PENGARUH MOTIVASI, DAN SUPERVISI TERHADAP PENERAPAN KESELAMATAN PASIEN PADA PERAWAT DI
RSUD CHASBULLAH ABDULMADJID KOTA BEKASI DENGAN BUDAYA ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL
INTERVENING
PROPOSAL TESIS
INDRAWATI SESKA KADING 20220309074
Tesis yang Ditulis untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Magister
PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL
JAKARTA
2024
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keselamatan menjadi isu global dan terangkum dalam lima isu penting yang berkaitan dengan rumah sakit, diantaranya keselamatan pasien, keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan peralatan dirumah sakit yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan kelangsungan hidup rumah sakit (Irwan, 2017). Keselamatan pasien menjadi hak bagi setiap pasien yang menerima pelayanan kesehatan di rumah sakit dan menjadi indikator peningkatan kualitas pelayanan di seluruh dunia. (Al-Mugheed & Bayraktar, 2020). Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi assessment risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Kemenkes, 2015).
Lucian Leape mendefinisikan keselamatan pasien sebagai tujuan utama untuk pencegahan kesalahan dan efek merugikan pada pasien yang terkait dengan perawatan kesehatan. Enam poin penting mendukung keselamatan pasien; 1) fokus pada sistem perawatan kesehatan daripada menyalahkan individu atas kesalahan; 2) menciptakan budaya yang memprioritaskan keselamatan pasien; 3) perlunya sistem pelaporan kesalahan untuk memahami dan menganalisis kesalahan; 4) pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk tenaga kesehatan; 5) komitmen kepemimpinan terhadap keselamatan di semua tingkat organisasi yang harus menunjukkan dan memprioritaskan keselamatan pasien melalui kebijakan, alokasi sumber daya, dan contoh pribadi; 6) transparansi dalam praktik kesehatan, termasuk komunikasi terbuka dengan pasien dan keluarga tentang kesalahan dan kejadian merugikan, adalah hal mendasar untuk meningkatkan kepercayaan dan hasil keselamatan (Leape, 2021) . Pemerintah Indonesia telah mengatur penerapan keselamatan pasien dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 1691 tahun 2011 tentang keselamatan pasien rumah sakit yang berisi kewajiban rumah sakit wajib menjalankan penerapan keselamatan pasien dan tata cara pelaksanaan penerapkan keselamatan pasien untuk meningkatkan keselamatan pasien di fasilitas pelayanan kesehatan
(Permenkes RI No 1691 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, 2011).
Kewajiban ini dibuat karena telah merugikan banyak pihak dan berdampak pada menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Dalam prakteknya, penerapan keselamatan pasien sangat bergantung pada perawat dalam memberikan pelayanan kesehatan (Valentina et al., 2019).
(Cerita tentang pengertian patient safety dari ahli lain, 1 atau 2)
sintesamu: merangkum semua teori dari ahli ini tapi menggunakan kalimat sendiri)
Menurut Kohn, Corrigan & Donaldson tahun 2000, patient safety adalah tidak adanya kesalahan atau bebas dari cedera karena kecelakaan. Keselamatan pasien (patient safety) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Sistem tersebut meliputi pengenalan risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden, tindak lanjut dan implementasi solusi untuk meminimalkan risiko (Kohn et al., 2000)
Menurut Institute of Medicine definisi keselamatan sebagai tidak ada cedera yang tidak disengaja (freedom from accidental injury). Definisi ini menyatakan bahwa dari perspektif pasien, tujuan utama keselamatan adalah mencegah cedera yang tidak disengaja. Jika lingkungan aman, risiko kecelakaan lebih rendah.
Membuat lingkungan lebih aman berarti melihat proses perawatan untuk mengurangi cacat dalam proses atau penyimpangan dari cara yang seharusnya dilakukan. Oleh karena itu, memastikan keselamatan pasien melibatkan pembentukan sistem operasional dan proses yang meningkatkan keandalan perawatan pasien. (Institute of Medicine (US) Committee on Quality of Health Care in America, 2000).
Berdasarkan teori dari ahli Patient safety adalah bebas dari cidera aksidental atau menghindarkan cidera pada pasien akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan. Tujuan dari patient safety yaitu terciptanya budaya keselamatan pasien di Rumah Sakit, meningkatnya akuntabilitas Rumah Sakit terhadap pasien dan masyarakat, dan menurunnya kejadian yang tidak diinginkan (KTD) di Rumah Sakit. Terdapat isu penting, elemen patient safety, d an akar penyebab kesalahan yang paling umum dalam patient safety.
