PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Manfaat Penulisan
LANDASAN TEORI
Landasan Agama
Tersedianya bahan ajar yang baik membuat hal tersebut mudah dalam pelaksanaannya, sehingga materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Dari sabda Nabi di atas dapat disimpulkan bahwa setiap guru dapat dikatakan sukses apabila ada perbaikan yang baik dalam pengajaran dan pengembangan bahan ajar dari waktu ke waktu. Begitu pula dalam pengembangan bahan ajar diharapkan dapat menjadi pedoman bagi siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Bahan ajar sebagai media yang baik hendaknya memuat petunjuk pembelajaran bagi siswa dan disampaikan dalam bahasa yang mudah dipahami siswa. Bahan ajar yang baik memuat petunjuk pembelajaran bagi siswa dan disajikan dalam bahasa yang mudah dipahami siswa. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian selanjutnya, dalam menjelaskan pembelajaran harus berusaha semaksimal mungkin agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Oleh karena itu penting untuk mengembangkan bahan ajar yang baik dan menarik agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar.
Landasan Yuridis
Begitu pula dalam pengembangan bahan pembelajaran baik cetak maupun non cetak diharapkan mampu memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam melaksanakan pembelajarannya.
Model Pengembangan Bahan Ajar
Adanya variasi model yang ada sebenarnya juga dapat memberikan manfaat bagi kita, beberapa kelebihan tersebut antara lain kita dapat memilih dan menerapkan salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang kita hadapi di lapangan, selain itu kita dapat mengembangkan dan membuat model secara turunan. dari model yang sudah ada, atau kita juga bisa meneliti dan mengembangkan desain yang sudah ada untuk mencoba memperbaikinya.
Model Pengembangan 4D
Pada tahap ini disajikan fakta dan alternatif solusi sehingga memudahkan dalam menentukan langkah awal pembangunan. Pada fase ini dipelajari ciri-ciri siswa, misalnya: keterampilan, motivasi belajar, latar belakang pengalaman, dan lain-lain. Pada fase ini guru menganalisis tugas pokok yang harus dikuasai siswa agar siswa mencapai kompetensi minimal.
Analisis konsep dibuat dalam rencana konsep pembelajaran, yang nantinya digunakan sebagai sarana pencapaian kompetensi tertentu, dengan cara mengidentifikasi dan mengorganisasikan secara sistematis bagian-bagian utama materi pembelajaran. Analisis tujuan pembelajaran dilakukan untuk mengetahui indikator kinerja pembelajaran berdasarkan analisis materi dan analisis kurikulum. Dengan menuliskan tujuan pembelajaran, peneliti dapat menentukan penelitian mana yang akan disajikan, menentukan kisi-kisi pertanyaan, dan pada akhirnya menentukan sejauh mana tujuan pembelajaran telah tercapai.
Rancangan asli yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang harus dikerjakan sebelum percobaan dilaksanakan. Hal ini juga mencakup berbagai kegiatan pembelajaran terstruktur seperti membaca teks, wawancara dan mempraktikkan berbagai keterampilan belajar melalui praktik mengajar (Rochman, 2012: 63). Dalam rangka pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk membuat modul atau buku teks sesuai kerangka isi hasil analisis kurikulum dan bahan.
Dalam rangka pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan mempersiapkan kerangka konseptual model dan alat pembelajaran (materi, media, alat evaluasi) serta melakukan simulasi penggunaan model dan alat pembelajaran tersebut dalam skala kecil. Tujuan tahap ini adalah menghasilkan perangkat pembelajaran yang direvisi berdasarkan masukan dari para ahli. Apabila kompetensi setelah pembelajaran lebih baik dari sebelumnya, maka model pembelajaran yang dikembangkan juga dinyatakan efektif.
Tahapan ini terbagi menjadi 4 tahap, yaitu: pengujian validasi (validity test), pengemasan, diseminasi dan adopsi (Thiagarajan, 1974: 9).
Model Pengembangan ADDIE
Tahap pertama yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan memperjelas apakah permasalahan kinerja yang dihadapi memerlukan solusi berupa pelaksanaan program pembelajaran atau perbaikan manajemen. Contoh permasalahan kinerja yang memerlukan solusi berupa pelaksanaan program pembelajaran adalah kurangnya pengetahuan dan keterampilan. Tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan, merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan atau kompetensi yang perlu diperoleh siswa guna meningkatkan kinerja atau prestasi belajarnya.
