dibilang termasuk kedalam pola asuh positif yaitu demokratis tetapi mengapa perilaku anak masih suka memberontak dan tidak suka diatur. Pemateri menjawab, untuk mengatasi hal tersebut terdapat solusi yang dapat diterapkan yaitu pendekatan secara mendalam saat berkomunikasi.

Orang tua diarahkan untuk bisa mengobrol dengan anak, membahas perihal kegiatan dan apa yang dirasakan anak pada hari itu dan diusahakan jangan menyelak pembicaraan anak agar anak mampu mengutarakan seluruh perasaannya. Orang tua juga diarahkan untuk memvalidasi perasaan anak dan disertai dengan pengarahan yang tepat jika ada yang tidak sesuai dengan aturan sosial. Komunikasi dapat menjadi jembatan hubungan yang harmonis antara orang tua dan anak.

Gambar 2. Sosialisasi Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja

(6)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 109 Desa Karangreja, Pebayuran

Pada tahap sharing session ini, beberapa ibu-ibu menyampaikan cara pola asuh mereka, berikut lampirannya:

Tabel 3. Data Sharing Session

No. Nama Otoriter Permisif Demokratis Jenis Pola Asuh yang diterapkan Keterangan

1. Amah Ibu menerapkan pola asuh ini

karena ingin anaknya nanti memiliki sifat yang penyayang dan jadi anak yang baik dilingkungannya.

2. Mariyah Ibu menerapkan pola asuh ini

karena melihat anaknya yang sangat nakal, tidak dapat diatur yang mengharuskan orang tua mendidik dengan cara yang keras.

3. Nasmi Ibu menerapkan pola asuh ini

karena melihat cara orang tuanya dulu mendidik mereka.

4. Dahlia Ibu menerapkan pola asuh ini

karena fokus perhatian terbagi karena ibu memiliki banyak anak sehingga memilih untuk membebaskan anak.

5. Tati Ibu menerapkan pola asuh ini

karena fokus perhatian terbagi karena ibu memiliki banyak anak sehingga memilij untuk membebaskan anak.

6. Enyah Ibu menerapkan pola asuh ini

karena melihat cara orang tuanya dulu mendidik mereka.

7. Ela Ibu menerapkan pola suh ini

untuk membentuk anak yang baik dan memang terlihat bahwa anaknya dapat diatur sehingga orang tua lebih memilih mengasuh dengan cara ini.

8. Risna Ibu menerapkan pola asuh ini

karena melihat cara orang tuanya dulu mendidik mereka.

9. Natih Ibu menerapkan pola asuh ini

karena melihat cara orang tuanya dulu mendidik mereka.

10. Narimah Ibu menerapkan pola asuh ini

karena ingin anak menjadi mandiri tetapi lupa dengan pendampingan sehingga anak merasa tidak disayang.

(7)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 110 Desa Karangreja, Pebayuran

Berdasarkan wawancara langsung di lokasi sekitar 15 ibu-ibu sudah menerapkan pola asuh demokratis meskipun masih ada respon anak yang kurang baik dalam penerapan pola asuh demokratis ini, 5 ibu-ibu yang menerapkan pola asuh permisif dan 5 ibu-ibu yang menerapkan pola asuh otoriter. Dalam data ini, penulis hanya menuliskan beberapa responden yang tercatat dikarenakan kondisi yang kurang kondusif sehingga banyak ibu-ibu yang pulang dan tak banyak juga ibu-ibu yang baru datang.

Pada tahap akhir yaitu dilakukannya evaluasi, peneliti tidak memberikan waktu yang lama untuk melakukan evaluasi tersebut. Evaluasi ini bertujuan untuk melihat perubahan atau usaha orang tua dalam melakukan pola asuh yang positif.

Peneliti mengajak ibu-ibu untuk bercerita bagaimana pola asuh yang diterapkan ke anak setelah mendapatkan sosialisasi sebelumnya. Berikut hasil dari evaluasi kegiatan ini, yang dicatat sesuai dengan subjek yang terdata.

