Renungan Harian, Sabtu 6 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam SeRoJa untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Sabtu 6 Juni, dalam Pekan Biasa IX. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Timotius 4:1-8. Bacaan Injil diambil dari Injil Markus 12:38-44.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Markus.
Dalam pengajaran-Nya Yesus berkata: ”Hati-hatilah terhadap ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan, yang menelan rumah janda-janda, sedang mereka mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Mereka ini pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.” Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Sabda Tuhan hari ini tidak asing buat kita, sudah sering kita dengarkan dalam berbagai kesempatan. Bahkan, bisa jadi kita sudah kerap kali mendegarkannya dalam berbagai renungan harian ataupun homili imam dalam Ekaristi. Namun pertanyaannya, apakah sikap dan tindakan kita sudah sama dengan yang sering kita renungkan? Mari kita belajar untuk berproses menjadi pribadi yang sungguh diharapkan oleh Tuhan Yesus.
Ada dua sikap yang nampak sangat berbeda dalam Injil hari ini. Pertama sikap orang-orang terhormat yang justru tidak terhormat tindakannya, dan kedua sikap orang yang seringkali dinilai ‘tidak terhormat’ yang tindakannya terhormat. Jika dikaitkan dengan yang mereka berikan, sikap pertama adalah ‘pertunjukkan rohani’
yang jasmani, sementara sikap kedua adalah ungkapan jasmani yang ilahi.
Sadar atau tidak, seringkali dalam kehidupan kita, sikap semacam ini menjadi bagian dari hidup kita. Maunya kita selalu mempunyai sikap yang kedua, namun kadang yang terjadi justru kita ‘terjebak’ pada pertunjukan rohani.
Yesus jelas sekali mengkritik para ahli taurat dan pemuka agama yang mencari pujian dan popularitas. Namun, sebaliknya Ia memuji janda miskin yang tanpa memikirkan apapun selain keikhlasan hati.
Ahli taurat dan janda miskin memberikan pelajaran yang berharga bagi kita semua.
Mereka juga memberikan pilihan untuk kita, mau menjadi seperti yang mana diri kita.
Mau menjadi begitu terhormat dengan sikap yang pertama, atau menjadi begitu bahagia dan damai dengan sikap yang kedua.
Mari kita terus menerus belajar menjadi terhormat karena apa yang kita kerjakan bermartabat, bukan karena sekedar penampilan fisik yang hebat.
Marilah berdoa,
Ya, Allah semoga persembahan yang kami sampaikan sungguh menggambarkan keikhlasan dan ketulusan hati kami.
Renungan Harian, Minggu 7 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi dan Selamat Hari Minggu. Salam bahagia dan salam SeRoJa untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Minggu 7 Juni , Gereja Merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus.
Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Keluaran 34:4b-6.8-9.
Bacaan kedua diambil dari Surat kedua Rasul Paulus kepada Jemaat di Korintus 13:11-13. Bacaan Injil diambil dari Injil Yohanes 3:16-18.
Marilah kita berdoa,
Allah Bapa, dengan mengutus Sabda Kebenaran dan Roh Pengudus ke dalam dunia, Engkau telah mengungkapkan kepada manusia misteri-Mu yang mengagumkan. Semoga dengan iman yang benar kami mengakui kemuliaan Tritunggal yang kekal dan menyembah keesaan-Nya dalam keagungan kuasa-Nya.
Dengan pengantaraan Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa kini dan sepanjang masa.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Yohanes.
Dalam percakapan-Nya dengan Nikodemus, Yesus berkata, “Begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya. Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman, sebab ia tidak percaya dalam nama Anak tunggal Allah.”
Demikianlah sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Pada hari ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Allah yang kita imani itu Esa atau satu tetapi dalam tiga pribadi yang berbeda yakni Bapa, Putra dan Roh Kudus.
Tritunggal Mahakudus merupakan misteri iman kita yang tidak mudah diterangkan secara “gamblang”. Karena merupakan misteri, sulit dijangkau dengan kata-kata dan pikiran kita yang terbatas. Karena keterbatasan itulah bagi kita sangat sulit menjelaskan Pribadi yang tidak terbatas, Allah Tritunggal.
