• Tidak ada hasil yang ditemukan

revisi2 kimdas daffa aqilla

N/A
N/A
Daffa Aqilla

Academic year: 2024

Membagikan "revisi2 kimdas daffa aqilla"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN MINGGUAN

MODUL PEMISAHAN DAN PEMURNIAN

Oleh:

MUHAMMAD DAFFA AQILLA 2209086033 MOCHAMMAD ROHMAN 2209086031 AGUSTIN ABRAHAM JUK 2209086041 MUHAMMAD ZAKI RAMADHAN 2209086057

KELOMPOK XXIII (DUA PULUH TIGA) PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA

LABORATORIUM REKAYASA KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2024

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemisahan dan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan atau memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industru.

Pada prinsipnya, pemisahan dilakukan untuk memisahkan dua zat atau lebih yang saling bercampur, sedangkan pemurnian dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain. Pemisahan dan pemurnian sering kita gunakan dan kita temukan dalam ilmu kimia, industri, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pemisahan dan pemurnian campuran memiliki manfaat yang sangat penting dalam ilmu kimia, Industri maupun dalam kehidupan sehari-hari, dalam banyak kasus kita dapat menggunakan material tanpa pemurnian, baik material itu dari alam (misalnya minyak tanah) atau yang disintesis di laboratorium, pemisahan atau pemurnian dengan metode tertente perlu dilakukan. Dalam melakukan pemisahan dan pemurnian diperlukan pengetahuan dan keterampilan, terutama jika harus memisahkan komponen dengan kadar yang sangat kecil. Untuk tujuan itu, dalam ilmu kimia telah dikembangkan berbagai cara pemisahan dari pemisahan sederhana yang sering dilakukan sehari-hari sampai metode pemisahan dan pemurnian yang kompleks atau tidak sederhana. Pemisahan merupakan proses memisahkan 2 zat atau lebih yang saling bercampur, Sedangkan pemurnian merupakan proses untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lain.

Oleh karena itu, praktikum pemisahan dan pemurnian ini dibutuhkan untuk mempelajari alat dan bahan dalam laboratorium, sehingga dapat membantu dalam pembelajaran kimia dasar, untuk mempelajari metode dan cara kerja pemurnian dan pemisahan campuran heterogen maupun homogen yang baik dan benar.

(3)

1.2 Tujuan Percobaan

a. Untuk mempelajari jenis-jenis pemisahan dan pemurnian.

b.Untuk mempelajari konsep dasar dalam pemisahaan dan pemurnian suatu zat murni.

c. Untuk mempelajari metode sublimasi dan cara kerja pemisahan dan pemurnian campuran yang baik dan benar.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Campuran merupakan suatu bentuk larutan yang terbentuk dari dua atau lebih zat yang berlainan yang masih mempunyai sifat zat aslinya. Dalam kehidupan sehari-hari, banyak dijumpai segala jenis campuran, misalnya air sungai, tanah, udara, makanan, minuman, dan lain-lain. Campuran yang digunakan untuk pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi tiga bentuk larutan, yaitu yang pertama adalah larutan, merupakan campuran homogen dari dua zat atau lebih yang terdispersi sebagai molekul ataupun ion yang komposisinya dapat bervariasi komponen-komponen yang terdapat dalam larutan tidak dapat dipisahkan melalui penyaringan. Contoh dari campuran yang berupa larutan, yaitu campuran air dan gula, serta udara dan emas 22 karat, yang kedua yaitu suatu bentuk molekul yang keadaannya terletak diantara suatu campuran kasar dan larutan maka disebut dengan koloid. Secara mikroskopis koloid bersifat heterogen, sedangkan secara makroskopis koloid bersifat homogen. Oleh karena itu, koloid digolongkan ke dalam campuran heterogen. Campuran koloid pada dasarnya bersifat stabil dan tidak disaring, ukuran partikel koloid terletak antara 1-100 mm, koloid juga biasanya berada diantara larutan kasar atau juga bisa disuspensi sehingga masih sangat cukup ideal untuk koloid dapat menembus suatu membran (Yazid, 2005).

