• Tidak ada hasil yang ditemukan

RANGKUMAN MATERI ILLING

N/A
N/A
Aqila Esy Fauziyah

Academic year: 2025

Membagikan "RANGKUMAN MATERI ILLING"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MATERI 4

KELESTARIAN DAN KESEIMBANGAN LINGKUNGAN

Keseimbangan lingkungan adalah kemampuan lingkungan untuk mengatasi tekanan dari alam maupun dari aktivitas manusia, serta kemampuan lingkungan dalam menjaga kestabilan hidupnya.

Keseimbangan lingkungan akan tercapai bila ada interaksi organisme dengan factor lingkungan dan interaksi antar komponen dalam suatu lingkungan dapat berjalan dengan proporsional.

Contoh lingkungan yang seimbang yaitu hutan, karena jumlah masing-masing komponen biotik di hutan tidak saling mendominasi sehingga

terbentuk rantai dan jaring makanan.

Pelestarian lingkungan adalah upaya manusia yang dilakukan untuk menjaga alam merupakan bagian daripada ihtiar untuk mewariskan kepada generasi mendatang. Serangkaian upaya prilaku ini bisa dijalankan dalam wujud konservasi.

Otto Soemarwoto

Pelestarian lingkungan hidup adalah kesesuaian tindakan manusia atas benda dan kondisi alam yang ditempati manusia, untuk menyeimbangkan peristiwa-peristiwa keruguian dan menghindari ancaman ketidakseimbangan yang ada di alam.

Konservasi adalah pelestarian atau

perlindungan. Secara harfiah, konservasi berasal dari bahasa Inggris, (Inggris) Conservation yang artinya pelestarian atau perlindungan. Sedangkan menurut ilmu lingkungan, konservasi adalah:

1. Upaya efisiensi dari penggunaan energi, produksi, transmisi, atau distribusi yang berakibat pada pengurangan konsumsi energi di lain pihak menyediakan jasa yang sama tingkatannya.

2. Upaya perlindungan dan pengelolaan yang hati-hati terhadap lingkungan dan sumber daya alam

3. Pengelolaan terhadap kuantitas tertentu yang stabil sepanjang reaksi kiamia atau

transformasi fisik.

4. Upaya suaka dan perlindungan jangka panjang terhadap lingkungan

5. Suatu keyakinan bahwa habitat alami dari suatu wilayah dapat dikelola, sementara keaneka-ragaman genetik dari spesies dapat berlangsung dengan mempertahankan lingkungan alaminya.

Di ekosistem hutan, biasanya konflik konservasi muncul antara satwa endemik dan pengusaha HPH (Hak Pengusahaan Hutan). Karena habitatnya menciut dan kesulitan mencari sumber makanan, akhirnya satwa tersebut keluar dari habitatnya dan menyerang manusia. Konflik konservasi muncul karena:

1. Penciutan lahan & kekurangan SDA (Sumber

Daya Alam)

2. Pertumbuhan jumlah penduduk meningkat dan permintaan pada SDA meningkat

(sebagai contoh, penduduk Amerika butuh 11 Ha lahan per orang, jika secara alami)

3. SDA diekstrak berlebihan (over exploitation) menggeser keseimbangan alami.

4. Masuknya/introduksi jenis luar yang invasif, baik flora maupun fauna, sehingga

mengganggu atau merusak keseimbangan alami yang ada.

Kemudian, konflik semakin parah jika :

1. SDA berhadapan dengan batas batas politik (misal: daerah resapan dikonversi untuk HTI, HPH (kepentingan politik ekonomi)Pemerintah dengan kebijakan tata ruang (program jangka panjang) yang tidak berpihak pada prinsip pelestarian SDA dan lingkungan.

2. Perambahan dengan latar kepentingan politik untuk mendapatkan dukungan suara dari kelompok tertentu dan juga sebagai sumber keuangan ilegal.

RUANG LINGKUP PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Luas dan dengan cara yang beraneka macam:

1. Pengelolaan secara rutin;

2. Perencanaan dini pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tuntunan bagi perencanaan pembangunan;

3. Perencanaan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan sebagai akibat proyek

pembangunan yang sedang direncanakan;

4. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan (alamiah & non alamiah).

DAYA DUKUNG LINGKUNGAN BERKELANJUTAN

Daya-dukung sebagai jumlah spesies maksimum yang dapat didukung oleh suatu habitat tertentu tanpa batas tanpa menimbulkan degradasi lingkungan dan tanpa menurunkan daya-dukung pada masa mendatang (Garret Hardin, 1977).

Daya-dukung sebagai populasi maksimum spesies yang dapat didukung oleh suatu kawasan tertentu tanpa mengurangi kemampuannya mendukung kehidupan spesies yang sama pada masa mendatang (Cohen, 1995).

Daya-dukung lingkungan sebagai kapasitas maksimum dukungan terhadap suatu kehidupan, bukan saja terbatas pada populasi, namun seluruh beban kehidupan manusia terhadap lingkungan (Wiliiam Catton, 1986)

Setiap pemanfaatan lingkungan hidup harus bertujuan sebagai berikut :

(2)

a. Tercapainya keselarasan, keserasian, dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup.

b. Terwujudnya manusia Indonesia sebagai insan lingkungan hidup yang memiliki sikap dan tindakan melindungi serta membina lingkungan hidup.

c. Terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan.

d. Tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup.

e. Terkendalinya pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.

f. Terlindunginya Indonesia terhadap dampak dari luar yang dapat menyebabkan

pencemaran/kerusakan lingkungan

Upaya pemerintah untuk mewujudkan kehidupan adil dan makmur bagi rakyatnya tanpa harus menimbulkan kerusakan lingkungan

ditindaklanjuti dengan menyusun program pembangunan berkelanjutan yang seringdisebut sebagai Pembangunan Berwawasan

Lingkungan.

Pembangunan berkelanjutan adalah

pembangunan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus mengurangi kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dari generasi yang akan datang.

Pembangunan Berkelanjutan atau

Pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah bentuk pembangunan yang tetap

memperhatikan daya dukung lingkungan dan kelestarian sumberdaya alam. Pembangunan yang berwawasan lingkungan akan menghasilkan suatu pembangunan yang berkelanjutan dan seimbang.

Ciri-ciri pembangunan berwawasan lingkungan antara lain:

1. Dilakukan dengan perencanaan yang matang dengan mengetahui dan memahami

kekuatan,kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki serta yang akan timbul

dikemudian hari.

2. Memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat mendukung kesinambungan pembangunan

3. Meminimalisasi dampak pencemaran dan kerusakan lingkungan

4. Melibatkan partisipasi warga masyarakat, khususnya masyarakat yang berada disekitar lokasi pembangunan.

Prinsip dasar pembangunan berkelanjutan 1. pemerataan dan keadilan sosial. Dalam hal ini

pembangunan berkelanjutan harus menjamin adanya pemerataan untuk generasi sekarang dan yang akan datang, berupa pemerataan distribusi sumber lahan, faktor produksi dan ekonomi yang berkeseimbangan (adil), berupa kesejahteran semua lapisan masyarakat.