WHO (2019) menyatakan bahwa sebagian besar kejadian merugikan dapat dihindari dengan strategi pencegahan dan mitigasi yang efektif, termasuk, jika sesuai, kebijakan yang ditingkatkan, sistem data, proses perawatan yang didesain ulang (termasuk penanganan faktor manusia, termasuk pelatihan), kebersihan lingkungan dan infrastruktur, budaya organisasi yang lebih baik untuk meningkatkan praktik, sistem regulasi yang mendukung dan efektif, serta strategi komunikasi yang ditingkatkan, dan bahwa solusi seringkali bisa
sederhana dan murah, dengan nilai pencegahan yang melebihi biaya perawatan (WHO, 2019).
Komitmen dari organisasi untuk menjaga budaya keselamatan menjadi dasar pencegahan kesalahan pada keselamatan pasien. Budaya keselamatan suatu organisasi adalah hasil dari nilai-nilai, sikap, kompetensi, dan pola perilaku individu dan kelompok yang menentukan komitmen terhadap keselamatan pasien, serta gaya dan kemahiran program kesehatan dan keselamatan organisasi. Dasar dari kepercayaan bersama, persepsi yang sama tentang pentingnya keselamatan, dan keyakinan pada efektivitas tindakan pencegahan menjadi tanda budaya organisasi yang positif berhubungan langsung terhadap keselamatan pada pasien (Leape, 2021).
Terminologi budaya organisasi semakin popular setelah Deal dan Kennedy (1982) mengemukakan budaya organisasi berdasarkan dua dimensi utama yaitu, tanggapan terhadap risiko dan orientasi terhadap reward (penghargaan). Dari dua dimensi tersebut terbagi menjadi empat jenis budaya organisasi utama; 1) Budaya Keadilan (Tough-Guy Macho Culture) berorientasi pada risiko tinggi dan reward tinggi; 2) Budaya Keharmonisan (Work Hard, Play Hard Culture) berorientasi pada reward tinggi, tetapi dengan risiko yang lebih rendah; 3) Budaya Penyayang (Bet-Your-Company Culture) berorientasi pada risiko tinggi tetapi dengan reward yang lebih rendah; 4) Budaya Proses (Process Culture) berorientasi pada risiko rendah dan reward rendah. Organisasi dengan budaya ini menekankan standar operasional, prosedur, dan stabilitas. letak fokusnya pada efisiensi operasional dan konsistensi (Deal & Kennedy, 1982).
Semakin berkembang teori mengenai budaya organisasi sampai pada Beach dan McKenna (2001) mengembangkan sebuah teori yang berfokus pada budaya organisasi dan peranannya dalam motivasi dan kinerja pegawai. Teori ini membagi empat jenis budaya budaya organisasi yaitu; 1) Budaya Kepemimpinan, 2) Budaya Peran, 3) Budaya Dukungan, dan 4) Budaya Prestasi.
Didalam budaya kepemimpinan, peran pengelola lembaga sangat dominan dalam mengendalikan kebijakan sebuah organisasi dan menuntut nilai profesionalitas yang berkaitan juga dengan budaya peran. Didalam budaya peran, seorang pemimpin diminta untuk professional dalam merancang rencana kerja, membimbing dan memantau pekerjaan, serta memberikan umpan balik kepada hasil pekerjaan anggota organisasinya (McKenna & N, 2001).
Baik teori deal and kennedy dan mckenna, belum menjelaskan tentang indikator dari budaya organisasi, dan belum bisa di ukur. Pada tahun 2011 sampai tahun 2020 muncul konsep budaya organisasi baru yang diberi nama responsive culture, dan sudah bisa diukur melalui 3 dimensinya yaitu, people oriented, time oriented and activity oriented (Rini, 2020). Dalam penelitian ini penulis mengadopsi konsep responsive culture tersebut.
(sintesa ttg budaya organisasi...)
Membudayakan keselamatan pasien (patient safety) sangat penting, karena budaya mengandung dua komponen yaitu nilai dan keyakinan, dimana nilai
mengacu pada sesuatu yang diyakini oleh anggota organisasi untuk mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, sedangkan keyakinan mengacu pada sikap tentang cara bagaimana seharusnya bekerja. Sehingga dengan adanya nilai dan keyakinan yang berkaitan dengan patient safety yang ditanamkan pada setiap anggota organisasi, maka setiap anggota akan mengetahui apa yang seharusnya dilakukan dalam penerapan keselamatan pasien, yang pada akhirnya perilaku tersebut menjadi suatu budaya yang tertanam dalam setiap anggota organisasi berupa perilaku budaya keselamatan pasien (patient safety).
