Kapal Penangkap Ikan adalah kapal laut, perahu atau alat terapung lainnya yang digunakan untuk menangkap ikan, untuk menunjang operasi penangkapan ikan. Sertifikat keterampilan awak kapal perikanan merupakan pengakuan atas keterampilan melakukan pekerjaan tertentu di kapal perikanan setelah lulus uji keterampilan yang diselenggarakan oleh suatu lembaga.
Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seseorang berupa seperangkat
Sertifikat Pengukuhan adalah sertifikat yang
Nakhoda Kapal Perikanan yang selanjutnya disebut Nakhoda adalah seorang dari awak kapal yang menjadi
Kelasi (Deckhand) adalah Anak Buah Kapal yang melakukan operasi penangkapan Ikan dan/atau
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Nasional, yang selanjutnya disingkat RIPPN, adalah penataan ruang Pelabuhan Perikanan yang memuat kebijakan pelabuhan perikanan, pelabuhan yang ada, dan rencana lokasi pelabuhan perikanan yang menjadi pedoman penentuan lokasi, perencanaan.
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan Daerah yang selanjutnya disebut RIPPD adalah pengaturan rllang
Rencana Induk Pelabuhan Perikanan adalah
Pelabuhan Perikanan yang Tidak Dibangun
Wilayah Kerja dan Pengoperasian Pelabuhan Perikanan yang selanjutnya disebut WKOPP adalah
Kesyahbandaran di Pelabuhan Perikanan adalah pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintahan di
Petugas pelabuhan di pelabuhan perikanan adalah pejabat yang ditempatkan khusus di pelabuhan perikanan untuk urusan pengurusan administrasi.
Persetujuan Berlayar adalah dokumen negara yang dikeluarkan oleh Syahbandar di Pelabuhan Perikanan
Keselamatan Operasional Kapal Perikanan adalah
Garam adalah senyawa kimia yang komponen
Komoditas Pergaraman adalah hasil dari usaha pergaraman yang dapat diperdagangkan, disimpan,
Importir
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan melestarikan, memelihara dan/atau memelihara ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkendali, termasuk kegiatan yang memanfaatkan ikan. Pelaku usaha adalah orang perseorangan atau badan usaha yang melakukan usaha dan/atau kegiatan di wilayah tertentu.
BAB II
Pemerintah daerah adalah pemimpin daerah sebagai. unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang mengarahkan pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. menangani urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan. Ruang lingkup Peraturan Pemerintah ini meliputi: kriteria dan persyaratan pendirian, penempatan, dan/atau pembongkaran bangunan dan instalasi di laut; penangkapan ikan dan/atau budidaya ikan i.
BAB III
Pasal 13 untuk pendirian dan/atau penempatan Bangunan dan Instalasi di Laut dengan fungsi hunian,
- memiliki sistem pengolahan limbah rumah tangga;
- memiliki jalan pelantar; dan
- memenuhi persyaratan teknis lain sesuai
- memiliki rencana pendirian dan/atau
- memiliki sistem pengolahan limbah rumah tangga;
- memiliki jalan pelantar; dan
- memenuhi persyaratan teknis lain sesuai
Pasal 13 untuk pendirian dan/atau penempatan Bangunan dan Instalasi di Laut dengan fungsi
- letak geografis;
- desain rinci
- ruang bebas (clearance) untuk pendirian
- Selain memenuhi persyaratan teknis sebagaimana
- dicantumkan dalam peta Laut Indonesia dan
Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13, untuk pembangunan dan/atau penempatan bangunan dan instalasi di laut yang memiliki fungsi wisata bahari harus: mempunyai rencana pendirian dan/atau penempatan. Persyaratan teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 untuk pembangunan dan/atau penempatan bangunan dan instalasi di laut dengan fungsi instalasi tenaga listrik harus:. mempunyai rencana pendirian dan/atau penempatan.
BAB IV
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara restocking jenis ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri. Teknis pelaksanaan Penangkapan Ikan Berbasis Budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Menteri. Lokasi yang secara historis bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a adalah wilayah yang belum pernah ditemukan kasus atau agen penyebab wabah penyakit ikan.
