• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIZA OPA MIRDAYANI NPM. 12020040

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "RIZA OPA MIRDAYANI NPM. 12020040"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI) DALAM PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-AN:

SUATU KAJIAN HISTORIOGRAFI

JURNAL

Diajukan Sebagai untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1)

RIZA OPA MIRDAYANI NPM. 12020040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATRA BARAT

PADANG

2016

(2)

DALAM PERGOLAKAN DAERAH TAHUN

1950-AN:

SUATU

KAJIAN HISTORIOGRAT'I

Nama NPM

Program Studi lnstansi

Jurnal

ini

ke Program Studi

Riza Opa Mirdayani t202004a

Pendidikan Sejarah

Sekolah Tinggr Keguruan dan

Ilmu

Pendidikan (STKIP)

PGRI

Sumatra Barat

telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk diserahkan Pendidikan Sejarah.

Drs, Etrni Hardi,

M.

Hum

Padang, Agustus 2016

Pembimbing

II

t!'4"

Livia Ersi, S.S.,

M. llum

Diset{ui

Oleh:

(3)

1

PEMERINTAHAN REVOLUSIONER REPUBLIK INDONESIA (PRRI) DALAM PERGOLAKAN DAERAH TAHUN 1950-AN:

SUATU KAJIAN HISTORIOGRAFI

¹Riza Opa Mirdayani

² Etmi Hardi

³ Livia Ersi

¹

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatra Barat

²Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatra Barat

³ Dosen STKIP PGRI Sumatra Barat

ABSTRACT

Riza Opa Mirdayani (NIM: 12.02004), Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) in the Regional Upheaval in the 1950s: A Study of Historiography. Thesis History Education Studies Program STKIP PGRI West Sumatera, Padang, 2016.

This thesis examines the historical works about the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) in Upheaval Region Year 19050's: A Study of Historiography written in two eras (New Order- Reformation) with the focus of the problem (1) How is the writing of the history of the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI ) of the amount of work that already exists? (2) What sort of things affect the views of the author in writing about the events of the Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI)?

The purpose of this thesis is to analyze the writing of history (historiography) about the events of Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) and explain the background that influence the author's views on the writing of the history of events Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) itself. The method used in this research is critical discourse analysis with a historical approach and uses four main stages, including: heuristics, source criticism, interpretation, and historiography. This study is a study of historiography, where researcher focused on studying, analyzing the historical work of what was said, who said, why they say so, and to what they say.

The conclusion of this research is the writing of the history of events Revolutionary Government of the Republic of Indonesia (PRRI) in the New Order dominated by authors who come from the military who are interested in the history of the publication of the results of his work is done through a rigorous screening in order not to harm the regime in power at the time. Entering the era of the Reformation, the history mostly written by expert historians who successfully investigate and explore the occurrence of PRRI this in more depth.

The work is the result of storytelling that is conditioned by culture, era, and social environment of the author.

Narrative that emerges is an alternative to people who've located alongside power and represent parties that are silenced in the past (New Order). The emergence of a culture of freedom and openness (transparency) in the era of reform is making history rewritten in the form of various versions. Diversity is created in the writing of history is not only rests on two main elements: cultural ties (cultuurge bundenheid) and bonding times (zeitgeist), but also the difference between the author of the history caused by the authors of the works created by some of the viewpoints of the author's work history own; personal tendencies (personal bias), prejudices group (group prejudise), theories are conflicting on the basis of the interpretation of history, and their views different philosophy.

Key word: PRRI, Historiografi

(4)

PENDAHULUAN

Munculnya Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) merupakan akumulasi dan kekecewaan rakyat di daerah terhadap pemerintah pusat di Jakarta.1 Secara politis, PRRI punya andil bagi berakhirnya era partai-partai politik dan era demokrasi liberal di Indonesia.

Secara pemerintahan, PPRI makin mempercepat realisasi pembentukan Propinsi Sumatera Barat, Riau, dan Jambi. Secara militer, PRRI menjadi bukti bahwa pemerintah lebih memilih penggunaan cara militer dalam menyelesaikan masalah. Secara sosial dan psikologis, PRRI telah menyebabkan terjadinya kecaman besar-besaran masyarakat Sumatera Barat (Minangkabau) ke luar daerahnya.2

Latar belakang penulis mengkaji secara historiografi tentang peristiwa PRRI ini adalah:

Pertama, dalam penulisan sejarah mengenai PRRI masih menunjukkan ketidakadilan, dalam hal ini berat sebelah. Kedua, dalam beberapa karya tentang PRRI yerbit pada masa Orde Baru terpaut pada bentuk tulisan yang mengagungkan pihak pemerintah saja. Ketiga, terjadi kesalahpahaman mengenai maksud dan tujuan dari lahirnya PRRI yang berpusat di Sumatera Tengah. Keempat, masih sedikitnya pembicaraan mengenai peristiwa PRRI itu sendiri.