Campuran dibedakan menjadi dua bagian, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen. Campuran homogen merupakan penggabungan dua zat tunggal atau lebih yang semua partikelnya menyebar merata sehingga membentuk satu fase, yang dimaksudkan satu fase adalah zat yang bersifat komposisi sama antara satu bagian dengan bagian yang lain di dekatnya. Dikatakan sebagai campuran homogen, jika antara komponennya tidak terdapat bidang batas sehingga tidak terbedakan lagi walaupun menggunakan mikroskop ultra. Sebagai contoh pada larutan air dan gula, dengan mencampurkan gula ke dalam segelas air maka kedua zat tersebut akan tercampur dan tidak mengalami perubahan menjadi zat lain. Jadi, ketika meminum air tersebut maka seluruh air menjadi terasa manis. Larutan air gula tersebut juga membuktikan bahwa campuran homogen memiliki ukuran partikel yang sangat kecil sehingga dapat sulit

(5)

terlihat perbedaan antara kedua zat yang sudah tercampur tersebut, dan bahkan perbedaan tersebut juga sangat sulit sekali terlihat walaupun menggunakan mikroskop selalipun biasa. Jadi, zat campuran homogen juga tidak bisa dipisahkan dengan menggunakan kertas saring atau penyaring biasa (Yazid, 2005).

Suatu campuran kasar yang bersifat heterogen biasanya disebut dengan suspensi. Antar komponennya masih terdapat bidang batas dan seringkali dapat dibedakan tanpa menggunakan bantuan mikroskop. Setelah suspence, biasanya dimasukkan untuk campuran heterogen dari suatu zat padat dalam zat cair. Suspensi tampak keruh dan tidak stabil, zat suspensi lambat laun akan terpisah karena gaya gravitasi (mengalami sedimentasi). Suspensi dapat dipisahkan melalui penyaringan, diameter partikel suspensi lebih dari 100 mm. Contoh umum suspensi yaitu lumpur dimana tanah dan lempung tersuspensi di air, kemudian tepung dapat tersuspensi di air, dan lain-lain (Chang, 2005).

Campuran heterogen dikelompokkan pada suatu campuran zat yang apabila penggabungan zatnya tidak merata antara dua zat tunggal atau lebih sehingga perbandingan komponen yang satu dengan komponen yang lainnya tidak sama di berbagai bagian bejana. Dikatakan campuran heterogen, jika di antara campuran komponennya masih terdapat bidang batas dan seringkali dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop, melainkan hanya dengan mata saja sudah cukup terlihat perbedaannya. Pada dasarnya, campuran heterogen ini memiliki sifat-sifat yang tidak sama, salah satu contoh dari campuran heterogen adalah campuran pasir dan air, campuran tanah dan kerikil atau bahan beton. Pada contoh ini, zat-zat penyusunnya masih bisa dibedakan secara mudah (Yazid, 2005).

Memisahkan campuran homogen dan campuran heterogen, dapat dilakukan dengan proses pemisahan dan pemurnian yang sangat penting dalam dunia kimia. Pemisahan itu sendiri pada dasarnya merupakan suatu cara yang dilakukan untuk memisahkan suatu larutan dengan dua zat atau lebih yang saling tercampur secara efisien. Sedangkan pemurnian merupakan suatu cara yang dilakukan untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar oleh zat lainnya. Pemahaman yang mendalam mengenai teknik-

(6)

teknik ini adalah kunci dalam menjalankan eksperimen kimia dan memproduksi bahan kimia yang berkualitas tinggi (Sunarya, 2010).

Suatu larutan terdiri dari pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute). Pada umumnya komponen yang jumlahnya terbanyak yang dianggap larut sedangkan komponen yang jumlahnya sedikit dianggap sebagai suatu zat terlarut. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi. Contoh larutan yang umum dijumpai adalah padatan yang dilarutkan dalam cairan, seperti garam dan gula yang dilarutkan dalam air. Kemudian cuka, untuk membuat cuka, Kedua zat ini sama-sama cair dan bila dicampur bersama-sama, maka keduanya akan tetap dalam bentuk cair, tidak ada perubahan namun bisa juga jumlah Asam Asetat lebih kecil dibandingkan dengan air (Barsasella, 2012).

