• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan yang Mengakibatkan Kematian (Studi Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penganiayaan yang Mengakibatkan Kematian (Studi Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

31

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

A. Hasil Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis terhadap putusan Pengadilan Negeri Boyolali Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali mengenai tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian menghasilkan data sebagai berikut:

1. Kasus Posisi

Bulan April 2019 sekitar pukul 00.00 WIB Terdakwa I Bimo Oktavianus Alias Bimo Bin Agustinus (Alm) datang kerumah Terdakwa II Parwoto Alias Coro Bin Suparmo di daerah Ngaru-aru, Banyudono, Kab.

Boyolali, dirumah tersebut ada Saksi Anggit lalu datanglah dua perempuan saksi Dwi dan saksi Dina. Dimana Saksi Dwi merupakan kekasih Terdakwa II Sesaat kemudian Saksi Dina di mendapat telepon yang berisi umpatan dari Mantan Suaminya Saksi Eko.

Saksi Dwi pergi bertemu dengan saksi Eko. Sesaat saksi Dina datang memberitahukan bahwa saksi Dwi dianiaya hal itu membuat Terdakwa I, Terdakwa II dan Saksi Anggit mendatangi lokasi lalu terjadilah ketegangan antara Saksi Eko dan Terdakwa II namun tidak berlangsung lama Terdakwa I , Terdakwa II dan Saksi Anggit kembali ke rumah Terdakwa II.

Selang 30 menit, saksi Dina mengabari bahwa saksi Dwi habis dikasari lagi, kemudian Terdakwa I (sambil membawa potongan besi sekitar 40 cm) dan Terdakwa II pergi untuk menemui Saksi Dwi namun berpapasan

(2)

32

dengan saksi Eko di sekitar makam Dk. Ngesrep kemudian Terdakwa I melemparkan besi kearah Saksi Eko yang saat itu berboncengan dengan Korban Warsito (Alm) dan mengenai Korban. Warsito (Alm) sehingga tersungkur, namun saksi eko masih sempat kabur Terdakwa I menendang lengan korban Warsito yang sudah terkapar. Kemudian Terdakwa I berusaha mengejar Saksi Eko yang sudah di kejar oleh Saksi Anggit beberapa saat kemudian Terdakwa II yang datang dilokasi kejadian melihat Korban Warsito (Alm) yang terkapar kemudian mengambil kayu berukuran sekitar 70 cm, dan memukulkannya sebanyak 2 (dua) kali,

Setelah kejadian tersebut, Terdakwa I, terdakwa II, dan Saksi Anggit membawa korban ke RSUD Pandanarang, dan sesampainya disana Terdakwa I kemudian menghubungi pihak keluarga. Pada hari Senin tanggal 15 April 2019, korban Sdr. Warsito dinyatakan meninggal dunia, sehingga kemudian Terdakwa I dan Terdakwa II yang mendengar informasi tersebut menyerahkan diri ke kepolisian.37

2. Dakwaan

Perbuatan para terdakwa didakwa oleh Penuntut Umum kesatu telah melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 170 Ayat (1) dan Ayat (2) ke-3 KUHP atau dakwaaan kedua perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 Ayat (3) KUHP Jo. Pasal 55 KUHP ayat (1) ke-1 KUHP. 38

37 Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali, 10 September 2019,

hlm.3-9

38 Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali, 10 September 2019, hlm.6-9

(3)

33

Untuk membuktikan dakwaannya, dalam persidangan Penuntut umum mengajukan saksi-saksi untuk membuktikan perbuatan yang didakwakan tersebut, dengan menghadirkan para saksi. Selain itu penuntut umum juga mengajukan barang bukti sebagai berikut :

1. 1 (satu) buah besi panjang kurang lebih 40 (empat pulih) cm, 2. 1 (satu) buah kayu panjang kurang lebih 70 (tujuh puluh) cm, 3. 1 (satu) buah celana jeans pendek warna biru,

4. 1 (satu) buah kaos dalam pria warna putih, 5. 1 (satu) buah sarung warna coklat.