2. menghargaikeaneragaman (diversity). Perlu dijaga berupa keanegaragaman hayati dan keanegaraman budaya. Keaneragaman hayati adalah prasyarat untuk memastikan bahwa sumber daya alam selalu tersedia secara berkelanjutan untuk masa kini dan yang akan datang. Pemeliharaan keaneragaman budaya akan mendorong perlakuan merata terhadap setiap orang dan membuat pengetahuan terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat.

3. menggunakan pendekatan integratif.

Pembangunan berkelanjutan mengutamakan keterkaitan antara manusia dengan alam.

Manusia mempengaruhi alam dengan cara bermanfaat dan merusak Karena itu, pemanfaatan harus didasarkan pada pemahaman akan kompleknya keterkaitan antara sistem alam dan sistem sosial dengan cara-cara yang lebih integratif dalam

pelaksanaan pembangunan.

4. perspektif jangka panjang, dalam hal ini pembangunan berkelanjutan seringkali diabaikan, karena masyarakat cenderung menilai masa kini lebih utama dari masa akan datang. Karena itu persepsi semacam itu perludirubah

NILAI AMBANG BATAS (NAB)

Kemampuan lingkungan diistilahkan dengan daya dukung lingkungan = daya toleransi dan daya tenggang = carrying capacity

NAB = batas-batas daya dukung, daya toleransi, daya tenggang dan kemampuan toleransi.

Lingkungan telah tercemar : Jika terjadi kondisi lingkungan yang telah melebihi ambang batas (batas tertinggi atau terendah) yang telah ditetapkan berdasarkan BML . CARA MELESTARIKAN SUMBER DAYA ALAM

(3)

Melestarikan Sumber Daya Air:

1. Menghilangkan kebiasaan membuang sampah di sungai/badan air: membuang sampah di sungai/badan air dapat mencemari air sungai yang bermuara di laut, dan pada akhirnya mencemari air laut dan ekosistem pantai.

2. Menggalakkan penanaman pohon, terutama jenis- jenis pohon yang akarnya banyak menyerap air.

3. Menjaga kelestarian hutan, terutama hutan hujan tropis yang banyak menyimpan sumber- sumber air.

4. Tidak boros air: kita harus bijak dalam menggunakan air meskipun tersedia banyak air bersih di lingkungan tempat tinggal kita.

5. Tidak membuang limbah berbahaya ke dalam aliran air sungai. Setiap industri harus

melakukan pengelolaan limbah yang baik agar limbah yang dibuang tidak menimbulkan bahaya dan kerusakan bagi lingkungan alam.

Melestarikan Udara Bersih:

Udara merupakan unsur vital bagi kehidupan, karena setiap organisme bernapas memerlukan udara.

Perlu diupayakan usaha-usaha untuk menjaga kesegaran udara lingkungan agar tetap bersih, segar, dan sehat.

1. Menyaring asap hasil pembakaran proses industry: jika asap yang dibuang melalui cerobong- cerobong milik industri tidak di filter, maka dapat menimbulkan terjadinya hujan asam. Hal ini dikarenakan asap industri mengandung gas- gas berbahaya.

2. Menghindari penggunaan bahan bakar batu bara dan mencari alternatif bahan bakar yang ramah lingkungan.

3. Meminimalisir faktor- faktor penyebab kebakaran hutan: asap yang dihasilkan oleh kebakaran hutan cukup berbahaya bagi kesehatan manusia.

4. Tidak menggunakan peralatan rumah tangga yang mengandung CFC: CFC dapat menjadi penyebab pemanasan global.

5. Meminimalisir penggunaan kendaraan motor pribadi dan membiasakan menggunakan transportasi umum atau berjalan kaki.

6. Menanam pohon di sekitar tempat tinggal dan di tepi- tepi jalan raya, terutama pohon yang banyak menyerap gas karbondioksida.

Melestarikan Kesuburan Tanah:

memupuk tanah – Tujuan dari memupuk tanah ini tentu saja untuk menyuburkan tanah agar selalu dapat digunakan untuk bercocok tanam. Dengan memberikan pupuk pada tanah maka unsur hara di dalam tanah tidak akan cepat habis. Akan lebih baik jika menggunakan pupuk organik dari pada pupuk anorganik. Hal ini dikarenakan penggunaan pupuk anorganik secara berlebihan dapat menyebabkan pencemaran.

mendaur ulang sampah plastik – Kegiatan ini perlu dilakukan karena sampah plastik

menjadi salah satu penyebab utama

pencemaran tanah. Seperti yang kita ketahui bahwa sampah plastik ini sangat sulit untuk diuraikan karena tidak bisa membusuk secara alami. Berbeda dengan sampah organik seperti daun daunan kering yang bisa terurai secara alami sehingga dapat dijadikan kompos yang juga bermanfaat untuk kesuburan tanah.

mengelola lahan yang tandus – Lahan yang tandus tidak bisa dibiarkan begitu saja.

Meski sulit digunakan untuk bercocok tanam karena tidak adanya unsur hara di dalam tanah, tetapi masih ada jenis- jenis pohon yang bisa ditanam di lahan tandus. Hal ini lebih baik dari pada membiarkan lahan tandus ditumbuhi ilalang. Pohon- pohon yang tumbuh dilahan tandus nantinya dapat membantu kesuburan lahan tersebut. Ketika daun- daun dari pohon mengering dan berjatuhan di tanah, maka lama kelamaan daun akan membusuk dan menjadi pupuk alami bagi tanah.

Melestarikan Hutan:

Hutan merupakan penopang kelestarian kehidupan di bumi, sebab hutan bukan hanya menyediakan bahan pangan maupun bahan produksi, melainkan juga penghasil oksigen, penahan lapisan tanah, dan menyimpan cadangan air.

Usaha:

1. Melakukan penanaman kembali hutan yang gundul.

2. Menjadikan hutan sebagai cagar alam.

3. Menjaga keberadaan satwa yang berada di dalamnya, karena pohon- pohon dan satwa saling bergantung satu dengan yang lain.

4. Melaksanakan sistem tebang pilih, dimana hanya pohon- pohon yang cukup umur saja yang boleh ditebang.

5. Melakukan sosialisasi pada masyarakat di sekitar hutan agar ikut serta menjaga kelestarian hutan dan mengurangi ketergantungan mereka terhadap hutan.

6. Menerapkan sanksi yang berat bagi mereka yang melanggar ketentuan mengenai pengelolaan hutan.

Pelestarian Laut dan Pantai:

Kerusakan biota laut dan pantai banyak

disebabkan karena ulah manusia. Pengambilan pasir pantai, karang di laut, pengrusakan hutan bakau, merupakan kegatan-kegiatan manusia yang mengancam kelestarian laut dan pantai.

Terjadinya abrasi yang mengancam kelestarian pantai disebabkan telah hilangnya hutan bakau di sekitar pantai yang merupakan pelindung alami terhadap gempuran ombak.

Usaha:

1. Melakukan reklamasi pantai dengan

menanam kembali tanaman bakau di areal sekitar pantai.