Reaksi kimia menghasilkan endapan padatan yang dihasilkan dapat dipisahkan dari cairannya dengan menggunakan teknik penyaringan. Dalam hal penyaringan, zat yang lolos dari saringan ini dinamakan filtrat dan zat yang tersaring adalah residu. Salah satu campuran yang paling penting dalam kimia adalah larutan. Larutan yaitu campuran serba sama antara dua atau lebih zat yang mempunyai komposisi dapat diukur dari sifat masing- masing zat penyusunnya. Ada dua istilah yang digunakan dalam larutan yaitu pelarut dan zat terlarut. Pelarut ialah zat yang digunakan sebagai media untuk melarutkan zat, sedangkan zat terlarut adalah komponen dari larutan yang memiliki jumlah atau kadar yang lebih sedikit dalam sistem-sistem suatu larutan (Sunarya, 2010).

Materi yang memiliki susunan partikel yang tidak mudah diubah dan memiliki komposisi yang tetap zat tunggal dapat juga diklasifikasikan sebagai unsur dan senyawa. Untuk dapat didefinisikan sebagai zat yang tidak dapat diuraikan menjadi zat lain yang lebih disederhanakan. Senyawa didefinisikan sebagai zat yang dibentuk dari berbagai jenis unsur yang saling berikatan secara kimia dan memiliki komposisi yang tetap senyawa terdiri dari beberapa unsur maka senyawa dapat diuraikan menjadi unsur-unsurnya dengan proses tertentu. Campuran ialah materi yang disusun oleh beberapa zat tunggal baik berupa unsur atau senyawa dengan komposisi yang tidak tetap dalam campuran sifat

(7)

dari penyusun materi tidak berubah campuran dapat kita bagi menjadi dua jenis, yaitu campuran homogen dan campuran heterogen itulah beberapa jenis dari campuran- campuran yang diketahui (Barsasella 2012).

Rekristalisasi merupakan proses pemurnian zat padat organik dari bahan pengotornya dengan cara mengkristalkan kembali senyawa yang telah dilarutkan dalam pelarut.

Metode ini terbukti sangat efektif dalam upaya pemurnian zat padat, berdasarkan perbedaan kelarutan antara zat yang diinginkan dan zat pengotor. Proses rekristalisasi melibatkan larutan yang dilarutkan dan diendapkan kembali, sering kali berulang kali, dengan ketelitian dalam mengendalikan faktor-faktor yang memengaruhi kelarutan.

Kelebihan metode rekristalisasi termasuk mampu menciptakan perbedaan daya larut yang signifikan antara zat yang dimurnikan dan pengotornya. Selain itu, metode ini juga sangat baik dalam pemisahan campuran cair-padat. Namun, kekurangan rekristalisasi adalah bahwa larutan yang akan dipisahkan harus memiliki kelarutan yang lebih besar, atau proses pemisahan akan menjadi lebih sulit (Oxtoby, 2001).

Penjelasan sublimasi adalah saat dimana suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya langsung kembali dalam keadaan padat. Misalkan es yang langsung menguap tanpa mencair terlebih dahulu. Pada tekanan normal kebanyakan benda dan zat memiliki tiga bentuk yang berbeda pada suhu di temperatur berbeda-beda juga (Taufik, 2018).

Dekantasi (pengendapan) merupakan proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan zat lain secara pengendapan didasarkan pada massa jenis yang lebih kecil akan berada pada lapisan bagian bawah atau mengendap, contohnya air dan pasir. selain itu zat terlarut (yang akan dipisahkan) diproses diubah menjadi bentuk yang tak larut, lalu dipisahkan dari larutan (Taufik, 2018).

Kristalisasi adalah metode yang efektif yang digunakan untuk memisahkan campuran berupa zat cair maupun padat. Proses kristalisasi ini melibatkan pengkristalan komponen tertentu dalam campuran, sehingga elemen yang tidak diinginkan atau zat-zat terkait dapat diisolasi dan dihilangkan. Untuk memisahkan komponen padatan dalam campuran,

(8)

langkah awalnya adalah melarutkan seluruh komponen dalam larutan yang sesuai.

Selanjutnya, komponen yang ingin dipisahkan diendapkan atau dikristalisasikan. Metode kristalisasi ini memiliki berbagai aplikasi dalam pemisahan campuran padat dan dikenal sebagai salah satu teknik yang sangat berharga dalam dunia kimia (Setyawati, 2008).