Tabel 4. Evaluasi Berdasarkan Sharing Session

No. Nama

Jenis Pola Asuh yang

diterapkan Keterangan Hasil Otoriter Permisif Demokratis

1. Amah Ibu sudah

menerapkan pola asuh demokratis sejak awal

Anak memiliki perilaku yang baik di

lingkungan

2. Mariyah Ibu masih

menerapkan didikan yang keras dan tidak mau

mengubahnya -

3. Nasmi Ibu mulai

mengubah pola asuh karena ingin mencoba mengasuh dengan cara yang lebih positif

Anak masih sulit diatur karena sudah terbiasa dididik dengan pola asuh otoriter

4. Dahlia Ibu mulai

mengubah pola asuh karena ingin mencoba mengasuh dengan cara yang lebih positif

Anak mulai menunjukkan sifat empati

5. Tati Ibu masih

menerapkan didikan yang keras dan tidak mau

mengubahnya -

(8)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 111 Desa Karangreja, Pebayuran

6. Enyah Ibu mulai

mengubah pola asuh karena ingin mencoba mengasuh dengan cara yang lebih positif

Anak sudah mulai dapat diatur dan tidak

menunjukkan pemberontakan

7. Ela Ibu sudah

menerapkan pola asuh demokratis sejak awal

Anak menjadi mandiri, selalu membantu orang tua, memiliki pilihan dan tidak ragu- ragu terhadap keputusannya

8. Risna Ibu mulai

mengubah pola asuh karena ingin mencoba mengasuh dengan cara yang lebih positif

Anak sudah mulai dapat diatur dan tidak

menunjukkan pemberontakan

9. Natih Ibu mulai

mengubah pola asuh karena ingin mencoba mengasuh dengan cara yang lebih positif

Anak sudah mulai dapat diatur dan tidak

menunjukkan pemberontakan

10. Narimah Ibu mulai

mengubah pola asuh karena ingin mencoba mengasuh dengan cara yang lebih positif

Anak belum menunjukkan perubahan karena anak menarik diri dari orang tua nya

Berdasarkan tabel diatas, dijelaskan bahwa dari 10 data pola asuh yang diterapkan ibu-ibu sudah menunjukkan di kategori demokratis, meskipun dalam penerapannya 2 ibu -ibu masih terdapat kesulitan dalam merubah perilaku anak.

Namun, hasil yang tertera sudah menunjukkan kategori yang bagus. Hasil tabel diatas dapat dijabarkan yang mengalami perubahan untuk mencoba mengasuh dengan pola asuh positif, sebagai berikut:

1. Subjek 3 ibu Nasmi mengalami perubahan dari pola asuh otoriter menjadi demokratis, namun hasil yang terlihat pada anak belum terlihat

2. Subjek 4 ibu Dahlia mengalami perubahan dari pola asuh permisif menjadi demokratis, dan hasil yang terlihat bahwa anak mulai menunjukkan sikap empati

(9)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 112 Desa Karangreja, Pebayuran

3. Subjek 6 ibu Enyah mengalami perubahan dari pola asuh otoriter menjadi demokratis, dan hasil yang terlhat bahwa anak sudah mulai dapat diatur 4. Subjek 8 ibu Risna mengalami perubahan dari pola asuh otoriter menjadi

demokratis, dan hasil yang terlihat bahwa anak sudah mulai dapat diatur 5. Subjek 9 ibu Natih mengalami perubahan dari pola asuh otoriter menjadi

demokratis, dan hasil yang terlihat bahwa anak sudah mulai dapat diatur 6. Subjek 10 ibu Narimah mengalami perubahan dari pola asuh permisif menjadi

demokratis, namun hasil yang terlihat pada anak belum terlihat.

Hasil pelaksanaan kegiatan yang lakukan menunjukkan perubahan yang baik namun belum terlihat signifikan, mungkin juga karena kendala waktu evaluasi yang diberikan hanya sedikit.

Gambar 3. Evaluasi kegiatan 4. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan dari penelitian yang dijelaskan bahwa pola asuh yang baik berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam mengembangkan perilaku yang positif. Hal ini dilihat dari cara orang tua mendidik anaknya, hasil dari pola asuh itu akan membentuk perilaku sang anak. Tujuan diadakannya kegiatan ini untuk memberikan beberapa cara pola asuh yang baik untuk mengurangi perilaku kenakalan remaja.

Dalam kegiatan yang telah dilakukan ini, peneliti berharap kepada para ibu- ibu untuk dapat mengimplementasikan edukasi pola asuh positif ini kepada anak- anaknya. Didik anak dengan cara sebaik mungkin untuk membantu membentuk perilaku anak yang positif.