2. Melarang pengambilan batu karang yang ada di sekitar pantai maupun di dasar laut, karena

(4)

karang merupakan habitat ikan dan tanaman laut.

3. Melarang pemakaian bahan peledak dan bahan kimia lainnya dalam mencari ikan.

4. Melarang pemakaian pukat harimau untuk mencari ikan.

Pelestarian Flora dan Fauna:

Kehidupan di bumi merupakan sistem ketergantungan antara manusia, hewan, tumbuhan, dan alam sekitarnya. Terputusnya salah satu mata rantai dari sistem tersebut akan mengakibatkan gangguan dalam kehidupan.

Oleh karena itu, kelestarian flora dan fauna merupakan hal yang mutlak diperhatikan demi kelangsungan hidup manusia. Upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestarian flora dan fauna di antaranya adalah:

1. Mendirikan cagar alam dan suaka margasatwa.

2. Melarang kegiatan perburuan liar.

3. Menggalakkan kegiatan penghijauan.

MATERI 5

KONSEP EKOLOGI PEMBANGUNAN PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN LINGKUNGAN

• HAKEKAT: mengelola interaksi antara manusia dan lingkungan;

• TUJUAN AKHIR: keseimbangan antara kualitas lingkungan dan kehidupan;

• PENDEKATAN: holistik-adaptif;

• PROSES: koordinasi dan manajemen konflik;

• KONTEKS: desentralisasi, globalisasi, perdagangan bebas, ham, demokratisasi, good governance.

Apa itu ekologi pembangunan, bagaimana proses pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development), dan hal yang sangat krusial dalam studi ekologi pembangunan adalah masalah tersedianya sumberdaya yang cukup (dalam pengertian daya dukung lingkungan yang

mempengaruhi berjalannya proses pembangunan)

Ilmu yang mempelajari interaksi antara pembangunan dan lingkungan hidup disebut ekologi pembangunan.

Manusia, baik sebagai subyek maupun obyek pembangunan, merupakan bagian ekosistem.

Pandangan holistis inilah yang dipakai dalam ekologi pembangunan

MANFAAT DAN RESIKO LINGKUNGAN DALAM PEMBANGUNAN

Jenis-jenis Lingkungan

1. Lingkungan hidup alami merupakan lingkungan bentukan alam yang terdiri atas berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya, baik fisik, biologis.

Lingkungan hidup alami bersifat dinamis karena memiliki tingkat heterogenitas organisme yang sangat tinggi. Bentuk lingkungan alami dimuka

bumi berbeda-beda. Contoh: pegunungan, sungai, danau, pantai dan laut, dll. Pegunungan salah satu bentuk alam yang dapat dilihat adalah bentang alam yang berupa deretan gunung yang bersambung Sungai dan laut juga termasuk kenampakan alam. Sungai banyak memberikan manfaat bagi manusi

2. Lingkungan hidup binaan/buatan mencakup lingkungan buatan manusia yang dibangun dengan bantuan atau masukan teknologi, baik teknologi sederhana maupun teknologi modern. bersifat kurang beraneka ragam karena keberadaannya selalu diselaraskan dengan kebutuhan hidup.

• Sawah merupakan contoh lingkungan alam buatan tangan manusia. karena sawah memang dibuat atau berupa tanah garapan hasil manusia dan di fungsikan untuk menanam (mis padi). Untuk menyesuaikan kebutuhan padi ini, maka manusia menciptakan kondisi alam buatan agar tanaman padi tetap subur seperti melakukan irigasi

• Lingkungan waduk atau bendungan biasanya dimanfaatkan untuk rekreasi, pembangkit listrik, pengendalian banjir.

3. Lingkungan hidup sosial Lingkungan hidup sosial terbentuk karena adanya interaksi sosial dalam masyarakat.

Lingkungan hidup sosial dapat membentuk lingkungan hidup binaan tertentu yang bercirikan perilaku manusia sebagai makhluk sosial.

Hubungan antara individu dan masyarakat sangat erat dan saling mempengaruhi serta saling tergantung

Contoh manfaat dan resiko lingkungan dalam pembangunan bendungan dan waduk

PEMBANGUNAN YANG TERLANJUTKAN

• Pembangunan bertujuan untuk setingkat demi setingkat mengubah keseimbangan lingkungan ke arah kualitas lingkungan yang dianggap lebih tinggi.

• Kualitas lingkungan diusahakan terus meningkat dari kondisi a sampai d, dengan kecenderungan garis e

(5)

• Pembangunan (1,2 dan 3) merupakan intervensi terhadap lingkungan yang

“mengganggu” keseimbangan lingkungan dan membawa ke keseimbangan baru dengan tingkat kualitas yang lebih tinggi.

• Dalam usaha tersebut harus dijaga agar kemampuan lingkungan untuk mendukung tingkat hidup yang lebih tinggi tidak rusak (garis f)

Contoh Kerusakan akibat pembangunan 1.Penambangan: Pengambilan bahan tambang

dan mineral yang ada di perut bumi, dengan tidak memperhatian daya dukung linkungan mengakibat kerusakan yang ditimbulkan tidak dapat kembali seperti semula

Jenis jenis kerusakan/masalah yang timbul akibat lahan tambang tersebut antara lain:

 Lahan bekas tambang tidak dapat dipergunakan kembali;

 Bisa terjadi pergeseran tanah;

 Polusi udara;

 Ekosistem di sekitar tambang terganggu;

 Bisa terjadi konflik antara warga dengan pekerja/ petugas tambang.

2.Penebangan hutan untuk membuka lahan Secara umum semakin tinggi laju pemanfaatan hutan maka semakin besar pula pengurangan terhadap stok awal sumberdaya hutan yang bersangkutan.

Penggunaan sumberdaya alam yang

berlebihan dapat berakibat pada kerusakan sumberdaya alam yang bersangkutan

Beberapa faktor yang mendukung penebangan hutan antara lain:

 Konstruksi dan bangunan (perluasan daerah perkotaan)

 membuka lahan untuk menanam tanaman, membangun pertanian, dan juga peternakan

 membersihkan hutan untuk mengeksploitasi minyak dan pertambangan serta untuk membuat jalan raya

PENGELOLAAN LINGKUNGAN YANG ADAPTIF (AEM)

Pengelolaan adaptif adalah memantau komponen-komponen penting ekosistem (jumlah individu dari spesies yang dianggap penting, tutupan vegetasi, kualitas air, dan

sebagainya) serta mengumpulkan data yang diperlukan dan kemudian menggunakan hasilnya untuk menjalankan praktik pengelolaan sesuai keadaan setempat.

Pengelolaan adaptif merupakan suatu cara bagi para pemangku kepentingan untuk

mengambil langkah secara bertanggung jawab ketika menghadapi ketidakpastian.

• Pendekatan ini memungkinkan dilakukannya perbaikan sesering dibutuhkan melalui proses yang berulang-ulang.

Pengelolaan secara adaptif sebagai suatu proses yang digunakan untuk menyesuaikan strategi pengelolaan supaya mereka dapat mengatasi perubahan dengan lebih baik.