Setiap hari, bahkan setiap saat, kita menyebut Allah Tritunggal. Ziarah hidup kita selalu menuju kepada Bapa, mengikuti jejak Yesus PutraNya dan jiwai oleh RohNya yang kudus. Ketika kita membuat tanda salib dengan menyebut “Dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus”. Pada saat mengucapkan doa “Kemuliaan”; kita menyebut “Kemuliaan kepada Bapa dan Putra dan Roh Kudus.” Jadi kita sering menyebut unsur trinitas, tetapi kurang menyadari bahwa sejatinya kita telah mengimani Allah Tritunggal, Tiga Pribadi dalam kesatuan ilahi. Kalau demikian Allah Tritunggal hanya bisa kita imani bahwa Allah Bapa sebagai Sang Pencipta, dan Allah Putra yang lahir ke dunia menjadi utusan Bapa untuk menyelamatkan manusia serta Allah Roh Kudus yang menuntun dan mendampingi kita.
Allah disebut Bapa karena Ia adalah pencipta, dan peduli dengan penuh kasih kepada ciptaanNya. Yesus sang Putra telah mengajarkan kepada kita untuk memanggil BapaNya sebagai Bapa kita dan menyebutnya juga sebagai “Bapa kita”.
Roh Kudus adalah pribadi Tritunggal Mahakudus dan memiliki keilahian yang sama dengan Bapa dan Putra.
Karena merupakan kesatuan yang ilahi Bapa dan Putra dan Roh Kudus, maka selalu saling mendukung. Bapa dalam berkarya selalu melibatkan Putra dan Roh Kudus. Allah Bapa mencipta, Allah Putra melalui sabda dan karya-Nya menyelamatkan dunia, lalu Roh Kudus mengingatkan serta menguatkan apa yang telah disabdakan Sang Putra. Ketiga-tiganya merupakan relasi kasih Allah Tritunggal yang akrab dan erat.
hari ini memang tidak secara langsung berbicara mengenai ajaran Tritunggal Mahakudus, ketiganya mau mengajak kita untuk menyatakan keyakinan bahwa Allah itu Maha Pengasih dan karena Kasih-Nya Ia mengutus Sang Putra untuk menyelamatkan manusia.
Dalam Bacaan pertama, dikisahkan tentang peristiwa Sinai, di mana Musa menjadi penghubung antara Allah dengan umat Israel. sebelumnya Allah pernah menyatakan diri kepada Musa dalam wujud semak yang menyala tetapi tidak hangus. Dalam penampakan di Sinai ini Tuhan menampakkan diri sebagai “Allah yang penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya”.
Dalam Bacaan kedua, tidak lagi berbicara tentang siapa Tuhan itu, tetapi memaparkan bagaimana realita Tritunggal dihayati oleh Paulus dan dijadikan salam serta doa bagi jemaatnya: “Kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, Kasih Allah, dan persekutuan Roh Kudus, menyertai kamu sekalian”. Setiap jemaat harus mampu membangun diri menjadi ungkapan persekutuan trinitas, khususnya dalam sikap yang sehati, sepikir dalam kehidupan yang damai sejahtera.
Dalam Bacaan Injil membulatkan gambaran mengenai Tritunggal, yakni bahwa Allah begitu mengasihi dunia sehingga Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal;
Sang Putra datang untuk menyelamatkan manusia. Barangsiapa percaya kepada- Nya, ia akan hidup; tetapi barangsiapa tidak percaya, ia akan, bahkan sudah mendapat hukuman.
Saudara-saudari yang terkasih, Sabda Tuhan hari ini membantu kita untuk menyadari bahwa merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus bukan soal hafal rumusan tentang pribadi-pribadi Tritunggal tetapi meneladan Tritunggal sebagai pendamping, pembimbing, sumber semangat, ilham, kasih dan persekutuan bagi jemaat. Santo Agustinus pernah mengatakan “Di mana ada cinta kasih, di situ ada AllahTritunggal: pencinta, yang dicinta, dan sumber cinta kasih".
