ANESTESI GERIATRI
REFERAT
Pembimbing : dr. Maria Fransisca Susanti Handayani, Sp.An, M.H.Kes Disusun oleh :
Fayza Nurhanifa 2019730031
Kepaniteraan Klinik Stase Anestesi RSUD Sayang Cianjur
Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta
2024
ANESTESI PADA GERIATRI
Pasien geriatri mengalami banyak perubahan, baik secara anatomi maupun fisiologi yang berpengaruh terhadap farmakologi. Perubahan pada berbagai organ tubuh berkaitan dengan bertambahnya usia
memerlukan perbedaan perlakuan terhadap pasien geriatri termasuk dalam melakukan tindakan anestesi.
Dalam proses penuaan terjadi perubahan dari berbagai sistem organ, seperti:
Sistem Saraf: penurunan ukuran otak 1.
Sistem Kardiovaskuler: perubahan antomi-fisiologi pembuluh darah (aterosklerosis) sehingga CO menurun 2.
Sistem respirasi: gangguan pertukaran gas dan perubahan mekanika pernafasan.
3.
Sistem GIT: penurunan motilitas esofageal dan intestinal menyebabkan lambatnya pengosongan lambung, tonus gastroesofageal menurun, akibatnya memungkinkan terjadinya risiko regurgitasi dan aspirasi
pneumonia meningkat.
4.
Sistem Urologi: kecepatan filtrasi glomerulus berkurang 5.
Sistem Muskuloskeletal: bertambahnya lemak tubuh dan penurunan massa otot, penyakit degenerative mengenai tulang servikal sehingga menyulitkan intubasi.
6.
FARMAKOLOGI OBAT ANESTESI PASIEN GERIATRI
Farmakokinetika obat berubah pada usia lanjut, terjadi perubahan distribusi dan eliminasi masa paruh.
Pada pasien geriatri lemak tubuh bertambah maka volume distribusi obat anestesi juga bertambah, sehingga menyebabkan masa pulih anestesi memanjang.
Obat anestesi larut lemak seperti barbiturate, benzodiazepine, dan
opioid, jika kadar dalam plasma ditingkatkan terus-menerus, pada orang
tua, akan mengakibatkan memanjangnaya masa paruh eliminasi
ANESTESI INHALASI
Efek depresi otot jantung meningkat pada pasien geriatri. Pada pasien geriatri, isoflurane cenderung menurunkan curah jantung dan laju jantung.
Eliminasi desfluran cepat sehingga menjadi pilihan obat pada pasien geriatri.
ANESTESI NONVOLATIL
Pasien geriatri memerlukan dosis yang lebih rendah untuk propofol, barbiturate, opioid, benzodiazepine.
Pasien geraitri > 80 tahun diberikan setengah dosis induksi propofol atau thiopental.
Propofol induksi yang ideal karena eliminasi cepat, namun efek hipotensi dan apnea lebih tinggi.
Pemanjangan eliminasi dan waktu paruh pada obat benzodiazepine, dosis midazolam dikurangi sekitar 50%.
PELUMPUH OTOT
Penurunan curah jantung dan melambatnya aliran darah otot dapat meningkatkan pemanjangan blokade neuromuskular.
Penggunaan atracurium tidak dipengaruhi oleh usia.
MANAGEMENT PERIOPERATIF
ANAMNESIS & PEMERIKSAAN FISIK:
*) Lebih difokuskan pada riwayat penyakit penyerta, seperti: Hipertensi, stroke, penyakit jantung iskemik, gangguan fungsi kognitif, diabetes mellitus. Dan Riwayat terapi jangka panjang yang diterima.
PEMERIKSAAN PENUNJANG:
*) pemeriksaan haemoglobin dan kreatinin penting dilakukan bahkan pada pasien yang sehat, mengingat tingginya angka kejadian anemia dan gagal ginjal.
PERSIAPAN DAN PENILAIAN RAOPERATIF
MANAJEMEN PERIOPERATIF
SEDASI RINGAN
Tepat digunakan untuk melakukan anestesi lokal pada pasien. Teknik ini memberikan waktu penyembuhan paling cepat. Namun, harus diperhatikan jenis obat yang diberikan pada pasien geriatri.
Midazolam sulit diberikan pada pasen geriatri karena memicu kebingungan pada pasien. Obat pilihan yang sesuai digunakan adalah Propofol.
ANESTESI REGIONAL
Blok perifer merupakan pilihan terbaik bagi pasien geriatri, teknik ini memberikan efek analgesia pascabedah dan waktu pulih yang sangat cepat. Teknik ini diindikasikan pada pasien yang menggunakan heparin dan antikoagulan.
Penggunaan blok sentral khususnya anestesi spinal pada pasien geriatri tidak memberikan efek analgesia pascabedah dan sering menyebabkan gangguan berkemih pada pasien pria.
PROSEDUR ANESTESI
MANAJEMEN PERIOPERATIF
ANESTESI UMUM
Pada prosedur pembedahan singkat, dipilih obat-obatan hipnotik dan analgetik dengan waktu pulih yang cepat seperti propofol atau sevofluran. Penggunaan Laryngeal mask (LMA) dapat digunakan sebagai kontrol jalan napas. Jika pembedahan yang dilakukan tidak membutuhkan relaksasi otot, metode yang baik untuk menilai anestesi yang diberikan sudah adekuat atau belum dapat menggunakan pressure support untuk memastikan ventilasi yang adekuat.
PROSEDUR ANESTESI
MANAJEMEN PERIOPERATIF
Pasien geriatri terutama dengan ASA III biasanya harus dirawat di unit PACU setelah prosedur bedah dilakukan. Pemberian opioid pasca bedah harus dihindari karena menyebabkan kantuk pada pasien.
Pasien dan keluarga harus mendapatkan instruksi apa yang boleh dan tidak boleh pascabedah.
PERAWATAN PASCA BEDAH
DISFUNGSI KOGNITIF PASCA BEDAH
Perubahan jangka pendek pada aspek kognitif, atensi, memori, dan kecepatan psikomotor. Penurunan kognitif ini biasanya hilang setelah 3 bulan. Disfungsi kognitif jangka pendek setelah bedah disebabkan beberapa etiologi seperti mikroemboli (pada bedah jantung), hipoperfusi, dan lainnya.
Pada prosedur nonkardiak anestesi memiliki pengaruh sedang terhadap penurunan kognitif jangka panjang. Penurunan kognitif setelah bedah nonkardiak bersifat reversible.
Etiologi dari perubahan kognitif jangka panjang pasca-anestesi dan pascabedah berhubungan dengan faktor risiko kardiovaskuler. Manajemen faktor risiko seperti tanda vital, kolesterol, dan kadar gula darah penting untuk menurunkan penurunan fungsi kognitif jangka panjang.