Tantangan Penting Untuk Implementasinya AEM:

• memastikan manajer memiliki pelatihan yang memadai dalam menerapkan desain

eksperimental, pemodelan dan statistik untuk masalah yang ingin mereka atasi;

• kesulitan dalam mengembangkan model prediksi yang dapat diterima;

• kurangnya sumber daya untuk eksperimen aktif;

• menyelesaikan konflik antara nilai-nilai ekologis dan tujuan manajemen;

• mengintegrasikan para pemangku kepentingan ke dalam pengambilan keputusan;

• memberikan perhatian yang tidak memadai terhadap informasi "non-ilmiah";

• keengganan oleh lembaga pelaksana untuk mempromosikan kebijakan jangka panjang yang dianggap terlalu berisiko atau mahal;

• mengadopsi kebijakan organisasi dan aturan kelembagaan yang setuju dengan AEM; dan,

• mengatasi oposisi terhadap kebijakan

eksperimental oleh mereka yang melindungi kepentingan pribadi (Lee,1993; Walters, 1997;

Nyberg, 1998; Johnson, 1999; Allen & Curtis, 2005; Stankey & Allan, 2009; Diduck 2010a).

Prinsip untuk praktik terbaik AEM (Allan dan Stankey 2009, hal.341-346):

1.Memahami konteks sangat penting - yang memperkuat pentingnya memiliki struktur yang luas, inklusif, dan partisipatif untuk AEM.

2.Memahami pendekatan adaptif - untuk berhati-hati, jujur, dan terbuka tentang apa artinya menjalankan manajemen adaptif, dan untuk menjelaskan bahwa "ini merupakan penyimpangan yang signifikan dari praktik masa lalu dan akan membutuhkan kebijakan, keterampilan, dan sumber daya yang baru dan spesifik untuk berhasil".

3.Kejelasan tujuan - AEM yang baik dimulai dengan membingkai pertanyaan yang baik, yang mengarahkan usaha selanjutnya, memandu pemantauan dan evaluasi, dan menekankan sifat sosial dan politik dari proses tersebut.

4.Dokumentasi yang cermat - dokumentasi

(6)

yang baik bersifat transparan dan terbuka untuk dicermati, dan dirancang untuk mendorong diskusi yang bijaksana dan konstruktif.

5.Dirancang untuk mempromosikan pembelajaran yang diterjemahkan ke dalam tindakan - akui bahwa prosesnya sulit, memakan waktu, dan mahal dan

membutuhkan investasi berkelanjutan, yang semuanya memerlukan komitmen organisasi dan kemauan untuk bertindak.

6.Didukung orang yang "tepat" - pilihan peserta yang cocok sangat penting, dengan pemimpin organisasi memastikan bahwa para praktisi memiliki kebebasan, dukungan

organisasi, dan sumber daya untuk melakukan pekerjaannya.

PENGELOLAAN PROYEK PEMBANGUNAN

Proyek adalah suatu kegiatan yang mempunyai jangka waktu tertentu dengan alokasi sumber daya terbatas, untuk melaksanakan suatu tugas yang telah digariskan.

Proyek adalah gabungan dari berbagai sumber daya, yang dihimpun dalam suatu wadah organisasi sementara untuk mencapai suatu sasaran tertentu. Kegiatan atau tugas yang dilaksanakan pada proyek berupa pembangunan/perbaikan sarana fasilitas (gedung, jalan, jembatan, bendungan dan sebagainya) atau bisa juga berupa kegiatan penelitian, pengembangan (D.I Cleland dan W.R. King, 1987).

Proyek merupakan kegiatan yang bersifat sementara (waktu terbatas), tidak berulang, tidak bersifat rutin, mempunyai waktu awal dan waktu akhir, sumber daya

terbatas/tertentu dan dimaksudkan untuk mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Siklus Pembangunan

Manajemen proyek adalah kegiatan memulai, merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, dan menutup pekerjaan tim untuk mencapai tujuan spesifik dan memenuhi kriteria keberhasilan tertentu pada waktu yang ditentukan. Tantangan utama manajemen proyek adalah untuk mencapai semua tujuan proyek dalam batasan yang diberikan.

• Tantangan kedua - dan lebih ambisius - adalah mengoptimalkan alokasi input (sumber daya) yang diperlukan dan menerapkannya untuk memenuhi tujuan yang telah ditentukan.

Karakteristik Proyek

1.Waktu proyek terbatas, artinya jangka waktu, waktu mulai (awal proyek dan waktu finish (akhir proyek) sudah tertentu.

2.Hasilnya tidak berulang, artinya produk suatu proyek hanya sekali, bukan produk rutin/berulang (Pabrikasi).

3.Mempunyai tahapan kegiatan-kegiatan berbeda-beda, dengan pola di awal sedikit, berkembang makin banyak, menurun dan berhenti.

4.Intensitas kegiatan-kegiatan (tahapan, perencanaan, tahapan perancangan danpelaksanaan).

5.Banyak ragam kegiatan dan memerlukan klasifikasi tenaga beragam pula.

6.Lahan/lokasi proyek tertentu, artinya luasan dan tempat proyek sudah ditetapkan, tidak dapat sembarang tempat.

7.Spesifikasi proyek tertentu, artinya persyaratan yang berkaitan dengan bahan, alat, tenaga dan metoda pelaksanaannya yang sudah ditetapkan dan harus memenuhi

prosedur persyaratan tersebut.

Green Project Management (GPM)

Green Project Management (GPM) is a way to ingrain “greenthink” into every project

management process starting from the initiation and planning stage and through executing and controlling eventually to project closing.

Initiation phase considerations:

 Incorporate environmental cost/benefit in business cases and proposals

 Add 'effect on environment' as an element in all project charters

 Incorporate applicable corporate Green program goals into project's goals

 Consider defining/aligning green project objectives and measures that will drive the behaviors, to those goals

 Bring in the corporate Environmental Department as a project stake holder

 Obtain e-sign offs unless required for legal purposes

Planning Phase Considerations:

 Appoint a Green Champion for the project

 Solicit suggestions from project team and stakeholders for Green ideas

 Include environmental impact/sustainability in purchasing/procurement process

 Turn to recycling as an alternative for tear- down and disposal

 Plan a project recycle day to help reprocess personal PCs, cell phones and other electronics Planning Phase

 Lead as ‘Green Project Manager’ by example

 Hand over ‘green appreciation points’ to the most ‘Green’ stakeholder

 Drive optimal use of resources by publishing

"Green Project Guidelines": Printing Meeting Travel Recycle Energy Use

Execution Phase Considerations:

 Make project documentation ‘soft’ to the extent possible

 Recycle used paper, batteries, etc.