3. Tuntutan

Setelah melalui proses pembuktian, berdaarkan fakta persidangan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negri Boyolali, mengajukan tuntutan yang pada intinya memohon agar Majelis Hakim Pengadilan Negeri Boyolali yang mengadili perkara ini untuk memutuskan sebagai berikut:

a. Menyatakan terdakwa I Bimo Oktavianus Alias Bimo Bin AGUSTINUS Dwi Saputro dan terdakwa II Parwoto Alias Coro Bin Suparmo Wiyoto terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam dakwaan kedua melanggar Pasal 351 ayat (3) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana.

b. Menjatuhkan pidana terhadap para terdakwa masing-masing berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun dikurangi selama para terdakwa dalam tahanan dengan perintah agar terdakwa para terdakwa tetap berada dalam tahanan.

(4)

34

c. Menetapkan barang bukti berupa; 1 (satu) buah besi panjang kurang lebih 40 (empat pulih) cm; 1 (satu) buah kayu panjang kurang lebih 70 (tujuh puluh) cm; 1 (satu) buah celana jeans pendek warna biru; 1 (satu) buah kaos dalam pria warna putih, 1 (satu) buah sarung warna coklat.

Dirampas untuk dimusnahkan.

d. Menetapkan agar para terdakwa membayar biaya perkara masing-masing sebesar Rp. 2.000,- (dua ribu rupiah).39

4. Putusan

a. Pertimbangan Hakim

Menimbang, bahwa selanjutnya Majelis Hakim akan mempertimbangkan apakah berdasarkan fakta-fakta hukum tersebut diatas, para Terdakwa dapat dinyatakan telah melakukan tindak pidana yang didakwakan kepadanya.

Menimbang, bahwa para terdakwa telah didakwa oleh Penuntut Umum dengan Dakwaan yang berbentuk alternatif sehingga Majelis Hakim dengan mempertimbangkan fakta-fakta hukum tersebut diatas memilih langsung Dakwaan alternatif Kedua sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut; Penganiayaan, berakibat matinya orang, orang yang melakukan yang menyuruh melakukan atau yang turut melakukan perbuatan itu. Menimbang bahwa terhadap unsur-unsur tersebut Majelis Hakim mempertimbangkan sebagai berikut:

39 Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/ Pengadilan Negeri Boyolali, 10 September 2019, hlm. 2

(5)

35 1) Unsur Yuridis

a) Unsur Penganiayaan

Menimbang, bahwa menurut yurisprudensi maka yang diartikan dengan “penganiayaan” adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit atau luka.40

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum sekitar pukul 03.00 WIB hari Minggu tanggal 14 April 2019 di Dukuh Ngesrep RT. 02 RW.

02 Desa Ngaru-aru Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, Dwi Endah Sri Rejeki dan Anggit melihat Terdakwa Bimo Oktavianus datang dari arah Utara menuju ke arah Selatan dan melemparkan besi dengan tangan kanan mengarah kepada Eko Purwanto akan tetapi Eko Purwanto berhasil mengelak dari lemparan tersebut sehingga lemparan tersebut mengenai Warsito lalu Warsito terjatuh ke jalan secara salto ke arah belakang sepeda motor yang sedang ditumpanginya dengan Eko Purwanto sebagai pengendaranya.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa Bimo Oktavianus bahwa Terdakwa Bimo Oktavianus menemukan besi dari depan sebuah bengkel saat dalam perjalanan mencari Eko Purwanto lalu Terdakwa Bimo Oktavianus membawa besi tersebut dan besi tersebut yang dipergunakan oleh Terdakwa Bimo Oktavianus saat melempar ke arah Eko Purwanto akan tetapi mengenai Warsito.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum setelah Warsito jatuh lalu Dwi Endah Sri Rejeki, Anggit dan Terdakwa Bimo Oktavianus

40 Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/ Pengadilan Negeri Boyolali, 10 September 2019, hlm. 32

(6)

36

berhenti untuk melihat siapa yang terjatuh dan ternyata yang jatuh adalah Warsito lalu Terdakwa Bimo Oktavianus menyuruh Anggit mengejar Eko Purwanto untuk membantu Warsito yang jatuh namun Anggit tidak bertemu dengan Eko Purwanto.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa Bimo Oktavianus bahwa saat itu Terdakwa Bimo Oktavianus menyadari kalau lemparan saat itu salah sasaran karena tujuan Terdakwa Bimo Oktavianus adalah melempar Eko Purwanto bukan Warsito. Berdasarkan fakta hukum selanjutnya Dwi Endah Sri Rejeki, Anggit dan Terdakwa Bimo Oktavianus meninggalkan Warsito yang sedang tergeletak di jalan lalu kembali ke rumah Terdakwa Parwoto;

