RESUME PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Dosen Pengampu:
ANDI NURFAIZAH,M.Pd.
Dibuat Oleh:
SAFIA 211010109
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) DATOKARAMA PALU
TAHUN 2024
RESUME
1. Materi:Menjelaskan perbedaan PTK dengan penelitian ilmiahlainnya
Motivasi penelitian tindakan berupa tindakan, sedangkan penelitian lainnya motivasi berupa kebenaran.Sumber masalah penelitian tindakan berupa diagnosis status, tetapi pada penelitian lainnya dapat berupa induksi- deduksi.metode induksi diartikan sebagai salah satu cara untuk menarik kesimpulan yang umum digunakan oleh para ilmuwan. Maka metode deduksi adalah kebalikan dari metode induksi, karena ia menarik kesimpulan kepada yang lebih khusus, dan terperinci.
PTK merupakan metode penelitian yang dilakukan oleh guru atau praktisi pendidikan dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar di dalam kelas.
Tujuan utama PTK adalah untuk mencari alternatif atau solusi terhadap masalah yang muncul dalam pembelajaran.Metode ini melibatkan guru sebagai peneliti, sehingga memungkinkan adanya implementasi langsung dari hasil penelitian kedalam kegiatan pembelajaran. Dimana juga penelitian PTK ini memiliki ciri khas tersendiri yang membedakan dengan penelitian yang lain, sebagaimana berikut:
a. Mencari Alternatif Pemecahan Masalah
Salah satu keunggulan PTK adalah kemampuannya untuk mencari alternatif pemecahan masalah yang konkret dan dapat diimplementasikan di dalam kelas.
Guru menjadi peneliti yang aktif terlibat dalam proses perbaikan pembelajaran, sehingga solusi yang dihasilkan memiliki relevansi langsung dengan konteks kelas.
b. Penggunaan Data Langsung dari Kelas
Dalam PTK, pengumpulan data dilakukan secara langsung di dalam kelas.
Guru sebagai peneliti dapat melakukan observasi, wawancara, atau mengumpulkan dokumen terkait dengan proses pembelajaran. Hal ini memberikan keuntungan karena data yang diperoleh lebih nyata dan sesuai dengan situasi yang ada di dalam kelas.
Tujuan utama dari PTK adalah meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas melalui perbaikan berbagai aspek pembelajaran seperti metode mengajar, penggunaan media pembelajaran, penilaian, dan pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, guru bertindak sebagai peneliti dan pengembang yang menggabungkan konsep dan teori dengan praktik pembelajaran di kelas.
c. Meningkatkan Keterlibatan guru
Dalam PTK, guru tidak hanya bertindak sebagai pengajar, tetapi juga sebagai peneliti. Hal ini membuat guru lebih aktif terlibat dalam meningkatkan pembelajaran di kelasnya. Dengan demikian, PTK dapat meningkatkan keterlibatan guru dalam mencari solusi terbaik untuk meningkatkan hasil belajar siswa
PTK melibatkan partisipasi aktif guru dan siswa dalam proses penelitian. Guru bertindak sebagai peneliti dan koordinator penelitian, sedangkan siswa diikutsertakan dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan kuesioner.
d. Waktu Pelaksanaan yang fleksibel
PTK dapat dilakukan dalam waktu tertentu yang ditentukan oleh guru sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kelas. Fleksibilitas ini memungkinkan guru untuk melakukan penelitian tanpa mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
PTK lebih menekankan pada aspek praktis dan aplikatif daripada teoretis.
Hasil dari PTK harus dapat diterapkan secara langsung dalam dunia nyata dan memperbaiki praktek pembelajaran di kelas secara signifikan
Sumber masalahnya, penelitian tindakan kelas adalah hasil diagnosis dan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran yang selama ini berlangsung, sedangkan pada penelitian yang bukan tindakan kelas adalah hasil proses deduksi- induksi (untuk penelitian kuantitatif atau induksi-deduksi (untuk penelitian kualitatif).
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik dan tujuan PTK sangat berbeda dengan penelitian lain, karena tidak hanya menekankan pada aspek teoretis, tetapi lebih menekankan pada aplikasi dan perbaikan praktis di kelas. Melalui PTK, guru dapat menjadi peneliti dan inovator yang mampu meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas dan berkontribusi pada pengembangan pendidikan secara luas.
Penelitian tindakan kelas memiliki perbedaan yang mendasar dengan bentuk- bentuk penelitian lain yang bukan tindakan kelas. Perbedaan itu tampak dari aspek- aspek berikut ini:
1. Dasar filosofisnya 2. Sumber masalahnya
3. Tujuan penelitiannya 4. Status penelitinya
5. Desain proses penelitiannya 6. Sampel penelitiannya 7. Metode penelitiannya
KeuntungandanKelemahan PTK
Dalamduniapendidikan, PTK (PenelitianTindakanKelas) seringdigunakansebagaialatevaluasibagi guru atautenagapendidik.Namun, seringkaliparapraktisipendidikanmasihbingungtentangapasebenarnyaperbedaan PTK denganpenelitian lain sepertipenelitiankuantitatifdankualitatif.
Berikutadalahpembahasanmengenaikeuntungandankelemahan PTK:
Keuntungan PTK
PTK dapatmembantumeningkatkankualitaspembelajarandanpengajaran di dalamkelas. Proses berlangsungbertahap, jadipadaakhirnyaakanterlihathasil yang signifikan.
PTK dapatdilakukandenganmenggunakansumberdaya yang terbatas, baikitusecaraekonomimaupunsumberdayamanusia. Guru dapatmelakukan PTK tanpaharusmengeluarkanbanyakbiayadanwaktu.
PTK dilakukanoleh guru di dalamkelassehinggamenciptakansuasana yang lebihalamidantidakterlalu formal, sehinggaterciptasuasana yang lebihnyamandanterbukauntukberdialog.