 Encourage team to reduce printing of emails and project related documentation

 Discourage printing of meeting notices; use smart phones to sync up calendars

 Use double sided printing and photo copying § Utilize the black & white printer more than color one Printing

 Balance the use of face-to-face meetings and

(7)

the use conference calls & video conferencing

 Email meeting related documentation to all attendees instead of printing paper copies for every one

 Avoid printing more than needed paper copies of documentation for meetings

 Promote use of projectors when walking through reports and records instead of using hard copies Meetings

 Reduce project related travel; conference calls

& video conferencing instead

 Set-up e-training instead of traditional classroom setting

 Car pool for off-site meetings Travel

 Recycle water and pop bottles; donate refund money to a charity

 Encourage project team to partake in corporate Annual cleanup day

 Purchase recyclable paper for printing if possible Recycle

 Ensure all project desktops and laptops follow energy management policy

 Persuade team members to switch off

lights/fans and PCs when away for an extended period or at end of the day

 Share work spaces so that in total project team utilizes less real estate

 Consider staggering work hours for team members to avoid commuting during rush hours

 Support telecommuting Energy Use

Monitoring & Control Phase Considerations:

 Collect and openly share project metrics on environmental stewardship and sustainability

 Identify 'green' proposals as part of solution alternatives when managing Change.

 Hold Quarterly ‘Green’ review meetings to assess progress against Green

objectives/metrics and for fostering innovative ideas

 Make certain project is completed on time and budget so that more resources are not used than planned

Closing Phase Closing Phase Considerations:

 Reuse project documents and equipment for the next project

 Add 'green' measures as a review category for Lessons Learned reviews

 Share project's green contribution metrics to corporate 'Green' initiatives

MATERI 6

MENURUNKAN DAMPAK NEGATIF - MENINGKATKAN DAMPAK POSITIF

Bencana Alam Atau Dampak Lingkungan?

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga

mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

Bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir,

kekeringan, angin topan, dan tanah longsor.

Bencana nonalam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian

peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.

Dampa Positif dan Dampak Negatif Skema kadar sifat baik dan sifat buruk yang dimiliki oleh suatu hal dalam hubungannya dengan sudut pandang seseorang

• Penilaian dampak merupakan pertimbangan nilai (value judgement) dan bersifat subyektif

konflik selalu terjadi

Analisis dampak lingkungan mencakup pula usaha untuk mengatasi atau sedikitnya memperkecil konflik DAMPAK POSITIF:

1. Menambah Penghasilan Penduduk Sehingga Dapat Meningkatkan Kemakmuran;

2. Menghasilkan Barang yang dibutuhkan Masyarakat, Khususnya Pembangunan di Sektor Industri;

3. Pembangunan Sektor Industri Dapat Memperbesar Kegunaan Bahan Mentah;

4. Mengurangi Ketergantungan Negara Terhadap Luar Negeri;

5. Pembangunan Dapat Merangsang Masyarakat Untuk Meningkatkan Pengetahuan seputar Dunia Industri;

6. Terbukanya Sarana dan Prasarana Baru;

7. Terbentuknya Jalur Transportasi Baru DAMPAK NEGATIF:

1. Dampak Fisik:

a. Perubahan lansekap: lahan pertanian berkurang, RTH berkurang, meningkatnya lahan kedap air;

b. Gangguan sistem sumber day air: banjir, kekeringan, pencemaran air, gangguan sistem drainase, irigasi, meningkatnya erosi, dll.

c. Gangguan lalu litas: kemacetan, meningkatnya kecelakaan lalu lintas, d. Pencemaran Lingkungan: sampah, polusi

udara, polusi air.

2. Dampak Biologi: terganggunya eksosistem;

berkurangnya keanekaragaman hayati (flora dan fauna), punahnya spesies.

3. Dampak Sosial: keresahan masyarakat, kecemburuan soaial, penggusuran penduduk, hilangnya pekerjaaan, berkurangnya

penghasilan, dll.

4. Dampak Kesehatan: menimbulkan berbagai macam penyakit;

(8)

DAMPAK GLOBAL PEMBANGUNAN Simplifikasi Model Kajian Integrasi Pembangunan dan LH

ADVANTAGES – DISADVANTAGES OF GLOBAL WARMING

MATRIKS DAMPAK PEMBANGUNAN HIPOTETIK PERTAMBANGAN,5

(9)

Perizinan Pembebasan Lahan Penerimaan Tenaga Kerja Mobilisasi Peralatan Pembuatan Jalan Angkut Pembangunan Sarpras Pembukaan & Pembersihan Lahan Penggalian & Penimbunan Penggalian Tanah Penutup Penggalian Batubara Pengangkutan Batubara Penumpukan & Penyimpanan Pengelolaan Limbah Reklamasi & Reboisasi Pembongkaran &Pemmanfaatan Kembali Reklamasi & Revegetasi Penanganan Tenaga Kerja A. KOMPONEN GEOFISIKA

1. Iklim Mikro 2. Kualitas Udara 3. Kebisingan

4. Lansekap/Bentang Alam 5. Kesesuaian Tata Ruang 6. Kuantitas Air

7. Kualitas Air 8. Erosi Sedimentasi 9. Air Asam Tambang 10. Bahaya Kebakaran 11. ……….

B. KOMPONEN BIOLOGI

1. J enis & Keanekaragaman Flora 2. J enis & Keanekaragaman Fauna 3. ………

B. KOMPONEN SOSEKBUD dan KESMAS 1. Kesempatan Kerja

2. Ekonomi Lokal 3. Kemacetan Lalu Lintas 4. Kecelakaan lalu Lintas 5.

Kegiatan

Komponen Lingkungan

Pra Konstruksi Konstruksi Operasional Psca Opersional

MATRIKS DAMPAK PEMBANGUNAN HIPOTETIK PEMBANGUNAN BENDUNGAN

Survey Lapangan Sosialisasi Pembebasan Lahan Penyelidikan Geologi & Mektan Pembersihan & Pengupasan Lahan Pembuatan Jalan Kerja/Masuk Pembangunan Base Camp Mobilisasi Tenaga Kerja Mobilisasi Peralatan dan Material Penggalian & Penimbunan Material Pembuatan Terowongan Pengelak Pembangunan Cofferdam Pembangunan Bendungan Utama Pembangunan Intake & Spillway Penggenangan Waduk Demobilisasi Peralatan & Tenaga Kerja Pengoperasian & Pemeliharaan Bendungan Pengelolaan & Pelestarian DAS A. KOMPONEN GEOFISIKA

1. Iklim Mikro

2. Kualitas Udara dan Kebisingan 3. Fisiografi

a. Topografi b. Struktur Geologi c. Jenis Tanah d. Tata Guna Lahan e. Hidrologi f. Erosi & Sedimentasi

g. Kualitas Air Permukaan & Air Tanah B. KOMPONEN BIOLOGI

1. Vegetasi Darat 2. Hewan Darat 3. Biota Air

a. Plankton b. Benthos

C. KOMPONEN SOSEKBUD dan KESMAS 1. Aktifitas Perdagangan

2. Sosial Budaya 3. Demografi 4. Kesehatan Masyarakat

D. KOMPONEN TRANSPORTASI 1. Kondisi Eksisting

2. Volume Lalu Lintas Tanpa Adanya Kegiatan 3. Volume Lalu Lintas dengan Adanya Kegiatan 4. Identifikasi Permasalahaan Lalu Lintas 5. Manajemen & Rekayasa Lalu Lintas

Kegiatan

Komponen Lingkungan

Konstruksi

Persiapan Konstruksi Konstruksi Utama Operasional Pasca Opersional Pra Konstruksi

MATRIKS DAMPAK PEMBANGUNAN HIPOTETIK KEGIATAN PERKEBUNAN

(10)

MENGURANGI DAMPAK NEGATIF PEMBANGUNAN Mengurangi Emisi Co2

 Penghematan bahan bakar

 Penggantian bahan bakar berbasis fossil dengan sumber energi baru/terbarukan

 Penangkapan CO2 pada emisi gas buang industri dan alat transportasi

 Dll.