Sifat fisik dan kimia dari berbagai bahan dalam eksperimen ini memiliki karakteristik yang berbeda. Pertama, garam (NaCl) memiliki rasa asin, berbentuk kristal putih, memiliki massa molar 50,44 g/mol, dan dapat membahayakan jika tercampur dengan air, menyebabkan reaksi pembentukan unsur lainnya. Bahan kedua adalah minyak goreng yang berwujud cair, tidak larut dalam air, tahan terhadap hidrolisis, dan memiliki potensi bahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Ketiga, kapur tulis berbentuk padatan, volume tetap dengan massa yang rapuh, dan dapat berbahaya jika partikel debu kapur tulis masuk ke saluran pernapasan. Keempat, naftalena larut dalam air dan memiliki potensi bahaya jika terpapar dalam jumlah besar, dapat merusak sel darah. Kelima, pasir berbentuk padatan, warnanya bervariasi tergantung pada pengotorannya. Keenam, akuades adalah cairan bening, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mudah terbakar, dan stabil. Terakhir, NiSO4, padatan berbentuk kristal biru, berbau, dengan titik didih tertentu dan berat molekul 249,68 g/mol. Penelitian menunjukkan bahwa tertelan dapat menyebabkan gangguan pencernaan dan iritasi pada organ tubuh dalam (Padmono, 2006).

Akuades memiliki sifat fisik dan kimia, tidak berwarna atau bening, tidak berbau, tidak memiliki rasa, memiliki berat molekul 18,02g/mol, memiliki didih 100°C, lalu memiliki pH 7, memiliki tekanan uap 2,3kPa. Jika akuades berada padda kesetimbangan dinamis antara fase cair dan padat dibawah tekanan dan temperatur standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) dan memiliki temperatur 273,15 K (0°C) (Basri, 2003).

Tembaga Sulfat (NiSO4) akan terdekomposisi sebelum mencair pada suhu 150°C, lalu kemudian Tembaga Sulfat (NiSO4) akan kehilangan dua molekul cariannya pada suhu 63°C, disertai dua molekul lagi pada suhu 109°C dan molekul cairan terakhir pada suhu 200°C. Warna Tembaga Sulfat (NiSO4) yang berwarna biru bersumber dari hidrasi cairan.

Ketika Tembaga Sulfat (NiSO4) dipanaskan dengan api menggunakan hot plate, maka kristalnya akan terhidrasi (Wiberg, 2001).

(9)

Naftalena, juga dikenal sebagai nafthalin, tar kapur, tar putih, atau albokarbon, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia C10H8, massa molar sekitar 128.17 g/mol, densitas sekitar 1.14 g/cm³. Senyawa ini tidak larut dalam air dan alkohol, tetapi dapat larut dalam eter dan benzen. Selain itu, Naftalena memiliki sifat mudah menguap dan dapat terbakar, dengan titik didih sekitar 217,7°C dan titik beku sekitar 80,5°C. Biasanya berbentuk kristal putih dan memiliki aroma yang kuat. Produksi Naftalena terjadi melalui proses penyulingan fraksional batu bara (Firdausi, 2015).

Minyak goreng merupakan cairan yang sering digunakan dalam proses memasak, dan memiliki beragam karakteristik fisik seperti konsistensi, viskositas, tampilan warna, aroma, rasa, dan kejernihan. Ketebalan dan tingkat kekentalan minyak dapat berbeda tergantung pada jenis minyak yang digunakan, di mana beberapa jenis minyak lebih encer daripada yang lain. Warna minyak juga dapat bervariasi, dan minyak yang telah digunakan untuk waktu yang lama cenderung mengalami perubahan warna. Aroma dan rasa minyak dapat dipengaruhi oleh jenis minyak yang digunakan serta tingkat kemurnian minyak tersebut. Tingkat kejernihan atau kekeruhan dari suatu minyak goreng itu juga dapat memberikan petunjuk tentang kualitas dan kemurnian minyak tersebut pada saat dalam pengolahan makanan (Cahyono, 2018).

Air murni, yang sering disebut sebagai akuades, memiliki sifat fisik yang khas. Air ini bening dan tanpa warna, sehingga tampak transparan. Tidak memiliki bau, rasa, atau bau yang terdeteksi secara signifikan, meskipun rasa air dapat dipengaruhi oleh mineral atau senyawa yang ada dalam air. Titik beku air murni adalah 0°C dan titik didihnya adalah 100°C pada tekanan atmosfer standar, menjadi referensi umum dalam pengukuran suhu.