Daftar Pustaka

Anggraini, P. (2022). Parenting Islami Dan Kedudukan Anak Dalam Islam. Jurnal Multidisipliner Kapalamada, 1, 175–186.

Ayun, Q. (2017). Pola asuh orang tua dan metode pengasuhan dalam membentuk kepribadian anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1), 102–122.

(10)

Psikoedukasi Pola Asuh Positif Untuk Mengurangi Perilaku Kenakalan Remaja di 113 Desa Karangreja, Pebayuran

Christina, C., Gunawan, G., Sultanea, R., Lestari, D., Azizah, U., Haniifah, H., Yulatifah, T., Fatimah, R., Muzaki, A., & Munir, M. (2022). Pola Asuh Orangtua Dan Kurangnya Gizi Anak Penyebab Stunting Di Desa Karangduwur, Kalikajar, Wonosobo. Jurnal Pengabdian Masyarakat Madani (JPMM), 2(2), 188–195.

Fatchurahman, M. (2012). Kepercayaan Diri, Kematangan Emosi, Pola Asuh Orang Tua Demokratis dan Kenakalan Remaja. Persona:Jurnal Psikologi Indonesia, 1(2). https://doi.org/10.30996/persona.v1i2.27

Fhadila, K. D. (2017). Menyikapi perubahan perilaku remaja. JPGI (Jurnal Penelitian Guru Indonesia), 2(2), 16–23.

Hakim, A. L. (2017). Membangun karakter bangsa melalui implementasi pendidikan karakter islami dalam keluarga. Ta’dib: Jurnal Pendidikan Islam, 6(1), 177–188.

Machmud, H. (2021). Membingkai Kepribadian Anak dengan Pola Asuh pada Masa Covid 19. Murhum: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 44–55.

Matondang, A. (2019). Dampak Modernisasi Terhadap Kehidupan Sosial Masyarakat. Wahana Inovasi: Jurnal Penelitian Dan Pengabdian Masyarakat UISU, 8(2), 188–194.

Nurlaela, L. S., Pratomo, H. W., & Araniri, N. (2020). Pengaruh Pola Asuh Orang tua terhadap Pembentukan Karakter Anak pada Siswa Kelas III Mandrasah Ibtidaiyah Tahfizhul Qur’an Asasul Huda Ranjikulon Kecamatan Kasokandel Kabupaten Majalengka. Eduprof : Islamic Education Journal, 2(2), 226–241.

https://doi.org/10.47453/eduprof.v2i2.35

Putra, P. (2020). Planned behavior theory in paying cash waqf. JHSS (Journal of Humanities and Social Studies), 4(1), 05–09.

Putra, P., & Sawarjuwono, T. (2019). Traditional Market Merchant Attitudes in the Perspective of Islamic Business Ethics. Opción: Revista de Ciencias Humanas y Sociales, 35(20), 1471–1487.

Thoomaszen, F. W. (2017). Peran keluarga dalam pemenuhan hak partisipasi anak pada Forum Anak Kota Kupang (FAKK). Persona: Jurnal Psikologi Indonesia, 6(2), 82–97.

Referensi

Dokumen terkait

Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,

Mengacu pada teori dan penelitian terkait dalam mengasuh dan mendidikan anaknya, orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter atau orang tua yang sering

Tujuan dari penelitian ini ingin mengungkapkan dua hal, (1). Ingin mengetahui bagaimana perilaku agresif remaja di Desa Baleadi Pati. Bagaimana pola asuh keagamaan orang

Pola asuh autoritatif masih lebih baik jika dibandingkan dengan pola asuh otoriter, pola asuh permisif, dan pola asuh tipe campuran karena pada penelitian ini

Penelitian ini sejalan dengan Lianasari (2014), pola asuh orang tua dengan konsep diri remaja sebagian besar adalah pola asuh demokratis yaitu sebanyak 63 orang (81,8%), sedangkan

Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman, mampu menghadapi stress,

Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orangtua Dalam mengasuh dan mendidik anak sikap orangtua dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pengalaman masa lalu yang berhubungan

Apakah terdapat pengaruh kesadaran diri terhadap Pola asuh yang islami pada ibu berkarier terhadap penanaman perilaku religius pada anak di Mts Pondok Pesantren Daarul Rahman,