Nama : Nabila Putri Amalia NIM : 126208211027 Kelas : 5B TBIO No. Absen : 09
Mata Kuliah : Fisiologi Hewan
SISTEM SARAF
Sistem saraf adalah sistem organ (jaringan saraf kompleks) yang dapat meregulasi dan mengatur sistem organ tubuh lainnya serta bertanggung jawab atas pengetahuan dan daya ingat.
Sistem saraf merupakan mekanisme penghantar impuls saraf menuju ke susunan saraf pusat dan terjadi pemrosesan impuls saraf dan perintah untuk memberi tanggapan baik berupa rangsangan maupun sistem yang mengatur kerja semua sistem organ supaya data bekerja secara seimbang dan saling melengkapi. Sistem saraf ini mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi sebagian besar aktivitas pada sistem tubuh lainnya sehingga membentuk tubuh dengan unit struktural yang harmonis, baik kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, tekanan, dan gerakan sehingga memiliki kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respons terhadap suatu rangsangan. Jumlah sel saraf sendiri tidak sedikit bahkan sampai berjuta-juta dengan bentuk yang bervariasi. Kemudian, pada hewan memiliki sistem saraf yang berbeda-beda dengan semakin tinggi tingkatan hewan maka sistem saraf akan semakin kompleks. Sistem saraf secara umum terdiri dari Neuroglia, sel Schwan (sel-sel penyokong), dan neuron (sel-sel saraf). Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, yaitu (1) dapat memelihara fungsi tubuh, (2) pengatur kegiatan di dalam tubuh, (3) penerima rangsangan eksternal dan internal, (4) pengolah dan pemberi respons yang diterima, (5) penghantar sinyal dari reseptor sensoris, (6) menerjemahkan informasi dari stimulasi reseptor sensoris oleh lingkungan dihubungkan dengan respons tubuh yang sesuai, dan (7) penghantaran sinyal dari pusat integrasi ke sel efektor, sel-sel otot atau kelenjar yang mengaktualisasikan respons tubuh terhadap stimulus tersebut.
Struktur sistem saraf yang paling utama ialah neuron yang tersusun dari dendrit (serabut sel saraf pendek dan bercabang) yang berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan sel, lalu badan sel atau perikanon yang berfungsi untuk menerima rangsangan dari
dendrit dan meneruskan ke akson, kemudian akson yang disebut juga dengan neurit berbentuk serabut sel saraf panjang dari perjuluran sitoplasma badan sel, terdapat beberapa benang halus yang disebut neurofibril dengan pembungkus dari beberapa lapis selaput myelin yang banyak mengandung sel lemak dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Pada selaput myelin tersebut dibungkus oleh sel Schwan yang akan membentuk suatu jaringan yang dapat menyediakan makanan untuk neurit dan membantu pembentukan neurit dengan lapisan myelin sebelah luar disebut neurilemma yang melindungi akson dari kerusakan, dan bagian neurit yang tidak dibungkus lapisan neurit disebut nodus ranvier yang berfungsi mempercepat jalannya rangsangan.
Sel saraf dibagi lagi menjadi 3 kelompok, yaitu sel saraf sensorik yang ujung aksonnya berhubungan dengan sel saraf intermediet dengan fungsi sebagai pengantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang). Kemudian, terdapat sel saraf intermediet yang menerima impuls dari reseptor sensori atau sel saraf asosiasi lainnya dan berfungsi menghubungkas sel saraf motor dengan sel saraf sensoria tau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam sistem saraf pusat. Yang terakhir ialah sel saraf motorik dengan dendrit yang pendek dan berhubungan langsung dengan akson sel saraf intermediet, sel saraf ini berfungsi untuk mengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar dengan hasil berupa tanggapan tubuh terhadap rangsangan.
Sel neuroglia yang berasal dari nerve glue mengandung berbagai macam sel yang secara keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla spinalis, yang jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan perbandingan sekitar 10:1. Ada 4 sel neuroglia yang terindentifikasi, yaitu astrosit sebagai sel pemberi makan bagi neuron halus, oligodendrosit yang dapat menghasilkan myelin dalam susunan saraf pusat, mikroglia yang berperan aktif dalam melawan infeksi, serta sel ependymal yang membatasi sistem ventrikal sistem saraf pusat.