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa Parwoto bahwa saat melintas di jalan tempat Warsito tergeletak lalu Terdakwa Parwoto mengambil kayu yang ada di sekitar tempat itu lalu memukulkannya sebanyak 2 (dua) kali kepada Warsito tanpa memperhatikan siapa yang dipukul saat itu karena Terdakwa Parwoto terlanjur emosi.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa Parwoto bahwa setelah Terdakwa Parwoto selesai memukul barulah Terdakwa Parwoto tersadar bahwa orang dipukul ternyata bukan Eko Purwanto kemudian Terdakwa Parwoto pergi meninggalkan Warsito yang tergeletak di jalan.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian diatas Majelis Hakim berkesimpulan bahwa perbuatan Terdakwa Bimo Oktavianus yang

(7)

37

melemparkan besi ke arah Eko Purwanto akan tetapi mengenai Warsito merupakan suatu perbuatan yang pasti disadari oleh Terdakwa Bimo Oktavianus bahwa lemparan tersebut akan mengakibatkan siapapun yang menganainya akan menderita sakit maupun luka demikian juga dengan perbuatan Terdakwa Parwoto yang mengambil kayu lalu memukulkannya sebanyak 2 (dua) kali kepada Warsito merupakan suatu perbuatan yang pasti disadari oleh Terdakwa Parwoto bahwa pukulan tersebut akan mengakibatkan siapapun yang mengenainya akan menderita sakit maupun luka.

Menimbang, bahwa berdasarkan hal tersebut maka Majelis Hakim berpendapat bahwa walaupun para Terdakwa menerangkan bahwa lemparan maupun pukulan tersebut sebenarnya tidak ditujukan kepada Warsito melainkan kepada Eko Purwanto, akan tetapi cukup dengan suatu keadaan yang pasti disadari oleh para Terdakwa bahwa perbuatan para Terdakwa tersebut akan mengakibatkan siapapun yang mengenainya akan menderita sakit maupun luka maka dalam hal ini para Terdakwa dapat dipersalahkan karena melakukan penganiayaan terhadap Warsito.

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut diatas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa unsur “penganiayaan” telah terpenuhi oleh perbuatan para Terdakwa.

b) Unsur Berakibat matinya orang

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum setelah Terdakwa Bimo Oktavianus melemparkan besi dan mengenai Warsito kemudian Terdakwa Bimo Oktavianus meninggalkan Warsito yang sedang

(8)

38

tergeletak di jalan lalu Terdakwa Bimo Oktavianus kembali ke rumah Terdakwa Parwoto.41

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum setelah Terdakwa Parwoto memukul kayu dan mengenai Warsito kemudian Terdakwa Parwoto meninggalkan Warsito yang sedang tergeletak di jalan lalu Terdakwa Parwoto kembali ke rumah Terdakwa Parwoto.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum setelah para Terdakwa, Dwi Endah Sri Rejeki dan Anggit berada di rumah Terdakwa Parwoto lalu Terdakwa Bimo Oktavianus menyuruh Anggit kembali ke tempat kejadian untuk melihat kondisi Warsito kemudian Anggit pergi dan setelah itu kembali lagi ke rumah Terdakwa Parwoto dan mengatakan bahwa Warsito masih tergeletak di tempat kejadian sehingga Terdakwa Bimo Oktavianus merasa kasihan dan akhirnya Terdakwa Bimo Oktavianus menyuruh Anggit pergi ke Rumah Sakit Mila Husada untuk menyewa ambulance akan tetapi ternyata tidak ada yang bisa mengemudikan ambulance saat itu sehingga akhirnya Anggit menghubungi Terdakwa Parwoto untuk menyewa mobil yang akan mengangkut Warsito ke Rumah Sakit selanjutnya Terdakwa Bimo Oktavianus dan Anggit membawa Warsito ke Rumah Sakit Mila Husada dengan berboncengan menggunakan sepeda motor dan saat itu Warsito masih hidup.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum sesampainya di Rumah Sakit Mila Husada lalu Warsito ditolak karena keadaannya sudah

41 Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/ Pengadilan Negeri Boyolali, 10 September 2019, hlm.34