Air memiliki kepadatan sekitar 1 gram per sentimeter kubik pada suhu 4°C dan indeks bias sekitar 1,33. Pasir merupakan suatu bahan yang tersusun dari butiran kasar yang berasal dari erosi dan abrasi alami batuan. Karakteristik dari pasir ini mempunyai fisik dan kimianya mencakup butiran kasar, variasi warna, kekeringan, variasi kepadatan, kelarutan rendah dalam air, reaktivitas kimia yang terbatas, konduktivitas panas yang baik, serta juga banyak juga beragam kandungan mineral yang tergantung pada asalnya (Yazid, 2005).

(10)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat

a. Spatula

b. Gelas kimia 100 mL c. Corong kaca

d. Tabung reaksi e. Corong pemisah f. Cawan penguap g. Batang pengaduk h. Hot plate

i. Mortar dan alu j. Erlenmeyer k. Gelas ukur 50 mL l. Cawan petri m. Neraca analitik

n. Penjepit tabung reaksi o. Botol semprot

3.1.2 Bahan a. Garam NaCl b. Minyak goreng c. Kapur tulis d. Naftalena e. Pasir

f. Kertas saring g. Akuades h. Padatan NiSO4

(11)

3.2 Prosedur Percobaan 3.2.1 Dekantasi

a. Dimasukkan 50 gram pasir kedalam gelas kimia yang telah diisi 25 mL akuades dan diaduk.

b. Dibiarkan pasir mengendap lalu dituang cairan bagian atas.

3.2.2 Filtrasi

a. Digerus kapur tulis menggunakan alu dan mortar hingga halus.

b. Dimasukkan bubuk kapur tulis kedalam gelas kimia yang tells diisi 25 mL akuades dan diaduk

c. Disiapkan corong kaca yang telah dilapisi dengan kertas saring, kemudian dilakukan penyaringan.

3.2.3 Kristalisasi

a. Dimasukkan sebanyak 10 mL akuades ke dalam gelas kimia.

b. Dimasukkan padatan NiSO4 seujung spatula (± 1 gram) kemudian diaduk hingga hamper habis dan mengering.

c. Didinginkan.

3.2.4 Sublimasi

a. Dimasukkan 1 spatula naftalena (± 1 gram) yang telah dihaluskan ke dalam cawan penguap.

b. Ditambahkan 1 spatula garam dapur (± 1 gram) kedalam cawan penguap kemudian diaduk.

c. Ditutup cawan penguap dengan menggunakan corong penguap yang diletakkan dengan posisi terbalik.

d. Dipanaskan hingga kedua zat mengalami penyubliman.

3.2.5 Ekstraksi

a. Dimasukkan 50 mL akuades dan 50 mL minyak goreng kedalam corong pemisah.

b. Dihomogenkan dan dibiarkan hingga cairan tersebut memisah kembali.

c. Dipisahkan cairan lapisan bawah dengan cara membuka kran pada corong pemisah.

(12)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Tabel 4.1. Hasil Percobaan Percobaan

No Percobaan Perlakuan Pengamatan

1. Dekantasi a. Dimasukkan +-50 gram pasir kedalam gelas kimia yang telah berisi akuades dan diaduk.

a. Diperoleh hasil akuades yang digabungkan dengan pasir tidak terlarut.

b. Dibiarkan pasir mengendap lalu dituangkan cairan dibagian permukaan

b. Diperoleh hasil setelah menunggu pengendapan pasir dan akuades, dimana akuades berada diatas dan pasir berada dibawah tidak ada pengendapan atau pelarutan. Dan warna menjadi coklat keruh.

2. Filtrasi a. Digerus kapur tulis menggunakan mortar dan alu sehingga halus. Setelah halus bubuk kapur tulis dimasukkan kedalam gelas kimia yang telah diisi 25 ml akuades dan diaduk.

a. Diperoleh hasil akuades yang digabungkan dengan bubuk kapur tulis menjadikan warna dari akuades mengikuti warna dari bubuk kapur yaitu berwarna putih.

b. Disiapkan corong kaca yang telah dilapisi kertas saring. Kemudian dilakukan penyaringan.

b. Diperoleh hasil dari penyaringan bubuk dari kapur tulis bertahan dikertas saringan.