Dalam PTK, guru dapatmemperoleh data daninformasi yang sangatspesifikdanmendalammengenaikondisidankebutuhansiswa di dalamkelasnya.
Kelemahan PTK
Hasildari PTK cenderungbersifatsubjektifdantidakbisaumum. Hal
inikarenametode yang digunakandalam PTK
hanyamelibatkankelastertentudankondisilingkungan yang berbeda- bedaantarasatukelasdengankelas yang lainnya.
PTK memerlukanwaktu yang relatif lama danmemerlukanpengamatan yang intensifdariparapengamat. Hal inimengakibatkan guru tidakdapatmengambilkeputusansembarangtanpamelihathasil yang diperolehdari PTK.
PTK memerlukanpengetahuanakanpembagiansubjekdanobjek yang baik. Guru harusmemahamidenganbaikmengenaicarapenentuanobjekdansubjekdalam PTK agar dapatmendapatkanhasil yang optimal.
Sebelum membahas perbedaan antara Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan jenis penelitian lain, penting untuk memahami terlebih dahulu pengertian dari PTK itu sendiri. PTK merupakan jenis penelitian yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas melalui perumusan masalah, perencanaan tindakan, implementasi tindakan, dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.
Perbedaan antara PTK dan Penelitian Pendidikan
PTK lebih difokuskan pada masalah dan peningkatan pembelajaran di kelas, sedangkan penelitian pendidikan lebih mengkaji aspek lebih luas dalam bidang pendidikan seperti kebijakan pendidikan, isu-isu sosial dalam pendidikan, dan sebagainya.
Perbedaan antara PTK dan Penelitian Kualitatif
PTK dan penelitian kualitatif sama-sama menggunakan observasi dan wawancara sebagai teknik pengumpulan data, namun PTK lebih terfokus pada permasalahan pembelajaran yang spesifik dan pengembangan inovasi pembelajaran.
Perbedaan antara PTK dan Penelitian Kuantitatif
Sedangkan penelitian kuantitatif lebih berfokus pada pengumpulan data numerik dan analisis statistik, PTK lebih fokus pada pengamatan langsung dan evaluasi tindakan yang telah dilakukan
2. Materi: MenjelaskanimplementasiPenelitianTindakanKelas
DalamtahapPenelitianTindakanKelas (PTK),
langkahmerencanakanmerupakanlangkahpertama.Tanparencana, kegiatan yang
kitalakukantidakakanterarah. Rencanaakanmenjadiacuandalammelaksanakantindakan.
Melakukantindakansebagailangkah yang kedua.Tanpatindakan,
rencanahanyamerupakanangan-angan yang
tidakpernahmenjadikenyataan.Dalamimplementasi PTK
tahapmerencanakandanmelakukantindakanterdiridarilangkahutamayaitu: mengiden- tifikasimasalah, menganalisisdanmerumuskanmasalah, merencanakantindakankelas, melaksanakantindakankelas (membuatperencanaan, melaksanakan, observasi, analisisdanrefleksi), mengumpulkan data danmenganalisis data tentang proses danhasilbesertatindak-lanjutnya; terakhiradalahmenulislaporan. Langkah-
langkahinimerupakanlangkah yang berurutan;
artinyalangkahpertamaharusdikerjakanlebihdahulusebelumlangkahkeduadilaksanakan, demikianseterusnya.
PenelitianTindakanKelas (PTK) memilikipotensi yang sangatbesaruntukmeningkatkanpembelajaranapabiladiimplementasikandenganbaikdan benar.Diimplementasikandenganbaik di siniberartipihak yang terlibat (dosendan guru) mencobadengansadarmengembangkankemampuandalammendeteksidanmemecahkan masalah-masalahpendidikandanpembelajaranmelaluitindakanbermakna yang diperhitungkandapatmemecahkanmasalahataumemperbaikisituasidankemudiansecarac ermatmengamatipelaksanaannyauntukmengukurtingkatkeberhasilannya.Diimplement asikandenganbenarberartisesuaidengankaidah-kaidahpenelitiantindakan.
Dalam implementasi Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdapat beberapa tahapan untukpeningkatankualitaspembelajaran yang mencakup diagnosis danpenetapanmasalah yang ingindiselesaikan, bentukdanskenariotindakan, pengembanganinstrumenuntukmengukurkebehasilantindakan,
sertaproseduranalisisdaninterpretasi data penelitian.
A. Diagnosis danPenetapanMasalah
Masalah PTK yang merupakan penelitian kolaborasi antara dosen dan guru di sekolah hendaknya berasal dari persoalan-persoalan praktis yang dihadapi guru di kelas. Oleh karena itu, diagnosis masalah hendaknya tidak dilakukan oleh dosen lalu
“ditawarkan” kepada guru untuk dipecahkan tetapi sebaiknya dilakukan bersama- sama oleh dosen dan guru. Pada kenyataannya dosen dapat mengajak guru untuk berkolaborasi melakukan PTK dan menanyakan masalah-masalah apa yang dihadapi guru yang mungkin dapat diteliti melalui PTK. Guru yang telah berpengalaman
melakukan penelitian tindakan kelas mungkin dapat langsung mengatakan permasalahan yang dihadapinya yang mungkin dapat diteliti bersama dan kemudian membahas masalah tersebut dengan dosen..
Dalamkegiatan di kelas, guru dapatmencermatimasalah-masalahapa yang dapatdikembangkanberkelanjutaninidalamempatbidangyaitu yang berkaitandenganpengelolaankelas, proses belajar-mengajar, pengembangan/penggunaansumber-sumberbelajar,maupunsebagaiwahanapeningkatan personal danprofesional.
PTK yang dikaitkandenganpengelolaankelasdapatdilakukandalamrangka:
1) Meningkatkankegiatanbelajar-mengajar, 2) Meningkatkanpartisipasisiswadalambelajar,
3) Menerapkanpendekatanbelajar-mengajarinovatif, dan
4) Mengikutsertakanpihakketigadalam proses belajar-mengajar.