Hal ini dapat terlaksana apabila program pembelajaran dipandang sebagai solusi terhadap permasalahan pembelajaran yang dihadapi. Ada dua pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh seorang perancang atau perancang program pembelajaran ketika melakukan langkah atau tahapan analisis. Apabila hasil analisis data yang dikumpulkan mengarah pada pembelajaran sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi, maka perancang program pembelajaran harus melakukan analisis kebutuhan dengan menjawab beberapa pertanyaan lagi, sebagai berikut.
Lebih tepatnya evaluasi formatif, yaitu kita menggunakan hasilnya untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang kita kembangkan. Pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dijawab oleh seorang perancang atau perancang kurikulum ketika melaksanakan langkah-langkah pengembangan adalah sebagai berikut. Pertanyaan-pertanyaan kunci yang harus dicari jawabannya oleh perancang kurikulum ketika melaksanakan langkah-langkah implementasi adalah sebagai berikut.
Pada tahap analisis misalnya, proses evaluasi dilakukan dengan memperjelas kompetensi – pengetahuan, keterampilan dan sikap yang harus dimiliki siswa setelah mengikuti program pembelajaran. Selain itu evaluasi juga dapat dilakukan dengan membandingkan hasil belajar yang dicapai siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya. Beberapa pertanyaan penting yang harus ditanyakan oleh perancang kurikulum pada diri mereka sendiri ketika menerapkan langkah-langkah evaluasi adalah sebagai berikut.
Buat alat untuk mengukur kinerja produk. Implementasi • Mulai menggunakan produk baru saat belajar. atau lingkungan nyata.
Model Pengembagan ASSURE
Hal-hal penting dalam menganalisis karakteristik siswa meliputi ciri-ciri umum siswa, kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa (pengetahuan, keterampilan dan sikap) dan gaya belajar siswa. 1) Ciri-ciri umum, yang termasuk dalam ciri-ciri umum adalah umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, profesi, suku, budaya, dan faktor sosial ekonomi. Misalnya: Jika seorang siswa memiliki kemampuan membaca di bawah standar, maka akan lebih efektif jika media yang digunakan tidak dalam bentuk tulisan (media non cetak). Jika siswa kurang tertarik dengan materi yang disampaikan, hal ini dapat diatasi dengan menggunakan media yang mempunyai tingkat rangsangan yang tinggi, seperti: penggunaan animasi, video, permainan simulasi, dan lain-lain.
Informasi tersebut dapat kita peroleh dengan memberikan siswa tes masuk/perilaku masuk sebelum kita melakukan pembelajaran. Hasil tes masuk ini dapat dijadikan acuan mengenai hal-hal apa saja yang boleh dan tidak perlu disampaikan kepada siswa. Tujuan pembelajaran dapat diperoleh dari kurikulum atau silabus, informasi dari buku teks, atau dirumuskan sendiri oleh perancang pembelajaran.
Tujuan pembelajaran merupakan rumusan atau pernyataan yang menggambarkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperoleh siswa setelah melalui proses pembelajaran. Selain menguraikan kompetensi yang harus dikuasai siswa, rumusan tujuan pembelajaran juga menggambarkan kondisi yang diperlukan siswa untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai dan tingkat penguasaan siswa atau derajat pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari. Langkah selanjutnya adalah menguji metode, media, dan bahan ajar untuk memastikan ketiga komponen tersebut dapat bekerja secara efektif untuk digunakan dalam situasi dunia nyata.
Evaluasi dan peninjauan dilakukan untuk melihat sejauh mana teknologi, media dan bahan yang kita pilih/gunakan dapat mencapai tujuan yang telah kita tetapkan sebelumnya. Dari hasil evaluasi akan diambil kesimpulan: apakah teknologi, media dan materi yang kita pilih sudah baik, atau perlu ditingkatkan. Analisis karakteristik siswa sangat memudahkan dalam menentukan metode, media dan bahan ajar yang akan digunakan, sehingga dapat tercipta kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan menarik a) Komponennya lebih banyak dibandingkan dengan model bahan ajar.
