P A N C A S I L A
K E L O M P O K
6
NAMA KELOMPOK :
Peni Habsari (3211421018)
Tatok Nurcahyono (3211421021)
Dhea Putri Angelica (3211421027)
Randi Arman Pratama (3211421030)
Yeheskel Refwalu(3211421031)
Yulia Rahmawati (3211421040)
In Hanifatuz Zahro (3211431048)
Ady Abdul Hafizh (3321421052)
Eka Qoriyatul Khasanah (3211421053)
Fitri Hana Sukma (3211421054)
KESATUAN SILA-SILA PANCASILA
Pancasila merupakan dasar negara Indonesia. Pancasila merupakan pedoman kehidupan bernegara dan berbangsa. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bersumber dari nilai bangsa Indonesia, seperti kebudayaan, sosial, dan religius. Pancasila sebagai ideologi negara Indonesia, pertama kali termuat dalam Piagam Jakarta, yang dihasilkan oleh Panitia Sembilan.
Setelah melalui proses panjang, akhirnya Pancasila disahkan pada 18 Agustus 1945, dalam sidang PPKI. Asal mula terbentuknya Pancasila bisa dipahami lewat empat teori, yakni kausa materialis atau asal mula bahan, kausa formalis atau asal mula bentuk, kausa efisien atau asal mula karya, serta kausa finalis atau asal mula tujuan.
A. Asal Mula Pancasila
Kausa materialis
Kausa materialis atau asal mula bahan, berarti bangsa Indonesia merupakan asal muasal bahan pembentukan Pancasila. Lebih spesifiknya, nilai kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat, serta agama dalam bangsa Indonesia dijadikan bahan dasar untuk penyusunan Pancasila. Bisa dikatakan Pancasila berasal dari kepribadian serta pandangan hidup bangsa Indonesia.
Kausa formalis
Disebut juga asal mula bentuk atau bangun. Artinya bagaimana Pancasila dirumuskan atau disusun, sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Kausa formalis menjelaskan bagaimana awal mula Pancasila terbentuk atau terbangun.
Kausa efisien
Artinya bagaimana Pancasila dijadikan dasar filsafat negara. Dalam hal ini, PPKI menjadi asal mula karya Pancasila. PPKI sebagai pembentuk negara serta atas kuasa pembentuk negara, akhirnya mengesahkan Pancasila menjadi dasar negara yang sah. Pengesahan ini dilakukan setelah adanya pembahasan dalam sidang BPUPKI dan Panitia Sembilan.
Kausa finalis
Disebut juga asal mula tujuan. Pancasila dirumuskan serta dibahas dalam sidang pendiri negara.
Tujuannya untuk menjadikan Pancasila sebagai dasar negara. Maka kausa finalis dari terbentuknya Pancasila adalah sebagai dasar negara.
Pancasila yang terdiri atas 5 sila pada hakikatnya merupakan suatu system filsafat. Pengertian system adalah suatu kesatuan bagian-bagian yang saling berhubungan, saling berkerja sama untuk suatu tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang utuh.
System lazimnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Suatu kesatuan bagian-bagian
2. Bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri 3. Saling berhubungan dan saling ketergantungan
4. Keseluruhanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu (tujuan sistem).
5. Terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks (Shore and Voich, 1974)
B. Kesatuan Sila-Sila Pancasila
Hakikatnya merupakan suatu asas sendiri. Fungsi sendiri-sendiri namun secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan yang sistematis.
1. Susunan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang bersifat Organis.
2. Susunan Pancasila yang bersifat Hierarkhis dan berbentuk Piramidal.
3. Rumusan Hubungan Kesatuan Sila-sila Pancasila yang saling mengisi dan saling mengkualifikasi.
4. Kesatuan Sila-sila Pancasila sebagai suatu system filsafat.
Dasar Antropologis Sila-sila Pancasila
Dasar ontologis pancasila pada hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis, oleh karena itu hakikat dasar ini juga disebut sebagai dasar Antropologis.
Dasar Epistemologis Sila-sila Pancasila
Terdapat tiga persoalan yang mendasar dalam epistemology yaitu : pertama tentang sumber pengetahuan manusia, kedua tentang teori kebenaran pengetahuan manusia, ketiga tentang watak pengetahuan manusia (Soekarno, 2006).
Dasar Aksiologis Sila-sila Pancasila
Sila-sila sebagai suatu system filsafat juga memiliki satu kesatuan dasar aksiologinya sehingga nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila pada hakikatnya juga merupakan suatu kesatuan.