5) Menerapkanberbagaimetodemengajar, mengembangkankurikulum, meningkatkanperanansiswadalambelajar, danmemperbaikimetodeevaluasi.
B.
BentukdanSkenarioTindakan Gagas pendapat mengenai tindakan apa saja yang dapat memecahkan masalah yang dihadapi akan menghasilkan banyak alternatif tindakan yang dapat dipilih.
Dosen dan guru perlu membahas bentuk dan macam tindakan (atau tindakan- tindakan) apa yang kira-kira paling dikehendaki untuk dicoba dan dilaksanakan dalam kelas. Bentuk dan macam tindakan ini kemudian dimasukkan dalam judul usulan penelitian yang akan disusun bersama oleh dosen dan guru.
Tindakan yang dipilih dapat disebutkan sebagai suatu nama tindakan (misalnya penugasan siswa membaca materi pelajaran 10 menit sebelum pembelajaran) atau dalam bentuk penggunaan salah satu bentuk media pembelajaran.
C. PengembanganInstrumenuntukMengukurKeberhasilanTindakan
Instrumen yang diperlukandalampenelitiantindakankelas (PTK) haruslahsejalandenganprosedurdanlangkah
PTK.Instrumenuntukmengukurkeberhasilantindakandapatdipahamidariduasisiya
itusisi proses dansisihalyangdiamati.
1. Dari sisi proses a. Instrumenuntuk input
b. Instrumenuntuk proses c. Instrumenuntuk output 2. Dari sisi Hal yang Diamati
a. Pengamatanterhadap Guru (Observing Teachers) b. PengamatanterhadapKelas (Observing Classrooms) c. PengamatanterhadapSiswa (Observing Students).
d. ProsedurAnalisisdanInterpretasi Data Penelitian D. ProsedurAnalisisdanInterpretasi Data Penelitian
Dalam PTK, perhatian lebih kepada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterapkan terhadap pemahaman situasi problematik daripada atas dasar prediksi di dalam parameter.
1. Analisis Data Penelitian.
Tahap-tahap analisis data penelitian meliputi:
a. validasi hipotesis dengan menggunakan teknik yang sesuai (saturasi, triangulasi, atau jika memang perlu uji statistik);
b. interpretasi dengan acuan teori, menumbuhkan praktik, atau pendapat guru;
c. tindakan untuk perbaikan lebih lanjut yang juga dimonitor dengan teknik penelitian kelas.
2. Validasi hipotesis
Validasi hipotesis adalah diterima atau ditolaknya suatu hipotesis.
Jika di dalam desain penelitian tindakan kelas diajukan hipotesis tindakan yang merupakan keyakinan terhadap tindakan yang akan dilakukan, maka perlu dilakukan validasi. Validasi ini dimaksudkan untuk menguji atau memberikan bukti secara empirik apakah pernyataan keyakinan yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis tindakan itu benar. Validasi hipotesis tindakan dengan menggunakan tehnik yang sesuai yaitu: saturasi, triangulasi dan jika perlu dengan uji statistik tetapi bukan generalisasi atas hasil PTK. Saturasi, apakah tidak ditemukan lagi data tambahan.
Triangulasi, mempertentangkan persepsi seseorang pelaku dalam situasi tertentu dengan aktor-aktor lain dalam situasi itu, jadi data atau informasi yang telah diperoleh divalidasi dengan melakukan cek, recek, dan cek silang dengan pihak terkait untuk memperoleh kesimpulan yang objektif.
3. Interpretasi Data Penelitian
Interpretasi berarti mengartikan hasil penelitian berdasarkan pemahaman yang dimiliki peneliti. Hal ini dilakukan dengan acuan teori, dibandingkan dengan
pengalaman, praktik, atau penilaian dan pendapat guru. Hipotesis tindakan yang telah divalidasi dicocokkan dengan mengacu pada kriteria, norma, dan nilai yang telah diterima oleh guru dan siswa yang dikenai tindakan.
4. Penyusunan Laporan Penelitian
Di Bab Hasil dan Pembahasan Penelitian dalam Laporan PTK pada umumnya peneliti terlebih dulu menyajikan paparan data yang mendeskripsikan secara ringkas apa saja yang dilakukan peneliti sejak pengamatan awal (sebelum penelitian) yaitu kondisi awal guru dan siswa diikuti refleksi awal yang merupakan dasar perencanaan tindakan siklus I, dilanjutkan dengan paparan mengenai pelaksanaan tindakan, hasil observasi kegiatan guru, observasi situasi dan kondisi kelas dan hasil observasi kegiatan siswa.
penelitian. Temuan ini menjadi dasar refleksi tindakan siklus ke 2, termasuk apakah perlu dilanjutkan dengan pelaksanaan tindakan untuk siklus ke 3. Peneliti dapat membandingkan hasil siklus 2 ini dengan indikator keberhasilan tindakan siklus 2 yang telah ditetapkan berdasarkan hasil refleksi tindakan siklus ke 1.
Jadi prosedur analisis dan interpretasi data penelitian dilaksanakan secara deskriptif kualitatif dengan meringkas data (reduksi data), saturasi dan triangulasi.
E. Penutup
PTK merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan keprofesionalan guru maupun dosen. Dalam pelaksanaannya dosen dan guru perlu melakukan segala langkah penelitian ini secara bersama-sama (kolaboratif) dari awal hingga akhir. Ciri khas penelitian ini ialah adanya masalah pembelajaran dan tindakan untuk memecahkan masalah ini. Penelitian tindakan sebenarnya dapat dilakukan oleh guru atau dosen sendiri-sendiri atau seperti dalam pelatihan ini, guru dan dosen dapat saling berkolaborasi.