Komponen-komponen tersebut meliputi analisis peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran, strategi peserta didik, sistem penyampaian, penilaian proses pembelajaran, dan penilaian pembelajaran.
Model Pengembangan Hannafin dan Peck
Serta tugas-tugas yang ditujukan untuk merangsang aktivitas siswa d) Mendorong guru untuk memberikan materi dan mengelolanya. Tahap pertama adalah analisis kebutuhan yang dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan dalam pengembangan suatu media pembelajaran, meliputi maksud dan tujuan media pembelajaran yang dibuat, pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh khalayak sasaran, peralatan dan kebutuhan media pembelajaran. Tahap kedua adalah tahap desain, informasi dari tahap analisis ditransfer ke dalam bentuk dokumen yang akan menjadi tujuan pembuatan media pembelajaran.
Fase desain bertujuan untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan aturan-aturan yang paling baik dalam mencapai tujuan pembuatan media. Salah satu dokumen yang dihasilkan pada tahap ini adalah dokumen storyboard yang mengikuti urutan kegiatan pembelajaran berdasarkan kebutuhan pembelajaran dan tujuan media pembelajaran seperti yang diperoleh pada tahap analisis kebutuhan. Fase ketiga adalah fase pengembangan dan implementasi, yang terdiri dari pembuatan diagram alur, pengujian, dan evaluasi formatif dan sumatif.
Dokumen storyboard tersebut akan digunakan sebagai dasar pembuatan flowchart yang dapat membantu dalam pembuatan media pembelajaran. Untuk menilai kelancaran media yang dihasilkan, seperti kontinuitas koneksi, pada tahap ini dilakukan penilaian dan pengujian. Model Hannafindan Peck (1988) menekankan bahwa proses penilaian dan revisi harus mencakup proses pengujian dan penilaian media pembelajaran yang melibatkan ketiga fase tersebut secara terus menerus.
25 2) Kelemahan model Hannafin & Peck. a) Media pembelajaran menggunakan materi yang sudah ada karena berorientasi pada produk b) Produk atau program pembelajaran memerlukan trial and error. meninjau terlebih dahulu.
PEMBAHASAN
Matriks Perbedaan Model Pengembangan
Dari beberapa skripsi dan jurnal yang telah kami analisis mengenai model pengembangan materi pembelajaran 4D, ADDIE, ASSURE, Hannafin &. “Pengembangan Alat Ajar Fisika Berbasis Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Pemetaan Konsep Pada Materi Gelombang Berjalan dan Gelombang Berdiri Pada Kelas Xi Mia SMA Negeri 4 Kerinci”. “Pengembangan Alat Ajar Fisika SMA Berbasis Model Creative Problem Solving (CPS) Tipe Sederhana Pada Materi Bisnis dan Energi Terpadu Energi Pasang Surut”.
“Pengembangan perangkat pembelajaran fisika SMA berbasis masalah sebagai implementasi pendekatan saintifik dan penilaian autentik.” “Pengembangan multimedia pembelajaran interaktif teori kinetika gas menggunakan Lectora Inspire untuk siswa sekolah menengah (SMA)”. Kami berharap seluruh guru di Indonesia dapat memahami dengan baik tata cara pengembangan model 4D, ADDIE, ASSURE dan Hannafin & Peck.
Tujuannya adalah untuk menciptakan bahan ajar yang berkualitas dalam pembelajaran sehingga pembelajaran efektif dan dapat menghasilkan siswa dengan hasil belajar yang berkualitas. Efektivitas Penggunaan CD Fisika Multimedia Interaktif dalam Model Pembelajaran Generatif Siswa Kelas X SMAN Kota Padang. Disajikan pada Seminar Nasional BKS-PTN Wilayah Indonesia Barat dan Pertemuan Tahunan Bidang Matematika dan Sains di FMIPA UNIB.
Penerapan model pembelajaran Discovery termasuk virtual lab dan Hots untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMA XI. Model pembelajaran e-learning integratif berbentuk CDMultimedia dengan pembelajaran berorientasi kecakapan hidup untuk meningkatkan proses sains fisika (studi eksperimen di SMPN 12 Padang).
Menganalisis Contoh Pengembangan Bahan Ajar Pada Tesis
PENUTUP
Kesimpulan
Saran