R EA KS I E L I M I N A S I E 1 DA N E 2
MAFTU GOZALI MIFTHAHUL JANNAH
MUHAMMAD EVAN
REASKI ELIMINASI
Reaksi eliminasi adalah salah satu jenis reaksi organik di mana dua substituen dipisahkan atau dihilangkan dari suatu molekul baik dalam mekanisme satu atau dua-tahap.
TERDAPAT 2 JENIS REAKSI ELIMINASI 1. REAKSI E1
2. REAKSI E2
REAKSI E1
• Eliminasi unimolekular.
• Nukleofil berperan sebagai basa.
• Basa menyerang hidrogen beta yang terikat pada karbon beta.
• Reaksi E1 dan S
N1 memiliki kondisi reaksi yang
sama sehingga seringkali terbentuk campuran
produk dari kedua reaksi ini.
Hal-hal yang mempengaruhi
•
Ditinjau dari alkil halida
Alkil halida tersier > sekunder > primer > metil
•
Kondisi reaksi
Pelarut polar, basa lemah dan temperatur.
Sehingga reaksi E1 berdampingan dengan SN1.
•
Pada keadaan ringan SN1 dominan dari E1
•
Pada keadaaan tertentu seperti pada reaksi alkohol E1 Lebih unggul di bandingkan SN1.
•
Reaksi eliminasi E1 dapat berjalan dengan ideal jika : -Leaving group yang baik.
-Karbokation yang stabil . -Basa yang lemah.
-Digunakan pelarut polar yang dapat menstabilkan karbokation.
Kondisi reaksi
• Pelarut yang digunakan pada reaksi E1 adalah Pelarut protik polar yg dapat digunakan untuk menghalangi nukleofil, sehingga
E2/SN2 tidak dapat terjadi.
• Basa yang digunakan adalah basa lemah karena Basa lemah sangat menyukai reaksi E1, dikarenakan E1 melalui 2 tahapan, yaitu pelepasan leaving group, untuk membentuk karbokation, selanjutnya penyerangan oleh nukleofil yang bersifat lemah, jika basis yang menyerang kuat maka reaksi kembali ke eliminasi E2.
• Temperatur yang digunakan tergantung substratnya jika pada eliminasi Alkil halida + basa lemah temperatur sedikit
berpengaruh, jika pada elinasi Alkohol + asam kuat harus
menggunakan suhu tinggi.
Kesetabilan Karbokation
Kestabilan karbokation tersier > sekunder > primer > metil
Karbokation tersier labih stabil karena tersier memiliki lebih banyak hidrogen
beta(β) sehingga lebih banyak peluang untuk bereaksi.
REAKSI KARBOKATION
Subtitusi (SN1):
Eliminasi (E1):
Ada tiga jenis reaksi eliminasi yang dapat
Terjadi
REAKSI E1 ALKIL HALIDA + BASA LEMAH (SOLVOLYSIS)
• Tahap 1 (berjalan lambat)
Ionisasi: ikatan karbon-halogen putus menghasilkan zat antara karbokation.
• Tahap 2 (Berjalan cepat)
Deprotonasi karbokation.
Mekanisme dalam skala molekular
DIAGRAM E1
Laju reaksi dipengaruhi hanya oleh konsentrasi alkil halida karena pembentukan
karbokation adalah tahap paling lambat, alias tahap penentu laju. Karenanya, kinetika orde pertama berlaku (unimolekular).
Laju Reaksi = K [RX]
C X C
H
C X C
H
C C
H
C C
H
+
+
Karbokation adalah hibridisasi
sp2 (planar)
dan dapat bereaksi dari kedua sisi.
.
Dua karbokation Ini setara.dengan Rotasi secara
simetri.
anti
syn
rotasi
rate of C-C rotation
= 1010 to 1012 / sec REAKSI E1 TIDAK STEREOSPESIFIK
Elimination dapat berupa syn atau ant.
REAKSI E1 REGIOSELECTIVE
MENGIKUTI ATURAN ZAITSEV
CH
3Br
CH
3CH
2+
major minor
0.001 M KOH / EtOH
tersier trisubstituted
(stereochemistry tidak menjadi masalah seperti pada E2)
disubstituted Basa yang sangat encer
Zaitsev
REAKSI E1 PADA DEHYDRATION ALCOHOL
Alkohol dapat didehidrasi dengan menambahakan asam sulfat Pekat dengan pemanasan.