Memperbesar Absorber Co2

 Penanaman hutan kembali (absorber alami)

 Memperkecil polusi yang merusak vegetasi darat dan laut

 Membuat absorber CO2 buatan

 Dll.

Mengurangi Kebisingan

 (Misalnya sumber kebisingan dari operasi alat berat)

 Perwatan secara regular, sehingga alat berat selalu dalam kondisi standar;

 Pengaturan jam operasi dan/atau pola operasi;

 Membuat koridor pembatas antara sumber kebisingan dan terdampak, baik dari bahan bangunan atau tumbuhan;

 ……….

Meningkatkan Kesuburan Tanah

 Mengistirahatkan tanah

 Memberi mulsa,

 Memberi pupuk organic,

 Menerapkan system rotasi,

 Dll.

Mengurangi Laju Erosi

 Memperbaiki struktur tanah;

 Memperpendek lereng: menerapkan terasering, system sorjan;

 Memperkecil kemiringan lereng; system tanam mengikuti kontur, system tanam berselang- seling;

 Menutup permukaan lahan dengan tanaman perdu dan/atau mulsa;

 Membangun struktur penangkapmsedimen:

gully plug, chek dam.

Mengurangi Limpasan Permukaan

 Mengurangi luasan lapisan kedap air;

 Mengembangkan fasilitas resapan buatan:

sumur resapan, biopori, bioretensi, perkerasan tembus air (permeable pavement);

 Melengkapi bangunan dengan fasilitas pemanenan air hujan: menyediakan tanki air untuk menampung air hujan dari atap

bangunan;

 Menutup permukaan tanah dengan tanaman dan/atau mulsa,

 Mengurangi kemiringan lereng,

 Mengurangi kecepatan limpasan permukaan,

 Meningkatkan tampungan sementara pada lahan.

Q = 0,278 C I A I = f(tc)

tc = f (L, S, n) MATERI 7

PENGENALAN PEMBANGUNAN BERDAMPAK RENDAH (LID)

(11)

Urbanisasi

Urbanisasi: perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan)

Konsekuensi Urbanisasi  Pembangunan  Konversi Lahan

KONVERSI LAHAN

Konversi (alih fungsi) lahan dari lahan terbuka hijau menjadi lahan terbangun, lahan budidaya, tanpa kompensasi (fungsi resapan) merubah siklus hidrologi alamiah

LID (LOW IMPACT DEVELOPMENT) PEMBANGUNAN BERDAMPAK RENDAH LID adalah istilah yang digunakan untuk

menggambarkan pendekatan perencanaan lahan dan desain teknik untuk mengelola limpasan air hujan sebagai bagian dari infrastruktur hijau.

LID menekankan konservasi dan penggunaan fitur alami di lokasi untuk melindungi kualitas air.

Pendekatan ini menerapkan rekayasa kontrol hidrologi skala kecil untuk mereplikasi rezim hidrologi pra-pembangunan daerah aliran sungai melalui infiltrasi, penyaringan, penyimpanan, penguapan, dan menahan limpasan dekat dengan sumbernya.

Konsep LID adalah mengembalikan

keseimbangan hidrologi dengan berbagai kegiatan yang meniru atau melestarikan siklus hidrologi alami untuk mengelola air hujan.

Praktik-praktik LID biasanya menahan air hujan dan mendorongnya untuk meresap ke dalam tanah daripada membiarkannya mengalir ke selokan dan saluran drainase di mana hal itu akan berkontribusi terhadap masalah banjir dan polusi.

Zero delta Q

Q = 0 Qt –Qo = 0

LID Runoff Control Objectives:

• meminimalkan gangguan,

• melestarikan dan menciptakan kembali fitur lanskap alami,

• mengurangi penutup kedap air,

• mengurangi terputusnya hidrologi,

• meningkatkan jalur aliran drainase,

• meningkatkan penyimpanan off-line,

• memfasilitasi peluang penahanan air dan infiltrasi.

Prinsip Dasar LID

Teknologi

Jenis Fungsi

Bioretensi (rain

garden)  mengurangi polusi air dan limpasan

permukaan

 meningkatkan nilai estetika daerah

 mengurangi polutan yang terbawa air limpasan berupa

(12)

sedimen, metal, serta kandungan lain melalui proses mikrobioogi dari material organik

Taman atap (roof garden)

 Memperbaiki kualitas udara

 Menurunkan suhu udara

 Konservasi air

 Mengurangi polusi suara/kebisingan

 Menampilkan keindahan (estetika)

 Meningkatkan

keanekaragaman hayati kota

Pemanenan air hujan (RWH)

 Meningkatkan pengian air tanah

 Mengontrol limpasan permukaan

 Meningkatkan kelembaban udara

 Menyuburkan tanah.

Saluran Berumput

(Grassed Chanels)

 Menangkap sedimen dan polutan lainnya oleh rerumputan;

 Mengurangi limpasan dan meningkatkan infiltrasi yang pada gilirannya, mengontrol debit puncak;

 Sangat efektif untuk mengontrol limpasan dari jalan raya dan kawasan pemukiman;

 Dapat memberikan resapan air tanah, jika desain dan tanah memungkinkan untuk peningkatan infiltrasi.

LID PRINCIPLES

• mengintegrasikan pengelolaan air hujan di awal kegiatan perencanaan site,

• menggunakan fungsi hidrologi alami sebagai kerangka integrasi,

• fokus pada pencegahan daripada mitigasi

• menekankan metode sederhana, nonstruktural, berteknologi rendah, dan berbiaya rendah,

• kelola sedekat mungkin dengan sumbernya,

• mendistribusikan praktik skala kecil di seluruh lanskap,

• mengandalkan fitur dan proses alami,

• buat lanskap multifungsi.

LID PRACTICES

1. Rain Gardens and Bioretention 2. Rooftop Gardens

3. Vegetated Swales, Buffers and Strips;

4. Rainfall harvesting: Recharge wells; Biopori;

Embung, dll.

5. Rain Barrels and Cisterns

6. Permeable Pavers and pavements 7. Soil Amendments

8. Impervious Surface Reduction and Disconnection

9. Pollution Prevention and Good Housekeeping.

Definition of LID

LID adalah pendekatan untuk pengembangan lahan yang menggunakan berbagai praktik perencanaan dan desain lahan serta teknologi untuk secara bersamaan melestarikan dan melindungi sistem sumber daya alam dan mengurangi biaya infrastruktur.

