DINAMIKA KONFLIK AGRARIA DALAM MASYARAKAT ADAT (Studi di Kalangan Suku Dhawe dan Suku Mbay, Kabupaten Nagekeo,
Flores, Nusa Tenggara Timur)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Sosiologi
Disusun Oleh :
Dwi Sumarni
201110310311026
JURUSAN SOSIOLOGI
KONSENTRASI SOSIOLOGI PEMBANGUNAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
iv
LEMBAR PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dwi Sumarni
Tempat/Tanggal Lahir : Bajawa, 10 Februari 1994
NIM : 201110310311026
Fak/Jur : ISIP/ Sosiologi
Menyatakan bahwa karya ilmiah atau skripsi ini berjudul :
Dinamika Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat (Studi di Suku Mbay dan Suku Dhawe, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur) Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain baik sebagian maupun
keseluruhan kecuali dalam kutipan yang telah saya sebutkan sebelumnya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademis.
Malang,
Yang Menyatakan
v MOTTO
PUTUS ASA DAN MENGELUH HANYA MEMBUATMU MENJADI SEMAKIN LEMAH
SO,, NEVER SAY YOU CAN’T..!!!
APAPUN MASALAH YANG DIHADAPI KEEP GOING & KEEP SMILE
vi
LEMBAR PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI SAYA PERSEMBAHKAN KEPADA :
SELURUH KELUARGA BESAR SAYA YANG TERCINTA
KHUSUSNYA KEPADA BAPAK SRI YADI DAN MAMA AISYAH GASIM
YANG SANGAT SAYA CINTAI DAN KEPADA
KETIGA SAUDARA/SAUDARI SAYA KAKAK RIN, ADIK ALDY
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah ini (SKRIPSI)
dengan Judul Dinamika Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat (Studi di Suku Mbay dan Suku Dhawe, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur). Skripsi ini penulis susun dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin, sehingga penulis bisa mengerjakan karya ilmiah ini dengan lancar
tanpa ada gangguan. Serta penulis tidak lupa selalu memanjatkan shalawat serta
salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dimana selama ini
membawa kita dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang seperti
saat ini.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah (skripsi)
ini tidak terlepas oleh dukungan dan doa dari semua pihak. Melalui kesempatan
ini, penulis ingin menyampikan rasa syukur dan terima kasih penulis haturkan
kepada:
1. Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.Ap selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Bapak Dr. Asep Nurjaman, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik yang memberikan ijin dalam melaksanakan karya
tulis ilmiah (skripsi).
3. Bapak Dr. Wahyudi, M.Si selaku dosen pembimbing I dalam
viii
membimbing dan memberikan teguran, kritik, serta masukan
dengan bijaksana selama proses penyusunan karya ilmiah (Skripsi)
ini.
4. Bapak Drs. Oman Sukmana, M.Si selaku dosen pembimbing II
dalam penyusunan karya tulis ilmiah (skripsi) yang senantiasa sabar
membimbing dan memberikan teguran, kritik, serta masukan
dengan bijaksana selama proses penyusunan karya ilmiah (Skripsi)
ini.
5. Bapak Sri Yadi dan Mama Aisyah Gasim yang saya sayangi, Kakak
saya Ririn dan kedua adik saya Aldy dan Cacu tersayang, yang
sudah senantiasa memberikan semangat dan hiburan disaat saya
bersedih. Terimakasih atas do’a dan dukungan moral yang sudah
diberikan.
6. Sahabat hidup saya Danar Aswim yang selalu bersedia membantu,
memberikan dukungan, semangat dan do’a dalam menyelesaikan
tugas akhir ini, serta senantiasa mengingatkan untuk selalu bersabar,
terus berusaha, dan berdo’a. Terimakasih untuk selalu berada disisi
saya.
7. Sahabat seperjuangan saya Luing, Ika, Yuli, Fatma, Noe, Haki dan
Bang Rumi yang senantiasa memberikan dukungan dan do’a serta
senantiasa berbagi canda tawa disela-sela kesibukanny dalam
ix
8. Sahabat-sahabatku Jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah
Malang Angkatan 2011 yang selalu mendukung penulis tanpa
henti-hentinya. Sekali lagi terima kasih Sahabatku
9. Seluruh keluarga besar saya yang selalu membantu mengumpulkan
data dan selalu mendukung penuisan karya ilmiah ini, terimakasih.
