waktu yang berlalu
Jakarta, 2017
Semenjak kuliah di Jakarta sudah lama sekali aku tidak pulang ke rumah, mama yang sering kali menelepon menyuruhku untuk pulang karena ia sangat rindu dengan anak perempuan satu satu nya itu. Pada hari ini tepat tanggal 29 september aku memutuskan untuk pulang ke rumah dan menemui mama.
Bandung kota kembang
aku langsung bergegas mencari taxi tak sabar ingin cepat pulang. Saat melewati jalanan yang basah karena tetesan air dari langit aku serasa nostalgia dengan kota kelahiran ku, kota dimana aku menyimpan segala kenang kenangan ku mulai dari aku kecil hingga masa masa remaja yang tak akan aku lupakan. Sesampai nya di depan pagar rumah, mama
sudah menunggu ku sembari mengintip dari jendela yang dilapisi gorden putih bersih. Begitulah mama dia adalah orang yang sangat pembersih, rapi, cerewet ,telaten dan juga cantik, tentu saja sifatnya itu menurun ke anak perempuan satu satu nya itu
Dan saat aku buka pintu terlihat wajah orang tua yang menahan rindu pada anaknya, dengan rasa haru melihat anaknya yang sudah tumbuh dewasa dengan seriring nya waktu berjalan, begitu cepat waktu berlalu “ya ampun adis… bunda rindu banget sama kamu, kok anak mama jadi gede gini yaa… balikin anak mama yang dulu”
“Ini Adis ayah bukan si?
“hahaha ini kan adis versi gede ma.. yah.. mana bisa balik kecil lagi, masa adis kecil mulu”
Ini adalah sambutan pertama saat aku datang ke rumah, pelukan hangat dari kedua orangtua ku yang sangat aku sayangi
“mama udah masakin makanan kesukaan kamu, adis mandi aja dulu,biar bunda siapin makanan nya”
Akupun mengangguk dan langsung masuk menuju kamar tidurku yang sudah lama tidak aku tempati,anehnya kamar tidurku sangat bersih jauh dari kata berdebu, ternayata mama membersihkannya sebelum aku sampai di rumah. Di dalam kamar aku langsung berbaring di atas
tempat tidur dengan posisi terlentang mata terbuka menghadap ke atas langit langit. Teringat mempunyai album foto di dalam laci lemari aku langsung beranjak dari tempat tidur dan mengambil album foto
tersebut, yap benar saja isi nya adalah kenang kenangan yang tak kan pernah terulang lagi mulai dari foto semasa kecil hingga masa masa remaja. Pada halaman pertama terdapat sebuah keluarga yang sedang asyik camping di hutan terlihat seorang anak kecil yang sedang
tersenyum lebar di depan perapian barbeque menghadap ke kamera sambil memegang sebuah sosis bakar, di halaman kedua terlihat foto anak sma sedang melaksanakan class meeting di sekolah Dan juga foto sepasang kekasih. Saat sma aku mempunyai seorang kekasih yang bernama giel, juara 2 sebagai seorang laki laki yang sangat perhatian kepada ku setelah ayah, dan menjadi orang yang paling aku sayangi setelah mama dan ayah, giel dan aku suka makan bersama di kantin dan dia suka sekali membelikan aku yougurt buah, jangan heran pada saat aku ulang tahun giel akan memberikan kepada ku yougurt yang
unlimited, tapi pada saat hari kelulusan aku mengajak nya untuk
mengakhiri hubungan kami, karena aku tau akan ada saat nya untuk pergi dari kota kembang ini dan aku tidak sanggup untuk menjalani hubungan LDR bersama nya.
Di sisi lain aku melihat album itu dengan seseorang di sampingku bukan mama bukan ayah, terlihat sosok wanita dengan dress putih di badan nya berambut panjang , lebat dan wangi melati terurai dengan anggun, dia berada tepat di sampingku dan Aku tidak menghiraukan nya.