(tambah budaya dengan motivasi....)
Robbins dan Judge (2017), menyatakan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota organisasi yang membedakan organisasi itu dari organisasi-organisasi lain. Pada suatu organisasi yang memiliki budaya yang kuat, pegawai cenderung mengikuti arah yang ditentukan. Kinerja yang kuat dapat membantu kinerja organisasi karena menciptakan motivasi yang luar biasa pada diri pegawai (Robbins & Judge, 2017).
tambah teori motivasi dari ahli lain....
Motivasi menurut Abraham Maslow (1994) terdiri dari Kebutuhan fisiologi ( physiological need), Kebutuhan rasa aman (self security needs), Kebutuhan mencintai dan dicintai (love and belongingness needs), Kebutuhan harga diri (self esteem needs) dan Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs) (Maslow, 1994). Satrianegara (2014) mendefinikan motivasi sebagai dorongan dari dalam diri individu yaitu untuk berusaha dan berperilaku dengan cara tertentu untuk memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Bila motivasi rendah maka kinerja akan rendah meskipun memiliki kemampuan. Meskipun memiliki motivasi dan kemampuan jika tidak didukung budaya organisasi yang baik maka hasil kerjanya pun menjadi tidak baik (Satrianegara, 2011).
(sintesa ttg motivasi...)
Motivasi membantu kerja pegawai karena menciptakan budaya dalam organisasi dengan suatu tekad yang kuat untuk memberikan seluruh kemampuan yang terbaiknya untuk mencapai tujuan. Seperti rutinitas kegiatan yang dapat dilakukan guna mengevalusasi hasil kerja pegawai serta memberikan motivasi untuk lebih semangat bekerja
(selain budaya dipengaruhi oleh motivasi juga di pengaruhi oleh supervisi, menurut teori siapa)
Menurut Hari, S. (2019) ada beberapa indikator mengenai budaya organisasi seperti berorientasi pada hasil yang akan dicapai maka diperlukan supervisi seorang manajer terhadap bawahannya merupakan salah satu cara manajer untuk mengarahkan dan memberdayakan mereka. Melalui supervisi ini dapat diuraikan tujuan organisasi dan kelompok serta anggotanya. Selain itu terdapat indikator budaya organisasi yang berorientasi kepada semua kepentingan pegawai, seperti
keberhasilan atau kinerja organisasi salah satunya ditentukan oleh tim kerja (teams work), dimana kerjasama tim dapat dibentuk apabila manajer dapat melakukan supervisi dengan baik terhadap bawahannya (Sulaksono, 2019) Teori supervisi ....
Kegiatan pokok Supervisi adalah melakukan pembinaan khususnya agar hasil kualitas kinerja meningkat. Dengan demikian sangatlah diperlukan Supervisi yang efektif yang pada akhirnya akan mendorong peningkatan kinerja pegawai sesuai dengan kualitas dan kuantitas pendidikan yang diharapkan (Sidri
& Sarmadi, 2013). Marquis & Huston (2019) yaitu, supervisi yang efektif dapat membentuk dan memengaruhi budaya organisasi secara keseluruhan dengan dimensi didalamnya bimbingan klinis, pemantauan kinerja, umpan balik yang konstruktif, pengembangan professional, dan dukungan emosional (Marquis &
Huston, 2019).
dan sintesa...
Supervisi membantu kerja pegawai karena menciptakan budaya dalam organisasi dengan suatu pembinaan bertujuan meningkatkan hasil kerjanya.
Seperti rutinitas kegiatan yang dapat dilakukan guna membentuk bimbingan dan pemantauan rutin kepada pekerja
Hubungan antara motivasi terhadap penerapan keselamatan pasien didukung oleh penelitian Wulandari (2019) yang menyatakan adanya pengaruh yang signifikan antara motivasi dengan penerapan budaya keselamatan pasien pada perawat (Wulandari et al., 2019). Selanjutnya penelitian Nivalinda (2013) juga menyatakan bahwa adanya pengaruh motivasi perawat terhadap peningkatan budaya keselamatan pasien pada perawat pelaksana di rumah sakit pemerintah di Semarang (Nivalinda et al., 2013).Chalidyanto dkk (2022) juga menambahkan bahwa adanya pengaruh antara faktor organisasi terhadap budaya keselamatan pasien. Faktor organisasinya yaitu, supervisi, kepemimpinan, komunikasi, kerjasama, komitmen, konflik manajemen, dan budaya keselamatan pasien (Chalidyanto et al., 2022). Selanjutnya penelitian sebelumnya oleh Imelda (2023) menyatakan bahwa supervisi berpengaruh signifikan terhadap variabel keselamatan pasien dengan nilai p-value sebesar 0,005 di rumah sakit Tora Belo, Kabupaten Sigi (Imelda et al., 2023).