(9)

39

sangat parah sehingga dirujuk ke RSUD Pandanarang Boyolali kemudian Terdakwa Parwoto dan Anggit membawa Warsito ke RSUD Pandanarang Boyolali namun akhirnya Warsito meninggal dunia;

Menimbang, bahwa berdasarkan Visum et Repertum Nomor 353/088/V/2019/RSUD.BI tertanggal 8 Mei 2019 atas nama Warsito alias Sokle yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Dewi Endriyani NH dokter umum pada Rumah Sakit Umum Daerah Pandanarang Boyolali yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Warsito alias Sokle dengan kesimpulan hasil pemeriksaan terdapat bengkak di dahi dan atas telinga kanan Warsito alias Sokle dan teraba patah, terlihat otak dan luka robek di kepala Warsito alias Sokle akibat benturan benda tumpul/keras dan kemudian Warsito alias Sokle meninggal dunia.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut diatas, Majelis Hakim berkesimpulan bahwa perbuatan Terdakwa Bimo Oktavianus yang melemparkan besi dan mengenai Warsito juga perbuatan Terdakwa Parwoto yang memukul kayu dan mengenai Warsito adalah perbuatan yang mengakibatkan Warsito meninggal dunia sehingga unsur “berakibat matinya orang” telah terpenuhi oleh perbuatan para Terdakwa.

c) Penyertaan

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan "yang melakukan"

adalah orang yang bertindak sendirian untuk mewujudkan segala tindak pidana. Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan "menyuruh melakukan" adalah dalam hal pelakunya paling sedikit ada 2 (dua) orang yakni yang menyuruh dan yang disuruh. Jadi bukan pelaku utama itu sendiri yang melakukan tindak pidana, tetapi dengan bantuan orang lain yang hanya merupakan alat saja. Meskipun demikian ia dianggap dan dihukum sebagai orang yang melakukan tindak pidana, sedangkan orang

(10)

40

yang disuruh tidak dapat dihukum karena tidak dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya.42

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan "turut serta melakukan" adalah melakukan bersama-sama. Dalam tindak pidana ini pelakunya paling sedikit harus ada dua orang, yakni yang melakukan dan yang turut melakukan dan dalam tindakannya keduanya harus melakukan perbuatan pelaksanaan, jadi keduanya melakukan tindak pidana itu.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum sekitar pukul 03.00 WIB hari Minggu tanggal 14 April 2019 di Dukuh Ngesrep RT. 02 RW.

02 Desa Ngaru-aru Kecamatan Banyudono Kabupaten Boyolali, Dwi Endah Sri Rejeki dan Anggit melihat Terdakwa Bimo Oktavianus datang dari arah Utara menuju ke arah Selatan dan melemparkan besi dengan tangan kanan mengarah kepada Eko Purwanto akan tetapi Eko Purwanto berhasil mengelak dari lemparan tersebut sehingga lemparan tersebut mengenai Warsito lalu Warsito terjatuh ke jalan secara salto ke arah belakang sepeda motor yang sedang ditumpanginya dengan Eko Purwanto sebagai pengendaranya.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum selanjutnya Dwi Endah Sri Rejeki, Anggit dan Terdakwa Bimo Oktavianus meninggalkan Warsito yang sedang tergeletak di jalan lalu kembali ke rumah Terdakwa Parwoto.

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan Terdakwa Parwoto bahwa saat Terdakwa Parwoto melintas di jalan tempat Warsito

42 Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/PN.BYL, 10 September 2019, hlm.36

(11)

41

tergeletak lalu Terdakwa Parwoto mengambil kayu yang ada di sekitar tempat itu lalu memukulkannya sebanyak 2 (dua) kali kepada Warsito.