3. Materi: Memahami model PenelitianTindakanKelas
Secara lebih konkrit dapat dikemukakan bahwa tujuan PTK adalah memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul di dalam kelas. Setelah berhasil mengidentifikasi masalah, guru merancang dan kemudian memberikan perlakuan atau tindakan tertentu, mengamati, mengevaluasi, dan menganalisis hasilnya guna menentukan apakah tindakan yang diberikan tersebut berhasil memperbaiki kondisi kelas yang diajarnya atau tidak. Dari informasi tersebut guru dapat menentukan langkah-langkah yang perlu ditempuh terhadap kelas yang diajarnya.
Di samping tujuan pokok di atas, pelaksanaan PTK juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam melakukan penelitian dan sekaligus meningkatkan kualitas profesionalismenya. Dengan demikian prakarsa penelitian diharapkan muncul dari para guru sendiri dan pada akhirnya menumbuhkan budaya meneliti di kalangan para guru. Karena karakteristiknya yang seperti itulah maka PTK sering disamakan dengan pengembangan (pelatihan) staf.
Pendapat tersebut tidak salah tetapi kurang tepat. Raka Joni, dkk (1998) mengemukakan bahwa antara pengembangan (pelatihan) staf dengan PTK terdapat perbedaan dalam hal ‘pewaris langsung’ dari kedua kegiatan tersebut. Pada pelatihan, pihak yang mendapatkan manfaat langsung dari program tersebut adalah guru yang dilatih sehingga indikator-indikator keberhasilannya adalah unjuk kerja guru. Sementara itu pada PTK, pihak yang menerima manfaat langsung adalah para siswa sehingga indikator keberhasilannya adalah perilaku dan penampilan siswa yang terlibat dalam PTK.
Penelitian tindakan (termasuk PTK) dilakukan dalam suatu siklus (putaran) tertentu.Setiap siklus terdiri dari sejumlah langkah yang harusdikerjakanpeneliti.Ada
beberapa model rancangan yang
dikemukakanparapakar.Padakesempataninidikemukakantiga model di antaranya, yaitu (1) model Kurt Lewin, (2) model Kemmis& Taggart, dan (3) model John Elliot.
1. Rancangan Penelitian Tindakan model Kurt Lewin
Rancangan model Kurt Lewinmerupakan model dasar yang kemudiandikembangkanolehahli-ahli lain. Penelitiantindakan, menurut Kurt Lewin,
terdiridariempatkomponenkegiatan yang dipandangsebagaisatusiklus, yaitu:
perencanaan(planning), tindakan(acting),
pengamatan(observing),danrefleksi(reflecting).
Lewin mengembangkan model action research dalam sebuah sistem yang terdiri dari sub sistem input, transformation dan output. Pada tahap input dilakukan diagnosis permasalahan awal yang tampak pada individu atau kelompok siswa. Data identifikasi masalah dikumpulkan berdasarkan umpan balik hasil evaluasi kinerja sehari-hari. Peneliti telah melakukan studi pendahuluan sebelum menetapkan tindakan penelitian atau menyusun proposal. Dengan demikian, orang yang paling memahami masalah yang dihadapi subjek penelitian dan cara mengatasinya adalah peneliti itu sendiri
2. Rancangan Penelitian Tindakan Model Kemmis & McTaggart
Model yang dikemukakan Kemmis & Taggart merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Kurt Lewin. Secara mendasar tidak ada perbedaan yang prinsip antara keduanya. Model ini banyak dipakai karena sederhana dan mudah dipahami.
Rancangan Kemmis & Taggart dapatmencakup sejumlah siklus, masing-masing terdiri dari tahap-tahap: perencanaan (plan), pelaksanaan dan pengamatan (act &
observe), dan refleksi (reflect). Tahapan-tahapan ini berlangsung secara berulang- ulang, sampai tujuan penelitian tercapai.
Kemmis dan Taggart membagi prosedur penelitian tindakan dalam empat tahap kegiatan pada satu putaran (siklus) yaitu: perencanaan – tindakan dan observasi – refleksi. Model penelitian tindakan tersebut sering diacu oleh para peneliti tindakan
Hambatan dan keberhasilan pelaksanaan tindakan pada siklus pertama harus diobservasi, dievaluasi dan kemudian direfleksi untuk merancang tindakan pada siklus kedua. Pada umumnya, tindakan pada siklus kedua merupakan tindakan perbaikan dari tindakan pada siklus pertama tetapi tidak menutup kemungkinan tindakan pada siklus kedua adalah mengulang tindakan siklus pertama. Pengulangan tindakan dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa tindakan pada siklus pertama telah atau belum berhasil.
3. Rancangan Penelitian Tindakan Model John Elliott
Seperti halnya model Kemmis & McTaggart, model John Elliott juga merupakan pengembangan lebih lanjut dari model Lewin. Elliott mencoba
menggambarkan secara lebih rinci langkah demi langkah yang harus dilakukan peneliti. Ide dasarnya sama, dimulai dari penemuan masalah kemudian dirancang tindakan tertentu yang dianggap mampu memecahkan masalah tersebut, kemudian diimplementasikan, dimonitor, dan selanjutnya dilakukan tindakan berikutnya jika dianggap perlu.