(Cekrek) Terdengar bunyi gagang pintu dibuka ternyata itu mama
“loh kamu belum mandi itu loh makanan nya udah siap”ujar mama
“hehe belum ma”
“yaudah adis makan dulu aja”ucap mama
“mandi aja dulu ma, adis gerah soal nya”
“yaudah buru sono mandi”
Selesai mandi aku pergi ke ruang makan untuk makan bersama dengan mama dan ayah disana banyak sekali makanan kesukaan ku mulai dari ayam gulai buatan mama, daging sambal, jus, semua makanan ada untuk anak perempuan nya itu. Kami berbincang bincang di meja makan itu, pada saat suapan nasi terakhir di mulut ku ayah bergumam
“dis kamu masih sering kayak dulu?
“Perlahan aku menjawab sambil mengunyah makanan yang ada di mulut
“ ah ayah.. udah enggak lah ngapain coba kayak begitu kan adis udah gede”
Dipiringku sudah tidak terlihat lagi sisa sisa nasi yang tertinggal hanyalah tulang ayam dan bawang bawangan. Satu hal tentang ku
adalah aku tidak suka bawang, tapi jika di sebuah masakan itu tidak ada bawang aku merasa makanan itu terasa hambar. Saat kecil aku suka menyisihkan bawang dari masakan mama, mau itu bawang merah ataupun bawang putih, tetapi heran nya disaat mama ingin mencuci piring ku tidak tersisa lagi satu helai pun bawang yang ada di piring. Ya itu karena ada sosok lain yang kukenal sangat menyukai bawang
bawangan, dan dia suka menghabiskan bawang yang ada di piringku, setelah selesai makan aku langsung beranjak dari kursi meja makan.
“udah ma biar adis aja yang cuci semua piring nya” ujar ku
“wah udah gede beneran ternyata anak kita yah” gumam mama
“ih mama ngeledekin mulu dari tadi”
“sehabis makan kamu istirahat aja dulu besok pagi baru kita jalan jalan keliling bandung ya…”
Selesai cuci piring aku langsung pergi ke kamar untuk beristirahat, awalnya aku tidak bisa tertidur karena aku merasa risih dilihat oleh seseorang dari ujung pojok kamar yang terus melotot kepadaku,
sebenarnya aku sudah terbiasa dengan hal ini, tetapi entah kenapa kali ini ada yang mengelus kepala ku dengan sentuhan tangan yang lembut sambil bersenandung.rasanya seperti seorang ibu yang sedang
mentransfer kasih sayang kepada anak nya Dan hal itu membuat ku tertidur lelap hingga pagi.
Halaman rumah
“ pagi ma.. pa..”
“pagi sayang”
“Ma adis gamau jalan jalan dulu, adis cuma mau di rumah aja hari ini, adis mau keluar… mau main ayunan”
rumah ini punya halaman yang luas, dulu aku suka main sama bi asih, perempuan dengan hati selembut kapas dan sangat perhatian dengan ku, mulai dari menemani ku tidur, dan kalau aku jatuh dari sepeda pasti dia langsung menolong dengan memberi pertolongan pertama, mama dan ayah tau siapa itu bi asih tapi mereka tidak bisa melihat nya, hanya aku dan camlo yang bisa melihat nya.
Dibawah pohon besar ada ayunan sederhana dengan tali yang
menjulang diikat dengan rantai pohon yang kuat dibawahnya terdapat papan yang bisa di duduki, ini adalah tempat dimana aku bertemu bi asih. Ya lagi lagi bi asih ada di sampingku menemani ku bermain ayunan.
“selamat pagi bi asih”
“ingat juga kamu sama saya”
“ya ingat dong, masa lupa maaf ya bi aku Cuma pura pura ga liat, kasian mama sama ayah khawatir aku kenapa napa”
Aku tau bi asih tetap ada di sampingku saat aku berada di kamar dan meja makan Cuma aku pura pura tidak melihat nya, aku tidak mau membuat mama dan ayah khawatir, semenjak tragedi kamar mandi.