LID masih memungkinkan lahan untuk

dikembangkan, tetapi dengan biaya yang efektif yang membantu mengurangi dampak lingkungan yang potensial.

bioretention atau taman hujan adalah fitur lanskap yang mengumpulkan limpasan air hujan dari atap, jalan masuk dan permukaan aspal di daerah taman.

Clearwater Commons Site Plans Metode LID yang digunakan:

 Pengelolaan air hujan di lokasi

 Gangguan minimal terhadap lokasi

 Taman hujan (rain gardens)

 Perkerasan permeabel

 Jejak bangunan yang kecil

 Atap hijau (green roofs)

 Pemanfaatan air hujan

 Penanaman tumbuhan asli Tujuan komunitas:

 Memulihkan aliran sungai dan lahan basah

 Menciptakan habitat satwa liar

 Tata letak ramah pejalan kaki

 Area parkir yang terpusat

 Menghemat energi

 Listrik tenaga surya (komunitas)

 Air panas tenaga surya (lingkup distrik)

 Membangun secara berkelanjutan

 Memaksimalkan kualitas udara dalam

(13)

FASILITAS PEMANENAN AIR HUJAN (PAH) RAIN WATER HARVESTING (RWH)

Fasilitas Pemanenan Air Hujan (PAH):

Rainwater Harvesting Facilities

Tipe Simpanan (Storage Type)

Tipe Resapan (Infiltration Type)

Penyimpanan di luar lokasi (Off-site Storage) Penyimpanan di dalam lokasi (In-site Storage)

Tampungan air hujan untuk penyediaan air bersih: individual, di atas permukaan tanah, atau di bawah pemukaan tanah Taman kota, halaman sekolah, taman parkir, dll.

Belumbang, saluran buntu, lumbung air, embung, kolam retensi, dll Waduk, waduk estuari, waduk lepas pantai

Sumur Resapan (Recharge Wells) Parit Resapan (Infiltration Trenches) Kolam Resapan (Infiltration Ponds) Perkerasan Resapan (Infiltration Pavement) Bioretensi (Bioretention)

Biopori

SUMUR RESAPAN

Komponen Sumur Resapan

Salah satu contoh fasilitas RWH: sumur resapan

Bangunan sumur resapan sekurang-kurangnya terdiri dari :

• Saluran air sebagai jalan air yang akan dimasukkan ke dalam sumur.

• Bak kontrol yang berfungsi untuk menyaring air sebelum masuk sumur resapan.

• Pipa pemasukan atau saluran air masuk.

Ukuran tergantung jumlah aliran permukaan yang akan masuk.

• Sumur resapan

• Pipa pembuangan yang bersungsi sebagai saluran pembuangan jika air dalam sumur resapan sudah penuh.

Beberapa Ketentuan Umum untuk

Pembangunan Konstruksi Sumur Resapan 1. Sumur resapan sebaiknya berada diatas

elevasi/kawasan sumur-sumur gali biasa.

2. Untuk menjaga pencemaran air di lapisan aquifer, kedalaman sumur resapan harus diatas   kedalaman muka air tanah tidak tertekan (unconfined aquifer) yang ditandai oleh adanya mata air tanah. Pada daerah berkapur/karst perbukitan kapur dengan kedalaman/solum tanah yang dangkal,

kedalaman air tanah pada umumnya sangatlah dalam sehingga pembuatan sumur resapan sangatlah tidak direkomendasikan. Demikian pula sebaliknya di lahan pertanian pasang surut yang berair tanah sangat dangkal.

3. Untuk mendapatkan jumlah air yang memadai, sumur resapan harus memiliki tangkapan air hujan berupa suatu bentang lahan baik berupa lahan pertanian atau atap rumah.

4. Sebelum air hujan yang berupa aliran permukaan masuk kedalam sumur melalui

saluran air, sebaiknya dilakukan penyaringan air di bak kontrol terlebih dahulu.

5. Bak kontrol terdiri-dari beberapa lapisan berturut-turut adalah lapisan gravel (kerikil), pasir kasar, pasir dan ijuk.

6. Penyaringan ini dimaksudkan agar partikel- partikel debu hasil erosi dari daerah tangkapan air tidak terbawa masuk ke sumur sehingga tidak menyumbat pori-pori lapisan aquifer yang ada.

7. Untuk menahan tenaga kinetis air yang masuk melalui pipa pemasukan, dasar sumur yang berada di lapisan kedap air dapat diisi dengan batu belah atau ijuk.

8. Pada dinding sumur tepat di depan pipa pemasukan, dipasang pipa pengeluaran yang letaknya lebih rendah dari pada pipa

pemasukan untuk antisipasi manakala terjadi overflow/luapan air di dalam sumur. Bila tidak dilengkapi dengan pipa pengeluaran, air yang masuk ke sumur harus dapat diatur misalnya dengan seka balok dll.

9. Diameter sumur bervariasi tergantung pada besarnya curah hujan, luas tangkapan air, konduktifitas hidrolika lapisan aquifer, tebal lapisan aquifer dan daya tampung lapisan aquifer. Pada umumnya diameter berkisar antara 1 – 1,5 m

10. Tergantung pada tingkat kelabilan/kondisi lapisan tanah dan ketersediaan dana yang ada, dinding sumur dapat dilapis pasangan batu bata atau buis beton. Akan lebih baik bila dinding sumur dibuat lubang-lubang air dapat meresap juga secara horizontal.

11. Untuk menghindari terjadinya gangguan atau kecelakaan maka bibir sumur dapat dipertinggi dengan pasangan bata dan atau ditutup dengan papan/plesteran.

(14)

Syarat Sumur Resapan

Jarak minimum sumur resapan dengan bangunan lainnya.

Sumber : Cotteral and Norris dalam Kusnaedi, 2000.

No .

Bangunan/

obyek yang ada

Jarak minimal dengan sumur resapan (m) 1. Bangunan/

rumah 3,0

2. Batas pemilikan lahan/kapling 1,5 3. Sumur untuk air

minum

10,0 4. Septik tank 10,0 5. Aliran air

(sungai) 30,0

6. Pipa air minum 3,0 7. Jalan umum 1,5 8. Pohon besar 3,0 Metode PU

dimana:

D = durasi hujan (jam) I = intensitas hujan (m/jam)

At = luas tadah hujan (m2), dapat berupa atap rumah atau permukaan tanah yang diperkeras K = permeabilitas tanah (m/jam)

P = keliling penampang sumur (m) As = luas penampang sumur (m2) H = kedalaman sumur (m).

Sunjoto, 1988

dimana :

H = tinggi muka air dalam sumur (m) F = adalah faktor geometrik (m) Q = debit air masuk (m3/dt) T = waktu pengaliran (detik)

K = koefisien permeabilitas tanah (m/dt) R = jari-jari sumur (m).

 RETROFITTING

tidak

tidak

Memenuhi syarat?

y a

ya

tidak ya

> 2 cm/jam?

> 3 m?

SISTEM PENAMPUNGAN AIR HUJAN TERPUSAT (EMBUNG, WADUK, DLL) SUMUR RESAPAN

AIR HUJAN PERSYARATAN JARAK

PERMEABILITAS TANAH

PEMERIKSAAN TINGGI MUKA AIR TANAH

(15)
(16)

MATERI 9

PENCEMARAN LINGKUNGAN

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam tanah, air atau udara.