Berdasarkan pada pemaparan latar belakang penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan di Rumah Sakit XYZ terhadap 10 perawat, didapatkan hasil bahwa ada 6 perawat yang belum menerapkan keselamatan pasien secara benar saat melakukan tindakan keperawatan seperti tidak menggunakan sarung tangan dan penggunaan masker serta tidak menjalankan standar prosedur operasional di rumah sakit saat ditemukan kesalahan penanganan. Selain itu, data capaian indikator standar pelayanan minimal (SPM) tahun 2022 di rumah sakit XYZ pada indikator kepuasan pelanggan mendapatkan nilai 86,34%. Jika dibandingkan dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2024 tentang Standar Teknis Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal
Kesehatan pada pasal 3 ayat 3: Standar teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditujukan untuk pencapaian 100% (seratus persen) dari pemenuhan mutu pelayanan pada SPM Kesehatan setiap tahun (Permenkes RI No 6 2024 Tentang Standar Teknis Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, 2024).
(yang seharusnya kepuasaan pelanggan itu 100%, menurut siapa, peraturan pemerintah atau siapa gitu)
Oleh karena itu perlu penelitian lebih lanjut tentang keselamatan pasien yang dihubungkan dengan variabel motivasi, supervisi, dengan variabel budaya organisasi sebagai variabel intervening.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dan fokus dalam penulisan ini, maka ada beberapa hal dalam mengidentifikasi masalah, yaitu:
1. Masih ada beberapa perawat yang belum memahami dan enggan melakukan penerapan keselamatan pasien, terlihat masih ada perawat saat melakukan tindakan keperawatan ada yang tidak menggunakan sarung tangan dan penggunaan masker tidak sesuai dengan standar prosedur operasional di rumah sakit
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah diperlukan pada penelitian ini untuk menghindari penyimpangan atau pelebaran pokok masalah sehingga penelitian menjadi lebih terarah dan tujuan penelitian dapat tercapai di batasi pada pengaruh motivasi dan supervisi terhadap penerapan keselamatan pasien dengan budaya organisasi sebagai mediasi. Selain itu, ada beberapa batasan masalah lain dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel yang mempengaruhi budaya organisasi dan penerapan keselamaan pasien dalam penelitian ini adalah motivasi dan supervisi.
2. Lingkup tenaga medis yang dibahas pada penelitian ini adalah seluruh tenaga keperawatan bukan dokter spesialis dan bekerja melayani pasien secara langsung. Perawat yang diteliti adalah perawat yang bekerja di rawat jalan dan rawat inap, tidak termasuk perawat yang bekerja di manajemen
3. Penelitian ini menggunakan SEMPLS dikarenakan memudahkan peneliti untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung (mediasi) terhadap variabel penerapan keselamatan pasien.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh motivasi dan supervisi terhadap penerapan keselamatan pasien yang dimediasi budaya organisasi di Rumah Sakit XYZ.