Maka dalam kehidupan sehari-hari pun kita dapat menyadari kehadiran Allah Tritunggal dalam relasi atau hubungan kita dengan sesama manusia. Hubungan orangtua dengan anak-anaknya, hubungan suami dengan istrinya, dll. Kalau relasi itu adalah relasi yang akrab dan erat maka dengan sendirinya akan terjadi kenyamanan karena merasakan pendampingan, bimbingan dan juga semangat.
Semoga kita bukan hanya menyadari, tetapi juga melaksanakannya.
Marilah berdoa,
Allah Bapa di surga, curahkanlah Roh Putra-Mu ke dalam hati kami, agar hati kami tergerak untuk senantiasa berbagi kasih kepada sesama seperti Kristus sendiri. Semoga karena-Nya, dunia menyerahkan dirinya kepada kebangkitan abadi dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami. Amin.
Renungan Harian, Senin 8 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat pagi, salam bahagia dan salam SeRoJa untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Putera dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini Senin 8 Juni dalam Pekan Biasa X. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Pertama Raja-raja 17:1-6 dan Bacaan Injil dari Injil Matius 5.1-12.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Matius.
Pada suatu hari Yesus naik ke atas bukit, sebab melihat orang banyak. Setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Lalu Yesus mulai berbicara dan menyampaikan ajaran ini kepada mereka, "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga. Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hati, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya demi kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kalian, jika demi Aku kalian dicela dan dianiaya, dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, sebab besarlah ganjaranmu di surga, sebab para nabi sebelum kalian pun telah dianiaya."
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, dalam bacaan pertama hari ini ditampilkan tokoh Elia yang berarti ‘Tuhan adalah Allahku’. Hal ini benar-benar nyata dalam kehidupan Elia di mana Tuhan sanggup memelihara hidupnya secara luar biasa, dan Elia pun memiliki ketaan penuh kepada Tuhan Allahnya.
Seperti dikisahkan dalam bacaan hari ini, Keberanian Elia ini bukanlah tindakan bodoh atau nekat, tetapi buah iman kepada Tuhan Allahnya yang hidup dan berkuasa, karena dia tahu bahwa Allah yang ia sembah jelas lebih besar daripada para baal sesembahan Ahab dan Izebel. Ini terbukti ketika kekeringan dan kelaparan melanda negerinya, Elia tidak mengalami kekurangan, ia tetap hidup oleh iman karena pemeliharaan Tuhan yang ajaib.” ‘
Sabda Bahagia yang diajarkan oleh Yesus dalam Injil hari ini, adalah salah satu cara memberikan penghiburan, yang bukan hanya sekedar janji, tetapi sungguh akan menjadi nyata. Penghiburan di mata Yesus adalah kebahagiaan. Diri Yesus adalah kebahagiaan itu sendiri. Dia meskipun Anak Allah tetapi rela menjadi miskin, menderita dan dianiaya. Mereka yang patut mendapat kebahagiaan menurut kacamata injil hari ini adalah: orang miskin, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, membawa damai dan dianiaya. Setiap orang yang mengalami hal-hal ini, diberikan ganjaran yang luhur.
Sabda bahagia Yesus sebenarnya menjadi suatu keadaan bathin yang kita rasakan saat ini dalam prospek kehidupan kekal terutama perbuatan kasih bagi sesama yang paling kecil. Kita akan disapa bahagia karena Tuhan juga mengadili kita berdasarkan perbuatan kasih yang sudah kita lakukan bagi saudara-saudari yang hina. Nah kiranya jelas bagi kita bahwa Sabda bahagia menggambarkan hidup nyata pengikut Kristus bukan resep untuk jadi bahagia di dunia ini!
Saudara-saudari yang terkasih, semoga apapun kondisi kita saat ini, kita tetap berupaya menangkap kehendak Tuhan dalam hidup kita dan kita pun tetap di mampu kan memberikan penghiburan kepada sesama, sehingga ukuran kebahagiaan yang digunakan Allah sungguh dapat terwujud.
Renungan Harian, Selasa 9 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat Pagi, Salam Bahagia dan Salam SEROJA untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Puetra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Selasa 9 Juni, dalam Pekan Biasa X. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Pertama Raja-raja 17:7-16. Bacaan Injil diambil dari Injil Matius 5:13-16.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Matius.
