PR PPKN
O L E H
NAMA : AVIENDRA JOHN JACOB NENO KELAS : 3 SD
SD GMIT KUANINO 2
KUPANG
Rumah adat di Nusa Tenggara Timur:
1. Rumah adat dari Suku Sabu
Rumah adat masyarakat Sabu dibangun di atas tiang dan dirancang menyerupai perahu, dengan balok depan menyerupai busur. Terminologi yang digunakan untuk menyebut bagian-bagian rumah juga memiliki unsur antropomorfik. Tempat tinggal di Suku Sabu disebut sebagai Ammu Pe, yang dibedakan menjadi dua, yakni Ammu PeDouae Banni Ae sebagai tempat tinggal raja dan Ammu Pe Mone Aha sebagai tempat tinggal rakyat biasa.
2. Rumah adat Sumba
Rumah adat Sumba (bahasa Sumba: uma mbatangu, "rumah berpuncak") mengacu pada rumah adat vernakular Suku Sumba dari pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, Indonesia.
Rumah adat Sumba memiliki dengan puncak yang tinggi pada atap dan hubungan kuat dengan roh-roh atau marapu.
3. Rumah adat Rote
Rumah adat Rote memiliki bentuk, struktur, dan konstruksi yang unik, disesuaikan dengan kondisi lingkungan pulau Rote. Atap rumah ini memiliki kemiringan curam dan menggunakan penutup daun alang-alang, daun kelapa, atau daun pohon lontar. Pondasi rumah menggunakan konstruksi tiang kayu yang ditanam dalam tanah.
4. Rumah adat Alor
Rumah adat dan misbah di Alor berfungsi sebagai tempat upacara keagamaan dan penyimpanan benda-benda pusaka. Terdapat berbagai jenis rumah adat seperti Allawa Bungaban, Kolwat, dan Langwah yang memiliki ciri khas masing-masing.
5. Rumah adat Flores
Indonesia adalah negara yang kaya akan budaya dan tradisi, salah satunya adalah keberadaan rumah adat yang mencerminkan identitas dan kearifan lokal. Salah satu rumah adat yang menarik perhatian adalah Mbaru Niang. Rumah adat ini berasal dari Flores, tepatnya dari Kampung Wae Rebo, yang terkenal dengan keunikan dan keindahannya.
Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai Mbaru Niang, sejarahnya, hal menarik dari rumah tersebut, ciri-cirinya, dan lokasi di mana rumah ini bisa ditemukan.
6. Rumah adat Timor
Ume Le'u (dibaca: Ume Leu) atau disebut juga dengan Ume Alat atau Lopo Nak Ume adalah sebutan untuk rumah adat tradisional suku "Atoni Pah Meto", yang umumnya terdapat di daerah Kabupaten Timor Tengah Utara, tetapi juga ada di Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan, dan Kabupaten Belu, provinsi Nusa Tenggara Timur. Rumah Ume Le'u terdiri dari dua bentuk bangunan, dimana keduanya merupakan tempat khusus dengan simbol berbeda. Satu disimbolkan untuk kaum laki-laki dan satu lagi disimbolkan untuk kaum perempuan.[1] Rumah adat ini sangat penting, sehingga akan ada di setiap rumah warga di Pulau Timor. Dalam perkembangannya, konsep Lopo digunakan untuk membantu anak didik di pedalaman dalam meningkatkan kualitas membaca yang masih tergolong rendah.