10. Seluruh Informan serta segenap pihak yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang selalu memberikan dukungan serta doa dalam
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
karya tulis ilmiah (skripsi) ini, oleh karena itu perlu adanya kritik dan saran
terhadap penulis yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf
atas segala kekurangan. Semoga karya tulis ilmiah (skripsi) ini bermanfaat demi
pengembangan dan wacana para pembaca.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Malang, 29 April 2015
x
DAFTAR ISI
HALAMAN COVER
LEMBAR PENGESAHAN ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 7
B. Konflik Sosial ... 11
C. Konflik Agraria ... 28
xi
E. Faktor yang Mempengaruhi Konflik Sosial ... 34
F. Kerangka Teoritis... 37
BAB III : METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 38
B. Fokus Penelitian ... 38
C. Lokasi Penelitian ... 39
D. Teknik Penentuan Subjek ... 40
E. Sumber Data... 40
F. Teknik Pengumpulan Data ... 42
G. Teknik Analisis Data... 45
H. Uji Keabsahan Data ... 47
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 49
1. Kondisi Geografis ... 49
2. Keadaan Demografis, Sarana dan Prasarana ... 50
3. Pendidikan dan Keadaan Sosial Budaya ... 51
4. Sejarah Kabupaten Nagekeo ... 52
5. Sejarah Terbentuknya Kota Mbay ... 56
B. Kondisi Sosial Masyarakat Sebelum Konflik dan Aktor-Aktor yang Berkonflik ... 63
1. Situasi dan Kondisi Struktur Sosial Masyarakat Mbay ... 63
2. Aktor-Aktor yang Berkonflik ... 65
xii
1. Awal Mula Munculnya Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat
Kota Mbay ... 68
2. Dinamika Peristiwa Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat Kota Mbay... 71
3. Akhir dari Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat Kota Mbay ... 73
D. Kontribusi Faktor Ekonomi, Politik, dan Sosial Budaya dalam Konflik Agraria di Masyarakat Adat ... 76
1. Kontribusi Faktor Ekonomi ... 76
2. Kontribusi Faktor Politik ... 78
3. Kontribusi Faktor Sosial Budaya ... 79
4. Kontribusi Faktor Sosiologis ... 80
E. Analisis Teori Ralf Dahrendrof Terhadap Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat ... 85
1. Analisis ICAs/imperatively coordinated associations dalam Suku Mbay... 86
2. Analisis ICAs/imperatively coordinated associations dalam Suku Dhawe... 88
3. Analisis Keseluruhan Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat ... 89
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan ... 95
B. Saran ... 97
LAMPIRAN ... 99
xiii
DAFTAR TABEL
TABEL 1 : Penelitian Terdahulu ... 9
TABEL 2 : Kronologi Konflik Agraria dalam Masyarakat Adat ... 72
xiv
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1 : Akar dan Ragam Teori Konflik ... 26
GAMBAR 2 : Siklus Analisis Data ... 44
GAMBAR 3 : Peta Aktor Berkonflik ... 63
GAMBAR 4 : Denah Lokasi Konflik ... 65
GAMBAR 5 : Skema Kelompok Terkoordinasi (ICAs) ... 83
xv
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Chomzah, H. Ali Achmad. 2003. Hukum Agraria (Pertanahan di Indonesia). Jakarta : Prestasi Pustaka.
Hamidi. 2004. Metode Penelitian Kualitatif Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan
Laporan Penelitian. Malang : UMM Pres.
Idrak, dkk. 2010. SOSIOLOGI : Hafalan Luar Kepala. Jakarta : MESSE
Kartasismita, Ginanjar. 1995. Tanah Sebagai Sumber Daya Pembangunan : Berbagai Tantangan Dalam Pengelolaan Pertanahan. Jakarta : Badan Pertanahan Nasional.
Nazir, Mohamad. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Prastowo, Andi. 2012. Metode Penelitian Kualitatif : Dalam Prespektif Rancangan Penelitian. Jogjakarta : Ar-ruzz media.
Ritzer, George. 2003. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana
Saleh, K Wantjik. 1990. Hak Anda Atas Tanah. Jakarta Timur : Ghalia Idonesia
Sudiyat, Imam. 1982. Beberapa Masalah Penguasaan Tanah diBerbagai Masyarakat Sedang Berkembang. Jogjakarta : Liberti
Suharsaputra, Uhara. 2012. Metode Penelitian : Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan. Bandung : Refika Aditama.
Susan, Novri. 2009. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-Isu Konflik Kontemporer.Jakarta : Kencana.
Syaifuddin. 2010. Peluang Pengelolaan Hutan Oleh Mukim dan Penyiapan Masyarakat Adat untuk Mengantisipasi Perubahan Iklim. Banda Aceh : Governor’s Climate Forest.
Wirawan. 2012. Teori-Teori Sosial dalam Tiga Paradigma : Fakta Sosial, Definisi Sosial, dan Perilaku Sosial. Jakarta : Kencana.