Dalam khotbah di bukit Yesus bersabda, “Kalian ini garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah dapat diasinkan? Tiada gunanya lagi selain dibuang dan diinjak-injak orang. Kalian ini cahaya dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian, sehingga menerangi semua orang di dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya cahayamu bersinar di depan orang, agar mereka melihat perbuatanmu yang baik, dan memuliakan Bapamu di surga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk mengerti dengan baik makna rohani dari sebuah perbuatan baik.
Dalam bacaan pertama kita mendengar kisah perjumpaam nabi Elia dengan seorang janda di Sarfat. Tuhan mengutus nabi Elia untuk pergi dan berdiam di Sarfat, daerah Sidon. Perjumpaan nabi Elia dengan janda Sarfat tidak terjadi di dalam Sinagoga, tetapi di tempat di mana janda itu sedang bekerja, mencari nafkah untuk kelangsungan hidup anak laki-laki dan dirinya. Nabi Elia, mendekati janda itu untuk meminta minum dan makan. Wanita itu menjawabi permintaan nabi Elia dengan mengatakan bahwa ia tidak memiliki sepotong roti. Ia hanya memiliki sedikit tepung dan minyak di dalam buli-buli. Pada saat itu ia sedang mengambil kayu bakar untuk menyiapkan roti dan menurutnya, setelah mereka makan roti itu maka mereka akan mati karena tidak ada lagi makanan.
Elia sebagai utusan Tuhan tetap meyakinkannya untuk tidak merasa takut untuk membuat roti baginya. Setelah Elia makan roti baru ia boleh membuat roti untuk anaknya dan dia. Nabi Elia mengulangi perkataan Tuhan Allah Israel bahwa:
“Tepung dalam tempayan itu takkan habis, minyak dalam buli-buli tak akan berkurang sampai tiba saatnya Tuhan menurunkan hujan ke atas muka bumi”.
Wanita itu belajar untuk berbuat baik di saat-saat ada kesulitan besar sedang berada di hadapannya. Ia membuat roti untuk nabi Elia, anaknya dan dirinya sendiri.
Mukjizat terjadi sebagai buah dari kerahiman Tuhan yakni nabi Elia, anak laki-laki dan janda itu bertahan hidup sampai Tuhan mengirim hujan ke bumi. Perkataan nabi Elia mengandung kebenaran dan janji keselamatan yang datang dari Tuhan sendiri.
Kotbah Yesus di Bukit, tentang garam dan terang dunia semakin menegaskan bagaimana perbuatan baik bisa mewarnai dan memberi rasa pada kehidupan manusia.
Menjadi garam dan terang dunia menjad identias murid-murid Yesus. Garam menjadi gambaran bahwa setiap orang Kristiani mampu memberikan rasa yang enak bagi kehidupan dunia. Sementara terang menjadi medan perwujudan dari karya Allah sendiri, Allah hadir membawa terang. Maka jika Yesus mengatakan bahwa murid-murid-Nya adalah terang dunia, maka orang Kristiani di dalam hidupnya sudah seharusnya senantiasa bersatu dengan Allah sang sumber terang.
Dengan demikian, menjadi terang dunia menjadi bagian dari hidup setiap orang Kristiani karena persatuan dengan Allah sendiri.
Tidak jarang orang-orang Kristiani tidak berani terang-terangan berbuat baik.
Mungkin juga karena pengaruh semboyan ‘jika tangan kanan memberi, tangan kiri jangan sampai tahu’. Memang ketika berbuat baik kita diajak untuk tidak mengharapkan pujian dan penghormatan yang berlebihan. Dengan kata lain berbuat baik dengan tulus tanpa modus, dan tetap fokus pada perbuatan baik kita. Jika hendak membantu, membantulah dengan apa yang bisa dilakukan. Jika hendak memberi, memberilah tanpa ada embel-embel apapun.
Saudara-saudari yang terkasih, Yesus mengajak kita untuk tidak malu berbuat kebaikan, atau tidak minder memperjuangkan nilai-nilai luhur yang patut diperjuangkan oleh setiap orang Kristiani. Yesus mengajak kita supaya kita tidak takut untuk berbuat baik di tengah kerumunan orang. Niat kita bukanlah supaya orang lain melihat apa yang kita lakukan sehingga kita mendapat pujian dan kemuliaan. Jika niat kita sungguh hanya untuk berbuat baik, sama sekali tidak ada salahnya kita menolong orang yang kesusahan meskipun pada saat itu disaksikan oleh banyak orang.
