• Tidak ada hasil yang ditemukan

Realisasi Sarana dan Prasarana Perumahan oleh Developer di Pekanbaru Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Realisasi Sarana dan Prasarana Perumahan oleh Developer di Pekanbaru Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

Hasil penelitian ini dapat menjelaskan realisasi sarana dan prasarana yang dijanjikan oleh pengembang di Kota Pekanbaru, direvisi sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, terkait dengan kondisi perumahan pada sampel penelitian, beberapa di antaranya telah telah direalisasikan tidak. Perumahan menurut Pasal 1 angka 2 Undang-undang nomor 1 tahun 2011 tentang perumahan dan kawasan permukiman adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari perumahan dan kawasan permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan sarana, prasarana, dan utilitas umum sebagai akibat dari upaya pemenuhan kebutuhan perumahan. Oleh karena itu, ketersediaan prasarana, sarana, dan utilitas umum merupakan bagian yang utuh dan tidak terpisahkan dari upaya pengembangan perumahan dan kawasan permukiman.

Undang-undang Perumahan dan Kawasan Permukiman secara umum mengatur pengertian prasarana, sarana, dan utilitas umum, yaitu. Ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengatur bahwa penatausahaan rumah dan perumahan dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau setiap orang yang menempati, menikmati, dan/atau mempunyai rumah yang layak dalam lingkungan yang sesuai, sehat, aman, serasi dan teratur. Selanjutnya, setelah memenuhi persyaratan prasarana, sarana, dan utilitas umum sesuai dengan Pasal 29 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, maka perencanaan prasarana, sarana, dan utilitas umum harus mendapat persetujuan daerah. pemerintah.

Pasal 19 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Terbangun menyatakan bahwa penyediaan rumah dan perumahan adalah untuk memenuhi kebutuhan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia untuk meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Penjelasan Pasal 28 ayat 1 huruf b Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Permukiman dan Kawasan Terbangun menjelaskan apa yang dimaksud dengan rencana infrastruktur lengkap yang minimal mencakup jalan, drainase, sanitasi, dan air minum. Berdasarkan Pasal 134 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman, normanya adalah setiap orang dilarang melakukan pembangunan perumahan yang tidak membangun perumahan sesuai dengan kriteria, spesifikasi, persyaratan, prasarana, sarana dan prasarana yang telah disepakati. perlengkapan umum.

Meski Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman mengatur secara tegas larangan tersebut, namun dalam praktiknya masih ada pengembang yang tidak menyediakan sebagian atau seluruh prasarana, sarana, dan utilitas umum yang telah disepakati.

Rumusan Masalah

11 yang mengatur tentang kewajiban penyediaan sarana dan prasarana berdasarkan UU No. 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Permukiman dan Permukiman dengan realitas empiris (praktik), sehingga penulis tertarik untuk menelitinya melalui tesis diploma yang berjudul Realisasi Sarana dan Prasarana Perumahan yang Dijanjikan. pengembang di kota Pekanbaru Dikaji ulang sesuai undang-undang no. 1 Tahun 2011 tentang Kawasan Perumahan dan Permukiman.

Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian

Kegunaan penelitian

Bagi penulis, penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lancang Kuning serta untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis mengenai permasalahan yang diteliti. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada instansi pemerintah, seperti Dinas Perumahan Rakyat dan Permukiman Kota Pekanbaru, serta kepada pihak swasta khususnya pengembang di Kota Pekanbaru.

Kerangka Teori

  • Jenis penelitian
  • Lokasi penelitian
  • Populasi dan sampel a. Populasi
  • Teknik pengumpulan data a. Observasi
  • Analisis data

Hukum yang otoritatif dipatuhi, baik oleh aparat hukum maupun aparat peradilan, yaitu orang-orang yang wajib menaati hukum. Kesadaran hukum resmi aparat hukum yang terpanggil untuk menjunjung tinggi hukum dan menjadi penggembala hukum. Kesadaran hukum dan hukum sangat erat kaitannya untuk meningkatkan kesadaran hukum yang positif baik di kalangan anggota masyarakat luas maupun di kalangan penegak hukum.