(13)

3. Kristalisasi a. Dimasukkan sebanyak 10 ml larutan akuades kedalam gelas kimia. Selanjutnya dimasukkan padatan NiSO4 seujung spatula (+- 1 gram).

Dan diuapkan larutan hingga cairan hamper habis dan mengering.

b. Diperoleh hasil dari penggabungan akuades dan NiSO4 menghasilkan padatan kristal yang lebih padat dari sublimasi, dan terdapat kristal-kristal bewarna biru, sebagai hasil kristalisasi.

4. Sublimasi a. Dimasukkan 1 spatula naftalena (+- 1 gram) yang telah dihaluskan kedalam cawan penguap. Dan ditambahkan lagi 1 spatula garam (+- 1 gram) kedalam cawan penguap dan diletakkan diatas hot plate.

a. Diperoleh hasil dari penggabungan naftalena dan garam yaitu terdapat padatan seperti kristal

setelah proses

pencampuran antara keduanya.

5. Ekstraksi a. Dimasukkan 50 ml dan 50 ml minyak goreng dan akuades kedalam corong pemisah dan dihomogenkan.

a. Diperoleh hasil campuran dari minyak goreng dan akuades yang dihomogenkan kembali memisah pada saat didiamkan

b. Dipisahkan cairan lapisan bagian bawah dengan cara membuka kran pada corong pemisah.

b. Diperoleh hasil dari cairan bagian bawah.

(14)

4.2 Pembahasan

Praktikum pemisahan dan pemurnian merupakan modul 1 dalam praktikum kimia dasar yang membahas mengenai pemisahan dan pemurnian suatu zat yang telah tercemar ataupun tercampur menjadi zat murni. Pemisahan dan pemurnian dapat digolongkan menjadi, pemisahan zat padat dari zat cair seperti, dekantasi, filtrasi, penguapan, kristalisasi. Pemisahan dan pemurnian zat padat dari zat padat seperti, pelarutan yang diikuti dengan penyaringan, kristalisasi bertingkat, dan sublimasi.

Percobaan dekantasi menggunakan 50 gram pasir yang ditimbang pada neraca analitik, serta 25 mL aquades yang diukur menggunakan gelas ukur dalam percobaan, pasir digunakan untuk zat terlarut dan aquades sebagai zat pelarut dan campur pada gelas kimia. Campuran dari 50 gram pasir didalam 25 mL aquades diaduk dengan batang pengaduk, campuran pasir dan aquades pada gelas kimia akan menghasilkan campuran heterogen. Pasir dan aquades tidak terlarut, pasir mengendap pada dasar gelas kimia dan ditambahkan aquades untuk melihat perubahan warna aquades, dari bening menjadi coklat tua keruh dan banyak kotoran yang mengapung.

Percobaan filtrasi dengan cara menyaring campuran, pada metode ini diperlukan kapur tulis sebagai zat terlarut dan aquades sebagai zat pelarut. Kapur tulis berwarna putih digerus hingga haluskan dengan mortar dan alu hingga menjadi bubuk, sebanyak 1 gram bubuk kapur tulis diletakkan dicawan petri dan ditimbang pada neraca analitik, lalu dilarutkan dengan aquades didalam gelas kimia, diaduk menggunakan batang pengaduk hingga larut dan aquades menjadi warna putih, lalu corong pemisah dilapisi dengan kertas saring dan erlenmeyer digunakan sebagai penampung hasil penyaringan. Larutan aquades dan kapur berwarna putih disaring dengan dituang pada corong kaca yang dilapisi kertas saring, hasilnya air saringan yang ditampung pada erlenmeyer menjadi bening kembali, serta bubuk kapur terhan pada kertas saring.

Percobaan kristalisasi membutuhkan padatan NiSO4 sebagai zat terlarut dan aquades sebagai zat pelarut. Padataan NiSO4 sebanyak 1 gram diletakkana pada cawan petri dan ditimbang menggunakan neraca analitik, lalu aquades 10 mL di tuang ke gelas ukur, dan dimasukkan kedalam gelas kimia. Padatan NiSO4 dilarutkan dengan aquades ddalam

(15)

gelas kimia, hingga terlarut dan berubah menjadi warna biru muda. Dipanaskan hot plate dan diletakkan gelas kimia berisi larutan NiSO4 diatas hot plate hingga mendidih dan air mengering, muncul padatan kristal berwarna biru muda pada dinding gelas kimia.