Seseorang yang selalu menemani ku dan mengawasi saat aku berada di
kamar mandi, dia selalu melihatku dengan mata yang terbuka lebar sambil tersenyum dari arah ujung langit langit kamar mandi.
“bi, ngomong ngomong camlo dimana?”
“itu di hutan deket pohon gede, lagi main”
“oh ya? Aku mau nyamperin camlo dulu ya bi, udah rindu banget sama adik kecil ku hahaha”
“ohh.. begitu… sama bibi enggak? Awal ketemu aja pura pura ga liat kamu”
“ih bibi jealous banget si, kan aku juga rindu tau sama bibi” ujar ku sambil memeluk bi asih, beliau itu sebenarnya adalah ibu asuh dari camlo tetapi sekarang sudah berubah, menjadi ibu asuh camlo dan adis.
Aku berjalan mengarah ke belakang rumah, di belakang rumah ternyata masih banyak pohon pohon besar yang asri, rumput yang basah terkena tetesan air hujan dan sinar matahari pagi yang membuat sebagian
rumput mengering.
“sembilan….sepuluh…. selesai aku datang”
“HEYY ada penyusup datang sana hush hush…”
“penyusup? Siapa penyusup? Ini aku adis”
“hah? adis kan pergi jauh, dia mana ingat lagi sama aku.. dan satu lagi adis berambut panjang bukan pendek seperti ini”
“oh jadi masih ga percaya kalo ini aku?”
“yaaa walaupun mirip sih sama adis, jadi ini beneran adis?”
Aku pun mengangguk dan berhadapan dengan seorang anak berambut pirang sesuai dengan namanya dengan tinggi badan 130cm yang tidak akan pernah bertambah, berbaju tuxedo celana pendek di atas lutut dengan biola di tangan kanan nya, menjatuhkan air mata yang
membuat pipi tembam dan hidungnya yang mungil memerah.
“ahahaha kok kamu nangis sih, aku ganggu kamu main petak umpet ya”
“eng eng enggaa a-a-aku kira kamu ga bakalan balik ke sini lagi, ga akan nemenin aku main petak umpet lagi atau mendengarkan aku bermain biola di bawah pohon” ujar camlo sambil menangis tersendat sendat
“ohh jadi kamu main sendirian ya… maafin aku ya”
“adis jahat…”
Begitulah camlo seorang anak laki laki belanda yang manja, berwajah imut meskipun usia hidup nya tepat hari ini menginjak 160 tahun. Tapi dia tetaplah seorang anak kecil yang lugu. Ia pandai bermain alat musik, apalagi lagu favorite nya adalah cello sonata Op.65 in G minor- Allegro moderato ia membawakan nya dengan biola kesayangan nya berwarna coklat tua, aku bertemu dengan nya saat aku pergi camping di belakang rumah bersama mama dan ayah.
Camlo anak baik
Bandung, 2008
Aku menyiap kan banyak perlengkapan untuk camping, seperti rumah rumahan Barbie, makanan mainan anak bayi ku, mobil mobilan, lego.
“ya ampun adis kamu itu mau camping atau mau main, ini banyak banget satu tas penuh sama mainan kamu aja, mama gak mau ya bawa mainan sebanyak ini, kita cuman seharian aja kemahnya, itu pun dibelakang rumah”
“ aih.. mama ini itu cuman sedikit itu tuh masih ada satu box lagi hehe”
“ ya allah gusti… yaudah terserah kalo kamu mau bawa itu semua mainan, pokok nya kalo hilang mama ga mau tanggung jawab dan bersihkan sendiri mainan nya”
“okay siap buk bos”
Aku senang sekali di izin kan mama buat bawa semua mainan yang ku punya, tapi aku baru ingat bagaimana bisa seorang anak kecil
mengangkat dua tas besar dan satu container box besar. Akhirnya aku menyuruh papa untuk membawa container itu sisanya aku sendiri yang bawa, saat di tengah tengah aku menggendong tas berat itu aku
terjatuh ke depan dengan tas yang di gendong dibelakang seperti tempurung kura kura yang besar.Saat terjatuh aku merasakan adanya bau bangkai bercampur bau amis darah, disitu kepala ku sangat pusing dan lutut kaki ku memar, terdapat seorang perempuan berdiri tepat di hadapan ku sambil memasang raut wajah masam.