Yesus mengingatkan kita bahwa perbuatan baik yang tulus bisa membawa orang yang melihat melakukan hal yang sama. Kita patut bersyukur bahwa orang lain juga
‘terkena virus’ yang kita sebarkan. Namun tetaplah untuk berbuat baik dengan tulus.
Yesus kiranya tidak menghendaki kemudian kita menjadi orang yang tinggi hati, orang yang sombong dan memegahkan diri. Kebaikan yang tulus akan melahirkan kebaikan yang tulus juga bagi orang lain.
Ukurannya apa? Ukurannya adalah mereka sadar dan tahu bahwa mereka berbuat demikian karena melihat kasih Allah dalam diri kita ketika kita melakukan kebaikan.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, semoga perbuatan baik kami tidak berhenti di level niat, namun sungguh kami wujudkan dalam kehidupan, agar dunia semakin berwarna dan berasa.
Renungan Harian, Rabu 10 Juni 2018
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat Pagi, Salam Bahagia dan Salam SEROJA untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Puetra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Rabu 10 Juni, dalam Pekan Biasa X. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Pertama Raja-raja 18:20-39. Bacaan Injil diambil dari Injil Matius 5:17-19.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Matius.
Pada khotbah di bukit Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.
Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi. Karena itu siapa yang meniadakan salah satu perintah hukum Taurat sekalipun yang paling kecil, dan mengajarkannya demikian kepada orang lain, ia akan menduduki tempat yang paling rendah di dalam Kerajaan Sorga;
tetapi siapa yang melakukan dan mengajarkan segala perintah-perintah hukum Taurat, ia akan menduduki tempat yang tinggi di dalam Kerajaan Sorga.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Sabda Tuhan hari ini mengajak kita untuk merenungkan bagaimana kita menangkap dengan baik bahwa dalam Hukum Tuhan terkandung makna yang indah karena disempurnakan oleh kasih. Di dalam kasih itu, kehendak Allah yang maharahim menjadi nyata. Kerahiman Allah menjadi nyata dalam pertobatan hati.
Ajakan untuk mewujudkan pertobatan hati digambarkan dalam bacaan pertama hari ini, oleh Nabi Elia, agar manusia menikmati Kerahiman Allah. Situasi yang terjadi saat itu adalah banyak orang jatuh dalam dosa menyembah berhala. Ia mengatakan bahwa orang-orang saat itu berlaku timpang dan mendua hati. Elia menghendaki agar orang-orang saat itu harus memiliki pilihan yang tepat: atau Allah atau Baal.
Elia berhasil menghadirkan wajah Allah yang maharahim kepada orang-orang yang sudah jatuh dalam dosa menyembah berhala. Ia berdoa: “Ya Tuhan, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini. Jawablah aku, ya Tuhan, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya Tuhan, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.” Pada saat itu juga semua orang merasakan kerahiman Allah dan mengakui Tuhan sebagai Allah mereka.
“Aku datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat atau Kitab Para Nabi, melainkan untuk menggenapinya.” Petikan Sabda Tuhan Yesus dari Injil hari ini mengajarkan para murid-Nya untuk memahami, menghayati, mengamalkan, serta mengajarkan hukum Tuhan dalam keutuhannya. Ini pun berlaku untuk kita. Kita tidak boleh menikmati sabda-Nya hanya pada hal-hal yang menarik atau yang sekiranya sesuai dengan keadaan kita, misalnya karena sabda itu menghibur kita. Kita tidak boleh mengabaikan bagian-bagian dari sabda-Nya yang mengecam atau yang menuntut perubahan sikap hidup yang radikal dari pihak kita. Janganlah kita
membawa prinsip suka tidak suka ketika kita mengecap sabda Allah. Karena hal itu akan membatasi kita untuk menimba kekayaan sabda Allah, bahkan mengurangi kekayaan dari sabda itu.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, syukur atas sabda-Mu hari ini, karena Engkau mengingatkan kami untuk secara utuh menghayati dan menghidupi sabda-Mu.
