Isian Substansi Proposal
SKEMA PENELITIAN TERAPAN
Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.
A. JUDUL
Tuliskan judul usulan penelitian maksimal 20 kata
[Pendekatan Baru dalam Penilaian Kemiskinan: Pengembangan Aplikasi Penentuan Kemiskinan Multidimensi untuk Akurasi Data Terpadu
Kesejahteraan Sosial di Ponorogo] B. RINGKASAN
Isian ringkasan penelitian tidak lebih dari 300 kata yang berisi urgensi, tujuan, metode, dan luaran yang ditargetkan
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan indikator kemiskinan berbasis multidimensi sebagai dasar asesmen lapangan untuk meningkatkan akurasi penentuan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo.
Tingginya angka kemiskinan di Ponorogo menunjukkan bahwa penentuan kemiskinan yang ada belum akurat. Asesmen lapangan yang digunakan saat ini masih menggunakan indikator kemiskinan yang satu dimensi, yaitu berdasarkan pendapatan. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat miskin yang tidak teridentifikasi dan tidak mendapatkan bantuan sosial. Penelitian ini akan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif akan diperoleh melalui wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan, seperti TKSK, perangkat desa, dan masyarakat miskin. Data kuantitatif akan diperoleh melalui survei terhadap masyarakat miskin di Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo. Hasil penelitian diharapkan dapat menghasilkan indikator kemiskinan berbasis multidimensi yang lebih akurat dan kontekstual.
Indikator ini akan digunakan untuk mengembangkan instrumen asesmen lapangan yang baru untuk tenaga lapangan seperti Tenaga Kesejahteraan Sosial (TKSK), Sistem Layanan Rujukan Terpadu (SLRT), Pendamping PKH dan juga Operator DTKS Desa. Diharapkan instrumen ini dapat
meningkatkan akurasi penentuan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo, sehingga penerima bantuan sosial dapat lebih tepat sasaran.
C. KATA KUNCI
Isian 5 kata kunci yang dipisahkan dengan tanda titik koma (;)
Instrumen, Indikator Kemiskinan, Asesmen Lapangan, Kabupaten Ponorogo
D. PENDAHULUAN
Pendahuluan penelitian tidak lebih dari 1500 kata yang memuat, latar belakang, rumusan permasalahan yang akan diteliti, pendekatan pemecahan masalah, state-of- the-art dan kebaruan, peta jalan (road map) penelitian setidaknya 5 tahun. Sitasi disusun dan ditulis
berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Kemiskinan merupakan permasalahan kompleks yang masih dihadapi di berbagai daerah di Indonesia. Kabupaten Ponorogo merupakan salah satu daerah di Jawa Timur yang memiliki tingkat kemiskinan yang cukup tinggi. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun 2021, angka kemiskinan di Kabupaten Ponorogo mencapai 13,14%, di atas rata-rata Provinsi Jawa Timur sebesar 11,06% [1]. Kondisi tersebut berdampak terhadap banyaknya jumlah Masyarakat penerima bantuan sosial. Permasalahan kelayakan penerima bantuan sosial selalu menjadi topik pembicaraan dan menyebabkan kecemburuan di masyarakat.
Tingginya angka kemiskinan menunjukkan bahwa program pembangunan yang dilaksanakan pemerintah, khususnya program pengentasan kemiskinan, belum optimal [9]. Tingginya angka kemiskinan di Kabupaten Ponorogo menunjukkan
bahwa penentuan kemiskinan yang ada belum akurat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Dinas Sosial Kabupaten Ponorogo, asesmen lapangan yang digunakan saat ini masih menggunakan indikator kemiskinan yang uni-dimensi, yaitu berdasarkan pendapatan [2]. Hal ini menyebabkan banyak masyarakat miskin yang tidak teridentifikasi dan tidak mendapatkan bantuan sosial [3]. Kondisi yang demikian menyebabkan permasalahan dan kecemburuan sosial di Masyarakat.
Apparat desa dan pemerintah desa selalu menjadi sasaran dari pertanyaan warga yang menginginkan kejelasan dari data terpadu kesejahteraan sosial. Pemrintah desa mempunyai wewenang dalam memvalidasi kemiskinan warga dengan melakukna asesmen yang dilakukan pada tingkat pemerintahan desa yang selanjutnya diteruskan ke dinas sosial kabupaten.
Analisis dampak perubahan kebijakan terhadap masyarakat miskin seringkali terhambat oleh kesulitan dalam mengukur kemiskinan dan membandingkan tingkat kemiskinan sebelum dan sesudah perubahan kebijakan [8]. Asesmen lapangan merupakan kegiatan penilaian kemiskinan di Masyarakat yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Dimana Dinas yang berwewenang dalam melakukan validasi data kemiskinan tingkat daerah pemerintah daerah adalah Dinas Sosial yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa. Sehingga kevalidan dari data memang tanggung jawab dan wewenang dari Pemerintah Daerah.