2. Apakah terdapat pengaruh motivasi terhadap budaya organisasi di Rumah Sakit XYZ.
3. Apakah terdapat pengaruh supervisi terhadap budaya organisasi di Rumah Sakit XYZ.
4. Apakah terdapat pengaruh motivasi terhadap penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit XYZ.
5. Apakah terdapat pengaruh supervisi terhadap penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit XYZ.
6. Apakah terdapat pengaruh budaya organisasi terhadap penerapan keselamatan pasien di Rumah Sakit XYZ.
E. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis pengaruh langsung dan tidak langsung motivasi dan supervisi terhadap penerapan keselamatan pasien yang dimediasi budaya organisasi di Rumah Sakit XYZ.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk menilai motivasi perawat di Rumah Sakit XYZ b. Untuk menilai supervisi perawat di Rumah Sakit XYZ
c. Untuk menilai responsive culture perawat di Rumah Sakit XYZ d. Untuk menilai patient safety perawat di Rumah Sakit XYZ
e. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap responsive culture f. Untuk menganalisis pengaruh motivasi terhadap patient safety g. Untuk menganalisis pengaruh supervisi terhadap responsive culture h. Untuk menganalisis pengaruh supervisi terhadap patient safety
i. Untuk menganalisis pengaruh responsive culture terhadap patient safety F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini semoga diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan praktis : 1. Manfaat Teoritis
Adapun manfaat teoritis dalam penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu manajemen khususnya Manajemen Sumber Daya Manusia. Selain itu, diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis a. Bagi penulis
Hasil penelitian ini merupakan salah satu yang bermanfaat dalam menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai pengaruh motivasi dan supervisi terhadap penerapan keselamatan pasien yang dimediasi budaya organisasi di Rumah Sakit XYZ.
b. Bagi Rumah Sakit XYZ
Dapat memberikan informasi dan menjadi masukan untuk peningkatan budaya organisasi sehingga akan meningkatkan penerapan keselamatan pasien dan dapat dijadikan dasar untuk pembuatan kebijakan bagi pengembangan penerapan keselamatan pasien melalui perspektif pemenuhan motivasi dan supervisi.
c. Bagi Universitas Esa Unggul
Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang melakukan penelitian terkait budaya organisasi yang baik dalam suatu manajemen rumah sakit guna meningkatkan penerapan keselamatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Mugheed, K., & Bayraktar, N. (2020). Patient safety attitudes among critical care nurses: A case study in North Cyprus. International Journal Health Plann Manage, 35(4), 910–921.
Chalidyanto, D., Fatonah, S., Qamaruddin, M. B., & Rochmah, T. N. (2022).
Analysis of Organizational Factors on Patient Safety Culture at The Nganjuk General District Hospital. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 547–554.
Deal, T. ., & Kennedy, A. . (1982). Organizational Culture: The Rites and Rituals of Organization life. Addicosn-Wesley.
Imelda, I., Suprapto, S. I., & Puspitasari, Y. (2023). Pengaruh Kompetensi, Perilaku Perawat dan Supervisi terhadap Penerapan Keselamatan Pasien (Patient safety).
Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 14(4).
Irwan, H. (2017). Manajemen Keselamatan Pasien (Teori & Aplikasi) (1st ed.).
Deepublish.
Kemenkes, R. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety): Edisi III. Kemenkes RI.
Kohn, L. ., Corrigan, J. M., & Donaldson, M. S. (2000). To Err Is Human: Building a Safer Health System. National Academies Press.
Leape, L. L. (2021). Making Healthcare Safe : The Story of the Patient Safety Movement. Springer.
Marquis, B., & Huston, C. (2019). Leadership Roles and Management Functions in Nursing: Theory and Application (9th ed.). Lippincott Williams & Wilkins.
Maslow, A. (1994). Motivasi dan Kepribadian (Teori Motivasi dengan Pendekatan hierarki Kebutuhan Manusia). PT PBP.
McKenna, E., & N, B. (2001). The Essence of Manajemen Sumber Daya Manusia.
Penerbit Andi.
Nivalinda, D., Hartini, M. C. I., & Santoso, A. (2013). Pengaruh Motivasi Perawat Dan Gaya Kepemimpinan Kepala Ruang Terhadap Penerapan Budaya Keselamatan Pasien Oleh Perawat Pelaksana Pada Rumah Sakit Pemerintah Di Semarang. Jurnal Managemen Keperawatan, 1(2), 138–145.
Permenkes RI No 6 2024 tentang Standar Teknis Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal Kesehatan, (2024).
Permenkes RI No 1691 Tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit, (2011).
Rini, T. (2020). Responsive Culture (Poltekkes Kemenkes Jakarta II (ed.)). Lambert Academic Publishing.
Robbins, S. ., & Judge, T. . (2017). Organizational behavior (17th ed.). Pearson.
Satrianegara, M. F. (2011). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan.
Salemba Medika.
Sidri, & Sarmadi. (2013). Analisis Pengaruh Supervisi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Dosen di Jurusan Farmasi Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang. Jurnal Kesehatan, 1(11).
Sulaksono, H. (2019). Budaya organisasi dan kinerja. Deepublish.
Valentina, T., Tarigan, B., & Belakang, L. (2019). Faktor faktor yang Mempengaruhi Penerapan Keselamatan Pasien di Rumah Sakit.
WHO. (2019). Global action on patient safety.
Wulandari, M. R., Yulia, S., & Triwijayanti, R. (2019). Peningkatan Budaya Keselamatan Pasien Melalui Peningkatan Motivasi Perawat dan Optimalisasi Peran Kepala Ruang. Jurnal Kepemimpinan Dan Manajemen Keperawatan, 2(2), 58–66.