Sistem saraf pusat (SSP) sebagai pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Otak sendiri terdiri dari 3 bagian, yaitu otak depan, tengah dan belakang. Otak depan terdiri dari 3 bagian yaitu otak besar atau cerebrum yang pada masing-masing bagian kanan dan kiri memiliki kerja yang berbeda (otak bagian kanan berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian kiri, otak bagian kiri berpengaruh terhadap kerja
organ tubuh bagian kanan) serta diantara kanan dan kiri terdapat jembatan jaringan saraf yang disebut corpus callosum, kemudian thalamus yang berfungsi untuk melanjutkan informasi menuju otak besar denngan memilah data menjadi beberapa kategori, dan juga dapat memperbesar dan menekan suatu sinyal lainnya, sedangkan hipotalamus digunakan untuk mengontrol kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon serta mengontrol suhu tubuh, tekanan, rasa lapar dan haus, dan hasrat seksual. Otak tengah memiliki fungsi dalam sinkronisasi pergerakan kecil, pusat relaksasi motoric, dan pusat pengaturan refleks pupil pada mata, dengan lobus opticus sebagai pengatur gerak bola mata dan neurotransmitter yang mengontrol pergerakan lembut. Terakhir, otak belakang yang tersusun dari otak kecil (cerebellum), medulla oblongata, dan pons varoli, otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan otot, terdapat medulla oblongata yang berperan dalam mengatur pernapasan, denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan batuk. Sumsum tulang belakang atau medulla spinalis yang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang dari pangkal leher sampai ke selangkangan, bila sumsum tulang ini mengalami cedera maka akan mempengaruhi sistem saraf di sekitarnya.
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf pusat sebagai pengontrol aktivitas oleh otot dan sistem saraf otonom sebagai pengontrol aktivitas yang tidak diatur oleh otot (denyut jantung, gerak saluran pencernaan, sekresi keringat). Pada sistem saraf tepi terdapat saraf spinal dan saraf kranial yang mengandung neuron motoris dan sensoris dengan jumlah pada mamalia masing- masing 31 pasang dan 12 pasang, serta divisi sensoris dan motoris yang mengirimkan sinyal informasi dari reseptor sensoris pada divisi sensoris dan sistem saraf pusat pada divisi motoris ke saraf pusat yang memonitor lingkungan pada divisi sensoris dan ke efektor pada divisi motoris.
Sistem saraf pada vertebrata terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf eferen yang terbagi menjadi sistem saraf somatik dan otonom, dan sistem saraf aferen. Sistem saraf otonom terdiri dari sistem saraf simpatik dan parasimpatik yang memiliki fungsi antagonistik (berlawanan) dalam meregulasi fungsi organ. Pada mamalia, secara general memiliki tingkat perkembangan yang lebih tinggi dari kelas lainnya dengan struktur hampir sama dengan sistem saraf pada manusia. Cerebrum berukuran paling besar dari keseluruhan bagian otak, cerebellum juga berukuran lebih besar dan berlobus lateral 2 buah.
Lbus optikus ada 4 buah, setiap bagian lateralnya dibagi oleh alur transversal menjadi lobus
anterior dan posterior. Pada pisces mempunyai otak yang pendek dengan lobus olfaktoris, hemisfer cerebral dan diensefalon kecil sedangkan lobus optikus dan cerebellum besar. Ikan menerima rangsan dari lingkungannya melalui organ perasa, yang selanjutnya diteruskan dalam bentuk impuls ke otak dan dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Otak pada ikan dibagi menjadi beberapa daerah, depan adalah lobus penciuman, batang otak atau myelencephalon yang mengendalikan beberapa otot dan organ tubuh (pernapasan dan osmoregulasi). Dari otak terdapat 11 saraf otak yang menyebar ke organ-organ sensori tertentu dan otot-otot tertentu.
Otak amfibi terbagi atas 5 bagian, dengan 10 saraf kranial (3 pertama membentuk pleksus brakeal, saraf ke 7,8, dan 9 membentuk pleksus iskiadikus. Sistem saraf pusat meliputi otak yang dilindungi tengkorak dan sumsum tulang belakang yang dilindungi ruas-ruas tulang belakang yang dibungkus oleh selaput duramater yang berbatasan dengan tulang dan pipiamater yang berbatasan dengan jaringan saraf (diantara 2 lapisan tersebut terdapat spatium subdurale dan cairan cerebrospinalis). Bagian otak pada amfibi meliputi lobsu olfaktorius, cerebrum, mesencephalon, cerebellum, medulla oblongata, dan medulla spinalis. Otak reptile dengan 2 lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, cerebellum oblongata yang melanjut ke korda saraf, dan juga 12 pasang saraf kranial. Reptile mempunyai susunan saraf serupa dengan susunan saraf pada burung, hanya berbeda pada tonjolan otak besar yang berkembang dengan baik. Cerebellum berbentuk buah pir dengan ukuran lebih besar dari cerebellum amfibi, terdapat 12 pasang saraf kranial dan spinal yang berpasangan ke setiap somit tubuh.