Kendala Pemerintah Daerah dalam melakukan validasi adalah kurangnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) atau tenaga lapangan dalam menilai kemiskinan dalam suatu rumah tangga.
Rendahnya SDM tersebut ditambah dengan masalah ketidaktahuan tenaga lapangan terkait indikator yang digunakan ketika menilai kemiskinan Masyarakat. Intrumen merupakan hal wajib Ketika asesmen lapangan, tenaga lapangan ataupun relawan sosial dalam rangka mewujudkan kecepatan dan ketepatan penilaian Masyarakat menjadi faktor cepat atau tidaknya dalam mengatasi kasus-kasus yang menjadi permasalahan di Masyarakat. Intrumen ini harus menggunakan pendekatan multidimensi untuk menilai seseorang atau rumah tangga di Masyarakat agar dapat memberikan gambaran yang secara utuh terkait kemiskinan.
Penggunaan indikator kemiskinan yang uni-dimensi tidak dapat menggambarkan kondisi kemiskinan yang kompleks. Kemiskinan bukan hanya tentang kekurangan pendapatan, tetapi juga terkait dengan dimensi lain seperti pendidikan, kesehatan, dan akses terhadap layanan dasar [4]. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan indikator kemiskinan multidimensi yang mampu menangkap berbagai aspek kehidupan masyarakat miskin secara lebih komprehensif. Indikator ini harus mempertimbangkan berbagai dimensi, seperti ekonomi, Pendidikan, Kesehatan, sosial. Pengembangan indikator kemiskinan multidimensi dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak, seperti akademisi, praktisi, dan masyarakat miskin. Hal ini untuk memastikan bahwa indikator yang dikembangkan relevan dengan kondisi di lapangan dan dapat digunakan untuk mengidentifikasi masyarakat miskin secara tepat sasaran. Penggunaan indikator kemiskinan multidimensi diharapkan dapat meningkatkan akurasi penentuan kemiskinan dan membantu pemerintah dalam merumuskan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang lebih efektif dan tepat sasaran.
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan indikator kemiskinan berbasis multidimensi sebagai dasar asesmen lapangan untuk meningkatkan akurasi penentuan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk mengembangkan indikator kemiskinan berbasis multidimensi [5, 6, 7].
Namun, penelitian tersebut belum fokus pada pengembangan indikator kemiskinan untuk asesmen lapangan di tingkat desa. Pengembangan instrument ini
merupakan suatu kegiatan yang penting dan sangat diharapkan oleh pemerintah daerah untuk melakukan penilaian ataupun validasi dari kondisi kemiskinan Masyarakat. Grootaert (1999) menjelaskan bahwa asosiasi lokal dengan struktur yang jelas, keanggotaan yang beragam, dan fokus pada penyebaran informasi dan fasilitasi pengambilan keputusan kolektif dapat secara signifikan mengurangi tingkat kemiskinan di komunitas [10]. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa intrumen yang dikembangkan dapat menjadi sebagai alat ukur yang digunakan oleh komunitas yaitu pemerintah desa untuk dapat memahami karakter Masyarakat yang secara khusus untuk menilai kemiskinan secara multidimensi dan tidak berdasarkan pada satu aspek atau indicator yang pokok saja.
Penelitian ini menawarkan beberapa kebaruan, yaitu mengembangkan indikator kemiskinan berbasis multidimensi yang kontekstual dengan kondisi di Kabupaten Ponorogo. Mengembangkan instrumen asesmen lapangan yang mudah digunakan oleh petugas lapangan. Dan meningkatkan akurasi penentuan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo.
Pengembangan instrumen juga menjadi jawaban terkait kendala di lapangan dan digitalisasi instrument yang dulunya berupa lembaran kertas yang digunakan saat asesmen menjadi aplikasi yang sifatnya lebih fleksibel
dan lebih gampang untuk dianalisis.
E. METODE
Isian metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak lebih dari 1000 kata. Pada bagian metode wajib dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang menggambarkan apa yang sudah dilaksanakan dan yang akan dikerjakan selama waktu yang diusulkan. Format diagram alir dapat berupa file JPG/PNG. Metode
penelitian harus memuat sekurang-kurangnya prosedur penelitian, hasil yang diharapkan, indikator capaian yang ditargetkan, serta anggota tim/mitra yang bertanggung jawab pada setiap tahapan penelitian. Metode penelitian harus sejalan dengen Rencana Anggaran Biaya
(RAB).
Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Pendekatan kualitatif digunakan untuk menggali informasi mendalam tentang berbagai aspek kemiskinan dan kebutuhan masyarakat miskin.
Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas indikator kemiskinan yang dikembangkan. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian ini dibagi menjadi lima tahap:
Tahap 1: Tinjauan Pustaka dan Penelitian Terdahulu
Pada tahap ini, dilakukan tinjauan pustaka dan penelitian terdahulu untuk memahami berbagai konsep dan teori tentang kemiskinan, indikator kemiskinan, dan asesmen lapangan.