“MAMA…. HUUU…. AYAH….” Terdengar tangisan anak kecil
“ya ampun adis kok bisa jatuh nak…” ujar ayah
“tuh kan mama udah bilang ke adis jangan bawa mainan banyak banyak nanti repot bawa nya”
Dan aku pun langsung digendong dengan ayah menuju halaman belakang, disana sudah terpasang tenda dan perapian BBQ, seketika nangis ku menghilang karena melihat itu. Setelah luka ku diobati oleh mama, camping pun dimulai.
Ayah memainkan gitar akoustic nya dengan lagu twinkle twinkle little star, sedangkan aku dan mama bernyanyi bersama kami bertiga duduk di depan perapian BBQ, lalu ayah mengambil potret diriku yang sedang lahap memakan sosis bakar.
“adis sini liat ke kamera…. 1…2…3…”
Disisi lain sebenarnya aku takut, sangat takut banyak makhluk makhluk lain dan aneh yang ikut kami camping mulai dari ibu ibu, anak anak atau pun nenek kakek. Tetapi ada mama dan ayah yang selalu siap sedia untuk ku, kemana pun aku pergi pasti mereka selalu mengikuti ku.
Kukuruyukk…… (suara kokokan ayam)
“letsgo kita berpetualang” ujar ayah
“AYO!! YEAAHHHHH….AYOO MAMA” sambut ku
“aduhhh iya sabar sebentar ini mama lagi nyari obat oles nyamuk, nanti dulu ya sabar…”
“duhh.. yah mama lama sekali adis kan ingin berpetualang sekarang lagian kenapa sih mama ribet banget harus make obat nyamuk segala”
ucap ku
“eh.. kamu ga boleh gitu, lagian tuh obat nyamuk nanti adis yang make kan”
“ayo ayo nih mama sudah selesai, so… mau ngapain kita hari ini? “
“HAHAHA AYOO KITAA BERBURU SIPUT HUTAN, rules nya adalah siapa yang paling banyak mengumpulkan siput di hutan maka itu lah
pemenang nya. SIAP.. READY.. 1…2…3…” ucap ayah
Terlihat sebuah keluarga yang berlari berpencar dan berburu hewan di hutan, disini aku, mama, dan ayah akan berpencar tadinya mama tidak memperbolehkan aku untuk berjalan sendirian tapi aku memaksa dan beralasan “inikan hanya dibelakang rumah dan sudah pagi jadi pasti tidak akan terjadi apa apa” dengan alasan yang tepat mama
memperbolehkan anak gadis kecilnya itu untuk berjalan sendirian, misi pun dimulai.
Aku mulai mencari siput siput liar itu di setiap sudut pohon, dan ternyata benar ada banyak siput di sana aku pun mati kegirangan karena telah menemukan nya, saat itu aku merasa lima siput saja mungkin sudah cukup untuk menang dari mama dan ayah.
“shuttt hey kamu sedang mencari siput? “ (terdengar suara anak kecil)
“heloowwww aku di depan mu, apa kamu ga bisa liat aku? “ Dan mulai lagi muncul satu hantu anak kecil di depan ku lagi,
sebenarnya aku tidak ingin berkenalan dengan para hantu lagi, tapi saat
anak itu berkata “jika kau membawa siput hanya segitu kau tak akan menang” dan hati ku pun tergerak.