Renungan Harian, Kamis 11 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat Pagi, Salam Bahagia dan Salam SEROJA untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Puetra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Kamis 11 Juni, dalam Pekan Biasa X, bertepatan dengan Peringatan Wajib Santo Barnabas Rasul. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kisah Para Rasul 11:21b-26; 13:1-3. Bacaan Injil diambil dari Injil Matius 10:7-13.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Matius.
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Pergilah dan beritakanlah:
Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati;
tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma. Janganlah kamu membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kamu membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kamu membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Apabila kamu masuk kota atau desa, carilah di situ seorang yang layak dan tinggallah padanya sampai kamu berangkat. Apabila kamu masuk rumah orang, berilah salam kepada mereka.
Jika mereka layak menerimanya, salammu itu turun ke atasnya, jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”
Demikianlah Injil Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, Seruan Yesus dalam Injil hari ini diperuntukkan para murid-Nya untuk ‘pergi’ dan berbuat baik, tulus, tanpa pamrih dan selalu mengandalkan Dia.
Hari ini Gereja memperingati St. Barnabas Rasul. Nama sebenarnya adalah Yusuf, namun oleh para Rasul, Ia dipanggil Barnabas yang artinya “anak penghiburan”. Ia banyak melakukan pelayanan bersama dengan Paulus.
Dalam Kisah Para Rasul kita mengenal Barnabas sebagai seorang Rasul yang baik hati, bijaksana, murah hati, penuh iman dan Roh Kudus. Dia adalah orang pertama yang berani menanggapi pewartaan para rasul dan menyerahkan seluruh hartanya bagi Gereja. Namun, jasa yang harus kita kenang betul adalah bagaimana ia merupakan pribadi yang tahu menilai kualitas orang. Artinya, Barnabaslah yang menolong Paulus, ketika Paulus kurang begitu diterima oleh kalangan murid di Yerusalem. Barnabaslah yang menjemput Paulus, tatkala Paulus “dipulangkan” oleh murid-murid Tuhan di Tarsus, kampung halamannya. Karena Barnabas, Paulus diterima dalam jemaat kristiani, khususnya di Antiokhia, dan pada saatnya Paulus akan menjadi Rasul besar yakni rasul dan guru segala bangsa.
Sebagai Gereja, kita dipanggil untuk menjadi pribadi yang selalu siap, hadir bagi sesama, mengupayakan perdamaian, keutuhan dan kesatuan. Dengan kata lain, kita dipanggil untuk menjalankan pesan Yesus hari ini.
Marilah berdoa,
Ya Tuhan, kami bersyukur Engkau memberi kepercayaan kepada kami untuk pergi memberitakan kabar baik kepada sesama. Semoga kami senantiasa mengandalkan- Mu.
Renungan Harian, Jumat 12 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat Pagi, Salam Bahagia dan Salam SEROJA untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Puetra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Jumat 12 Juni, dalam Pekan Biasa X. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Pertama Raja-raja 19:9a.11-16. Bacaan Injil diambil dari Injil Matius 5:27-32.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Matius.
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Kalian telah mendengar sabda, 'Jangan berzinah!' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Barangsiapa memandang seorang wanita dengan menginginkannya, dia sudah berbuat zinah di dalam hatinya. Maka jika matamu yang kanan menyesatkan dikau, cungkillah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota badanmu binasa, daripada tubuhmu seutuhnya dicampakkan ke dalam neraka. Dan jika tangan kananmu menyesatkan dikau, penggallah dan buanglah, karena lebih baik bagimu satu anggota badanmu binasa daripada dengan badanmu seutuhnya masuk neraka. Telah disabdakan juga, 'Barangsiapa menceraikan isterinya harus memberi surat cerai kepadanya.' Tetapi Aku berkata
kepadamu, 'Barangsiapa menceraikan isterinya, kecuali karena zinah, dia membuat isterinya berzinah. Dan barangsiapa kawin dengan wanita yang diceraikan, dia pun berbuat zinah.'