Tahap 2: Wawancara dengan Para Pemangku Kepentingan
Pada tahap ini, dilakukan wawancara mendalam dengan para pemangku kepentingan, seperti Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK), Pendamping PKH, Petugas Sistem Layanan Rujukan Terpadu, perangkat desa, BPS, dan Bappeda, untuk mendapatkan informasi tentang:
Persepsi mereka tentang kemiskinan.
Kebutuhan dan harapan mereka terhadap program penanggulangan kemiskinan. Faktor-faktor yang menyebabkan kemiskinan di
Kabupaten Ponorogo.
Tahap 3: Survei terhadap Masyarakat Miskin
Pada tahap ini, dilakukan survei terhadap masyarakat miskin di Kabupaten Ponorogo untuk:
Mengidentifikasi dimensi-dimensi kemiskinan yang relevan dengan Tahap 4: Analisis Data dan Pengembangan Indikator Kemiskinan
Data kualitatif dan kuantitatif yang diperoleh dianalisis untuk:
Mengembangkan indikator kemiskinan berbasis multidimensi yang kontekstual dengan kondisi di Kabupaten Ponorogo.
Mengembangkan instrumen asesmen lapangan yang mudah digunakan oleh Tenaga Lapangan.
Tahap 5: Uji Coba dan Revisi Instrumen Asesmen Lapangan
Instrumen asesmen lapangan yang dikembangkan diuji coba di lapangan untuk: Mengetahui efektivitas dan efisiensi instrumen.
Memperoleh masukan dari para pemangku kepentingan.
Instrumen asesmen lapangan direvisi berdasarkan hasil uji coba.
Gambar 1. Diagram Alur Tahap Penelitian Hasil yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
Indikator kemiskinan berbasis multidimensi yang kontekstual dengan kondisi di Kabupaten Ponorogo.
Instrumen asesmen lapangan yang mudah digunakan oleh TKSK.
Peningkatan akurasi penentuan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo Indikator Capaian yang Ditargetkan
Indikator capaian yang ditargetkan adalah:
Indikator Intrumen penilaian kemiskinan yang dikembangkan valid dan reliabel.
Instrumen asesmen lapangan yang efektif dan efisien.
Peningkatan akurasi penentuan kemiskinan di Kabupaten Ponorogo minimal 10%.
F. JADWAL PENELITIAN
Jadwal penelitian disusun berdasarkan pelaksanaan penelitian dan disesuaikan berdasarkan lama tahun pelaksanaan penelitian
Tahun ke-1
Tahun ke-n
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 2 dst.
G. DAFTAR PUSTAKA
Sitasi disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
1. Badan Pusat Statistik. (2022). Kabupaten Ponorogo dalam Angka 2022. Ponorogo: BPS Kabupaten Ponorogo.
2. Kementerian Sosial Republik Indonesia. (2021). Pedoman Umum Asesmen Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Kementerian Sosial Republik Indonesia.
3. Soedirman, D., & Asri, A. (2020). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ketidaktepatan Penentuan Kemiskinan di Kabupaten X. Jurnal Ilmiah Administrasi Negara, 14(2), 201-212.
4. Alkire, S., & Santos, M. E. (2011). The Oxford Poverty and Human Development Initiative. Oxford: Oxford University Press.
5. Alkire, S., & Foster, J. (2007). "Equity and poverty measurement:
Recent advances and future challenges." The World Bank Economic Review, 21(2), 273-297.
6. Atkinson, A. B. (2003). "Multidimensional deprivation: An overview." Journal of Social Policy, 32(1), 1-22.
7. Bourguignon, F., & Chakravarty, S. (2003). "The measurement of multidimensional poverty." Journal of Economic Development, 28(1), 49-64.
8. Martin Ravallion, Monika Huppi, Measuring Changes in Poverty: A Methodological Case Study of Indonesia during an Adjustment Period, The World Bank Economic Review, Volume 5, Issue 1,
January 1991, Pages 57–82, https://doi.org/10.1093/wber/5.1.57 9. Suryahadi, A., Sumarto, S. and Pritchett, L. (2003), Evolution of
Poverty During the Crisis in Indonesia. Asian Economic Journal, 17: 221-241. https://doi.org/10.1111/j.1467-8381.2003.00184.x 10. Grootaert, C. (1999). Social capital, household welfare
No Nama Kegiatan Bulan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Study Literatur Review 2 Koordinasi dengan Dinas
Sosial Kabupaten Ponorogo 3 Wawancara dan FGD
4 Survei
5 Pengembangan Instrumen 6 Uji coba instrumen
7 Validasi
8 Presentasi kepada Dinas Sosial
9 Penyusunan Artikel dan Laporan Kegiatan
and poverty in Indonesia (No. 6). World Bank Publications.