Sistem deteksi dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilaksanakan untuk mendiagnosis penyakit secara cepat dan akurat. Sistem tanggap dini sebagaimana dimaksud pada ayat (1)(d) dilaksanakan untuk mengurangi dampak wabah penyakit ikan secara cepat dan akurat. 6) Prosedur operasi standar sebagaimana disediakan. Pengobatan penyakit ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan:. pembudi daya ikan untuk ikan yang sakit atau diduga sakit; tergantung pada jenis ikan dan jenis serta sifat penyakit ikan.
Untuk menjamin hal tersebut dilakukan lahan budidaya ikan sebagaimana dimaksud pada alinea pertama. kuantitas dan kualitas air untuk keperluan budidaya.
Pasal 85 ayat (3) huruf b harus menerapkan cara Pengolahan Ikan yang baik dan prosedur operasi Standar
- suhu penyimpanan produk segar, produk
- suhu penyimpanan produk beku yang mampu mempertahankan suhu pusat produk -180C
- suhu penyimpanan produk sterilisasi disimpan pada suhu ruang;
- suhu penyimpanan Ikan hidup disimpan pada suhu yang tidak berpengaruh buruk terhadap
- suhu penyimpanan produk lainnya disimpan
- suhu penyimpanan produk beku yang mampu mempertahankan suhu Pusat
- penyimpanan Ikan dalam keadaan hidup
- penyimpanan kering harus mampu
- didesain sedemikian rupa sehingga tidak merusak produk dengan permukaan yang
- dalam hal menggunakan es sebagai
- ditengkapi peralatan untuk menjaga suhu tetap terjaga selama pengangkutan
- suhu penyimpanan produk beku yang mampu mempertahankan suhu pusat
- penyimpanan kering har-us mampu mempertahankan produk pada suhu ruang
Standar teknik penyimpanan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (3) huruf b harus menerapkan cara penyimpanan ikan yang baik yang paling sedikit terdiri atas:. suhu dan kondisi penyimpanan dijaga sesuai dengan karakteristik hasil perikanan, antara lain :. suhu penyimpanan produk segar, produk. produk matang mentah dan dingin disimpan pada suhu mendekati titik leleh es;. suhu penyimpanan produk beku yang mampu mempertahankan suhu product center -180C dan mempertahankan suhu product center -180C. minus delapan belas derajat Celcius) atau lebih rendah dan dilengkapi dengan alat pencatat suhu yang mudah dibaca;. 21 Ketertelusuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1). diterapkan di seluruh rantai pasokan mulai dari praproduksi, produksi, distribusi, pemrosesan, dan pemasaran. 41 Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya dalam pengembangan Standar Mutu sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
21 Peningkatan kemampuan dan kapasitas usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup kemudahan akses terhadap pengetahuan, teknologi, hasil teknis, dan informasi. 21 Penyusunan skema pembiayaan bagi perusahaan kelautan dan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat 1) Mengembangkan kelembagaan dan klaster pembiayaan berdasarkan sentra produksi kelautan dan perikanan sebagaimana dibahas dalam log article. 21 Kerja Sama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan secara terpadu, termasuk praproduksi. sentra produksi, pengolahan dan pemasaran berbasis komoditas dan/atau sentra produksi kelautan dan perikanan.
21 Prasarana dan sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi prasarana dan sarana dalam usaha:. 1) Pelaku usaha pemasaran harus memenuhi persyaratan mutu dan jaminan keamanan pangan.
BAB VII KAPAL PERIKANAN
41 Kapal pukat sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b) adalah kapal penangkap ikan yang dilengkapi peralatan penangkapan ikan berupa pukat-hela (trawl) udang. kapal penangkap ikan serba guna yang menggunakan satu atau lebih alat penangkapan ikan yang digunakan seluruhnya untuk kegiatan penelitian/penelitian perikanan.