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta hukum dan didukung oleh keterangan para Terdakwa bahwa para Terdakwa memang sengaja mengejar Eko Purwanto karena sebelumnya Dina melaporkan bahwa Dwi Endah Sri Rejeki dipukul oleh Eko Purwanto sehingga para Terdakwa emosi namun ternyata lemparan dan pukulan yang dilakukan oleh para Terdakwa mengenai Warsito yang saat itu sedang dibonceng oleh Eko Purwanto.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut Majelis Hakim berkesimpulan bahwa para Terdakwa telah bersama-sama mengejar Eko Purwanto dengan latar belakang yang sama yaitu emosi setelah mendengar Dwi Endah Sri Rejeki dipukul oleh Eko Purwanto lalu masing-masing Terdakwa Bimo Oktavianus dan Terdakwa Parwoto melakukan perbuatan menganiaya. Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut maka oleh karena perbuatan menganiaya Warsito dilakukan oleh para Terdakwa secara bersama-sama maka Majelis Hakim berkesimpulan unsur “turut serta melakukan perbuatan itu” dalam hal ini telah terpenuhi oleh perbuatan para Terdakwa. Menimbang, bahwa oleh karena semua unsur dari Pasal 351 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana telah terpenuhi, maka para Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan melakukan tindak pidana sebagaimana didakwakan dalam Dakwaan alternatif Kedua. Menimbang,

(12)

42

bahwa dalam persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan hal-hal yang dapat menghapuskan pertanggungjawaban pidana baik sebagai alasan pembenar dan atau alasan pemaaf, maka para Terdakwa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Menimbang, bahwa oleh karena para Terdakwa mampu bertanggungjawab, maka harus dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana.

Menimbang, bahwa dalam perkara ini terhadap para Terdakwa telah dikenakan penangkapan dan penahanan yang sah, maka masa penangkapan dan penahanan tersebut harus dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan. Menimbang, bahwa oleh karena para Terdakwa ditahan dan penahanan terhadap para Terdakwa dilandasi alasan yang cukup, maka perlu ditetapkan agar para Terdakwa tetap berada dalam tahanan.

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti yang diajukan di persidangan untuk selanjutnya dipertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa terhadap barang bukti berupa 1 (satu) buah besi panjang kurang lebih 40 (empat puluh) centimeter dan 1 (satu) buah kayu panjang kurang lebih 70 (tujuh puluh) centimeter, oleh karena merupakan barang yang dipakai oleh para Terdakwa saat melakukan kejahatan dan tidak bernilai ekonomis maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dirampas untuk dimusnahkan.

Menimbang bahwa terhadap barang bukti 1 (satu) buah celana jeans pendek warna biru, 1 (satu) buah kaos dalam pria warna putih dan 1 (satu) buah sarung warna coklat, oleh karena merupakan barang yang

(13)

43

dipakai oleh Warsito (korban) saat terjadi kejahatan dan tidak bernilai ekonomis maka terhadap barang bukti tersebut haruslah dirampas untuk dimusnahkan.

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap para Terdakwa maka perlu dipertimbahkan terlebih dahulu keadaan yang memberatkan dan yang meringankan para Terdakwa, sebagai berikut:

1. Keadaan yang memberatkan:

 Perbuatan para Terdakwa mengakibatkan Warsito meninggal dunia

2. Keadaan yang meringankan

 Para Terdakwa bersikap sopan dipersidangan

 Para Terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya

 Para Terdakwa belum pernah dihukum

 Para Terdakwa telah menunjukan rasa tanggungjawabnya dengan membawa Warsito ke Rumah Sakit untuk mendapatkan pengobatan

 Para Terdakwa sudah berdamai dengan kluarga Warsito

 Para Terdakwa menyerahkan diri kepada pihak kepolisian sehingga kasus ini terungkap.

b. Amar Putusan

Berdasarkan dari tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian yang dilakukan oleh para terdakwa hakim memutus perkara dengan amar sebagai berikut:

(14)

44

1) Menyatakan Terdakwa 1. Bimo Oktavianus alias Bimo bin Agustinus Dwi Saputra dan Terdakwa 2. Parwoto alias Coro bin Suparmo Wiyoto tersebut diatas terbukti secara sah dan menyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “turut serta melakukan penganiayaan mengakibatkan mati”

sebagaimana dalam Dakwaan alternatif kedua.

2) Menjatuhkan pidana kepada para Terdakwa oleh karena itu dengan pidana penjara masing-masing selama 10 (sepuluh) bulan.

3) Menetapkan masa penangkapan dan penahanan yang telah dijalani para Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan.

4) Menetapkan para Terdakwa tetap ditahan.

5) Menetapkan barang bukti berupa, 1 (satu) buah besi panjang kurang lebih 40 (empat pulih) cm; 1 (satu) buah kayu panjang kurang lebih 70 (tujuh puluh) cm; 1 (satu) buah celana jeans pendek warna biru; 1 (satu) buah kaos dalam pria warna putih, 1 (satu) buah sarung warna coklat.