Demikianlah Sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, dalam bacaan pertama hari ini kota kembali mendengar kelanjutan kisah Nabi Elia. Ketika Elia berada di Gunung Horeb, Allah menyatakan diri-Nya melalui tanda-tanda alam. Kisah ini menginspirasi kita untuk senantiasa menjadi orang yang terbuka kepada Tuhan dan mengikuti segala kehendak-Nya. Tugas perutusan nabi adalah melakukan pekerjaan Tuhan bukan pekerjaannya sendiri. Lewat profesi atau panggilan hidup kita masing-masing, saat ini kita dipanggil untuk menjadi saksi dengan melakukan pekerjaan Allah artinya pekerjaan yg kota lakukan sesuai dengan kehendak Allah bukan atas kemauan kita sendiri.
Dengan melaksanakan pekerjaan Tuhan atau menjalankan kehidupan sesuai dengan kehendak Tuhan, maka hidup kita akan mencapai kesucian atau kekudusan.
Injil hari ini pun berbicara tentang bagaimana manusia dipanggil untuk mencapai kekudusan atau kesucian itu. Tema yang diangkat adalah mencapai kekudusan dalam persekutuan hidup keluarga lewat perkawinan. Yesus mengajarkan bahwa pusat kehidupan seseorang adalah hatinya. Kalau hatinya kudus, maka tingkah lakunya pun akan kudus. Sebaliknya kalau hati penuh pikiran busuk, busuk pula tingkah lakunya. Oleh sebab itu, jauh lebih penting menjaga hati dari pikiran-pikiran buruk daripada hanya mencegah perbuatan-perbuatannya. Yesus memaparkan bahwa dosa bersumber dalam pikiran, sebelum terungkap dalam tindakan. Bagi Allah, manusia tidak bisa setengah-setengah dalam memenuhi kehendak-Nya.
Bahkan dikatakan jika ada anggota tubuh yang menyesatkan kita, hendaknya kita memenggalnya. Ini menunjukkan kepada kita bahwa Allah menginginkan seluruh keberadaan kita memenuhi tuntutan Allah hidup saleh dan kudus. Kesalehan yang Allah inginkan bukan saja yang tampak di luar, tetapi yang bersumber di lubuk hati kita terdalam.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, dua hal yang bisa kita renungkan dari sabda Tuhan hari ini. Pertama, panggilan untuk menjadi pribadi yang Kudus dan saleh dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan dalam hidup kita.
Kedua, pekerjaan-pekerjaan Tuhan itu salah satu di antaranya adalah menjaga hati dari pikiran-pikiran buruk dan lebih mengutamakan pikiran-pikiran positif dalam hidup. Marilah kita melakukan dua hal ini agar kita hidup Kudus dan tak bercela dihadapan-Nya.
Marilah berdoa,
Ya Bapa, Engkau telah menciptakan kami sungguh amat baik. Semoga kami sungguh menjadi citra-Mu dalam kehidupan ini, sehingga hidup kami menjadi sempurna seturut dengan kehendak-Mu.
Renungan Harian, Sabtu 13 Juni 2020
Bapak dan Ibu, saudara-saudari, orang-orang muda dan anak-anak yang terkasih dalam Yesus Kristus. Selamat Pagi, Salam Bahagia dan Salam SEROJA untuk kita semua. Berkah dalem. Bersama dengan saya, Romo Antonius Garbito Pamboaji, menyampaikan salam dan berkat Allah yang Mahakuasa, Dalam Nama Bapa, dan Puetra dan Roh Kudus. Amin.
Hari ini, Sabtu 13 Juni, dalam Pekan Biasa X, bertepatan dengan Peringatan Wajib Santo Antonius dari Padua, Imam dan Pujangga Gereja. Bacaan pertama dalam liturgi hari ini diambil dari Kitab Pertama Raja-raja 19:19-21. Bacaan Injil diambil dari Injil Matius 5:33-37.
Marilah saudara-saudari kita mendengarkan Injil Yesus Kristus, menurut Matius.
Dalam khotbah di bukit, Yesus berkata, "Kalian telah mendengar apa yang disabdakan kepada nenek moyang kita, 'Jangan bersumpah palsu,
melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.' Tetapi Aku berkata kepadamu, 'Janganlah sekali-kali bersumpah, baik demi langit, karena langit adalah takhta Allah, maupun demi bumi, karena bumi adalah tumpuan kaki-Nya, ataupun demi Yerusalem, karena Yerusalem adalah kota Raja Agung. Jangan pula bersumpah demi kepalamu, karena engkau tidak berkuasa memutihkan atau menghitamkan sehelai rambut pun. Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat.