21 Pembangunan atau modifikasi kapal penangkap ikan di luar negeri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan apabila industri pembuatan kapal berada di dalam negeri. 1) Setiap orang yang memasukkan kapal penangkap ikan ke dalam. 21 Pengawasan terhadap kelaikan laut kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. dilakukan terus menerus dari kapal. 41 Pengawasan keselamatan kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a. kesesuaian desain konstruksi tempat penyimpanan ikan; sistem pembuangan cairan es, air ikan dan air limbah lainnya; mencatat suhu ruang penyimpanan ikan.
21 Uji kemiringan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). huruf a dilakukan untuk mengetahui berat kosong kapal dan titik berat kapal.
110- Pasal 131
Santunan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 akan diberikan kepada ahli waris sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk mematuhi Konvensi Internasional tentang Standar Pelatihan, Sertifikasi dan Pengawasan Awak Kapal Penangkap Ikan, 1995, bersama dengan. Sertifikat Keahlian dan Keterampilan Awak Kapal Penangkap Ikan diterbitkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pelayaran.
BAB VIII
Ikan yang didaratkan sebagian untuk tujuan
41 Rencana lokasi Pelabuhan Perikanan Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (21 huruf b. Rencana tata ruang, RZ KSNT, dan/atau RZ KAW; geografi wilayah dan kondisi perairan; dan Perikanan yang tidak dibangun oleh Pemerintah Pusat; Gubernur untuk Pelabuhan Perikanan yang dibangun oleh Pemerintah Daerah provinsi 21 Rencana Induk Pelabuhan Perikanan memuat rencana tata guna lahan dan air yang memuat rencana peruntukan wilayah kerja dan wilayah operasional Pelabuhan Perikanan.
Penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dapat ditinjau lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun. Dalam menyelenggarakan pelabuhan perikanan, penyelenggara pelabuhan perikanan harus: bertanggung jawab sepenuhnya terhadap penyelenggaraan Pelabuhan Perikanan yang bersangkutan; Dan. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 21 Lembaga pengelola pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa: unit pelaksana teknis daerah; atau.
71 Dalam hal pelaksanaan fungsi pemerintahan pada pelabuhan perikanan yang tidak dibangun oleh Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah provinsi. Satgas Pelabuhan dibentuk.
Lembaga pengelola Pelabuhan Perikanan untuk Pelabuhan Perikanan yang Tidak Dibangun oleh
Penetapan kelas pelabuhan perikanan menjadi satu. tuntutan untuk diprioritaskan dalam pengembangan fasilitas pelabuhan perikanan. Berdasarkan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat kedua dan ayat ketiga, Menteri akan melakukan verifikasi paling lambat 15 (lima belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. Berdasarkan hasil verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat pertama (5) Menteri menetapkan peningkatan kelas Pelabuhan Perikanan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
Wilayah pengoperasian pelabuhan perikanan adalah suatu tempat yang terdiri atas bagian daratan dan perairan yang dimanfaatkan secara langsung untuk berkegiatan. -Batas koordinat WKOPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan berdasarkan koordinat geografis. untuk menjamin kegiatan pelabuhan perikanan. rencana Tata Ruang Wilayah; dan C. 1) Wilayah kerja Vissershaven sebagaimana dimaksud dalam Pasal 215 ayat 2 terdiri atas wilayah kerja darat dan wilayah kerja perairan.
Pelabuhan perikanan ditandai dengan peralatan. navigasi, kebutuhan darurat, aktivitas. pemanduan, pengujian kapal, lokasi kapal mati dan kapal yang ditarik ke pelabuhan.
21 Perumusan batasan WKOPP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan mengacu pada:. aspek teknis penyusunan informasi geospasial; batas geografis lokasi dan fasilitas pelabuhan. kepemilikan lahan pelabuhan perikanan; Dan. hasil koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait langsung dan tidak langsung dengan penggunaan WKOPP. (1) Huruf b dilaksanakan dengan mempertimbangkan:. ukuran kapal perikanan di pelabuhan perikanan; jumlah kapal yang melakukan kegiatan antara lain tambatan, bongkar muat, dan perbaikan. frekuensi kedatangan dan keberangkatan kapal penangkap ikan; tata letak dengan pemandangan area kerja. lahan dan lahan pengembangan pelabuhan perikanan; Dan. hasil pengukuran garis pantai diukur dari air surut sampai kedalaman. perairan maksimum untuk ukuran kapal. 21 Batas-batas wilayah kerja pelabuhan perikanan sebagaimana dimaksud pada ayat pertama ditentukan berdasarkan koordinat geografis. 3) Penyiapan batas wilayah operasional pelabuhan.