C H C H
3C
H
3C H
3C
+ H-O-H H2SO4
heat
C H C H
3O
C
H H
3C
H
3C H
b
-hydrogenIni adalah reaksi eliminasi beta, mirip dengan kehilangan
Asam halida, tetapi membutuhkan kondisi asam, bukan
Dengan basa yang lemah
H O S O O
O H
C H C H
3O
C H
H H
3C
H
3C
H
C H C H
3C
H
3C
H
3C H C H C H
3C H
3C
H
3C
H O S
O O
O
+
+ C H C H
3O C H
H H
3C
H
3C
REASKI ELIMINASI YANG DI BANTU DENGAN ASAM
MENGIKUTI ATURAN ZAITSEV
slow
O H H fast
fast
-
(alcohol atau air)
Seperti reaksi E1 Dari sini
- H2O
Alkohol tidak dapat terionisasi karena OH - merupakan basa kuat yang memliki energi yang tinggi.
R-O-H R +
+O-H -
Namun, jika kita memprotonasi OH - , air akan keluar.
R-O-H R +
+O-H
H H
+
Air adalah molekul yang stabil dan berenergi rendah.
..
..
..
: ..
: ..
..
+ H+
NO
YES
R+
R+ OH-
H2O ROH
ROH2+ ionization
Mekanisme E1cb (Karbanion)
C C H
X
C C H
X
C C H
X B:
C C
C C H
+
C C X
C C
C C B:
B:
proton first
halogen second carbanion
Mekanisme ini jarang terjadi karena memerlukan mekanisme khusus:
1. Protonnya harus mudah dihilangkan (sangat asam).
Ini biasanya memerlukan stabilisasi resonansi basa konjugasinya.
2. Kelompok gugus pergi harus sukar untuk pergi.
Hal ini biasanya memerlukan basa yang kuat,
atau memiliki ikatan yang kuat dengan karbon.
O
OCH 3 H
H
bersifat asam karena
gugus karbonil yang berdekatan memberikan resonansi dalam basa konjugasinya
Contoh substrat pada reaksi E1cb
Metoksida merupakan gugus pergi, yang merupakan
basa kuat
Karbon yang memiliki ikatan kuat
O
O C H
3H
H
O
O C H
3H
O
O C H
3H
O C H
3O
O C H
3N a O C H3 C H3OH
+
slow step fast
step
basa konjugasidistabilkan oleh resonansi
Mekanisme E1cb
Asam mudah Menghilangkan H
UNIMOLECULAR Tahap yang lambat Tanpa melibatkan basa
Pola subtitusi pada ikatan rangkap
• Semakin banyak substituen yang berikatan dengan
karbon ikatan rangkap, semakin stabil molekul tersebut.
• Dalam reaksi eliminasi, produk mayor dari reaksi ini
umumnya merupakan produk dengan substituen
rangkap dua yang paling banyak (aturan Zaitsev’s).
Reaksi E2
Reaksi E2 merupakan singkatan dari eliminasi
bimolecular. Reaksi tersebut melibatkan
mekanisme satu-tahap di mana ikatan karbon-
hidrogen dan karbon-halogen terputus untuk
membentuk ikatan rangkap dua (ikatan pi C=C).
E2 adalah eliminasi satu tahap, dengan satu keadaan transisi
0 1
0 2
0 3
0 4
0 5
0 6 Karakteristik Mekanisme E2 Karakteristik Mekanisme E2
Biasanya terjadi pada alkil halida primer tersubstitusi, tetapi mungkin terjadi pada alkil halida sekunder dan senyawa lainnya
Laju reaksinya mengikuti orde kedua, karena reaksi dipengaruhi baik oleh alkil halida dan basa (bimolekular)
E2 biasanya menggunakan basa kuat.
Basa harus cukup kuat untuk melepas hidrogen yang kurang asam
Agar ikatan pi dapat terbentuk, hibridisasi karbon harus lebih rendah dari sp3 menjadi sp2.
Ikatan C-H dilemahkan dalam tahap penentu laju dan karenanya efek isotop deuterium
primer lebih besar dari 1 (biasanya 2-6) teramati.