NON BUKU :
xvi
Jalil, Abdul. 2008. “Tanah Untuk Petani : Prespektif Fikih”. Dalam Jurnal Iksan. Vol. 24.Jakarta : LAKPESDAM.
Mun’im, Abdul. 2008. “Ulama Menggerakkan Politik Agraria”. Dalam Jurnal Iksan. Vol. 24.Jakarta : LAPKESDAM.
Saleh, Zulkifli Hi. 2010. Konstruksi Realitas Konflik Antar Etnik. Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Sunaryo, dan Fifik Wiryani. 1998. Senngketa Pertanahan di Jawa Timur. Laporan Hasil Penelitian Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Syaaf, Fathul Masruri. 2008. Analisis Perilaku Berisiko (At-Risk Behavior) pada Pekerja Unit Usaha Las Sektor Informal. Skripsi Sengketa Pertanahan dan Penyelesaiannya). Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
SUMBER LAIN :
BPS, 2014. Nagekeo Dalam Angka. Nagekeo : Badan Pusat Statistik
Pengadilan Negeri Bajawa, 2013. Putusan. Bajawa : Pengadilan Negeri Bajawa
http://sofyansjaf.staff.ipb.ac.id/2010/06/09/memahami-akar-dan-ragam-teori
1
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia merupakan negara kepulauan
terbesar di dunia. Terdapat 17.504 pulau, dimana 9.634 pulau belum diberi
nama dan 6 ribu pulau tidak berpenghuni. Yang semakin membanggakan
adalah 3 dari 6 pulau terbesar di dunia ada di Indonesia yaitu Kalimantan,
Sumatera, dan Papua. Selain sebagai negara kepulauan, Indonesia juga
terkenal sebagai negara maritim terbesar di dunia. Bayangkan saja, luas
perairan Indonesia mencapai 93.000 km dan panjang pantai sekitar 81 ribu
km² atau hampir 25% panjang pantai di dunia (Zulkifli, 202).
Berbicara mengenai Indonesia sebagai negara kepulauan, Indonesia
juga disebut sebagai negara agraris. Hal ini karena Indonesia memiliki begitu
banyak pulau dan memiliki wilayah agraria yang sangat besar. Oleh karena
itu, tidak bisa di pungkiri bahwa konflik agraria pun marak terjadi akibat dari
keberagaman dan kekayaan tanah Indonesia ini. Konflik ini di mulai dari
jaman penjajahan hingga saat ini. Konflik agraria di Indonesia merupakan soal
super serius. Namun penyelenggara negara tak pernah serius menangani
2
Konsorsium Pembaruan Agraria merekam 1.753 kasus konflik agrarian
structural, yaitu kasus-kasus konflik yang melibatkan penduduk berhadapan
dengan kekuatan modal atau instrument negara. Dengan menggunakan
pengelompokkan masyarakat dalam tiga sector, seperti dikemukakan Alexis
Tocqueville (1805-1859), konflik agrarian structural dapat dinyatakan sebagai
konflik kelompok masyarakat sipil melawan dua kekuatan lain di dalam
masyarakat, yakni sector bisnis dan negara.
Kasus sengketa atau konflik bisa pula disebabkan oleh kebijakan
publik. Konflik yang paling tinggi insentitasnya terjadi di sektor perkebunan
besar sebanyak 344 kasus, disusul pembangunan sarana umum dan fasilitas
perkotaan sebanyak 243 kasus, perumahan dan kota baru sebanyak 232 kasus,
kawasan kehutanan produksi sebanyak 141 kasus, kawanan industri dan
pabrik sebanyak 115 kasus, bendungan dan sarana pengairan sebanyak 77
kasus, sarana wisata sebanyak 73 kasus, pertambangan sebanyak 59 kasus dan
sarana militer sebanyak 47 kasus (Maharani, 2007).
Konflik agraria semakin berkepanjangan dengan satu tujuan yakni
Konflik ini semata-mata untuk meperoleh Hak Atas Kepemilikan Tanah
(HAT). Para kelompok konflik yang berada dalam masyarakat memahami
bahwa untuk menguasai wilayah agraria mereka harus memiliki kekuatan
yang mendukung, tidak hanya kekuatan fisik, tetapi kekuatan nonfisikpun
dibutuhkan. Mereka menyadari bahwa konflik dengan kekerasan fisik tidak
akan menghasilkan apapun selain kerusakan tanah nenek moyang mereka
3
menggunakan alternative masuk dalam badan pemerintahan dan birokrasi,
dengan begitu tidak akan terjadi hal buruk pada wilayah dan kelompoknya.
