Faktor eksternal adalah faktor penyebab terjadinya korupsi karena sebab- sebab dari luar. Faktor eksternal bisa dilacak dari beberapa aspek, berikut di antaranya:
1. Aspek Sosial
Dalam sebuah organisasi, kesalahan individu sering ditutupi demi menjaga nama baik organisasi. Akibat sikap tertutup ini, korupsi seakan mendapat pembenaran. Mencermati realita yang demikian maka sikap masyarakat yang berpotensi memberi peluang perilaku korupsi antara lain:
a. Nilai-nilai dan budaya di masyarakat yang mendukung untuk
terjadinya korupsi. Misalnya masyarakat menghargai seseorang karena kekayaan yang dimilikinya. Dampaknya masyarakat menjadi tidak kritis.
b. Masyarakat menganggap bahwa korban yang mengalami kerugian akibat korupsi adalah Negara. Padahal justru pada akhirnya kerugian terbesar dialami oleh masyarakat sendiri. Contohnya akibat korupsi anggaran pembangunan menjadi berkurang, pembangunan transportasi umum menjadi terbatas misalnya.
c. Masyarakat kurang menyadari bila dirinya terlibat dalam perilaku korupsi. Setiap tindakan korupsi pasti melibatkan masyarakat, namun masyarakat justru terbiasa terlibat dalam korupsi sehari-hari dengan cara-cara terbuka namun tidak disadari.
d. Masyarakat kurang menyadari bahwa korupsi dapat dicegah dan diberantas bila masyarakat ikut aktif dalam agenda pencegahan dan pemberantasan korupsi.
2. Aspek Politik
Dari sisi moral politik, kontrol sosial terhadap pejabat publik bukanlah persoalan boleh atau tidak boleh, tetapi suatu keharusan.
Merujuk pendapat Rahardjo (2003) bahwa kontrol sosial adalah suatu proses yang dilakukan untuk mempengaruhi orang-orang agar bertingkah laku sesuai dengan harapan masyarakat. Kontrol sosial tersebut dijalankan dengan menggerakkan berbagai aktivitas yang melibatkan penggunaan kekuasaan negara sebagai suatu lembaga yang diorganisasikan secara
politik, melalui lembaga-lembaga yang dibentuknya. Dengan demikian instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan mempertahankan kekuasaan sangat potensi menyebabkan perilaku korupsi. Politik uang (money politics) pada Pemilihan Umum adalah contoh tindak korupsi, yaitu sesorang atau golongan yang membeli suatu atau menyuap para pemilih/anggota partai agar dapat memenangkan pemilu.
Monopoli kekuasaan merupakan sumber korupsi, karena tidak adanya kontrol oleh lembaga yang mewakili kepentingan masyarakat.
Faktor yang sangat dekat dengan terjadinya korupsi adalah budaya penyalahgunaan wewenang yang berlebih dalam hal ini terjadinya KKN.
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang masih sangat tinggi dan tidak adanya sistem kontrol yang baik menyebabkan masyarakat
menganggap bahwa korupsi merupakan suatu hal yang sudah biasa terjadi.
3. Aspek Hukum
Hukum bisa menjadi faktor terjadinya korupsi dilihat dari dua sisi, disatu sisi dari aspek perundang-undangan, dan disisi lain dari lemahnya penegak hukum. Hukum menjadi faktor penyebab korupsi jika banyak produk hukum yang tidak jelas aturannya, pasal-pasalnya multitafsir, dan ada kecenderungan hukum dibuat untuk menguntungkan pihak-pihak tertentu. Sanksi yang tidak sebanding terhadap pelaku korupsi, terlalu ringan atau tidak tepat sasaran, juga membuat para pelaku korupsi tidak segan-segan menilap uang negara.
Sistem hukum di Indonesia untuk memberantas korupsi masih sangat lemah. Hukum tidak dijalankan sesuai prosedur yang benar, aparat mudah disogok sehingga pelanggaran sangat mudah dilakukan oleh masyarakat.
4. Aspek Ekonomi 5. Aspek Organisasi
DAPUS
Nanang T. Puspito, dkk. 2018. Pendidikan Anti Korupsi untuk Perguruan Tinggi.
Cetakan 1 : September 2018. Jakarta : Kemeristekdikti
Maolani, D. Y., Kusmayadi, D. A., Hermawan, D., & Maida, A. W. S. 2021.
Sulitkah Korupsi Diberantas: Motif Afiliasi Dan Kekuasaan. Jurnal DIALEKTIKA: Jurnal Ilmu Sosial, 19(3), 96-105.
Turmudi, H. 2022. Buku Ajar Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Cetak I Agustus 2022. Klaten : Lakeisha