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu membahas dalam kajian sejarah dari bebrapa karya sejarah berupa buku, jurnal dan sumber lainnya yang membahas tentang PRRI, bukanlah melihat dari sejarah kronologis dari peristia PRRI itu sendiri.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penulisan sejarah PRRI dari banyaknya karya yang sudah ada?

2. Hal apa saja yang mempengaruhi pandangan penulis dalam penulisan tentang peristiwa PRRI?

Konsep yang digunakan dalam penelitian ini salah satunya adalah sejarah. Sejarah merupakan rekonstruksi masa lalu yang terkait pada prosedur penelitian ilmiah. Sejarah dalam bahasa Yunani yaitu Istoria yang berarti ilmu. Istoria dalam penggunaannya oleh pada filsuf Yunani Araistoteles, berarti suatu pertelaahan sistematis mengenai seperangkat gejala alam, entah susunan kronologi merupakan faktor atau tidaknya yang berpengaruh dalam pertelaahan. Menurut defenisi

1 Zusneli Zubir, Lim Imaduddin & Lia Naralia, Peran Anak Nagari Situjuah Batua Kabupaten Limopuluh Kota dana Peristiwa PDRI dan PRRI (1949-1966), (Padang: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang, 2008), hlm 64

2 Gusti Asnan, et al, Perjuangan yang Tak Kunjung Selesai Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, dan Persepsi, (Vol.

13, No. 13 Januari 20-07), hlm 66

yang paling umum, kata History kini berarti masa lampau manusia.3

Kajian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu historiografi. Historiografi merupakan rekonstruksi imajinatif dari masa lampau berdasarkan data yang diiperoleh dengan menempuh metode-metode dalam penelitian sejarah. Secara etimologis, historiografi berasal dari bahasa Yunani yang tediri atas dua suku kata, yaitu Historia yang berarti penyelidikan tentang gejala alam, dan Graphien yang berarti gambaran, lukisan, tulisan atau uraian. Jadi secara harfiah historiografi dapat diartikan sebagai uraian atau tulisan tentang hasil penelitian mengenai gejala alam. Kajiannya lebih jauh juga mencakup tentang gejalakemanusiaan di masa lampau.4

Konsep historiografi dalam sejarah meiliki arti yang berbeda-beda. Konsep yang pertama adalah historiografi berhubungan dengan metode sejarah, konsep yang kedua yaitu jika historiografi adalah penulisn sejarah, maka historiografi berkaitan dengan masalah filsafat sejarah yaitu masalah objektivitas dan subjektivitas. Konsep yang ketiga, historiografi sebagai lapangan studi yang berdiri sendiri dalam ilmu sejarah (sub disiplin ilmu sejarah). Konsep yang digunakan penulis adalah konsep yang ketiga yaitu historiografi sebagai sub disiplin ilmu sejarah.5

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan kajian historiografi yaitu mengkaji beberapa karya berupa buku yang membahas tentang peristiwa PRRI dalam dua era yaitu Orde Baru dan Reformasi.

Buku yang terbit pada masa Orde Baru diantaranya adalahbuku karangan Makmum Salim (1971) yang berjudul Sejarah Operasi-operasi Gabungan terhadap PRRI-Permesta. Buku kedua adalah karangan A.H Nasution (1972) yang berjudul Memenuhi Panggilan Tugas Jilid 4. Buku ketiga karangan Barbara Sillas Harvey (1989) berjudul Permesta: Pemberontakan Setengah Hati.

Buku keempat adalah karangan R.Z Leirissa (1991) berjudul PRRI-Permesta, Strategi Membangun Indonesia Tanpa Komunis.

Selanjutnya, buku yang terbit pada Era Reformasi diantaranya: Pertama, buku yang ditulisoleh Halwi Dahlan, Djurip dan Zusneli Zubir (2000) yang berjudul Dari Dewan Banteng ke PRRI, Kemiripan Sejarah yang Berulang di Era

3 Louis, Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosusanto, (Jakarta: UI Press, 1985), hlm 33

4Mestika Zed, Pengantar Studi Hisstoriografi, (Padang: Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Andalas Padang, 1984), hlm 11

(5)

3

Reformasi. buku kedua adalah karangan B.E Matindas, Frank HT. Maramis dan Bert Supit (2006) berjudul Permesta dan PRRI Bukan Separatis. Buku ketiga adalah karangan George McTUrnan Kahain dan Lukman Hakiem (2010) berjudul PRRI: Pergolakan Daerah atau Pemberontakan. Buku keempat adalah karangan Boogie Wibowo (2010) berjudul Dibawah Bayang- bayang Amerika Serika, Keterlibatan Amerika Serikat dalam Pemberontakan PRRI/ Permesta 1955-1985).

Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan yang berarti sebuah penelitian yang terbatas pada bahan –bahan koleksi perpustakaan, tanpa melakukan riset lapangan atau data wawancara. Studi pustaka dalam penelitian ini diperlukan sebagai salah satu tahap tersendiri, dimana studi pendahuluan untuk memahami lebih dalam gejala baru yang telah berkembang dilapangan. 6Akhir dari alasan penggunaan penelitian kepustakaan ini yaitu karena data pustaka yang didapatkan tetap andal untuk menjawab persoalan penelitian penulis.7

Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan analisis wacana kritis dengan karakteristik historisnya. Secara umum wacana dimengerti sebagai pernyataan-pernyataan. Analisis wacana kriotis merupakan sebuah upaya atau proses untuk memberi penjelasan dari sebuah teks yang maua atau sedang dikaji yang dominanya cenderung memiliki tujuan tertentu untuk memperolah apa yang diinginkan.8

Terdapat tiga komponen tugas studi historiografi menurut Micheal Starford yaitu, Pertama, mengidentifikasi biografi sejarawan atau individu dengan berbagai macam tipologinya, Kedua, mengidentifikasi pengetahuan sejarah lewat karya-karya sejarah yang pernah ditulis pada zaman tertentu, Ketiga, mempelajari asumsi dasar dalam penulisan sejarah pada zaman tertentu.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah merupakan sebuah cabang ilmu pengetahuan yang berkembang dan dengan metode-metode serta standar-standar tertentu.9 Sejarah Republik Indonesia banyak didominasi oleh sejarah TNI-AD, terutama sejak peristiwa 17 Oktober 1952 sampai pucuk militerisme dan totliterisme dibawah Soeharto tahun 1998. Benang merahnya adalah adalah suatu penjelasan

6 Mery Susanti, Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dalam Dua Era (Orde Baru dan Reformasi, Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat (Padang, 2015)

8Mestika Zed, Metode Penelitian Kepustakaan, (Padang: UNP Press, 2003), hlm 2-3

9Hugiono dan P.K Poerwanto, Pengantar Ilmu Sejarah, (Semarang: Rineka Cipta, 1992), hlm 11

kehidupan militer, yaitu sejarah dari tingkah laku pribadi sejumlah tokoh-tokoh di dalamnya.10

Peranan negara dalam proses penulisan sejarah dijelaskan oleh sejarawan kritis dengan menunjukkan bahwa sejarah pada masa Orde Baru telah membungkam suara pihak-pihak yang dianggap mengganggu dan mengancam pemerintah militer yang berkuasa. Pemerintah Orde Baru mengendalikan dan mengkoordinasi alur-alur kebenaran.11

Penulisan sejarah pada masa Orde Baru juga banyak melakukan distorsi berlebihan dengan menyebut gejolak politik daerah sebagai

“pemberontakan”. Buku-buku sejarah didominasi oleh interpretasi pola Orde Baru yang menyebut daerah-daearah yang bergolak mempunyai keinginan memisahkan diri, yang tentu saja bertentangan dengan citra persatuan dan kesatuan yang ingin dibangun.12

Beberapa alasan yang dapat dikatakan sebagai wujud rasa “tidak suka” rezim Orde Baru terhadap peristiwa PRRI diantaranya: Pertama, keterlibatan beberapa orang tokoh PDRI didalam PRRI, yang mana tokoh ini pada kedua peristiwa tersebut memiliki jabatan yang penting yaitu Syafruddin Prawiranegara dan St. Mohd Rasjid). Kedua, propaganda Orde Baru yang merasuk kepada generasi muda yang pernah belajar di sekolah mengenai peristiwa PRRI adalah anggapan bahwa peristiwa ini sebagai kambing hitam kegagalan sistem politik yang dibangun setelah pemilu 1955.13 Buku-buku yang terbit pada masa Orde Baru menunjukkan bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan tentara (militer) selalu mendapatkan tempat dalam hal penulisan sejarah Indonesia. Penyaringan ketat yang diberlakukan Soeharto membuat ruang gerak dari penulis terhambat untuk menerbitkan hasil karyanya, sehingga yang berani menghasilkan karya hanya penulis-penulis yang sepaham dengan Orde Baru, yang kebanyakan merupakan aktor sejarah yang melahirkan karya yang bersifat subjektif. Penulis hanya menyampaikan apa yang ingin mereka sampaikan.