Dengan demikian, istilah "kesadaran hukum" digunakan oleh para ilmuwan sosial untuk merujuk pada cara orang memahami hukum dan institusi. 15 lembaga hukum yaitu konsep-konsep yang memberi makna pada pengalaman dan tindakan masyarakat 10 Sejalan dengan pendapat tersebut, Beni Ahmad Saebeni juga menyampaikan pendapatnya, kesadaran hukum mempunyai arti: 11. Kesadaran hukum adalah kesadaran bahwa hukum melindungi kepentingan manusia dan oleh karena itu harus dilaksanakan dan pelanggarnya akan dikenakan sanksi.

Pada hakikatnya kesadaran hukum adalah kesadaran akan adanya atau terjadinya 'kepalsuan' atau 'ketidakadilan', tentang apa itu hukum atau bagaimana seharusnya hukum itu. Asas hukum yang menyatakan “setiap orang dianggap mengetahui hukum” menunjukkan bahwa kesadaran hukum pada dasarnya ada di kalangan masyarakat. Oleh karena itu, kesadaran hukum merupakan suatu konsepsi abstrak dalam diri manusia, tentang keselarasan antara ketertiban dan perdamaian yang dikehendaki atau patut.

Indikator ini merupakan indikator yang paling penting, karena menunjukkan berlaku atau tidaknya suatu peraturan di masyarakat, sehingga derajat kesadaran hukum dalam masyarakat dapat dibaca dari pola perilaku hukumnya.15. Pengetahuan yang mereka miliki sebagian besar diperoleh dari pengalaman hidup sehari-hari, sehingga kesadaran hukum yang lebih besar bergantung pada bertambahnya materi keilmuan hukum yang disajikan. Oleh karena itu, setiap indikator kesadaran hukum menunjukkan tingkat kesadaran hukum. Jika masyarakat hanya mengetahui keberadaan suatu undang-undang, maka kesadaran hukumnya masih rendah.

Jika undang-undang yang dimaksud adalah peraturan perundang-undangan, maka aturan tersebut seharusnya bersifat larangan, bukan wajib, karena undang-undang yang melarang (larangan) lebih mudah dilaksanakan dibandingkan undang-undang yang mewajibkan (wajib). Sanksi yang diancam oleh peraturan hukum harus sepadan dengan sifat peraturan hukum yang dilanggar. Aturan hukum yang mengandung norma moral berupa larangan akan relatif jauh lebih efektif dibandingkan aturan hukum yang bertentangan dengan nilai moral masyarakat yang menjadi sasaran diadopsinya aturan tersebut.

Permasalahan yang muncul adalah tingkat kepatuhan hukum yaitu tinggi, sedang atau rendahnya kepatuhan hukum. Derajat ketaatan masyarakat terhadap hukum merupakan indikasi berjalannya hukum yang bersangkutan.

Buku-buku

Jurnal/Skripsi/Tesis/Disertasi/Internet/dan Lainnya

Peraturan Perundang-Undangan

Referensi

Dokumen terkait

Perlindungan hukum terhadap pengguna jasa kredit perumahan Alamanda Indah Medan Selayang ditinjau dari KUHPerdata dan UU Perlindungan Konsumen.Dalam UUP tidak ada ketentuan

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang telah memberikan penyertaan,berkat serta hikmat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PENGAWASAN

PERTANGGUNGJAWABAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM PENYEDIAAN SARANA DAN PRASARANA LALU LINTAS JALAN BERKAITAN DENGAN KECELAKAAN LALU LINTAS JALAN DIKAITKAN DENGAN

Adapun permasalahan dari penelitian skripsi ini, yaitu apa yang dimaksud dengan transfer dana melalui bank, bagaimanakah pelaksanaan transfer dana di Indonesia, dan bagaimana pula

(4) Penyerahan prasarana, sarana dan utilitas umum perumahan melalu Berita Acara Serah Terima sementara yang telah dilakukan antara Bupati dengan Pengembang, maka

• Selain itu, ditinjau dari sisi implementasi juga masih ditemukan beberapa permasalahan terkait perencanaan dan pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang tidak sesuai

(1) Setiap Penyelenggara dalam melakukan pembangunan perumahan wajib menyediakan Prasarana, Sarana, Utilitas paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari luas

Bantuan Prasarana, Sarana, Dan Utilitas Umum Untuk Perumahan Umum yang selanjutnya disebut Bantuan PSU adalah pemberian komponen PSU bagi perumahan yang membangun rumah umum