MEKANISME E2
Proton terikat pada basa pada saat yang sama gugus pergi mulai putus.
Keadaan transisi merupakan kombinasi pelepasan X dan transfer H pada basa. Produk alkena terbentuk secara stereospesifik.
B: B
Basa dalam Reaksi E2
Basa yang paling umum digunakan dalam reaksi E2 adalah hidroksida OH – , dan alkoksida RO – . Secara khusus, kombinasi basa dengan alkohol yang sesuai digunakan secara luas, seperti: CH3ONa/ CH3OH, C2H5ONa/ C 2H5OH
Contoh basa kecil: OH – , CH3O – , C2H5O – , NH2 –
Contoh basa besar yang besar: t - BuO – , LDA (lithium
diisopropylamide)
Produk Bahan Awal
Keadaan Transisi TS
Energi Aktivasi Ea
DH
E N E R G Y
Energi yang terbentuk pada reaksi E2
Contoh
laju = k[(CH3)3CBr][¯OH]
Reaksi berlangsung serempak dalam satu tahap, tahap penentu laju adalah pembentukan keadaan transisi dimana basa OH berinteraksi dengan H-β akan membentuk ikatan pi dan akan terputusnya ikatan sigma C-H-β dan akan membentuk ikatan rangkap antara dua karbon, disertai dengan polarisasi ikatan C-Br yang siap putus jika energi tercukupi.
Kenaikan suhu meningkatkan laju
reaksi
Regioselektivitas E2.
Ketika suatu alkil halide memiliki dua karbon beta yang berbeda maka akan terbentuk lebih dari dua alkena. Produk utama yang terbentuk adalah alkena yang lebih tersubstitusi alkil pada ikatan rangkapnya. Fenomena ini disebut sebagai aturan Zaitsev.
semakin banyak gugus alkil yang terikat pada ikatan karbon rangkap, semakin stabil alkena tersebut. Secara umum kestabilan relatif alkena dengan jumlah substituen yang berbeda adalah: tetrasubstitusi > trisubstitusi > disubstitusi > monosubstitusi > etena
Oleh karena itu, 2-metil-2-butena lebih stabil dibandingkan 2-metil-1-butena
HOFMANN RULE
Ketika gugus pergi merupakan “bulky (tebal)” seperti -N(CH
3)
3+maka produk utamanya adalah alkena yang tersubtitusi paling sedikit
Bulky!
Molekul besar tidak sama dengan Bulky!
EFEK MENINGKATNYA SUBSTITUEN DALAM JUMLAH BESAR
K OH
D EtOH
CH3CH2CH2CHCH3 X
CH3CH2CH2CH CH2 CH3CH2CH CHCH3 X
Br I O
O S
O CH3
S CH3 CH3
N CH3 CH3 CH3 +
+
31% 69%
30% 70%
48% 52%
87% 13%
98% 2%
HOFMANN ZAITSE
V (cis + trans)
E2
STREOKIMIA E2
Reaksi E2 terjadi dengan mekanisme antiperiplanar yang berarti H-β yang berinteraksi dengan basa berada pada posisi yang berlawanan dari gugus pergi untuk meminimalkan interaksi steriknya.
STREOKIMIA E2
Reaksi E2 dari senyawa 1-bromo-1,2- difenilpropana
Senyawa 1 bromo-1,2 difenilpropana mempunyai 2 atom kiral dan 4 streoisomer
STREOKIMIA E2
Reaksi E2 Senyawa 1 bromo-1,2 difenilpropana
STREOKIMIA E2
Pada reaksi E2 Jika (1R,2R) ataupun (1S,2S) enantiomer dari senyawa menjalani reaksi E2 maka akan terbentuk (Z)-alkena secara ekslusif dan tidak akan terbentuk (E)-alkena.
STREOKIMIA E2
sebaliknya pada enantiomer (1R,2S) atau (1S,2R) akan menghasilkan (E)- alkena dan tidak ada (Z)-alkena. Hal tersebut terjadi karena hanya ada satu konformasi dalam Br dan satu-satunya H beta berposisi anti satu terhadap yang lain. Dalam konformasi ini gugus-gugus fenil berada dalam sisi-sisi yang berlawanan.