Percobaan sublimasi membutuhkan garam dapur serta kapur barus. Kapur barus akan digerus menggunakan mortar dan alu hingga halus, dan diletakkan di cawan petri untuk ditimbang pada neraca analitik. Garam dan kapur barus di campur pada cawan penguap.

Hot plate di panaskan dan diletakkan cawan penguap berisi garam dapur dan kapur barus yang telah ditutupi corong penguap, lalu tunggu hingga menguap dan berubah kembali padatan yang menempel pada corong penguap.

Percobaan ekstraksi membutuh minyak goreng serta aquades dalam percobaan, minyak goreng dan aquades 50 ml dituang pada gelas ukur, dan dimasukkan kedalam corong pemisah. Dihomogenkan minyak goreng dan aquades dalam corong pemisah, lalu tunggu minyak goreng dan aquades berpisah kembali. Dilihat aquades dan minyak goreng yg bepisah, minyak berada diatas aquades. Dibuka kran corong pemisah lalu tuang aquades ke dalam erlenmeyer untuk melihat keadaan setelah tercampur.

Perlakuan yang digunakan, seperti menghomogenkan antara zat pelarut dan terlarut.

Penyaringan dilakukan untuk memisahkan antara larutan dan residu zat terlarut.

Pemanasan larutan dilakukan agar aquades mendidih dan habis sehingga tersisa zat terlarut. Penutupan cawan penguap menggunakan corong penguap agar zat yang menyublim tidak hilang sepenuhnya dan masih diamati perubahannya, yaitu dari padat ke gas dan berubah menjadi padatan kembali.

Alat yang digunakan seperti gelas ukur untuk memastikan volume aquades serta minyak, gelas kimia sebagai alat yang menampung larutan, cawan petri untuk menghitung jumlah garam, kapur barus, dan kapur tulis, hot plate digunakan untuk memanaskan larutan hingga menguap, erlenmeyer digunakan untuk menampung aquades hasil penyaringan, corong pemisah sebagai tempat menghomogenkan aquades dan minyak goreng, cawan penguap digunakan untuk tempat dipanaskanya garam serta kapur barus, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk semua larutan. Mortar dan alu digunakan untuk

(16)

menghaluskan bahan-bahan seperti kapur barus dan kapur tulis, penjepit tabung rekasi digunakan untuk mengambil gelas kimia yang panas dari hot plate.

Bahan yang digunakan seperti, pasir zat terlarut dalam aquades untuk metode filtrasi dengan pengendapan pasir, padatan NiSO4 sebagai zat terlarut dalam metode kristalisasi, kapur tulis sebagai zat terlarut didalam metode filtrasi dan menggunakan kertas saring dalam proses penyaringan, garam dapur dan kapur barus digunakan dalam metode sublimasi karena kapur barus mudah untuk menguap. Aquades digunakan sebagai zat pelarut, dan minyak goreng sebagai zat terlaut dalam metode ekstraksi.

(17)

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan percobaan yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa:

a. Pemisahan dan pemurnian dapat memisahkan antara zat pelarut dan terlarut dalam campuran, ataupun untuk mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar ataupun tercampur. Metode-metode sederhana seperti sublimasiyaitu pemisahan zat padat dari zat dengan cara pengendapan dan metode pemisahan sublimasi yaitu pemisahan zat padat dari zat padat dengan cara menyublim. Prosedur kerjanya digerus naftalena menggunakan mortar dan alu hingga halus, ditimbang naftalena sebanyak 1 gram, ditimbang garam (NaCl) sebanyak 1 gram pada neraca analitik.diletakkan garam dan naftalena pada cawan penguap, diletakkan cawan penguap pada hot plate dan ditutupi dengan corong penguap yang dipasang degan posisi terbalik, ditunggu hingga garam dan naftalena menguap, diamati perubahan pada cawan penguap dan corong penguap, dan hasilnya yaitu kapur barus dan garam menguap menjadi padatan kristal berwarna putih yang terdapat pada dinding corong penguap.