Dirampas untuk dimusnahkan,

6) Membebankan kepada para Terdakwa membayar biaya perkara masing- masing sejumlah Rp.5.000,00 (lima ribu rupiah)43

B. Analisis

1. Pertimbangan Yuridis dalam Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/

Pengadilan Negeri Boyolali.

Pertimbangan Yuridis merupakan suatu pertimbangan hakim dimana hakim memutus harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Pada dasarnya dalam pertimbangan yuridis hakim

43 Putusaan Nomor 107/Pid.B/2019/PN.BYL, 10 September 2019, hlm.38

(15)

45

harus dapat membuktikan apakah perbuatan terdakwa sudah memenuhi unsur tindak pidana dalam suatu dakwaan yang telah didakwakan sebelumnnya oleh Penuntut Umum berdasarkan fakta-fakta yang ada di dalam persidangan melalui alat bukti dan barang bukti.

Dalam Perkara Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali, para terdakwa telah didakwa dengan dakwaan alternatif yang setelahnnya hakim dengan mempertimbangkan fakta-fakta hukum yang ada memilih dakwaan alternatif sebagaimana diatur Pasal 351 ayat (3 ) jo Pasal 55 KUHP “turut serta melakukan penganiayaan mengakibatkan mati”.

Tindakan para terdakwa telah memenuhi unsur-unsur tindak pidana dalam pasal yang didakwakan, adapun unsur-unsur tersebut;

a. Penganiayaan

Menurut yurisprudensi maka yang diartikan dengan

”penganiayaan” adalah sengaja menyebabkan perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit (pijn) atau luka (R. Soesilo, Kitab Undang- undang Hukum Pidana (KUHP) serta komentar-komentarnya lengkap pasal demi pasal,halaman 245)

b. Berakibat Matinya Orang

Berdasarkan Visum et Repertum Nomor

353/088/V/2019/RSUD.BI tertanggal 8 Mei 2019 atas nama Warsito alias Sokle yang dibuat dan ditandatangani oleh dr. Dewi Endriyani NH dokter umum pada Rumah Sakit Umum Daerah Pandanarang Boyolali yang telah melakukan pemeriksaan terhadap Warsito alias Sokle dengan kesimpulan hasil pemeriksaan terdapat bengkak di dahi dan atas telinga

(16)

46

kanan Warsito alias Sokle dan terlihat otak dan luka robek di kepala Warsito alias Sokle akibat benturan benda tumpul/keras dan kemudian Warsito alias Sokle meninggal dunia.

Penyebab yang mendasari kematian korban Warsito adalah adanya benturan benda tumpul atau keras. Sehingga, berdasarkan pada petimbangan-pertimbangan hukum tersebut Majelis Hakim berpendapat unsur penganiayaan mengakibatkan mati telah terpenuhi secara sah menurut hukum

c. Penyertaan

Turut serta melakukan adalah orang yang dengan sengaja turut berbuat atau turut mengerjakan terjadinya sesuatu. Oleh karna itu, tindak pidana yang dilakukan para terdakwa adalah sama.

Hakim menimbang para terdakwa memang sengaja mengejar Eko karena sebelumnnya saksi Dina melaporkan bahwa saksi Dwi dupukul oleh saksi Eko sehingga para terdakwa emosi namun ternyata lemparan dan pukulan yang dilakukan para terdakwa mengenai warsito yang saat itu di bonceng saksi Eko, majelis hakim berkesimpulan bahwa para terdakwa telah Bersama-sama mengejar eko dengan latar belakang yang sama yaitu emosi setelah mendengar saksi Dwi dipukul oleh saksi Eko lalu masing-masing terdakwa Bimo dan terdakwa parwoto melakukan perbuatan menganiaya warsito.

Berdasarkan pada pertimbangan tersebut maka oleh karena perbuatan menganiaya Warsito dilakukan oleh para terdakwa secara Bersama-sama maka Majelis Hakim berkesimpulan unsur “turut serta

(17)

47

melakukan perbuatan itu” dalam hal ini telah terpenuhi oleh para terdakwa.