Pada dasarnya PTK dilakukan secara individual oleh guru, di tempat di mana yang bersangkutan mengajar. Akan tetapi PTK dapat juga dilakukan secara kolaboratif, misalnya antara guru SD dengan dosen LPTK, atau pihak lain yang berkepentingan dengan proses pembelajaran. Meskipun hasil PTK ‘dikonsumsi’
langsung oleh guru yang bersangkutan akan tetapi hasilnya perlu disusun dalam suatu laporan sebagaimana penelitian formal pada umumnya. Hal ini dimaksudkan bukan saja sebagai pertanggungjawaban ilmiah seorang peneliti tetapi juga agar jika ada pihak lain yang tertarik dan memiliki masalah yang sama dapat mencontoh PTK yang bersangkutan
4. Model DDAER Tiga model PTK yang telah dicontohkan di atas memberi gambaran bahwa prosedur PTK sebenarnya sudah lazim dilakukan dalam program pembelajaran. Prosedur PTK akan lebih lengkap apabila diawali dengan kegiatan diagnosis masalah dan dilengkapi dengan evaluasi sebelum dilakukan refleksi. Desain lengkap PTK tersebut disingkat menjadi model DDAER (diagnosis, design, action and observation, evaluation, reflection
Dalam model DPAER tersebut, penelitian tindakan kelas dimulai dari diagnosis masalah sebelum tindakan dipilih. Secara implisit, diagnosis masalah ini ditulis dalam latar belakang masalah. Setelah masalah didiagnosis, peneliti mengidentifikasi tindakan dan memilih salah satu tindakan yang layak untuk mengatasi masalah.
Prosedur penelitian berikutnya hampir sama dengan prosedur pada model PTK yang lain.
4. Materi: Memahamitahapperencanaan, pelaksanaan/tindakan, pengamatan, danrefleksiPenelitianTindakanKelas
Dalampenelitiantindakankelasbiasanyadilakukanempatlangkahtindakan, yaitu: (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasiatauobservasi, dan (4) refleksi.
1. Langkah pertama dalam bentuk perencanaan pada dasarnya adalah kegiatan menyusun rencana aksi, yang berisi penjelasan tentang apa (what) dan mengapa (why). Kapan (when), di mana (where), siapa (who), dan bagaimana (how) melakukan tindakan. Langkah ini sering disebut sebagai menjawab atau mendeskripsikan langkah 5w dan 1h.
Penelitian tindakan kelas sebaiknya dilakukan secara kolaboratif, sehingga menghindarkan unsur subjektivitas. Di dalam penelitian tindakan kelas, ada kegiatan pengamatan terhadap diri sendiri, yaitu pada saat peneliti menerapkan pendekatan, model, atau metode pembelajaran sebagai upaya menyelesaikan masalah pada saat praktik penelitian. Dibutuhkan rekan sejawat untuk menilai kegiatan tersebut.
Di dalam tahap perencanaan, peneliti juga perlu menjelaskan persiapan-persiapan pelaksanaan penelitian, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran dan instrumen pengamatan (observasi).
2. Mengambil langkah perencanaan di atas sebagai contoh, dalam langkah tindakan ini, strategi pembelajaran kooperatif dan desain skenario berbasis pendekatan pengajaran kontekstual (CTL) diterapkan dalam proses pembelajaran.
Di dalam kegiatan implementasi ini, maka guru (peneliti) harus mentaati perencanaan yang telah disusun. Hal yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah pembelajaran harus berjalan seperti biasanya, tidak boleh kaku dan terkesan dibuat- buat. Kolaborator disarankan untuk melakukan pengamatan secara objektif sesuai kondisi pembelajaran yang dilakukan peneliti. Kegiatan ini penting karena tujuan penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran.
Pelaksanaan gerakan ini biasanya membutuhkan waktu minimal dua sampai tiga bulan untuk menyelesaikan beberapa mata pelajaran atau beberapa kompetensi dasar (KD).
Beberapa tindakan berikut akan dilakukan melalui pembelajaran kolaboratif dengan menggunakan pendekatan situasional teaching (CTL):
Semacam. Tes awal menggunakan tes kognitif untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami dan memecahkan masalah Tes konseptual dan kinerja awal untuk mengukur kemampuan psikomotorik siswa
3. Pada tahap pengamatan terdapat dua kegiatan yang akan diamati, yaitu kegiatan belajar peserta didk dan kegiatan pembelajaran. Pengamatan terhadap proses belajar peserta didik dapat dilakukan sendiri oleh guru pelaksana (peneliti) sambil melaksanakan pembelajaran,
Sedangkan pengamatan terhadap proses pembelajaran, guru pelaksana (peneliti) dapat meminta bantuan kepada teman sejawat yang bertindak sebagai kolaborator untuk melakukan pengamatan. Kolaborator melakukan pengamatan pembelajaran berdasarkan instrumen yang telah disusun oleh peneliti.
Hasil pengamatan dari kolaborator nantinya akan bermanfaat atau akan digunakan peneliti sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pembelajaran berikutnya.
Observasi sebenarnya dilakukan pada saat tindakan sedang dilakukan, karena observasi dilakukan pada saat tindakan sedang dilakukan. Pada langkah ini. Guru sebagai peneliti mengamati apa yang dilakukannya sendiri, mencatat apa yang dianggap penting dan hambatan yang dihadapi dalam melakukan tindakan.
Untuk pengamatan yang cermat, guru harus menggunakan format atau panduan pengamatan yang disiapkan dengan cermat dan mengamati jalannya tindakan dan dampaknya terhadap peningkatan proses pembelajaran dan hasil siswa. Data yang dikumpulkan melalui observasi dapat berupa data kuantitatif seperti: hasil kuis, hasil presentasi, hasil tugas, hasil tugas, hasil ulangan, dll. Juga dapat berupa data kualitatif seperti: motivasi siswa di kelas, aktivitas siswa dalam diskusi kelompok. Kemampuan siswa bekerja sama dalam kerja kelompok, kualitas pertanyaan siswa kepada guru, kualitas jawaban siswa saat menjawab pertanyaan guru, kualitas proses diskusi kelompok siswa, dll.
4. Kegiatan refleksi dilaksanakan ketika kolaborator sudah selesai melakukan pengamatan terhadap peneliti dalam melaksanakan pembelajaran. Kegiatan ini dapat
berupa diskusi hasil pengamatan yang dilakukan oleh kolaborator dengan guru pelaksana (peneliti).