“hai kenalin nama aku Camlo Dwight, kamu bisa panggil aku cam atau pun camlo”
“hai kenalin juga nama aku adisya biasa dipanggil adis”
“kamu lagi nyari siput hutan kan? nih aku ada banyak”
Camlo pun mengeluarkan 2 toples penuh dengan siput dan lender di toples nya, aku sangat kegirangan melihat nya akupun langsung bisa menyimpulkan bahwa camlo adalah anak baik.
“wahhh… banyak sekaliii dan besar besar juga siputnya, kamu dapat dari mana? “ ucap ku
“nih ambil aja, buatku mudah sajaa menemukan siput siput hutan ini, cara nya cukup kamu cari di setiap sudut pohon kayu bakau, disana banyak sekali siput siput dan juga telurnya” balas camlo
“oh ya sebenarnya aku sering sekali melihat kamu, tepat di rumah putih itu, kamu tinggal disana ya?” ucap camlo
“iya benar sekali, aku tinggal di rumah putih itu tapi kami sekeluarga sedang camping di hutan, jadi kami menginap semalaman di hutan ini”
“ngomong ngomong kamu mau ga jadi teman ku? Aku sangat kesepian selama ini, tidak ada hantu yang bisa menemani aku disini selain bi asih” ucap camlo
“hmm… baiklah mari kita berteman” balas ku
Setelah memulai percakapan aku pun langsung menarik tangan camlo dan berlari untuk menemukan mama dan ayah karena waktu sebentar
lagi akan habis dan challenge pun selesai, setelah semua berkumpul ayah membawa hanya 8 siput, mama membawa 2 siput, ternyata mama penakut dengan siput dari tadi ia tidak mencari siput, melainkan sibuk berteriak karena ada pacet di kaki kirinya. Alhasil mama hanya meminta siput carian ayah. Dan tentu saja aku yang jadi pemenang nya aku
membawa lebih dari 20 siput berkat bantuan camlo aku menang challenge kali ini.
“terima kasih ya camlo” bisik ku
Camlo pun hanya tersenyum dan ikut bahagia, karena adisya menang melawan mama ayah nya berkat bantuan dari nya.
Setelah selesai camping kami memutuskan untuk beristirahat sejenak sebelum pulang, lalu aku mengajak camlo untuk bermain bersama dengan mainan ku, tak heran camlo suka dengan mainan ku karena aku punya banyak mainan anak laki laki.
“wah.. ini mainan kamu semua ya adis…” ucap camlo
“iyaaa dong…. Kamu kalo mau ambil aja, tapi satu aja ya jangan banyak banyak”
Camlo pun mengambil satu lego berbentuk mobil yang sudah adis rangkai.
Seperti biasa adis suka banyak bertanya kepada hantu yang baru ia temui. Dan kini camlo yang akan menjadii target selanjutnya.
“kamu sudah lama tinggal disini? “ tanya ku
“ya akuu sudah lama sekali tinggal disini, asal kamu tahu ya rumah di depan mu itu dulunya rumah peninggalan keluarga ku”
Hidup dan mat
Aku camlo Dwight biasa dipanggil camlo lahir dari kedua orangtua yang berdarah asli belanda, kami tinggal di bandung dan papa seorang
penulis hebat, ia banyak menulis tentang penderitaan rakyat Indonesia terhadap belanda. Buku buku nya sangat popular kala itu, tak heran papa selalu diincar oleh para NICA makanya kami hidup selalu
berwaspada dan menyamar tinggal di kalangan orang orang Indonesia kelas atas. Dan mama adalah seorang designer terkenal dengan baju baju mewah nya yang sangat mahal, dipakai hanya untuk orang orang terpandang. Mama bertemu papa pada saat orang tua papa (nenek) hendak mencari baju untuk menghadiri sebuah acara makan malam, mereka pun jatuh cinta dan memutuskan untuk menikah
usaha baju mama ini adalah warisan turun menurun dari orangtua nya, makanya kedua orangtua ku termasuk orang orang elite kelas atas.