Penulis berpendapat bahwa dapat diketahui hakim sebelum menjatuhkan pidana berdasarkan dakwaan alternatif kedua hakim telah melakukan pembuktian terhadap unsur-unsur pasal yang di dakwakan dengan menggunakan fakta-fakta hukum melalui alat bukti dan barang bukti. Penulis berpendapat bahwa unsur-unsur pasal yang didakwakan oleh jaksa penuntut umum terbukti, bahwa para terdakwa telah melakukan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan mati sebagaimana dalam dakwaan alternatif kedua dengan menjatuhkan pidana berdasarkan apa yang ada didalam Pasal 351 ayat (3) Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana “Turut Serta Melakukan Penganiayan yang Mengakibatkan Kematian”.

Penulis berpendapat bahwa dalam hal ini hakim sudah mempertimbangkan unsur penyertaan. Namun dalam putusan ini hakim hanya menyingung unsur bersama-sama untuk untuk melakukan suatu tindak pidana. Hakim hanya belum menimbang terkait kerja sama secara sadar baik secara fisik maupun sikisnya.

Menurut penulis dalam putusan ini terdakwa I dan terdakwa II secara sadar bekerja sama baik fisik dan psikisnya sama untuk melakukan suatu kejahatan terhadap Saksi Eko namun salah sasaran yang mengakibatkan Korban Warsito (Alm) meninggal dunia. Para terdakwa mulanya sudah menargetkan tindakannya untuk melukai Saksi Eko karna emosi namun salah sasaran. Hal ini telah menunjukan bawa para terdakwa secara sadar

(18)

48

baik fisik maupun psikisnya ingin memberikan pelajaran kepada saksi Eko. Pelaksanaan secara sadar juga dapat dilihat dari pengakuan para terdakwa terhadap perbuatan yang mereka lakukan dimana mereka melakukan pemukulan terhadap Korban Warsito (Alm). Seharusnya dalam hal ini hakim juga mempertimbangkan terkait apakah pukulan besi yang dilakukan oleh Terdakwa Bimo hingga mengakibatkan Korban tersungkur atau pukulan dengan kayu yang dilakukan oleh Terdakwa Parwoto lah yang mengakibatkan korban Warsito (Alm) meninggal dunia. Seharusnya hakim memberikan pertimbangan terhadap hal tersebut agar hakim mengetahui apakah karna pukulan besi atau pukulan kayu yang mengakibatkan korban meninggal dunia dan dengan pertimbangan tersebut seharusnya hakim dapat memberikan penjatuhan hukuman yang berbeda sesuai dengan peran dari perbuatan yang dilakukan oleh para terdakwa.

2. Pertimbangan Filosofis dalam Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali

Pertimbangan filosofis merupakan pertimbangan yang memperhatikan pada rasa keadilan dan kebenaran. Tujuan dari pemidanaan juga merupakan bagian dari aspek filosofis. Kebenaran dan keadilan yang dimaksud juga dapat dilihat dalam pemenuhan unsur tindak pidana. Pada putusan nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali unsur yuridis telah dipenuhi sesuai dengan unsur-unsur pada Pasal 351 ayat (3) Kitab Undang-undang Hukum Pidana Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

(19)

49

Dalam putusan nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali belum menguraikan terkait dengan tujuan pemidanaan. Hakim sebelum memutus suatu tindak pidana harus mempertimbangkan terkait dengan fakta yang ada dalam persidangan maka dengan itu hakim dapat menjatuhkan suatu putusan dengan menghendaki tujuan diberikannya pemidanaan adalah agar tercapainnya suatu keadilan. Sebagaimana keadilan yang dimaksud dalam aspek filosofis berupa keadilan prosedural atau formal dan keadilan struktural atau materil. Keadilan prosedural adalah keadilan yang mengacu kepada bunyi undang-undang, dimana sepanjang bunyi undang-undang terwujud tercapailah keadilan secara formal sedangkan Keadilan struktural atau materiel adalah keadilan yang memperhatikan hak-hak sosial serta menandai penataan politik, dan ekonomi dalam masyarakat

Dalam pertimbangan aspek filosofis putusan nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali hakim memang tidak menggambarkan secara langsung terkait dengan tujuan dari pemidanaan.