Tahap ini merupakan inti dari penelitian tindakan kelas, yaitu ketika kolaborator mengungkapkan hal-hal yang dirasakan sudah berjalan baik dan bagian yang belum berjalan dengan baik pada saat peneliti mengelola proses pembelajaran.
Hasil refleksi dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merancang siklus berikutnya. Sehingga pada intinya, refleksi merupakan kegiatan evaluasi, analisis, pemaknaan, penjelasan, penyimpulan, dan identifikasi tindak lanjut dalam perencanaan siklua berikutnya.
Kegiatan pada langkah ini adalah mengamati, mengkaji, dan menganalisis secara mendalam dan menyeluruh tindakan yang dilakukan berdasarkan data yang dikumpulkan pada langkah observasi.
Berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif yang tersedia, guru dinilai sebagai peneliti untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan telah berhasil meningkatkan atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil belajar siswa.
Selain itu, melalui evaluasi dalam refleksi ini juga akan ditemukan kekurangan- kekurangan pada tindakan yang telah dilaksanakan, yang akan menjadi dasar untuk perbaikan rencana tindakan untuk siklus berikutnya.
Oleh karena itu, kegiatan dalam Langkah Langkah Penelitian Tindakan Kelas metode refleksi ini pada dasarnya terdiri dari mengamati, mengevaluasi, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi pengamatan terhadap tindakan yang telah dilakukan.
5. Menjelaskan pengertian, tujuan, dan karakteristik penelitian tindakan kelas Pengertian Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris, yaitu Classrom Action Research, yang berarti penelitian dengan melakukan tindakan yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi menjadi meningkat.
Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun
1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya. Untuk lebih jelasnya, mari kita perhatikan beberapa pengertian PTK berikut: Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya. Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik. Dengan semakin mantapnya psikologi kognitif yang mengedepankan aspek konstruktivisme, para guru tidak lagi dianggap sekedar sebagai penerima pembaharuan yang diturunkan dari atas, tetapi guru bertanggung jawab dan berperan aktif untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui penelitian tindakan kelas dalam proses pembelajaran yang dikelolanya. Latar belakang itulah yang melahirkan konsep PTK (Basuki 2009:2) Dalam konteks pekerjaan guru, maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga. Kasihani (1999), yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai
pencarian jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Pada pelaksanaannya, setiap masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar haruslah masalah yang benar-benar ada dan nyata dialami oleh guru.
Sedangkan menurut Suyanto (1997) secara singkat PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami guru. PTK merupakan siasat guru dalam mengaplikasikan pembelajaran dengan berkaca pada pengalamnya sendiri atau dengan perbandingan dari guru lain. Lewin (Tahir 2012:77) Menurut Bahri (2012:8) penelitian tindakan kelas merupakan sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mengamati kejadian-kejadian dalam kelas untuk memperbaiki praktek dalam pembelajaran agar lebih berkualitas dalam proses sehingga hasil belajarpun menjadi lebih baik. Dari beberapa definisi seperti yang telah dikemukakan dimuka maka ciri utama dari penelitian tindakan adalah adanya intervensi atau perlakuan tertentu untuk perbaikan kinerja dalam dunia nyata. Elliot (1982) mengatakan, “The fundamental aim of action research is to improve practice rather than toproduce knowledge (Wina 2011:25) PTK secara lebih sistematis dibagi menjadi tiga kata yaitu penelitian, tindakan, dan kelas. Peneletian yaitu kegiatan mengamati suatu objek tertentu dengan menggunakan prosedur tertentu untuk menemukan data dengan tujuan meningkatkan mutu. Kemudian tindakan yaitu perlakuan yang dilakukan dengan sengaja dan terencana dengan tujuan tertentu. Dan kelas adalah tempat di mana sekelompok peserta didik menerima pelajaran dari guru yang sama. (Suyadi,2012:18) Secara bahasa ada tiga istilah yang berkaitan dengan penelitian tindakan keleas (PTK), yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Pertama, penelitian adalah suatu perlakuan yang menggunakan metologi untuk memecahkan suatu masalah. Kedua, tindakan dapat diartikan sebagai perlakuan yang dilakukan oleh guru untuk memperbaiki mutu.
Ketiga kelas menunjukkan pada tempat berlangsungnya tindakan. (Sanjaya,2010:25) Menurut john Elliot PTK adalah peristiwa sosial dengan tujuan untuk meningkatkan kualiatas tindakan di dalamnya. Di mana dalam proses tersebut mencakup kegiatan yang menimbulkan hubungan antara evaluasi diri dengan peningkatan profesional.
Sedangkan menurut kemmis dan Mc. Taggart mengatakan bahwa PTK adalah gerakan diri sepenuhnya yang dilakukan oleh peserta didik untuk meningkatkan pemahaman. (Sanjaya,2010:25) Menurut Arikunto (Suyadi,2012:18), PTK adalah
gabungan pengertian dari kata “penelitian, tindakan dan kelas”. Penelitian adalah kegiatan mengamati suatu objek, dengan menggunakan kaidah metodologi tertentu untuk mendapatkan data yang bermanfaat bagi peneliti dan dan orang lain demi kepentingan bersama. Selanjutnya tindakan adalah suatu perlakuan yang sengaja diterapkan kepada objek dengan tujuan tertentu yang dalam penerapannya dirangkai menjadi beberapa periode atau siklus. Dan kelas adalah tempat di sekolompok siswa belajar bersama dari seorang guru yang sama dalam periode yang sama. Berdasarkan beberapa pemahaman mengenai PTK diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu pengamatan yang menerapkan tindakan didalam kelas yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu atau dengan menggunakan aturan sesuai dengan metodologi penelitian yang dilakukan dalam beberapa periode atau siklus agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran yang dilakukan bersama dikelas secara professional sehingga diperoleh peningkatan pemahaman atau kualitas atau target yang telah ditentukan.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Dalam pelaksanaannya, PTK diawali dengan kesadaran akan adanya permasalahan yang dirasakan mengganggu, yang dianggap menghalangi pencapaian tujuan pendidikan sehingga ditengarai telah berdampak kurang baik terhadap proses dan atau hasil belajar pserta didik, dan atau implementasi sesuatu program sekolah. Bertolak dari kesadaran mengenai adanya permasalahan tersebut, yang besar kemungkian masih tergambarkan secara kabur, guru kemudian menetapkan fokus permasalahan secara lebih tajam kalau perlu dengan mengumpulkan tambahan data lapangan secara lebih sistematis dan atau melakukan kajian pustaka yang relevan. Kunandar (2008), dalam bukunya “Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru” , menyatakan bahwa tujuan dari PTK adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dipahami langsung
dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesinalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik dikalangan guru.
2. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran dikelas secara terus-menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat.
3. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini mulai dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran.
4. Sebagai alat training in service, yang memperlengkapi guru dengan skill dan metode baru,mempertajamkekuatan analitisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya.
5. Sebagai alat untuk lebih inovatif terhadap pembelajaran.
6. Peningkatan mutu hasilpendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatkan motivasi belajar siswa.
7. Meningkatkan sifat profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
8. Menubuh kembangkan budaya akademik dilingkungan akademik.
9. Peningkatan efisiensi pengelolaan pendidikan, peningkatan dan perbaikan prosespembelajaran disamping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya (Kunandar 2008:63). Jika perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran dapat terwujud dengan baik berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas, menurut Suyanto (1999) ada tujuan penyerta yang juga dapat dicapai sekaligus dalam kegiatan penelitian itu. Tujuan penyerta yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan oleh guru selama proses penelitian tindakan kelas dilakukan. Ini dapat terjadi karena tujuan utama dari penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran. Artinya, dengan penelitian tindakan kelas itu guru sekaligus banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif yang telah dipilihnya sebagai upaya untuk meningkatkan layanan pembelajaran. Di sini guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelaj aran secara reflektifdaripada ilmu baru dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan itu. Dalam konteks pengalaman latihan guru ini, Borg (1996) menegaskan bahwa tujuan utama penelifian tindakan adalah untuk pengembangan keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaranyang dihadapi guru di kelasnya
sendiri, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan (Suharsimi 2011:106). McNiff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya PTK adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama PTK adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan professional pendidik dalam menangani proses belajara mengajar, bagaimana tujuan ituudapat di capai ? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternative dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu, fokus penelitian penelitian tindakan kelas terletak pada tindakan- tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan selanjutnya dievaluasi. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah:
1. terjadinya proses latihan dalan jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.
2. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka dan jujur dalam pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
PTK memiliki karakterlistik tersendiri sebagai pembeda dengan penelitian-penelitian lainya. Adapun beberapa karakteristik tersebut adalah:
1. PTK hanya dilakukan oleh guru yang memahami bahwa proses pembelajaran perlu diperbaiki dan ia terpanggil jiwanya untuk memberikan tindakan-tindakan tertentu untuk membenahi masalah dalam proses pembelajaran dengan cara melakukan kolaborasi. Menurut Usman (dalam Daryanto,2011:2) guru dengan kompetensi tinggi merupakan seorang yang memiliki kemampuan dan keahlian serta keterampilan dalam bidangnya. Sehingga Ia dapat melakukan fungsi dan tugasnya sebagai pengajar dan pendidik dengan maksimal.
2. Refleksi diri, refleksi merupakan salah satu ciri khas PTK yang paling esensial.
Dan ini sekaligus sebagai pembeda PTK dengan penelitian lainnya yang
menggunakan responden dalam mengumpulkan data, sementara dalam PTK pengumpulan data dilakukan dengan refleksi diri. (Tahir,2012:80)
3. Penelitian tindakan kelas dilaksanakan di dalam “kelas” sehingga interaksi antara siswa dengan guru dapat terfokuskan secara maksimal. “Kelas” yang dimaksud di sini bukan hanya ruang yang berupa gedung, melainkan “tempat” berlangsungnya proses pembelajaran antara guru dan murid. (Suyadi,2012:6)
4. PTK bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran secara terus menerus. PTK dilaksakan secara berkesinambungan di mana setiap siklus mencerminkan peningkatan atau perbaikan. Siklus sebelumnya merupakan patokan untuk siklus selanjutnya. Sehingga diperoleh model pembelajaran yang paling baik.
(Daryanto,2011:6)
5. PTK merupakan salah satu indikator dalam peningkatan profesionalisme guru, karena PTK memberi motivasi kepada guru untuk berfikir Kritis dan sistematis, membiasakan guru untuk menulis, dan membuat catatan yang dapat. Di mana semua itu dapat menunjang kemampuan guru dalam pembelajaran. (Daryanto,2011:6)
6. PTK bersifat fleksibel sehingga mudah diadaptasikan dengan keadaan kelas.
Dengan demikian proses pembelajaran tidak monoton oleh satu model saja.
(Tahir,2012:81)
7. PTK menggunakaan metode kontekstual. Artinya variable-variable yang akan dipahami selalu berkaitan dengan kondisi kelas itu sendiri. Sehingga data yang diperoleh hanya berlaku untuk kelas itu saja dan tidak dapat digeneralisasikan dengan kelas lain. (Tahir,2012:81)
8. PTK dalam pelaksanaannya terbagi dalam beberapa pembagian waktu atau siklus.
(Sukardi,2011:212)
9. PTK tidak diatur secara khusus untuk memenuhi kepentingan penelitian semata.
melainkan harus disesuaikan dengan program pembelajaran yang sedang berjalan di kelas tersebut. (Sanjaya,2010:34)
10. Menurut Ibnu (dalam Aqib, 2009:16) memaparkan bahwa PTK memiliki karakteristik dasar yaitu:
a. Dalam pelaksanaan tindakan berdasarkan pada masalah yang dihadapi guru;
b. Adanya perpaduan dalam pelaksanaanya;
c. Peneeliti sebagai media yang melakukan refleksi;
d. Bertujuan memperbaiki dan atau meningkatkan kualitas praktik instruksional;
e. Dalam pelaksanaannya terbagi beberapa siklus atau periode.