Setelah mereka menikah lahirlah seorang putra kecil pertama mereka bernama camlo Dwight, saat itu mereka biasa saja saat aku lahir karena mereka sibuk dengan pekerjaan nya tapi bagaimana pun itu tetap anak mereka, mereka tentu menyayangi nya. Papa yang sering keluar kota untuk menulis, mama yang sibuk mengurus client kaya nya, makanya aku ditinggal di rumah bersama seorang wanita bernama bi asih, dia adalah seorang wanita yang sangat aku sayangi melebihi orang tua ku dia sangat peduli dengan ku, ketika aku sakit dia yang merawat ku, saat aku berada di taman kanak kanak dia yang menemani ku
suatu hari aku dikaruniai seorang adik perempuan, mama dan papa sangat menyayanginya ternyata mereka ingin sekali mempunyai anak perempuan seperti nya bukan anak laki laki seperti aku. Aku sayang sekali dengan adikku dia bernama camile dwight, rambutnya yang
panjang dan pirang serta kulitnya yang putih dan bibirnya yang merah cherry membuat nya semakin cantik.
Kami berdua diurus dengan bi asih tetapi sesekali jika mama dan papa cuti kami sekeluarga akan berlibur ke luar kota, saat itu lah aku
merasakan kasih sayang keluarga ku.
Ketakutan pertama ku adalah dipisah kan dari adikku, bi asih dan mama papa. Tapi hari itu terjadi saat papa baru saja merilis buku baru nya yang berjudul “Max Havelaar” tentang penderitaan rakyat Indonesia, papa di tangkap oleh para NICA dan diasingkan keluar bandung, tak cukup sampai disitu keluarga kami pun di ancam, bahwa aku mama dan camile akan dibunuh, mendengar itu papa berkata ke para NICA “bunuh saja aku tapi jangan bunuh keluarga ku” alhasil papa dibunuh dan di siksa habis habisan oleh para NICA dengan menusukkan sebilah bambu runcing dari atas mulutnya yang tembus hingga ke dubur paling bawah.
Tak sampai disitu ternyata para NICA mengasingkan kami ber empat juga, mama dan camile di bawa pergi ke tempat yang jauh sedangkan aku dan bi asih mati kelaparan saat berada di penjara.
Alhasil tak tersisa satu pun keluarga Dwight. Dan ketakutan ku saat itu telah terjadi.
Bi asih yang jahat
Saat pertama kali bertemu dengan bi asih aku beranggapan dia adalah orang yang sama dengan camlo, karena ia sangat baik kepada ku, dia yang menemaniku tidur, yang menemaniku bermain dan banyak lagi.dan aku salah tentang itu, dibalik wajah nya yang asri seperti
seorang ibu itu dia berusaha membuat ku untuk tidak ada lagi di dunia ini agar aku bisa bersama dengan nya selama nya. Ternyata ia ingin aku tetap berada dalam dekapannya.
Bandung, 2008
Saat pertama kali aku melihat bi asih aku sangat terheran heran dengan nya karena manusia pada normalnya berjalan menggunakan kaki dan tidak terbang, tapi saat bi asih mendekat kearah ku ia terbang dengan sangat tinggi lalu menjatuhkan diri nya ke lantai dengan sangat keras.
Dan aku sebagai seorang anak kecil yang lugu pasti sangat tertarik dengan hal itu dan ingin mencoba nya, ternyata itu menjadi salah satu taktik bi asih agar aku mati. Pada malam hari bi asih mempraktekkanya lagi ke pada ku dan berkata “ini sangat menyenangkan! Kamu gak mau coba ini adisya?” saat itu aku mencobanya untuk pertama kali dari
lantai atas, dan voila! Mama dan ayah menyelamatkan ku saat aku akan meloncat dari atas ke bawah dan berharap agar bisa terbang seperti bi asih. Dan banyak lagi cara cara bi asih agar aku bisa mati mulai dari percobaan bunuh diri atau pun mencelakai ku dengan cara halus.