Namun jika melihat pertimbangan hakim yang ada, hakim telah mempertimbangkan terhadap sisi keadilan prosedural dimana hakim telah mengacu pertimbangannya dengan bunyi undang-undang hal ini berarti hakim telah mempertimbangkan keadilan prosedural. Selama proses persidangan juga berjalan dengan baik dengan melakukan para terdakwa dengan sebaik mungkin, maka untuk para terdakwa sudah memenuhi rasa keadilan prosedural.

Dalam putusan ini hakim juga telah mempertimbangkan terhadap keadilan struktural atau materil karena sebelumnnya hakim telah

(20)

50

mempertimbangkan keadaan yang meringankan dan memberatkan dimana ada pengurangan pidana yang dijatuhkan terhadap para terdakwa dengan mengurangi masa penangkapan dan penahanan seluruhnya yang telah dijalani oleh para terdakwa. Hakim juga melihat terkait dengan keadaan yang meringankan dimana sebelumnya sudah ada perdamaian antara para terdakwa dan keluarga korban. Perdamaian juga merupakan sebuah tuntutan dari keadilan yang hal ini merupakan filosofis agar keadaan para terdakwa dan keluarga dapat dikembalikan seperti keadaan ke semula hal tersebut merupakan keadilan struktural dari sisi para terdakwa. Dalam hal ini para terdakwa juga telah memberikan santunan sebesar Rp.20.000.000 (duapuluh juta rupiah) terhadap keluarga korban dimana hal tersebut juga sudah memenuhi rasa keadilan struktural kepada keluarga korban.

Teori atau pendekatan yang dipergunakan oleh hakim dalam mempertimbangkan penjatuhan pidana dalam putusan nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali yaitu teori ratio decidendi dikarenakan dalam putusan ini hakim telah yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok-pokok perkara yang sedang disengketakan, karena dalam hal ini hakim telah mempertimbangkan aspek yuridis berarti hakim sudah menggunakan teori ratio decidendi.

3. Pertimbangan Sosiologis dalam Putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali

Pertimbangan sosiologis harus mempertimbangkan tata nilai budaya yang hidup dalam masyarakat. Dalam putusan nomor 107/Pid.B/2019/PN.BYL hakim telah mempertimbangkan aspek sosiologis

(21)

51

hal ini dapat dilihat dari halaman 38 putusan Nomor 107/Pid.B/2019/Pengadilan Negeri Boyolali yang telah mempertimbangkan keadaan yang memberatkan dan meringankan sebagaimana hakim telah memperhatikan tata nilai budaya yang hidup di masyarakat karena dalam hal ini, hakim telah mempertimbangkan bahwa para terdakwa telah bersikap sopan dipersidangan hal ini merupakan hal yang harus di hormati dalam budaya jawa.

Hakim juga telah mempertimbangkan terhadap adanya suatu perdamaian seperti yang sebelumnya telah disebutkan oleh penulis dalam keadaan yang meringankan dimana hakim melihat dari kondisi sosial para terdakwa, para terdakwa juga telah memberikan santunan terhadap keluarga korban sebesar RP.20.0000.000 (dua puluh juta) rupiah dan uang untuk membeli susu anak korban. Hal ini juga merupakan suatu tata nilai budaya yang ada di masyarakat karena membantu meringankan dan wujud kepedulian.

Para terdakwa ketika mengetahui adanya kekeliruan juga tidak serta merta meninggalkan korban Warsito (Alm) begitu saja namun mereka juga berinisiatif untuk membawa Korban Warsito (Alm) ke rumah sakit hal tersebut juga telah mencerminkan faktor kebudayaan yang hidup di masyarakat yaitu rasa yang didasarkan pada karsa manusia dalam pergaulan hidup.

Dalam putusan ini para terdakwa juga sebelumnya telah menyerahkan diri kepada pihak kepolisian sehingga dapat membuat kasus ini cepat

(22)

52

terungkap hal ini juga telah mencerminkan rasa bertangung jawab dan jujur yang sangat di hargai dalam kehidupan bermasyarakat.

Menurut penulis setelah mempertimbangkan keadaan yang memberatkan dan keadaan yang meringankan dalam pertimbangan hakim penulis merasa hakim telah mempertimbangkan aspek sosiologis. Hakim telah menjelaskan bahwa pertimbangannya telah mempertimbangkan tata nilai budaya yang ada di masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dasar pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap wartawan pelaku tindak pidana pencemaran nama baikdalam Putusan Pengadilan Negeri