Ada juga yang menyatakan bahwa PTK berbeda dengan penelitian formal pada umumnya. PTK memilki karateristik sebagi berikut:
1. Fokus peneliti Tindakan yang Praktis
Tujuan dari penelitian tindakan kelas adalah untuk menangani suatu problematika actual pada setting pendidikan. Dengan demikian,para peneliti penelitian tindakan mengkaji isu-isu praktis yang akan menghasilkan keuntungan bagi pendidikan. Isu-isu ini dapat merupakan masalah dari seorang guru di dalam kelas atau sebuah problematika yang melibatkan banyak pendidik dalam gedung lembaga pendidikan.Ini biasa merupakan suatu kebutuhan bagi suatu isu antara sekolah dan masyarakat, sebuah isu dengan suatu kebijakan sekolah atau stuktur yang menghambat kebebasan individu dan tindakan, atau suatu urusan individu di kota- kota kecil dan kota-kota besar. Para peneltian tindakan tidak melakasanakan benuk penelitian ini untuk memajukan pengetahuan untuk kepentingan ilmu pengetahuan akan tetapi untuk memecahkan suatu problem tersebut sifatnya terapan.
2. Pendidik- Peneliti memiliki kegiatan Praktis
Dalam hal ini para peneliti tindakan terjun ke dalam penelitian partisipatori atau penelitian self reflektif di mana mereka mengalihkan pendangan pengamatan mereka pada ruang kelas, sekolah , atau praktik-praktik pendidikan mereka sendiri. Karena mereka mengkaji situasi mereka sendiri, mereka merefleksikan tentang apa yang telah mereka pelajari suatu bentuk pengembangan diri serta apa yang dapat mereka lakukan untuk memperbaiki praktik-praktik pendidikan mereka. Dalam refleksi ini para peneliti tindakan menimbang solusi yang berbeda- beda pada problema mereka dan belajar dari menguji ide. Penelitian tindakan yang demikian telah disebut “suatu self refleksi spiral”.
3. Kolaborasi
PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra deng pihak lain, seperti teman sejawat. Jadi dalam PTK perlu ada partisipasi dari pihak lain yang berperan sebagai pengamat. Hal ini diperlukan untuk mendukung objektivitas dari hasil PTK.
Kolabborasi dalam pelaksanaanny, seperti antara guru dengan rekan sejawat, guru dengan kepala sekolah,guru dengan dosen ataupun guru dengn pengawas (Kunandar, 2008:61-62)
4. Suatu proses yang dinamis
Para peneliti PTK yang terjun ke dalam suatu proses yang dinamis meliputi pengulangan kegiatan, seperti suatu ”spiral” dari beberapa kegiatan. Ide penting ialah bahwa peneliti “spiral” kembali maju mundur diantara refleksi atau merenungkan suatu problema, pengumpulan data, dan tindakan suatu team school-based, misalnya biasa mencoba beberapa tindakan setelah merefleksikan atau merenungkan waktu yang paling baik bagi sekolah menengah atas untuk memulai.
5. Suatu rencana Tindakan
Langkah selanjutnya adalah mengidentifikasi suatu rencana tindakan. Pada bebrapa poin di dalam proses kegiatan penelitian tersebut,peneliti PTK merumuskan suatu rencana tindakan untuk merespon terhadap problema. Perencanaan ini mungkin penting karena penyajian data terhadap penyandang dana,membangun suatu program sebagai pilot proyek atau sebagai perintis, menyediakan beberapa program yang sifatnya berkompetensi, atau mengimplementasikan suatu agenda penelitian yang sedang berjalan untuk menyelidiki praktik kegiatan yang baru. Ini bias merupakan suatu perencanaan tertulis, formal atau diskusi-diskusi informal tentang bagaimana menjalankan, dan ini mungkin melibatkan beberapa orang individu atau melibatkan seluruh komunitas.
6. Penelitian Bersama Tidak seperti penelitian tradisional bahwa para investigator melaporkan dan diplubikasikan dalam juranl dan buku-buku para peneliti PTK melaporakn hasil kegiatan penelitian mereka kepada para pendidi, yang selanjutnya segera dapat menggunakan hasilnya. Sedangkan menurut Mulyasa (2009), sedikitnya ada dua hal yang menjadi karakteristik umum PTS. Pertama, masalah yang diangkat untuk dipecahkan, harus berangkat dari praktik pendidikan nyata di sekolah tersebut.
Kedua, Kepala Sekolah atau pengawas dapat meminta bantuan orang lain untuk mengenal serta mengelaborasi masalah yang akan dijadikan topik penelitian (Mulyasa, 2009:12)
DAFTAR PUSTAKA
https://www.perbedaan.co.id/perbedaan-ptk-dengan-penelitian-la in/
https://www.duniapelajar.com/2013/03/07/perbedaan-dan-kaitan-penelitian-tindakan-kelas- dengan-penelitian-lain/
https://www.localstartupfest.id/faq/perbedaan-ptk-dengan-penelitian-lain/
https://ejournal.uksw.edu/scholaria/article/view/27
https://internationaljournallabs.com/blog/langkah-langkah-penelitian-tindakan-kelas/
Aqib, Zainal. 2006, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: CV. YRAMA WIDYA.
Aqib, Zainal. 2009, Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya.
Mulyasa, 2009 , Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sanjaya, Wina, 2011, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.