Makanya ayah dan mama tidak mau aku bermain lagi dengan para hantu.
Kembali ke realita
Bandung, jumat 2017
Hari hari ku di bandung telah usai dan ini hari terakhir ku berada di bandung dan aku memutuskan untuk jalan jalan sebentar ke luar. Dan aku memilih untuk pergi ke perpustakaan buku jadul yang sering aku jumpai saat aku sma dulu. Tempat nya masih sangat persis sama seperti saat aku sma dulu, pemilik nya pun juga masih sama bapak bapak
berbaju rapih dengan kumis keriting di wajah nya.
“eh teh adis Geus lila teu panggih” (udah lama ga ketemu) tanya pak amed
“eh iya pak kan saya kuliah di jakarta pak” jawab adis
“oalah kuliah disana ternyata” jawab pak amed
“yaudah sok lanjut baca lagi bukunya, sieun (takut) ganggu bapak hehe” ujar pak amed
Aku berjalan mencari pojok buku tempat favorite ku dulu, saat aku ingin duduk di pojok buku itu ternyata aku menemukan giel yang sedang membaca buku juga disana, memang sih ini tempat favorite kita berdua dan mejadi rutinitas kami berdua sehabis pulang sekolah untuk wajib ke sini, tapi kenapa harus bertemu disaat yang seperti ini kan jadi
canggung. Melihatnya aku langsung ingin cepat cepat pergi dari sini tapi aku kedapatan dengan nya dan ia langsung sadar bahwa ini adisya
mantan pacar nya dulu.
“adis?...” sahut giel
“eh ada giel ya (menjawab dengan hati yang berguncang dengan sangat kuat) maaf ya ganggu kalo gitu gue ga jadi duduk sini deh,,” jawab ku
”oh enggak kok itu kan masih ada sofa satu lagi” ujar giel
Diawali pertemuan dengan giel yang tak terduga duga giel mengajakku untuk pergi ke café seberang jalan untuk bisa bercerita berdua, kami banyak bertukar cerita dengan satu sama lain.
“el gue ga bisa lama lama nih mau packing buat besok pulang ke jkt”
sahut ku
kami mengakhiri pertemuan kami di café dan giel memberi ku sekotak hitam yang di atas nya terdapat miniature penari ballet. Entah kenapa juga giel memberiku ini padahal kan kami berdua sudah tidak ada hubungan apa apa lagi. Tapi ya sudah lah sebenarnya aku juga masih punya persaan yang sama terhadap giel. Dan mungkin giel juga begitu karena bisa dilihat dari tadi pembicaraan kami mengarah ke sana terus
Bandung, sabtu 2017
“adis buruan ayah udah nunngu di bawah, ini loh taxi nya udah nunggu dari tadi” teriak mama
“iyaa.. iya.. ma.. sebentar ini adis lagi nyari barang adis yang ketinggalan”
Huh akhirnya ketemu,kotak dari giel hampir saja ketinggalan.
dan aku buru buru untuk turun kebawah tak lupa berpamitan dengan mama dan yayah.
“kamu disana baik baik ya jangan sampai telat makan terus kalo ada apa apa telepon mama”
“iya ma siap…” jawab ku
Aku bergegas memasuki taxi dan melambaikan tangan kepada mama, ayah, camlo dan bi asih. Tadi malam aku sudah mengucapi selamat tinggal kepada mereka, terutama ke bi asih aku sempat melontarkan kalimat ke bi asih “ tenang bi… adis bakal balik kok ke sini dan tidak akan pernah lupain kalian berdua, jadi tolong jangan ganggu adis ya bi, soalnya masih ada mama dan ayah yang harus adis banggain”
Berakhir sudah liburan semester ku dan aku harus kembali ke realita di jakarta. Dengan segala tantangan dan rintangan yang harus aku lewati disana tanpa mama dan ayah. goodbye mama, ayah, camlo, dan bi asih.