Catatan dari saya :
1. Kemenkes, R. (2015). Pedoman Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient Safety): Edisi III. Kemenkes RI.
Saya sudah telusuri : tidak ada. Jika ada buku pedoman nya, tolong tunjukkan ke saya via email 🡪 Hal 18
2. Taqwim, A., Ahri, R. ., & Baharuddin, A. (2020). Beban Kerja dan Motivasi Melalui Kompetensi Terhadap Penerapan Indikator Keselamatan Pasien pada Perawat UGD , ICU RSI Faisal Makassar. Journal of Muslim Community Health (JMCH), 48–59.
Diganti narasi
Saya sudah telusuri : tidak ada. Yang menjelaskan hal tsb bukan Taqwim, tetapi orang lain yaitu Wahyudi, 2014 (dan inipun jika Taqwim tidak salah tulis)
Revisi : Diganti isi kutipan dari jurnal tsb
3. WHO. (2019). Regional strategy for patient safety in the WHO South-East Asia Region.
Saya sudah telusuri : tidak menjelaskan seperti yang dijelaskan di latar belakang masalah. WHO 2019 menjelaskan hal lain. Jika ada bukti, silahkan email saya Revisi : Ubah judulnya ke Global action on patient safety
4. WHO (2017). Tidak ada di daftar pustaka, tetapi di latar belakang masalah ada Ditambahkan dafpus :WHO (2017). Patient Safety Making health care safety
5. Neri, R. ., Lestari, Y., & Yetti, H. (2018).
Saya sudah telusuri : tidak menjelaskan seperti yang dijelaskan di latar belakang masalah. Jika ada bukti, pada Bab berapa ? Jika ada bukti, silahkan email saya Diganti isi kutipan dari jurnal tsb
6. Mandias, R. ., Simbolon, S., Manalu, N. ., Elon, Y., Jainurakhma, J., Suwarto, T., Latipah, S., Amir, N., & Boyoh, D. . (2021).
Saya sudah telusuri : tidak menjelaskan seperti yang dijelaskan di latar belakang masalah. Jika ada bukti, silahkan email saya
Diganti ke sumber yg ini : Arjaty Daud Sistim Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien 7. Permenkes RI No 1691, (2011). Tentang apa ? Jika ada bukti, silahkan email saya
Ditambahkan tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit 8. Juniarti, N. ., & Mudayana, A. . (2018).
Saya sudah telusuri : tidak menjelaskan seperti yang dijelaskan di latar belakang masalah. Jika ada bukti, silahkan email saya. Bagaimana cara mengakses Jurnal Kesehatan Poltekkes Ternate ?
Diganti isi kutipan dari jurnal tsb 9. (Vaismoradi et al., 2020).
Saya sudah telusuri : tidak ada di daftar pustaka, tetapi ada di latar belakang sudah ada di daftar pustaka
10. Salsabila, A. N., & Dhamanti, I. (2023). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perawat Dalam Penerapan Keselamatan Pasien Di Rumah Sakit:Literature Review. Jurnal Ners, 7(1), 524–530.
Saya sudah telusuri : 524–530 diambil dari mana ?
11. Chalidyanto, D., Fatonah, S., Qamaruddin, M. B., & Rochmah, T. N. (2022).
Analysis of Organizational Factors on Patient Safety Culture at The Nganjuk General District Hospital. Jurnal Aisyah: Jurnal Ilmu Kesehatan, 7(2), 547–554
Saya sudah telusuri : tidak menjelaskan seperti yang dijelaskan di latar belakang masalah. Chalidyanto menjelaskan pengaruh organisasi terhadap...dan 547–554 diambil dari mana ? Jika ada bukti, silahkan email saya
Ubah narasi yang ada di latar belakang
12. Yang diperlukan oleh peneliti : ide dan kejujuran
13. Latar belakang masalah belum menggambarkan isi yang sesungguhnya. Belum ada grand theory. Belum menunjukkan hubungan antar variabel
14. Saya tidak akan koreksi Bab 2 sebelum Bab 1 (khusus latar belakang masalah) selesai, karena penguji akan membaca lebih dulu dan bertanya di latar belakang masalah
15. Konsultasi berikutnya harus menyertakan apa yg saya minta, dan harus menyertakan Bab 1 ini yg sdh saya baca, sehingga saya tahu apakah sdh direvisi atau belum.