b.Ada beberapa prinsip yang digunakan pada percobaan ini, yaitu pada dekantasi menggunakan prinsip perbedaan kelarutan, pada filtrasi menggunakan prinsip perbedaan ukuran partikel, pada percobaan kristalisasi dan sublimasi menggunakan prinsip perbedaan titik didih, dan percobaan ekstraksi menggunakan prinsip perbedaan massa jenis.

c. Alat yang digunakan seperti gelas ukur untuk memastikan volume aquades serta minyak, gelas kimia sebagai alat yang menampung larutan, cawan petri untuk menghitung jumlah garam, kapur barus, dan kapur tulis, hot plate digunakan untuk memanaskan larutan hingga menguap, erlenmeyer digunakan untuk menampung aquades hasil penyaringan, corong pemisah sebagai tempat menghomogenkan aquades dan minyak goreng, cawan penguap digunakan untuk tempat dipanaskanya garam serta kapur barus, batang pengaduk digunakan untuk mengaduk semua larutan.

Mortar dan alu digunakan untuk menghaluskan bahan-bahan seperti kapur barus dan kapur tulis.

(18)

5.2 Saran

Pelaksanaan praktikum modul satu mengenai pemisahan dan pemurnian selanjutnya diharapkan mengganti naftalena menggunakan asam benzoat pada metode kristalisasi, mengganti aquades dengan etanol 95% pada metode sublimasi, meganganti kapur tulis dengan serbuk teh pada metode filtrasi, serta ditambah variasi metodenya seperti sentrifugasi, destilasi, evaporasi, dan kromatografi.

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Barsasella, Diana. (2012). Kimia Dasar. TIM. Jakarta.

Basri, S. (2003). Kamus Kimia. PT. Rineka Cipta.

Chang, Raymond. (2005). Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Cahyono, (2018). Metode Pemisahan Bahan Alam. Aspek Teoritis dan Eksperimen.

Jakarta Pusat: Kompas Ilmu.

Firdausi, K. (2015). Study of Electrooptics Behaviour of Naphthalene and Anthracene.

Vol. 18. No.4

Wiberg, E. (2001). Inorganic Chemsitry. Academic Press.

Oxtoby, David W. (2001). Prinsip-Prinsip Kimia Dasar. Erlangga. Jakarta.

Padmono, d. (2006). Kimia Terapan. Jakarta: Universitas Terbuka.

Sunarya, Yayan. (2010). Kimia Dasar I. Yrama Widya. Bandung.

Saifudin, A. (2014). Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Konsep, dan Teknik Pemurnian. Jakarta: Deepublish.

Taufik, M., Seftiono. (2018). Karakteristik Fisik dan Kimia Minyak Goreng Sawit Hasil Proses Penggorengan dengan Metode Deep-Fat Frying. Jurnal Teknologi.

Yazid, Estien. (2005). Kimia Fisik Untuk Paramedis. Andi. Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Jelaskan manfaat dan bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia dalam kehidupan sehari-hari3. Apakah manfaat dari

3.3 Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari. Karakteristik materi, unsur,

percobaan-percobaan: Pengenalan Reaksi Kimia, Teknik Pemisahan dan Pemurnian, Titrasi Asam- Basa, Elektrokimia, Energetika, Pembuatan Produk Terapan Pengetahuan Kimia.. 1 v

percobaan-percobaan: Pengenalan Reaksi Kimia, Teknik Pemisahan dan Pemurnian, Titrasi Asam- Basa, Elektrokimia,. Energetika, Pembuatan Produk Terapan Pengetahuan Kimia 1 V

Untuk memisahkan campuran, baik yang homogen maupun heterogen dapat dilakukan melalui proses pemisahan dan pemurnian pemisahan adalah suatu cara untuk memisahkan

˗ Sifat khas senyawa karbon ( geometri : ikatan jenuh (C sp 3 ),.. Kimia Dasar Kimia Analisis Kimia Fisik Kimia Anorganik Kimia Organik. konteks kehidupan

3.3 Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal (unsur dan senyawa), sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari-hari.. 4.3 Menyajikan

Menjelaskan konsep campuran dan zat tunggal unsur dan senyawa, sifat fisika dan kimia, perubahan fisika dan kimia dalam kehidupan sehari hari  Karakteristik Materi, Unsur Senyawa dan