Memasuki Era Reformasi (pertengahan tahun 1998), muncul sejumlah upaya untuk menulis ulang sejarah, masing-masing dengan prsepsinya tentang apa yang harus disorot dan mana yang harus dihapus, pelaku mana yang dianggap memainkan

10 Syamdani, Kontroversi Sejarah di Indonesia, (Jakarta:

Grasindo, 2001), hlm 21

11Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto & Ratna Saptari, Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm 11

12 Asvi Warman Adam, Seabad Kontroversi Sejarah, (Yogyakarta: Ombak, 2007), hlm 113

13Ibid, hlm 113

(6)

peranan utama dan mana yang kuranmg berarti dalam perjalanan sejarah.14

Periode pasca Orde Baru dengan desentralisasi sebagai poros utama, dibuka kemungkinan bagi beragam kelompok yang mewakili pihak-pihak yang dibungkam pada masa lalu untuk menyelidiki berbagai sejarah didalam historiografi yang sudah dipisahkan dari pusat.15

Karya sejarah yang merupakan hasil karya yang dihasilkan oleh sejarawan, dalam setiap karyamnya tentu sejarawan tiu dipengaruhi oleh jiwa zaman ketika menghasilkan karyanya, serta ikatan budaya yang mengikutinya. Setiap sejarah dari penulisan sejarah (historiografi) selalu menunjukkan adanya perbedaan dari waktu ke waktu, baik dilihat dari segi zaman, tempat, maupun kebudayaan dimana karya historiografi tersebut dihasilkan. Terdapat 4 faktor yang membuat sejarawan memiliki pandangan yang berbeda, diantaranya:

1. Sikap berat sebelah pribadi, 2. Prasangka kelompok,

3. Interpretasi berlainan tentang faktor sejarah, dan

4. Pandangan dunia yang berbeda-beda.16 Karya-karya yang dimuat dalam sejarah pada umumnya memiliki beberapa kategori, yaitu pertama, para penulis, kedua, kapan diterbitkan karya tersebut, adn ketiga, tujuan penerbitan dari masing-masing penulisan. Pada kategori pertama setidaknya ada tiga kelompok penulis, yaitu: 1).

Para pelaku atau aktor sejarah; 2). Para penulis yang berpihak kepada salah satu pelaku atau aktor sejarah; dan 3). Penulis yang termasuk pada golongan ilmuwan.17

Terdapat dua cara pengendalian sejarah pada masa Orde Baru yaitu, pertama penambahan unsur tertentu dalam sejarah, dan kedua, kebisuan sejarah. Menurut Marc Ferro (seorang profesoe Paris), terdapat tiga jenis kebisuan sejarah.

Pertama, berkaitan dengan prinsip legitimasi, kedua, berkaitan dengan kondisi masyarakat, dan ketiga, menyangkut hal-hal yang memalukan di masa lampau.18

Masa Orde Baru yang dipengaruhi oleh zaman kemiliteran yang berlaku serta didorong oleh semangat nasionalisme yang tinggi, secara tidak langsung juga ikut mempengaruhi penulisan

14Ruswandi Hermawan dan Sukanda Permana, Kehidupan di Masa Pasca Kemerdekaan, (Bandung: Setia Purna Press, 2008)

15Henk Schulte Nordholt, Bambang Purwanto & Ratna Saptari, Perspektif Barau Penulisan Sejarah Indonesia, (Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2008), hlm 3

16 Nugroho Notosusanto, Sejarah dan Sejarawaan, (Jakarta:

Balai Pustaka, 1984)hlm 16-17

17Mery Susanti, Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dalam Dua Era (Orde Baru dan Reformasi, Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat (Padang, 2015), hlm 55

18 Asvi Warman Adam, Pelurusan Sejarah Indonesia, (Yogyakarta: Ombak, 2009), hlm 137-138

sejarah yang lahir pada masa itu. Hal ini terlihat adanya “pembungkaman” suara dari pihak-pihak yang dirasa akan mengancam pemerintah yang berkuasa.