Next
…
Landasan Historis, Berdasarkan landasan historisnya, tujuannya yaitu untuk digunakan sebagai dasar negara Indonesia. Landasan sejarah memiliki makna Pancasila berdasarkan sejarah bangsa Indonesia itu sendiri.
Landasan Kultural atau Budaya Pancasila, Yang didasarkan pada nilai budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. Peran generasi muda dan masyarakat sangat penting khususnya dalam intelektual kampus, Pancasila merupakan pencerminan budaya bangsa yang berarti budaya tersebut harus diturunkan pada generasi-generasi berikutnya.
Landasan Yuridis, Landasan ini merupakan penyelenggaraan pendidikan Pancasila berdasarkan pendidikan perguruan tinggi yang didasarkan pada ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia.
Landasan Filosofis, Landasan ini bersumber pada pandangan filsafat pendidikan yang menyangkut keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan tentang adanya sumber nilai, hakikat tentang kehidupan dan pengetahuan.
C. Landasan Dan Sifat Dasar
Pancasila
Isi Inti Sila-Sila Pancasila
Nilai-nilai yang terkandung dalam setiap sila adalah sebagai berikut:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adalah sebagai pengejawantahan tujuan manusia sebagai Makhluk Tuhan yang Maha Esa 2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Dalam sila kemanusiaan terkandung nilai-nilai bahwa negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk beradab
3. Persatuan Indonesia
Dalam sila Persatuna Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk social.
4. Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan.
Nilai filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat negara adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Nilai keadilan yang harus terwujud dalam kehidupan bersama(kehidupan sosial).
1. Umum,yaitu mencakup tentang semua kehidupan manusia yang esensial yaitu nilai Ketuhanan, nilai Kemanusiaan, Nilai Persatuan, nilai, nilai Kerakyatan yang demokrasi, dan nilai keadilan. Sifat ini mencakup cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia.
2. Universal, mempunyai arti bahwa segala hal tentang manusia, Tuhan, masyarakat yang keberadaannya tidak bergantung pada ruang, waktu, dan tempat karena nilai dalam Pancasila merupakan nilai yang fundamental yang artinya selalu ada dalam kehidupan tiap manusia.
3. Imperatif, artinya seluruh masyarakat Indonesia wajib menaati isi-isi yang ada di dalam Pancasila dan peraturan-peraturan yang ada tanpa adanya pemberontakan.
4. Monopluralistik, yang mempunyai arti manusia yang selaras, sifat kodrat dan kedudukan kodrat manusiaPraksis Pancasila, yang merupakan perwujudan dari kebijakan, strategi, sasaran pelaksanaan dalam kehidupan sehari-hari.
5. Objektif, mempunyai arti bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum.Bersifat mutlak, yang artinya tidak dapat diubah-ubah kembali.
Sifat Dasar Pancasila
D. Pengartian Pancasila yang Substansi
Titik tolak analisis Notonagoro tentang pengertian Pancasila yang substansial didasarkan pada ajaran Aristoteles tentang Hylemorfisme, bahwa segala hal yang konkret, berwujud, dan berubah tersusun dari substansi dan kualitas – kualitas. Substansi merupakan inti kesamaan semua eksistensi dalam satu genus.
Setiap substansi terdiri atas bagian inti dan pelengkap. Bagian inti masih berupa potensi bersifat pasif dan belum berjenis tertentu disebut materia prima. Bagian pelengkap bersifat aktif dan menentukan bagian inti menjadi bentuk tertentu disebut forma.
Pengertian Pancasila yang substansial adalah pengertiannya yang abstrak umum universal yang berlaku sama untuk semua manusia. Pengertian Pancasila sebagai dasar negara adalah pengertian Pancasila yang substansial yang dilekati atau disifati oleh kualitas – kualitas tertentu sebagai ciri khasnya.
Mars is a very cold place
A. Isi Arti Pancasila yang
Tetap
Secara aksiologis Pancasila memiliki 3 dimensi nilai. Ketiga dimensi nilai tersebut adalah Nilai dasar yaitu nilainilai dasar dari Pancasila yang tidak dapat dibantahkan lagi yang meliputi nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Kemudian dimensi nilai kedua adalah Nilai instrumental, yaitu nilai yang berbentuk norma sosial dan norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan dan mekanisme lembaga-lembaga negara.Pancasila (subscriber of value Pancasila), yaitu bangsa yang berketuhanan, yang berkemanusiaan, yang berpersatuan, yang berkerakyatan dan berkeadilan sosial. Pengakuan, penerimaan dan pernghargaan atas nilainilai Pancasila itu nampak dalam sikap, tingkah laku, dan perbuatan bangsa Indonesia sehingga mencerminkan sifat khas sebagai Manusia Indonesia. Secara aksiologis Pancasila merupakan sebuah bentuk philosophical system yang secara esensial menempatkan manusia sebagai subjek utama dan menjadi dasar dalam memahami semua realitas yag ada.