Pencemaran juga bisa berarti berubahnya tatanan (komposisi) tanah air atau udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air/

udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.

Pencemaran lingkungan hidup adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia atau proses alam (UU No 23, 1997).

Efek Pencemaran

Dengan adanya pencemaran, kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu dan

menyebabkan lingkungan hidup tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Dengan kata lain, pencemaran lingkungan diartikan sebagai kerusakan yang terjadi di lingkungan karena berbagai faktor

Pencemaran Lingkungan timbul akibat adanya sumber-sumber pencemaran, baik yang bersifat alami ataupun karena kegiatan manusia. Jenis pencemaran lingkungan yaitu:

1. Pencemaran air 2. Pencemaran udara 3. Pencemaran tanah

Jenis Bahan Pencemaran Lingkungan Jenis bahan dalam pencemaran dibedakan menjadi dua:

1. Degradable, yaitu cemaran/polutan yang dapat diuraikan kembali atau dapat diturunkan sifat bahayanya ke tingkat yang dapat diterima oleh proses alam. Contohnya adalah kotoran manusia atau hewan dan limbah tumbuhan.

2. Non-Degradable, yaitu polutan yang tidak dapat diuraikan oleh kemampuan proses alam itu sendiri. Contohnya merkuri, timah hitam, arsenik, dan lain-lain.

Pencemaran AIR

Pencemaran air terjadi bila zat atau komponen lain masuk ke dalam perairan, yang akan membuat kualitas air menjadi menurun dan bisa menyebabkan penyakit.

Pencemaran air bisa terjadi dari :

 Limbah rumah tangga; contohnya detergen, sampah, dan kotoran manusia.

 Limbah pertanian berupa penggunaan pupuk buatan, pestisida, dan herbisida.

 limbah industri. Limbah ini paling potensial sebagai penyebab terjadinya pencemaran air, apabila langsung dibuang tanpa diolah terlebih dahulu

Dampak pencemaran air diantaranya

 Media penyebaran penyakit

 Peningkatan alga dan eceng gondok

 Menurunkan kadar oksigen dalam air dan mengganggu organisme di perairan

 Mengganggu pernapasan karena bau yang menyengat

Untuk mencegah pencemaran air antara lain

 pengelola industri wajib membuat unit pengelolaan limbah (UPL),

 para petani dianjurkan menggunakan pupuk seperti pestisida sesuai dosis yang dianjurkan,

 masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan ke sungai.

Pencemaran UDARA

Komposisi Udara dalam Keadaan Bersih dan Kering

Dari berbagai komponen pencemar udara, yang terbanyak adalah

1. Karbon Monooksida ( CO ) 2. Nitrogen Oksida ( NOx ) 3. Belerang Oksida ( SOx ) 4. Hidro Karbon ( HC ) 5. Partikel

Sumber Pencemaran Udara

Pembakaran bahan bakar bidang transportasi, industri, rumah tangga, kebakaran hutan, dll.

Proses Pencemaran Udara

 Asap cerobong pabrik dan knalpot kendaraan bermotor, asap rokok, pembakaran, atau kebakaran hutan, membebaskan CO2 dan CO ke udara.

 Asap vulkanik hasil dari aktivitas gunung

(17)

berapi menebarkan partikel-partikel debu ke udara.

 Bahan radioaktif dari percobaan nuklir atau bom atom membebaskan partikel-partikel debu radioaktif ke udara.

 Asap pembakaran batu bara dari pembangkit listrik membebaskan partikel nitrogen oksida (NO2), dan oksida sulfur (SO2).

 Chloro Fluoro Carbon (CFC) dari kebocoran mesin pendingin, kulkas, dan AC mobil.

Dampak Pencemaran Udara

Pada skala mikro polusi udara dapat berdampak pada kesehatan seperti tubuh kekurangan oksigen. Sedangkan dampak skala makro dapat menyebabkan terjadinya fenomena hujan asam, efek rumah kaca, dan pelapisan ozon.

Pencegahan

Untuk pencegahan yang bisa dilakukan bisa dengan melakukan reboisasi atau penghijauan kembali untuk mengurangi kadar karbondioksida di udara. Terutama di perkotaan seharusnya wajib membuat jalur hijau berupa penanaman pohon- pohon. Selain itu, lokasi pabrik juga lebih baik jauh dari pemukiman penduduk. Pabrik juga wajib membuat cerobong asap yang tinggi untuk membuang limbah.

PENCEMARAN TANAH

Dampak Pencemaran Tanah

Pencemaran tanah pada umumnya disebabkan oleh zat kimia yang dibuang secara langsung.

Pencemaran bisa juga disebabkan oleh sampah anorganik yang tidak bisa terurai.

Dampak pencemaran tanah pada kesehatan, adalah akibat tanah yang tercemar mengandung bakteri penyebab penyakit.

Pencemaran tanah juga bisa berdampak terhadap ekosistem yang selanjutnya berpengaruh pada produktivitas tanaman.

Pencegahan Pencemaran Tanah

• Melakukan daur ulang sampah yang tidak bisa diurai.

• Memisahkan sampah plastik dan non- plastik serta melakukan kegiatan

remediasi atau pembersihan permukaan tanah yang tercemar.

BAHAN PENCEMAR – LIMBAH Klasifikasi Sumber Pencemar Limbah padat :

limbah atau bahan buangan yang berbentuk padat. Contoh: daun, kertas, kaleng, plastik, dll.

Limbah cair :

Limbah atau bahan buangan yang berbentuk cair Contoh: oli, air bekas proses pemurnian emas, busa detergen ,dll.

Limbah gas :

Limbah atau bahan buangan yang berbentuk gas Contoh: gas CO, gas NO2 ,asap knalpot, asap dari cerobong industri, dll.

Klasifikasi Sumber Pencemar berdasarkan sifat.

Limbah organik :

Limbah atau bahan buangan yang dapat

mengalami proses degradasi atau peruraian oleh organisme-organisme pengurai.

Contoh: tanaman, bangkai hewan, bahan makanan, kertas, dll.

Limbah an-organik:

Limbah atau bahan buangan yang tidak dapat mengalami proses degradasi atau

peruraian.Contoh: plastik, kaleng, berbagai logam berat, dll.

BAKU MUTU LIMBAH CAIR

adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar untuk dibuang dari sumber pencemaran ke dalam air pada sumber air, sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu air. baku mutu air limbah (effluent standard) dipergunakan untuk perencanaan, perizinan, dan pengawasan mutu air limbah dari pelbagai sektor seperti pertambangan, industri dan lain-lain.

Baku mutu udara ambien terdiri dari 9 jenis:

1. Sulfur dioksida;

2. Karbon monoksida;

3. Oksida nitrogen;

4. Oksida;

5. Hidrogen sulfida;

6. Hidrokarbon;

7. Amoniak;

8. Timah hitam/timbal; dan 9. Debu.

Referensi

Dokumen terkait