Penangkapan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (21) dilakukan setelah Pelabuhan Perikanan berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah dan instansi terkait Penangkapan ikan, keperluan darurat, uji coba kapal, pengerahan kapal tidak aktif/beroperasi dan pengembangan pelabuhan perikanan jangka panjang; dan wilayah perairan operasional Pelabuhan 21 Peraturan batas wilayah perairan pelabuhan perikanan memenuhi ketentuan sebagai berikut: koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait penyelenggaraan perairan sesuai dengan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya; termasuk titik-titik koordinat ruas batas luar kawasan.pekerjaan dan operasi dengan koordinat bujur dan lintang dengan menggunakan format derajat menit detik atau desimal; titik-titik koordinat yang telah ditentukan dihubungkan dan digambarkan pada peta lokasi perairan yang permukaannya kemudian ditentukan ; titik koordinat dan luas yang disediakan pada huruf d didefinisikan sebagai Wilayah operasional perairan pelabuhan perikanan.
Lamaran dilengkapi dengan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) di bawah ini. Pembahasan telah dilakukan kementerian dengan melibatkan penyelenggara pelabuhan perikanan.
Vl Dalam rangka pembinaan dan pemantauan. Syahbandar, Menteri harus menyampaikan jumlah dan penetapan lokasi Syahbandar di pelabuhan perikanan. Syahbandar di Pelabuhan Perikanan mengawasi kegiatan pembangunan fasilitas di Pelabuhan Perikanan. kaitannya dengan keselamatan operasional kapal penangkap ikan. 41 Syahbandar di Pelabuhan Perikanan memeriksa. sertifikat ikan yang ditangkap secara berurutan. memenuhi persyaratan negara tujuan ekspor.
BAB IX
21 Kelayakan teknis kapal penangkap ikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 261(b) meliputi: kesesuaian fisik kapal penangkap ikan dengan izin usaha, yang meliputi bahan kapal, merek dan nomor seri mesin induk, nomor registrasi dan nama panggilan/tanda panggil; kesesuaian jenis dan ukuran alat penangkapan ikan dengan izin usaha; Dan. keberadaan dan aktivitas Pemancar SPKP. SLO asal dan HPK kedatangan bagi kapal pengangkut ikan yang melakukan kegiatan; sertifikat 14, perdagangan ikan dan hasil perikanan, atau sertifikat kesehatan ikan dan ikan. produk perikanan dalam negeri untuk kapal. Kargo untuk kapal yang mengangkut ikan hidup, termasuk pelabuhan pendaratan dan pelabuhan tujuan yang mempunyai izin usaha.
SLO Asal dan HPK Kedatangan, bagi kapal pelatihan penangkapan ikan yang telah melaksanakan kegiatan; Dan. persetujuan kegiatan penangkapan ikan oleh. SLO Asal dan HPK Kedatangan, untuk kapal penelitian/eksplorasi Perikanan yang sudah ada. persetujuan kegiatan penangkapan ikan oleh Menteri. 261 huruf b untuk kapal penelitian/eksplorasi penangkapan ikan yang memuat kebugaran fisik kapal penelitian/eksplorasi yang meliputi nama kapal, penandaannya. basement dan mesin merek utama dengan sertifikat. klasifikasi kapal dan fotokopi kasar akta kapal.
SLO Asal dan HPK Kedatangan untuk kapal. pendukung usaha budidaya ikan yang telah melakukan kegiatan untuk menunjang usaha budidaya ikan; Dan. kesesuaian pelabuhan pangkal, pelabuhan muat, pelabuhan bongkar, dan pelabuhan tujuan dengan dokumen izin usaha.