Demikianlah sabda Tuhan.
Terpujilah Kristus.
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, selama beberapa hari ini kita mendengar kisah-kisah tentang nabi Elia dan aneka perjuangan hidupnya. Dalam bacaan pertama hari ini ditampilkan tokoh selanjutnya yg menerima tuga perutusan dari Allah, yakni Elisa. Dalam bacaan pertama hari ini, kisah panggilan nabi Elisa terjadi saat Elia atas perintah Tuhan meninggalkan gunung Horeb atau gunung Tuhan, untuk berjumpa dengan Elisa yang sedang bekerja membajak sawah.
Kemudian Elia melemparkan jubahnya kepada Elisa sebagai simbol untuk menunjukkan bahwa kuasa dan wewenang Elia, sang nabi yang sudah akan purnabakti itu, kini ada di pundak nabi yang lebih muda, Elisa. Elisa yang sedang
bekerja membajak sawah saat ia menerima jubah Elia, memahami makna peristiwa itu sebagai tugas yang dipercayakan Tuhan kepadanya untuk pergi bersama nabi Elia dan melayaninya. Respon atau jawaban Elisa atas panggilannya diungkapkan dengan wujud syukur; memohon ijin kepada orangtuanya, menyembelih dan memasak daging lembu piaraannya untuk orang-orangnya, lalu Elisa pergi meninggalkan kemapanan dan kenyamanannya untuk mengikuti Elisa sebagai pelayannya.
Kisah panggilan Elisa ini sangat menarik untuk kita renungkan. Tuhan bebas untuk memanggil siapa saja sesuai dengan kehendakNya dan orang itu juga diberi kebebasan untuk menjawabnya. Hal yang penting di sini adalah prinsip hidup yang jelas dan keterbukaan untuk menerima kehendak Tuhan. Elisa percaya bahwa Tuhan ada dan bekerja melalui nabi Elia. Ia pun terpanggil untuk menjadi utusan Tuhan bagi banyak orang lain. Dari kisah panggilann Elisa ini, kita menyadari bahwa panggilan hidup itu menjadi matang kalau ada Tuhan yang memanggil, ada orang yang lain yang memperkenalkan panggilan Tuhan dan diri kita yang terbuka kepada panggilan Tuhan.
Panggilan itu membutuhkan komitmen pribadi yang jelas. Komitmen itu ditunjukkan dengan sumpah atau janji, di mana sumpah atau janji itu harus ditepati.
Senada dengan itu, dalam Injil hari ini Yesus bersabda: “Kamu telah mendengar pula yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan bersumpah palsu, melainkan peganglah sumpahmu di depan Tuhan.” Bagi Yesus persoalannya bukan hanya sekedar menepati sumpah atau janji tetapi sebuah komitmen yang jelas karena sumpah atau janji itu mengikat Tuhan dan manusia yang mengikrarkannya.
Unsur baru yang ditegaskan oleh Tuhan dalam membangun komitmen untuk mentaati kehendak Allah adalah keberanian untuk mengatakan ya atau tidak. Ini yg dikatakan Tuhan Yesus:”Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.”
Saudara-saudari yang terkasih dalam Yesus Kristus, kemarin saudara-saudari kita yang beragama Islam merayakan Hara Raya Idul Fitri. Salah satu semangat yang terus dibangun pada hari raya ini adalah keberanian dan komitmen untuk mengungkapkan bukan hanya permohonan maaf lahir batin, namun juga keberanian untuk berkata ya atau tidak sesuai hati nuraninya. Semoga demikian juga dengan kita, ungkapan komitmen kita untuk menghidupi panggilan kita dan juga komitmen untuk mengatakan kebenaran bukan hanya di bibir, tetapi juga bersumber dari hati dan sungguh membawa perubahan dalam hidup.
Marilah berdoa,
Tuhan Yesus, bantulah kami untuk setia pada komitmen panggilan kami untuk hidup benar di hadapan-Mu dan sesama kami.