Dengan berkurangnya jumlah tanah dan lahan kosong, yang
disebabkan maraknya pembangunan saat ini memaksa warga sipil untuk
semakin memperkecil area tanah yang mereka miliki dengan alasan untuk
kepentingan Negara/pemerintah yang notabene untuk kepentingan pribadi para
aparat pemerintahan. Dengan kata lain, masyarakat atau warga sipil menjadi
semakin tersisihkan.
Konflik agraria (tanah) tidak hanya terjadi di kota-kota besar, namun
juga terjadi di seluruh penjuru negri bahkan di desa-desa terpencil. Konflik
agraria pada masyarakat adat pun melahirkan masalah yang begitu kompleks.
Masyarakat yang tanahnya belum diberikan sertifikat dan tanah tersebut yang
oleh mereka dianggap sebagai tanah warisan nenek moyangnya, kini mejadi
sasaran empuk pemerintah untuk dikuasai. Hal ini sangat berbahaya apabila
pihak pemerintah memiliki alasan lain dibalik untuk kepentingan
Negara/pemerintahan melainkan untuk kepentingan pribadi, kepentingan
agama, dan sebagainya.
Besarnya konflik agraria di dunia ditunjukkan dengan lahan yang
dibeli perusahaan besar sudah mencapai 50 juta hektar sejak tahun 2008.
Berdasarkan data Serikat Petani Indonesia, konflik di Indonesia juga terus
meningkat. Dalam waktu tiga tahun itu, 26 orang tewas dan 217 petani
4
yakni reformasi agraria yang sudah diagendakan di sejumlah negara, belum
dilaksanakan.
Adapun Istilah landreform yang mengatakan bahwa tanah yang tidak
bertuan harus diberikan kepada pemerintah. Dengan adanya istilah atau
konsep tersebut, semakin mempermudah untuk memperoleh tanah yang di
inginkan mengingat pemerintah saat ini rela menghalalkan segala cara untuk
mendapatkan yang diinginkan.
Konflik ini juga terjadi hingga dalam ruang lingkup masyarakat adat di
kota Mbay, Flores NTT. Konflik yang melibatkan 2 suku dalam masyarakat
ini menjadi hal yang menarik untuk di teliti, karena dalam konflik ini ke-2
suku menggunakan segala cara untuk memperoleh tanah dan untuk
mempertahankan tanah yang dimiliki, salah satunya strateginya yakni dengan
bergabung dalam badan pemerintahan agar memilliki wewenang dan
kekuasaan yang kemudian mempermudah dirinya untuk memperoleh wilayah
agraria yang diinginkan. Konflik ini menjadi konflik yang sangat kompleks
karena konflik ini tidak hanya dilatar belakangi agar memperoleh wilayah
agraria untuk kepentingan pribadi (memperkaya diri) tetapi juga untuk
kepentingan kelompok (kelompok agama dan kelompok adat).
Jika hal ini terus dibiarkan, maka akan terus berkelanjutan dan bahkan
semakin meningkat jumlah konflik ini. Akan terjadi begitu banyak
ketimpangan social dalam masyarakat. Kesewenangan pemerintah pun akan
5
mungkin masih buta dengan kebijakan-kebijakan. Oleh karena itu di lakukan
penelitian mengenai konflik agraria tersebut, agar masyarakat yang berkonfik
bisa menemukan resolusi dari konflik agraria dalam masyarakat adat yang
begitu kompleks.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kemudian muncul
suatu rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana dinamika konflik agraria di masyarakat adat yang terjadi di
antara suku Dawe, dan suku Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT?
2. Bagaimana kontribusi faktor sosial, budaya dan politik terhadap
munculnya konflik agraria dalam masyarakat adat yang terjadi di
antara suku Dawe dan suku Mbay, Kabupaten Nagekeo, Flores, NTT?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pembelajaran dari penelitian ini yaitu :
1. Untuk menggambarkan dinamika konflik agrara di masyarakat adat
yang terjadi di antara Suku Dawe dan Suku Mbay, Kabupaten
Nagekeo, Flores, NTT.
2. Untuk menganalisis kontribusi faktor sosial, budaya dan politik
terhadap munculnya konflik agraria dalam masyarakat adat yang
terjadi di antara suku Dawe dan suku Mbay, Kabupaten Nagekeo,
6 D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, serta bahan
masukan dalam sosiologi, khususnya mengenai konflik agaria di
masyarakat adat.
2. Manfaat Praktis
a. Dapat dijadikan bahan pembelajaran masyarakat untuk
memperoleh resolusi konflik mengenai konflik agrarian dalam
masyarakat adat.
b. Sebagai bahan refleksi bagi pihak pemeritah dalam menangani