ISI ARTI-ARTI PANCASILA
Filsafat Pancasila memenuhi syaratsyarat logis rasional, dapat dipahami oleh akal sehat dan sesuai dengan prinsip-prinsip dalam pengetahuan ilmiah. Pancasila memperoleh makna yang lebih luas yang merupakan salah satu usaha-usaha rasional dan filosofis untuk menentukan bagaimana Pancasila yang seharusnya yang memang identic dengan jati diri ke-Indonesiaan sebagai
causa materialis dari Pancasila.
Sebagai sebuah pemikiran filsafat, Pancasila hadir sebagai bentuk filsafat jalan tengah. Sebagai sebuah filsafat jalan tengah, Pancasila mampu melahirkan pemikiran filosofis yang tetap mengakui dimensi aktualitas manusia dengan segala potensinya tetapi tetap dalam pijakan identitas ke Indonesiaan yang Kuat. Oleh karena itulah eksistensi Filsafat Pancasila sangat dibutuhkan dalam dinamika pemikiran kefilsafatan yang tetap berlandaskan pada kejatidirian manusia Indonesia yangsesungguhnya.
B. Isi Arti Sila-Sila Pancasila
Sila yang pertama dalam Pancasila ini berbunyi "Ketuhanan Yang Maha Esa".
Sila pertama ini memberikan pandangan setiap orang bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dan bukan bangsa yang atheis. Sila ini menyatakan bahwa rakyat Indonesia merupakan warga negara yang taat beribadah kepada Tuhan dan menjalankan apa yang diajarkan dalam agama maupun kepercayaan masing-masing. Sila ini penting bagi bangsa Indonesia dikarenakan dalam realisasinya melalui agama menjadi salah satu faktor pendorong agar seseorang berbuat hal-hal yang baik dan tidak bertentangan dengan hukum.
Jika dilihat esensi dari agama maka akan didapati unsur-unsur seperti: anjuran ataupun larangan yang dapat membuat manusia untuk bertindak secara baik, tulus, peduli, dan penuh kasih sayang terhadap sesama serta lingkungan sekitar.Sila pertama dari Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sila ini berhubungan terhadap perilaku kita sebagai umat kepada Tuhannya. Berikut contoh sikap yang mencerminkan di sila pertama, yaitu percaya dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaanya masing-masing.
1. Sila Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Makna dari sila kedua pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” menurut Buku Ajar Pendidikan Pancasila karya Yulia Djahir (2015 : 41) adalah bangsa Indonesia diperlakukan dan diakui sesuai harkat dan martabatnya sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa sehingga derajat, hak dan kewajibannya sama tanpa membedakan agama, ras, suku dan budaya. Sila kedua pancasila mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang bersumber dari hukum Tuhan, hukum alam dan sifar sosial yang bersifat horizontal atau sama rata.
Perilaku yang dapat dilakukan yang sesuai dengan makna nilai sila ke dua pancasila “Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab” diantaranya : Saling membantu sesama, menumbuhkan sikap toleransi ,dan tidak membeda- bedakan ras, suku, agama, maupun jabatan atau kedudukan.Dengan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, akan terjalin hubungan interpersonal yang kuat, adil dan beradab tanpa membeda-bedakan perbedaan sosial yang ada. Sebagai warga negara kita harus mengamalkan nilai-nilai tersebut demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Hakikat persatuan didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan dan kemanusiaan. Manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa pertama-tama harus umewujudkan persatuan dalam suatu persekutuan hidup yang disebut negara. Negara adalah merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk Negara yang berupa, suku, ras, kelompok, golongan maupun kelompok agama.
Oleh karena itu perbedaan merupakan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya Negara adalah beraneka ragam tetapi satu, mengikatkan diri dalam suatu kesatuan yang di lukiskan dalam suatu sloka Bhinneka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingan menjadi konflik dan permusuhan melainkan di arahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Berikut butir pengamalan Sila ke-3: Persatuan Indonesia seperti dalam TAP MPR no.