Sejarawan pada masa Orde Baru umumnya memilih (atau tidak punya pilihan) bersikap sangat hati-hati. Pada waktu yang bersamaan oleh segelintir sejarawan terjadi rekayasa sejarah untuk kepentingan rezim yang memerintah. Sejarah menjadi alat legitimasi bagi penguasa sekaligus alat represi terhadap kelompok yang bersebrangan.19

Lingkungan budaya yang terlihat pada masa Orde Baru yaitu budaya yang menjadikan ABRI sebagai pilar utama rezim masanya. Penulisan sejarah PRRI disini merupakan penulisan sejarah yang mendapat pengaruh dari Orde Baru. Jadi wajar bila sejarah mengalami revisi dan penulisan ulang dari waktu ke waktu. Rezim Orde Baru menunjukkan bahwa sejarah dimanfaatkan untuk kepentingan politik yang berkuasa.

Memasuki Era Reformasi di Indonesia (1998), penulisan sejarah Indonesia dilahirkan atas dasar tuntutan zaman serta semangat kebangsaan yang begitu tinggi serta nasionalisme pembangunan Bangsa dan Negara. Keadaan ini menjadikan sejarah mendapatkan tempat untuk ditulis kembali oleh para sejarawan yang ingin mendalami apa yang sesungguhnya terjadi. Mulai bermunculan juga “sejarah korban” dari mereka yang selama ini diam tak bersuara.20

Penulisan kembali sejarah baru dilakukan setelah adanya kebebasan untuk mengeluarkan pendapat, berbicara dan menghasilkan karya.

Ikatan budaya yang seperti inilah yang kemudian membuat sejarah penulisan sejarah (historiografi) di Indonesia terus mengalami perkembangan termasuk tentang peristiwa PRRI.

KESIMPULAN

Sejarawan adalah orang yang melahirkan karya sejarah dari kebudayaan, zaman, dan ikatan budaya yang membangunnya. Karya-karya sejarah pada umumnya memiliki beberapa kategori, diantaranya:

Pertama, penulis, kedua, waktu diterbitkannya karya tersebut, dan ketiga, tujuan dari penerbitan karya itu sendiri.

Hubungan yang terdapat antara sejarah dengan legitimasi negara dan identitas nasional merupakan sebuah ilmu yang kadar politiknya terbilang tinggi.

Rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun di Indonesia menunjukkan adanya kecaman dan pembungkaman dalam beberapa hal, termasuk penulisan sejarah. Memasuki Era Reformasi, barulah penulisan kembali peristiwa PRRI membebaskan penulis menyampaikan apa yang harus diketahui oleh masyarakat banyak tanp

19Ibid, hlm 7

20Ibid, hlm 7

(7)

5

adanya kepentingan terhadap salah satu pihak yang terlibat dalam peristiwa PRRI itu sendiri.

DAFTAR PUSTAKA A. Buku

Asvi, Warman Adam. 2004. Pelurusan Sejarah Indonesia.

Yogyakarta: Ombak.

--- . 2007. Seabad Kontroversi Sejarah.

Yogyakarta: Ombak.

Gottschalk, Louis. 2006. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Hugiono dan P.K Poerwantana. 1992. Pengantar

Mestika, Zed. 1984. Pengantar Studi Historiografi. Padang:

Proyek Peningkatan dan Pengembangan Perguruan Tinggi Universitas Andalas Padang.

--- . 1999. Metodologi Sejarah. Padang: Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial UNP.

Nordhot, Henk Schulte, Bambang Purwanto & Ratna Saptari. 2008. Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Nugroho, Notosusanto (ed). 1984. Sejarah dan Sejarawan.

Jakarta: Balai Pustaka.

Ruswandi, Hermawan & Sukanda Permana. 2008.

Kehidupan di Masa Pasca Kemerdekaan.

Bandung: Setia Purna Inves.

Syamdani. 2001. Kontroversi Sejkarah di Indonesia.

Jakarta: Grasindo.

Zusneli, Zubir, Lim Imaduddin & Lia Naralia. 2008. Peran Anak Nagari Situjuh Batua Kebupaten Limopuluh Koto Dalam Peristiwa PDRI dan PRRI (1949-1966). Padang: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Padang

B. Skipsi dan Jurnal

Mery Susanti. Peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dalam Dua Era (Orde Baru- Reformasi) Sebuah Tinjauan Studi Historiografi. Skripsi Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat (Padang: 2015).

Gusti Asnan. et al. (2007). Perjuangan yang Tak Kunjung Selesai. Jurnal Sejarah Pemikiran, Rekonstruksi, dan Persepsi. (Vol. 13, No. 13 Januari 2007).

(8)

Referensi

Dokumen terkait

The same thing that was found by this study is that since online learning was not as effective as face-to-face learning, senior high school students chose to use