Otak burung terdiri dari otak besar, otak tengah, otak kecil, dan sumsum lanjutan.
Terdapat lekukan-lekukan yang dapat menampung banyak neuron pada otak kecil sebagai pusat koordinasi gerak dan keseimbangan burung pada saat terbang, sedangkan pada otak besar burung tidak berlipat-lipat sehingga jumlah neuron pada burung tidak banyak serta otak tengah burung berkembang membentuk 2 gelembung yang berhubungan dengan fungsi penglihatan. Sistem saraf pusat terdiri dari 3 bagian pokok, yaitu prosencephalon (bagian muka), mesencephalon (bagian tengah), dan rhombencephalon.
Tidak semua invertebrata memiliki sistem saraf, seperti halnya protozoa dan porifera.
Seperti juga halnya Amoeba dan Paramecium yang meski tidak mempunyai urat saraf tetapi protoplasamanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai makhluk hidup, seperti iritabilitas,
bergerak, dan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Pada hewan invertebrata simetris bilateral, sistem sarafnya sudah terlihat adanya sefalisasi (terdapat pusat sel-sel saraf pada bagian anterior tubuh). Pada Coelenterata, sistem saraf diffus masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala atau yang disebut dengan saraf jala dengan sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak. Meskipun demikian, impuls dari satu sel ke sel yang lainnya dapat melewati melalui sinaps. Pada Echinodermata, sistem saraf terdiri dari cincin saraf yang melingkari bagian oral dan bercabang-cabang ke arah radial, khususnya pada bintang laut terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada Platyhelminthes, sudah terdapat sistem saraf pusat dan tepi yang disebut dengan sistem saraf tangga tali, yang terdiri atas sepasang ganglion otak yang akan memanjang dari anterior sampai posterior sebagai pusat sensoris, dan serabut-serabut saraf yang keluar dari ganglion otak dan saling berhubungan membentuk seperti anak tangga. Pada Arthropoda, terdapat satu otak dan satu korda saraf pejal ventral/tali saraf ventral dengan struktur bilateral seperti pada cacing tanah dan Molinsca primitive. Otak tersebut terdiri dari 3 bagian, yaitu protoserebrum, deuteronserebrum, dan tritoserebrum. Pada Annelida terdiri satu ganglia dan satu pasang saraf berbentuk seperti tangga pada bagian ventral yang menjalar di sepanjang tubuh ke arah posterior, sedangkan di bagian anterior terdappat sel sensorik untuk mendeteksi cahaya, bahan kimia, gelombang dan tekanan. Pada Mollusca terdapat 3 pasang ganglion, sepasang dekat esophagus, sepasang dalam kaki, dan sepasang dekat ujung posterior massa visceral yang dihubungkan dengan serabut-serabut longitudinal dan transversal. Terdapat pula sel-sel sensori yang peka terhadap sentuhan dan cahaya dan organ pendeteksi gangguan keseimbangan yang terdapat pada tiram.
Gangguan pada otak depan anjing meliputi hidrosefalus, epilepsy idiopatik, dan ensefalopati hepatik. Gangguan pada otak kecil anjing meliputi hypoplasia sereblar dan abiotrofil serebelar. Gangguan pada batang otak anjing berupa penyakit vestibular bawaan yang diturunkan pada anjing Gembala Jerman, Cocker Spaniel, dan Doberman Pinscher. Gangguan pada tulang belakang meliputi malformasi tulang belakang bawaan, sindrom wobbler, dan subluksasi atlantoaksial. Gangguan pada saraf tepi anjing meliputi neuropati hipertrofik pada Tibetan Mastiff, polineuropati Alaskan Malamute, neuropati sensorik pada Dachshund berbulu panjang, Border Collies, dan Pointer, serta kram Scotty. Gangguan pada tulang belakang kucing berupa spina bidifa occulta. Gangguan pada saraf tepi berupa neuropati hiperkilomikronemia hederiter dan miastenia gravis kongenital. Gangguan multifocal terdiri dari kondisi degeratif spongiform
dan gangguan penyimpanan lisosom. Gangguan lainnya meliputi nistagmus pendular dan tuli bawaan pada kucing.