1/MPR/2003. Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan, Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan, Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa, Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia, Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
3. Sila Persatuan Indonesia
4. Sila Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/
Perwakilan
Sila ke-4 memiliki arti bahwa setiap warga negara Indonesia memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan pemerintahan. Sila ke-empat dari Pancasila ini juga merupakan penjelmaan dari dasar politik negara. Artinya, negara yang berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak dari sifat demokrasi negara Indonesia. Mutlak berati dasar tersebut tidak dapat diubah atau pun dihilangkan. Makna Sila Keempat Pancasila, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan :Kekuasaan rakyat adalah segalanya Menghargai keputusan Bersama, Mufakat, Berani bertanggung jawa.
Sila keempat juga bisa dikatakan mewakili semangat demokrasi yang menjadi bentuk pemerintahan Indonesia. Berikut ini contoh penerapan sila keempat, yaitu Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat untuk menyelesaikan setiap permasalahan dalam kehidupan kita, apabila hal tersebut berkenaan dengan kepentingan dua orang atau lebih.
Keadilan sosial mengandung arti tercapainya keseimbangan antara kehidupan pribadi dan masyarakat. Kehidupan yang dimaksud adalah kehidupan jasmani dan rohani, maka keadilan itu pun meliputi keadilan memenuhi tuntutan kehidupan rohani secara seimbang. sila keima memiliki makna rasa hormat menghormati antar manusia, keberanian membela kebenaran dan keadilan yang tentunya tetap pada perlindungan hukum.
Pada implementasi nilai Pancasila pada sila kelima dalam pembelajaran sebagai berikut: 1. Pada kegiatan pembelajaran dilakukan diskusi atau pun kerja kelompok; 2. Menumbuhkan rasa peduli antar sesama 3. Menumbuhkan sikap nasionalisme dengan memperkenalkan produk dalam negeri, seperti baju batik; 4.
Sikap peduli pada lingkungan seperti membuang sampah ditemptnya, menjaga tanaman sekitar sekolah dan merawatnya. 5. Membangun sikap kedisipinan dengan cara mematuhi aturan yang ada.
5. Sila Keadilan Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jihad, R. Saddam. (2018).Pancasila Ideologi.Tangerang Selatan: PT. Pustaka Alvabet.
Daroeso, Bambang., dan Suyahmo. (1989). Filsafat Pancasila.Yogyakarta: Liberty
Dewanto , A. (2013). Pendidikan Pancasila: Pengertian Pancasila Secara Substansial Sila 3, 4, dan 5.
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada, 1-3.
Dibyasuharda. (1990). Dimensi Metafisik Dalam Simbol, Ontologi Mengenai Akar Simbol. Yogyakarta:
Fakultas Filsafat UGM.
Hadiwijono, August. (2016). Pendidikan Pancasila, Eksistensinya Bagi Mahasiswa. Jurnal Cakrawala Hukum. Vol 7, no 1 Juni 2016.
Handoyo, Eko., dkk. (2018). Pertarungan Ideologi.Semarang: UNNES Press
Kaelan. (1999).Pendidikan Pancasila Yuridis Kenegaraan.Yogyakarta: Paradigma.
Latif, Yudi. (2011). Negara Paripurna,Historisitas, Rasionalitas dan Aktualitas Pancasila. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Lestari P., dkk. (2020). IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PANCASILA PADA SILA KELIMA DALAM PEMBELAJARAN. Jurnal pendidikan sosial, 7(2). 130-144.
Notonagoro. (1975). Pancasila Secara Ilmiah Populer. Yogyakarta: Pantjuran Tujuh.
Prasetya, Y. A. (2018). Tafsir Kontroversial Sila Pertama Pancasila Ditinjau Dari Pidato Soekarno Pada Sidang BPUPKI 1945 Dan Relevansinya Bagi Kerukunan Umat Beragama Di Indonesia. Jurnal STKIP Banten. 1(2), 1-18.
Puji, Ambiro. (2016). Implementasi Nilai-Nilai Pancasila Bagi Siswa Di Era Globalisasi. Jurnal Pancasila Dan Kewarganegaraan. Vol 4, no 2 (2016).
Riyanto, Astim. (2007). Pancasila Dasar Negara Indonesia. Jurnal Hukum dan Pembangunan. Vol 37, no 3 (2007).
Shore and Voich. (1974). Sukarno and the Struggle for Indonesian Independence. London: Cornell University,
Soekarno. (2006).Filsafat Pancasila Menurut Bung Karno. Yogyakarta: Media Pressindo